• Tidak ada hasil yang ditemukan

______ I ______ _______________ 2___________ Penduduk banjak merantau. mentjari rezeki dinegeri lain

124 VIII. PANDANGAN KEMBALI DAN PENJIMPULAN [75

B. KELOMPOK BERTINGKAT

79. Atas dasar lebih atau kurangnja kesanggupan bcrgerak pada suku2nja, maka kelompok bertingkat dapat kita bagi dalam dua matjam, jaitu kelompok dengan posisi tetap dan kelompok dengan posisi longgar. Pada jang pertama, t mempunjai kedudukan tetap ter­ hadap H, jaitu ikebanjakan dibelakangnja, dan kadang" dimukanja. Pada matjam kedua, t tidak mempunjai kedudukan tetap, tetapi dapat berdiri atau dimuka atau dibelakang H. Hal ini telah kita pertjakap- kan pada bagian jang baru lalu J).

. Kelompok2 dengan kedudukan tetap dapat lagi di-bagi- m e n u r u t sifat relasi antara suku‘Jnja. Sekarang akan kita pertjakapkan s e d j u m l a h dari relasi ini.

Tjatatan. Ries memilih, untuk pembagian kelompok2 ber­ tingkat, djenis kata sebagai kriterium. Demikianlah, maka ia selandjutnja mem-beda2kannja dalam kelompok substantif, ke­ lompok adjektif, kelompok verbal dan adverbal. P e n j e l i d i k a n kelompok2 bertingkat dengan selajang pandang dalam ber- matjam2 bahasa Indonesia sudah tjukup untuk m e n g i n s a f k a n , bahwa pembagian jang sematjam itu disana tidak dapat dilakukan.

RELASI KWALITATIF

80. 1. Kita namakan relasi kwalitatif, apabila t menjatakan suatu sifat, keadaan, matjam atau peri hal H.

2. Kelompok kwalitatif menampakkan sifat1- b erik u t-■ ci. urutan suku boleh dikatakan selamanja H / t ;

b. antara suku tidak ada djeda dan kelompok dipertahankan gabung-annja oleh aksen kesatuan jang lemah, jang terletak pada t ;

c. suku2 dengan relasi implisit tidak dapat dipisahkan. 3. Sekarang kita berikanlah dulu sedjumlah tjontoh :

(4) buku tebal (7) tindakan demikian (5) anak ketjil (8) hasil sementara. (6) susu kental

Djuga penundjukan waktu dapat bertindak sebagai t. Mis. :

(9) waktu sekarang (10) tempo dulu.

4. Djuga ber-matjam- kata turunan dapat bertindak sebagai t. Tentang ini kita berikan sedjumlah tjontoh :

(11) tjelana ber-tambal- (18) latihan terus-menerus (12) orang bersendjata' ( i 9) or.ang keturunan (13) pekerdjaan bersama (20) kelakuan ramah-tamah (14) kami berdua ^ (21) pertjobaan besar-besaran (15) suara meraju (22) pasukan terpilih (16) ukuran melintang (23) s>uara terharu. (17) penjakit turun-temurun

H dapat pula diikuti oleh lebih dari satu unsur t. Mis. : (24) djalan buruk tak terpelihara

(25) kertas putih halus

(26) rumah besar dan beratap genting

(27) sehelaiJ) selimut ketjil tjompang-tjamping

6. Kataganti penundjuk selamanja terletak dibelakang t. D jadi: (28) gunung tinggi itu

(29) kelakuan ramah-tamah itu.

KELOMPOK BEBAS DAN TETAP

81. Apabila kelompok kata jang sama dipakai ber-kali2, maka dapat timbul penjekatan sintaktis (syntaotische isolering), artinja suku2- nja satu2 mulai kurang penting dalam hal arti dan fungsi, sedang kelompok sebagai . keseluruhan lebih terkemuka. Dalam hal jang demikian kelompok itu kita namakan kelompok tetap, bertentangan dengan semuanja jang lain2, jang kita namakan kelompok bebas. Oleh sebab itu dalam kelompok tetap suku2nja masing2 mundur kebelakang terhadap kelompoknja sebagai keseluruhan, maka ikatan jang me- njatukan suku mendjadi lebih kuat. Dengan kata lain, kelompok tetap menampakkan bangun jang lebih kokoh daripada kelompok bebas. Dalam hal ini ada ber-matjam2 tingkatan. Kadang2 suku2 kelompok masih djuga memelihara kemerdekaan sedikit-’, kadang2 sukit2 itu djuga mundur demikian kebelakang, rsehingga ia tidak lagi dirasakan sebagai kesatuan2 jang sendiri2. Dalam hal jang demikian kelompok beralih mendjadi kata..

Hal jang achir ini lebih2 akan terdjadi, apabila salah satu suku terbentuk dari kata jang sudah tidak dipakai atau jang sudah kuno.

(30) ilmu pasti (35) djalan buntu (31) bini muda (36) rakjat djelata (32) sekolah menengah (37) gunung berapi (33) penjakit m e n u l a r (38) orang terpeladjar. (34) saudara sepupu

Hubungan antara suku2 kelompok biasanja dinjatakan setjara

implisit. . . .

Tjatatan. Istilah „ke!ompok tetap” menurut pikiran kami lebih baik dari katamadjemuk” atau „koniposifuj»’\ oleh sebab dalam bahasa Melaju dan ber-matjam2 bahasa Indonesia jang lain2, kelompok kata,dan katamadjemuk tidak dapat di-beda-kan dengan tadjam. "Asyntactic compounds , artinja katamadjemuk- dengan suatu konstruksi, jang tidak mungkin ada dalam kelom­ pok kata2), mis.: „huisdeur, voetzool (Belanda) ( street-door, house-door, foot-sole” Inggris), tidak ada dalam bahasa-’ itu.

