• Tidak ada hasil yang ditemukan

48. 7J PERKEMBANGAN KATAPENGHUBUNG 83 Laten we deze zaak eerst in orde maken, voordat we beginnen

Let us first settle this affair before we begin.

Baru dalam hal jang demikian dapat diterdjemahkan dengan

voordat” (Ingg. ’’before”). Tetapi ia dengan kedua kata ini tidak sama sama sekali.

Tjatatan. 1. B ah w a 1) (atau bahwasanja-) mungkin sekali mem­ punjai perkembangan jang sama seperti dinjatakan diatas. Sekarang kata ini boleh dikatakan semata-mata mempunjai tugas sebagai katapenghubung jang sebenarnja. Tetapi dalam bahasa sastera jang lebih tua kata ini ikita djumpai masih dalam arti aslinja, jaitu berfungsi penegasan. Mis. :

Ja Tuhanku, bahwa Engkaulah Tuhan jang esa.

Bahwasanja nasib manusia itu tiadalah terdjadi dengan tiba2 sadja.

Pertukaran fungsi mudah dalam kalimat2 sebagai berikut:

(a) Ketahui olehmu, (b) bahwa segala radja ini hendaklah bagi- nja ada tiga perkara perangai.

Kalau kalimat ini dirapatkan, bahwa mendapat fungsi katapeng­ hubung.

Tjatatan 2. Djuga dalam bahasa Indonesia jang lain2 berkali-kali kita mendjumpai gedjala, bahwa Skata2 modal, disebabkan oleh rapatan kalimat, mendapat fungsi penghubung, tanpa kehilangan tenaga modalnja. Dapatlah kita anggap hal ini sebagai sesuatu jang karakteristik untuk bangun longgarnja kalimat luas dalam bahasa2 itu. Kita berikan lagi tjontoh2 jang amat djelas dari bahasa Sunda, jaitu bongan, abong (atau abongs), kena2 dan

kadjeun:

Bongan ialah kata modal, jang gunanja untuk menjatakan umpat-

an. Dapat kita terdjemahkan dengan „itu salahmu sendiri” atau „itu- lah akibatnja” . Mis. : apabila seseorang, oleh karena tidak hati2, lain mendapat ketjelakaan, maka kita dapat berseru :

Bongan gagabah ! (Itudah, tidak hati2 !)

Dalam kalimat luas ia dapat mempunjai fungsi katapenghubung modal dengan tenaga kausal. Mis. :

Eta budak dilepas ti sakolana bongan kedul.

(Itu anak dilepas dari sekolahnja karena malas). i

Abong ialah kata modal, jang gunanja untuk mengungkapkan

perasaan mentjela. la dapat kita terdjemahkan dengan kata ,,tjis !’' Mis. :

■*■) Berasal dari Sanskerta. (bhava: mendjadi. terdjadi).

2) M en u ru t pendirian jang umuni berlaku. kata ini ialah rapatan dari bahwa sesungguhnja.

Abong biwir teu diwengku. . (Tjis, bibir tak dikuasai).

Dalam kalimat luas kata ini, seperti bongan, mempunjai fungsi katapenghubung modal dengan tenaga kausal. Mis. :

Abong2 keur baluwen, mikiran bibina anu keur gering tea, sexnah teh teu dibere 'budi anu manis.

(Karena ia bingimg, memikirkan bibinja jang sakit, ia tidak menundjukkan budi jang manis kepada tamu).

Unsur modal hilang, kalau diterdjemahkan kedalam bahasa Belanda.

Kena2 sesuai dengan kata bahasa Melaju mentang* (kadang*

djuga dikombinasikan dengan abong: abong kena). Sebagai kata modal jang murni kita lihat kata ini p a d a :

Kena2 boga duit. (Mentang2 punja uang).

Sebagai katapenghubung modal dengan tenaga kausal kita lihal kata ini p a d a :

' Kena* kawasa, ngabedil djelema sakarep-karep. (Mentang2 kuasa, menembak orang sesuka-suka).