1) H elai dipakai sebagai katabantu bilangan untuk benda jang tipis dan ringan, seperti kain, kertas, ram but dsb.

2) Lihat Bloomfield, hal. 233.

132 E K S P L IS I T [8 1 , 8 2 , 1, 2 , 3 D engan kata lain, jang ada hanja ,,p erangkaian k ata” . Kalau

k e l o m p o k kata kerap kali terpakai, maka ia m e n d j a d i ,,tetap . Oleh sebab itulah kita djuga jkerap kali ragu2, apakah kita dalam beberapa hal sadja, oleh tjiri2 lahir, d apat ditentukan katam adjem ukkah atau tidak. Mis. : anak a n g k a t; guru bantu ;

kapal selam ; ilmu ukur. Dalam hal2 jang demikian m aka bentuk

suku kedualah jang menundjukkan, bahwa kita berhadapan dengan katamadjemuk (stem-composition). Tetapi dalam banjak hal katamadjemuk membedakan dirinja dari jang lain hanja oleh susunan bangunnja jang lebih kokoh dan lebih tertutup. H al itu nampa'k mis. oleh achiran -nja dibelakang suku kedua. Mis. :

orang tuanja ; anak tunggalnja l) ; pengetahuan umumnja ; dalam garis‘~ besarnja; dalam hati ketjilnja.

Dalam 'bahasa Belanda (Inggris) katamadjemuk, selain oleh bentuk tatabahasa, kerap kali djuga bertjiri aksen kesatuan jang kuat, jang biasanja terletak pada suku pertama. Mis. : mdtglas,

schoonschrift, vetpot, kleinhandel. (Ingg. : m ilk glass, copy-book, grease-pot, retail trade). Tetapi dalam hal ini dalam bahasa

Melaju tidak ada beda jang dapat ditjari antara kelompok kata dan 'katamadjemuk.

EKSPLISIT

82. 1. Relasi antara suku2 kelompok kwalitatif setjara eksplisit, dapat diungkapkan dengan ber-matjam2 djalan dan terutama ialah oleh katapenghubung jang.

Per-tama2 jang — seperti dalam bahasa Djawa kang dan dalam bahasa Sunda nu — dapat dipergunakan untuk mengungkapkan per­ tentangan. M is.:

(39) murid jang bodoh.

Atau djuga untuk mengadakan tekanan jang kuat. Oleh sebab itulah m aka ia lebih12 terpakai pada kata2, jang menundjukkan deradjat jang tinggi. M is.:

(40) malapetaka jang sebesar-besaraja.

2- Tetapi dalam B.I. fungsi jang ini mendjadi lemah. Kerap kali disana kita lihat jang dipakai, tanpa ada pertentangan atau tekan- an sama sekali. Dengan kata lain, relasi kwalitatif kerap kali diungkap­ kan dalam B.I. setjara eksplisit. Selandjutnja ada djuga hal2, dimana kita harus memakai jang, atau se-kurang2nja dimana jang lebih baik dipakai. Jang terpenting dari hal2 ini kita pertjakapkan sekarang dengan ringkas :

3. Pemakaian jang diharuskan, apabila H. memakai achiran

-nja. Mis. :

(41) bininja jang bidjaksana (42) ibunja jang tua

(43) dosanja jang besar.

8 2 , 4 , 5 , 6] IX. B. KELOMPOK BERTINGKAT 133 4. D juga apabila H dibentuk dari sebuah anak kelompok kwa­ litatif (bebas atau tetap). Mis. :

(44) laut luas jang berkilau-kilauan (45) ahli politik jang ulung

(46) gadis djelita jang periang itu.

D jadi kita mengadakan pembedaan antara : (47) Opsir muda jang berani. itu

De dappere jonge officier The brave young officer (48) opsir m uda berani itu

de dappere, jonge officier the brave, young officer .

P ad a no. 47 H terdiri atas sebuah anak kelompok kwalitatif. D ja d i:

H t

opsir muda jang berani itu

P ada no. 48 t terdiri atas anak kelompok jang setara. D jadi:

H t

opsir muda berani itu

5. Diharuskan djuga pemakaiannja, apabila H terdiri atas anak kelom pok jang setara. Mis. :

H t

--- - 1 ' — r - ■ -»

(49) kebudajaan dan ilmu jang lama : de oude cultuur en wetenschap

the old culture and science.

Djadi dalam hal ini lama mempunjai hubungan baik dengan ilmu, maupun dengan kebudajaan. Andai kata jang tidak dipakai disini.. maka

lama hanja berhubungan dengan suku anak kelompok jang kedua, jaitu ilmu. Dengan pemakaian katapenghubung, maka ada dua kemungkin­

an. Djadi lema dapat berhubungan pada kedua suku anak kelompok dan djuga hanja pada suku jang kedua. Jang mana dari kedua ke­ mungkinan itu jang dimaksudkan, hanja se-mata2 terbukti dari hubungannja. Bahasa Melaju tidak mempunjai alat2 untuk menjatakan beda ini.

6. Djuga kebanjakan dipakai orang jang, apabila t terbentuk dari anak kelompok, seperti pada :

H t

134 E K S P L IS IT [8 2 , 6, 7 S 8

Dokumen terkait