Kadjeun1) ialah kata modal jang menjatakan tak atjuh, jang

dapat diterdjemahkan dengan „biarlah” atau „tidak peduli” . Djadi kata ini sesuai dengan kata bahasa Melaju biar.

Seperti djuga kata jang terachir, ia dalam kalimat luas mem­ punjai tenaga peralahan. M is.:

Arek meuli imah eta, kadjeun mahal oge. (Ingin beli rumah itu, biarpun mahal djuga).

Dengan pertolongan kata2 modal jang demikian jang dipuniai dalam djumlah besar oleh kebanjakan bahasa Indonesia, °dapat di­ ungkapkan beda arti jang halus2, jang dalam bahasa2 Barat kerap kali tidak, ataupun sangat sukar, untuk dinjatakan.

,4 IV. MERAPATKAN KALIMAT [4 8 , 7

i) K erap kali diperkuat oleh teuing, jang menjatakan’ deradjat jang tinggi, atau pada um um nja gunanja untuk memperkuat.

85 Bab V

K A L I M A T L U A S I RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT

49. Dalam bab pertama telah kita mintakan perhatian, bahwa relasi antara subjek dan predikat dapat sangat bermatjam-matjam sifatnja.

Hal jang sama tentu sadja berlaku untuk kalimat luas. Akan kita sebutkan sekarang sedjumlah dari bermatjam-matjam kemungkinan dan akan kita teliti, tjara bagaimana hal ini dapat diungkapkan setjara implisit ataupun setjara eksplisit dalam B.I.

50. 1. Kita namakan relasi temporal, apabila dalam bagian kalimat jang satu diberikan keterangan2 tentang waktu, didalam mana terdjadinja sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian jang lain.

Hubungan waktu djuga dalam B.I. ikerap kali diungkapkan se­ tjara implisit, djadi tanpa memakai alat2 lahir. Mis. :

(1) Belum x) mendapat djawab, dia sudah menoleh.

(2) Sampai di Tembung, kereta 'kami ditahan oleh pelbagai barisan.

(3) Baru sadja kita keluar, hudjanpun turunlah. (4) Berhadapan dengan dia, rasanja terbit djidjikku. (5) Tiba disini, hari telah malam.

Kerap kali P dalam kalimat2 demikian diantarkan oleh maka. (6) Tidak berapa lama dirumah sakit, maka sembuhlah penjakit-2. Untu'k mengungkapkan relasi2 temporal setjara eksplisit, dapat dipergunakan terutama kata2 penghubung jang berikut.

RELASI TEMPORAL Mis. : nja. sampai (se)hingga sebelum (apa)bila bilamana djikalau djika kalau manakala ketika tatkala selama selagi (se) waktu (se)masa demi 1) Bandingkan 48, 6.

8 6 V. KALIMAT LUAS 1 [5 0, 2, 3 sambil seraja sedang(kan) tengah sementara diantara dalam sesudah setelah (se)habis sedjak semendjak sedari

3. Sekarang kita berikan dari tiap- kelompok sebuah tjontoh : sebelum:

(7) Sebelum kita dapat mengambil keputusan, perkara itu harus dibereskan dahulu.

(8) Saja akan duduk menanti disini, sampai datang raalapetaka

(9) Ketika ia sudah naik kerumah, ibunja bertanjakan

kehendak-Tatkala dapatlah dianggap sebagai kata sastera.

Demi dalam arti ini terang sudah kuno. Kerao kali s e k a r a n e ia

(10) Sambil memperhatikan laku orang itu, ia berdiri kebalik

Sebuah tjontoh dengan diantara : diantara:

(11) Diantara mereka dengan asjik bertukar fikiran, keluarlah Maria dari dalam.

Diantara selandjutnja dalam arti ini kurang sekali terpakai Se­

buah tjontoh dengan dalam telah kita berikan pada 43,4

Tjatatan : Pemakaian sedangkan setjara chusus kita lihat dalam •

1) B an d in gk an dju ga 71.

2) Tetapi dalam B.l. batas- antaia bahasa lisan dan bahasa sastera ber­ lainan letaknja dari pada dalam bahasa daerah biasa. Bukankah B.I., mengingat kedudukannja sebagai bahasa persatuan, selanianja agak mem-

punja sifat sastera ?

sam pai:

itu.

Hingga atau sehingga1) lebih tergolong bahasa sastera2).

ketika:

nja.

50, 3, 4. 51] KELAS) KAUSAL 87

Sedangkan orang terpeladjar jang terang pikirannja masih me- lakukan kesalahan, apalagi rakjat umum jang tidak mendapat latihan.

apabila :

(12) Sesak napas gadis itu, apabila ingatannja terhadap kepada -1) hal jang mungkin terdjadi itu.

Manakala (untuk gantinja kadang2 djuga kalamana) dapat di- anggap bersifat sastera.

selagi:

(13) Selagi njawaku dikandung badanku ini, takkan sampai maksudnja itu.

N.B. selama ini : sampai sekarang ini. sem endjak:

(14) Semendjak orang tuamu meninggal, aku jang niendjaga engkau.

Djuga dalam relasi- jang diungkapkan setjara eksplisit, kita djumpai djuga P diantarkan oleh maka. M is.:

setelah:

(15) Setelah kapal itu diperbaiki, maka kamipun berlajarlah.

4. Relasi temporal sebagai pada no. 15 dapat djuga diungkap- dengan djalan pemakaian awalan se-. Mis. : •

(16) Sesampai disana, dilihatnja djamu sudah hadir.

Demikian pula kita djumpai mis. setiba; sepulang; sekembali. Hanja djarang sekali kita djumpai awalan ini dimuka kata2 jang ber- sambungan (geaffigeerd), mis. dalam ungkapan: sepeninggalnja. Bentuk2 seperti seberangkatnja ada dipakai orang, tetapi tidak di- gemari.

^ - RELASI KAUSAL

51. 1. Kita namakan relasi kausal, apabila bagian kalimat jang satu mentjeriterakan sebab atau alasan sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian kalimat jang lain. . . . .

Relasi2 kausal kerap kali diungkapkan setjara implisit. Seperti djuga dalam hal2 jang lain, maka ikatan antara bagian2 kalimat me­ nurut keadaannja agak longgar. M is.: .

(17) Aku girang, ada orang jang menunggui lumahku. (18) Aga'k malu dia, ketahuan tipu dajanja.

*) U ntuk ganti terhadap kepada dipakai orang sekarang kebanjakan terhadap sadja. dalam arti jang sama. ] ih. 90. 3.

begini ia lalu benar- d i t i a D sebaeai katapenghubung. Tetapi fungsi modal („melagak”) tetap dipunjainja djuga. M is.:

(37) Dia itu sombong, sementang-mentang anak orang kaja. Hij is venvaand omdat hij een rijkeluiszoontje is. He is conceited because he is a son of rich people.

Terdjemahan tentang semua tjontoh ini (no. 27 s /d no. 37) tidak memberikan gambaran jang fcepat. Bukankah dalam bahasa Belanda kata2 seperti mudah-mudahan, hendaklah, entah, kalau1,

mentang1 dsb. hanja dapat diterdjemahkan dengan „dat”, atau „om-

dat” (Inggris: ’’that” atau ’’because”), sehingga nilai fungsi modalnja hilang sama sekali.

5. Demikian djuga partikel tanja kah, adalah dan apakah dapat bertindak dalam kalimat luas. M is.:

(38) Ia sudah bertanja-tanja dalam hatinja sudikah bapanja mengabulkan peranintaannja.

(39) Kemudian dia ditanja apakah ia suka bekerdja.

Djadi tidak ada bedanja antara pertanjaan langsung dan tak lansung. Beda itu hanja se-mata2 dinjatakan oleh intonasi.

Tjatatan. Dalam bahasa Belanda (Inggris), pertanjaan langsung dan tak langsung, selain oleh intonasi, djuga dibedakan jang satu dari jang lain, oleh urutan kata dan kata penghubung (of) (Ingg. : whether). Bandingkanlah m is.: Ik twijfelde nog. Zou ik

het doen ?

I was still in doubt. Should I do it ? dan

Ik twijfelde nog of ik het doen zou.

I was still in doubt whether I should do it.

Dalam bahasa Melaju, dimana pembedaan mi hanja diungkap- kan oleh intonasi, peralihan dari pertanjaan langsung kepada tak langsung lebih berangsur-angsur. Demikianlah, maka dapat difahami, bahwa orang kadang2 memakai tanda tanja untuk pertanjaan jang tidak langsung.

6. Demikian djuga penundjuk2 aspek dapat berkembang men-, djadi katapenghubung. Kita sebutkan.

belum babis

sudah sedanS

telah tenSah

Tentang ini kita berikan beberapa tjontoh :

48, 4, 5, 6] PERKEMBANGAN KATA PENGHUBUNG 81

85 Bab V

K A L I M A T L U A S I RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT

49. Dalam bab pertama telah kita mintakan perhatian, bahwa relasi antara subjek dan predi'kat dapat sangat bermatjam-matjam sifatnja.

Hal jang sama tentu sadja berlaku untuk kalimat luas. Akan kita sebutkan sekarang sedjumlah dari bermatjam-matjam kemungkinan dan akan kita teliti, tjara bagaimana hal ini dapat diungkapkan setjara implisit ataupun setjara eksplisit dalam B.l.

50. 1. Kita namakan relasi temporal, apabila dalam bagian kalima.t jang satu diberikan keterangan2 tentang waktu, didalam mana terdjadinja sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian jang lain.

Hubungan waktu djuga dalam B.l. ikerap kali diungkapkan se­ tjara implisit, djadi tanpa memakai alat2 lahir. Mis. :

(1) Belum mendapat djawab, dia sudah menoleh.

(2) Sampai di Tembung, kereta 'kami ditahan oleh pelbagai barisan.

(3) Ba.ru sadja kita keluar, hudjanpun turunlah. (4) Berhadapan dengan dia, rasanja terbit djidjikku. (5) Tiba disini, hari telah malam.

Kerap kali P dalam kalimat2 demikian diantarkan oleh maka. (6) Tidak berapa lama dirumah sakit, maka sembuhlah penjakit-2. Untu'k mengungkapkan relasi2 temporal setjara eksplisit, dapat dipergunakan terutama kata2 penghubung jang berikut.

RELASI TEMPORAL Mis. : nja. sampai (se)hingga sebelum (apa)bila bilamana djikalau djika kalau manakala ketika tatkala selama selagi (se) waktu (se)masa demi 1) Bandingkan 48, 6.

begini ia lalu benar- d i t i a D sebaeai katapenghubung. Tetapi fungsi modal („melagak”) tetap dipunjainja djuga. M is.:

(37) Dia itu sombong, sementang-mentang anak orang kaja. Hij is venvaand omdat hij een rijkeluiszoontje is. He is conceited because he is a son of rich people.

Terdjemahan tentang semua tjontoh ini (no. 27 s /d no. 37) tidak memberikan gambaran jang fcepat. Bukankah dalam bahasa Belanda kata2 seperti mudah-mudahan, hendaklah, entah, kalau1,

mentang1 dsb. hanja dapat diterdjemahkan dengan „dat”, atau „om-

dat” (Inggris: ’’that” atau ’’because”), sehingga nilai fungsi modalnja hilang sama sekali.

5. Demikian djuga partikel tanja kah, adalah dan apakah dapat bertindak dalam ikalimat luas. M is.:

(38) Ia sudah bertanja-tanja dalam hatinja sudikah bapanja mengabulkan peranintaannja.

(39) Kemudian dia ditanja apakah ia suka bekerdja.

Djadi tidak ada bedanja antara pertanjaan langsung dan tak lansung. Beda itu hanja se-mata2 dinjatakan oleh intonasi.

Tjatatan. Dalam bahasa Belanda (Inggris), pertanjaan langsung dan tak langsung, selain oleh intonasi, djuga dibedakan jang satu dari jang lain, oleh urutan kata dan kata penghubung (of) (Ingg. : whether). Bandingkanlah m is.: Ik twijfelde nog. Zou ik

het doen ?

I was still in doubt. Should I do it ? dan

Ik twijfelde nog of ik het doen zou.

I was still in doubt whether I should do it.

Dalam bahasa Melaju, dimana pembedaan mi hanja diungkap- kan oleh intonasi, peralihan dari pertanjaan langsung kepada tak langsung lebih berangsur-angsur. Demikianlah, maka dapat difahami, bahwa orang kadang2 memakai tanda tanja untuk pertanjaan jang tidak langsung.

6. Demikian djuga penundjuk2 aspek dapat berkembang men-, djadi katapenghubung. Kita sebutkan.

belum habis

sudah sedanS

telah tenSah

Tentang ini kita bexikan beberapa tjontoh :

48, 4, 5, 6] PERKEMBANGAN KATA PENGHUBUNG 81

85 Bab V

K A L I M A T L U A S I RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT

49. Dalam bab pertama telah kita mintakan perhatian, bahwa relasi antara subjek dan predikat dapat sangat bermatjam-matjam sifatnja.

Hal jang sama tentu sadja berlaku untuk kalimat luas. Akan kita sebutkan sekarang sedjumlah dari bermatjam-matjam kemungkinan dan akan kita teliti, tjara bagaimana hal ini dapat diungkapkan setjara implisit ataupun setjara eksplisit dalam B.I.

50. 1. Kita namakan relasi temporal, apabila dalam bagian kalima.t jang satu diberikan keterangan2 tentang waktu, didalam mana terdjadinja sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian jang lain.

Hubungan waktu djuga dalam B.I. kerap kali diungkapkan se­ tjara implisit, djadi tanpa memakai alat2 lahir. Mis. :

(1) Belum mendapat djawab, dia sudah menoleh.

(2) Sampai di Tembung, kereta kami ditahan oleh pelbagai barisan.

(3) Baru sadja kita keluar, hudjanpun turunlah. (4) Berhadapan dengan dia, rasanja terbit djidjikku. (5) Tiba disini, hari telah malam.

Kerap kali P dalam kalimat2 demikian diantarkan oleh maka. (6) Tidak berapa lama dirumah sakit, maka sembuhlah penjakit-2. Untu'k mengungkapkan relasi2 temporal setjara eksplisit, dapat dipergunakan terutama kata2 penghubung jang berikut.

RELASI TEMPORAL Mis. : nja. sampai (se)hingga sebelum (apa)bila bilamana djikalau djika kalau manakala ketika tatkala selama selagi (se) waktu (se)masa demi 1) Bandingkan 48, 6.

50, 3, 4. 511 RELASI KAUSAL 87

Sedangkan orang terpeladjar jang terang pikirannja niasili rtie- lakukan kesalahan, apalagi rakjat umum jang tidak mendapat latihan.

apabila :

(12) Sesak napas gadis itu, apabila ingatannja terhadap kepada -1) hal jang mungkin terdjadi itu.

Manakala (untuk gantinja kadang2 djuga kalamana) dapat di- anggap bersifat sastera.

selagi:

M3)Selagi njawaku dikandung badanku ini, takkan sampai maksudnja itu.

N.B. selama ini : sampai sekarang ini. sem endjak:

(14) Semendjak orang tuamu meninggal, aku jang niendjaga engkau.

Djuga dalam relasi-’ jang diungkapkan setjara eksplisit, kita djumpai djuga P diantarkan oleh maka. M is.:

setelah:

(15) Setelah kapal itu diperbaiki, maka kamipun berlajarlah.

4. Relasi temporal sebagai pada no. 15 dapat djuga diungkap- dengan djalan pemakaian awalan se-. Mis. : •

(16) Sesampai disana, dilihatnja djamu sudah hadir.

Demikian pula kita djumpai mis. setiba; sepulang; sekembali. Hanja djarang sekali kita djumpai awalan ini dimuka kata2 jang ber- sambungan (geaffigeerd), mis. dalam ungkapan: sepeninggalnja. Bentuk2 seperti seberangkatnja ada dipakai orang, tetapi tidak di- gemari.

^ - RELASI KAUSAL

51. 1. Kita namakan relasi kausal, apabila bagian kalimat jang satu mentjeriterakan sebab atau alasan sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian kalimat jang lain. . . . .

Relasi2 kausal kerap kali diungkapkan setjara implisit. Seperti djuga dalam hal2 jang lain, maka ikatan antara bagian2 kalimat me­ nurut keadaannja agak longgar. M is.: .

(17) Aku girang, ada orang jang menunggui lumahku. (18) Aga'k malu dia, ketahuan tipu dajanja.

*) U ntuk ganti terhadap kepada dipakai orang sekarang kebanjakan terhadap sadja. dnlam arti jang sama. 1 ih. 90. 3.

begini ia lalu benar- d i t i a D sebaeai katapenghubung. Tetapi fungsi modal („melagak”) tetap dipunjainja djuga. M is.:

(37) Dia itu sombong, sementang-mentang anak orang kaja. Hij is verwaand omdat hij een rijkeluiszoontje is. He is conceited because he is a son of rich people.

Terdjemahan tentang semua tjontoh ini (no. 27 s /d no. 37) tidak memberikan gambaran jang tepat. Bukankah dalam bahasa Belanda kata2 seperti mudah-mudahan, hendaklah, entah, kalau1,

mentang1 dsb. hanja dapat diterdjemahkan dengan „dat”, atau „om-

dat” (Inggris: ’’that” atau ’’because”), sehingga nilai fungsi modalnja hilang sama sekali.

5. Demikian djuga partikel tanja kah, adalah dan apakah dapat bertindak dalam kalimat luas. M is.:

(38) Ia sudah bertanja-tanja dalam hatinja sudikah bapanja mengabulkan peranintaannja.

(39) Kemudian dia ditanja apakah ia suka bekerdja.

Djadi tidak ada bedanja antara pertanjaan langsung dan tak lansung. Beda itu hanja se-mata2 dinjatakan oleh intonasi.

Tjatatan. Dalam bahasa Belanda (Inggris), pertanjaan langsung dan tak langsung, selain oleh intonasi, djuga dibedakan jang satu dari jang lain, oleh urutan kata dan kata penghubung (of) (Ingg. : whether). Bandingkanlah m is.: Ik twijfelde nog. Zou ik

het doen ?

I was still in doubt. Should I do it ? dan

Ik twijfelde nog of ik het doen zou.

I was still in doubt whether I should do it.

Dalam bahasa Melaju, dimana pembedaan mi hanja diungkap­ kan oleh intonasi, peralihan dari pertanjaan langsung kepada tak langsung lebih berangsur-angsur. Demikianlah, maka dapat difahami, bahwa orang kadang2 memakai tanda tanja untuk pertanjaan jang tidak langsung.

6. Demikian djuga penundjuk2 aspek dapat berkembang men-, djadi katapenghubung. Kita sebutkan.

belum habis

sudah sedanS

telah tenSah

Tentang ini kita berikan beberapa tjontoh :

48, 4, 5, 6] PERKEMBANGAN KATA PENGHUBUNG 81

85 Bab V

K A L I M A T L U A S I RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT

49. Dalam bab pertama telah kita mintakan perhatian, bahwa relasi antara subjek dan predikat dapat sangat bermatjam-matjam sifatnja.

Hal jang sama tentu sadja berlaku untuk kalimat luas. Akan kita sebutkan sekarang sedjumlah dari bermatjam-matjam kemungkinan dan akan kita teliti, tjara bagaimana hal ini dapat diungkapkan setjara implisit ataupun setjara eksplisit dalam B.I.

50. 1. Kita namakan relasi temporal, apabila dalam bagian kalimat jang satu diberikan keterangan2 tentang waktu, didalam mana terdjadinja sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian jang lain.

Hubungan waktu djuga dalam B.I. ikerap kali diungkapkan se­ tjara implisit, djadi tanpa memakai alat2 lahir. Mis. :

(1) Belum mendapat djawab, dia sudah menoleh.

(2) Sampai di Tembung, kereta 'kami ditahan oleh pelbagai barisan.

(3) Baru sadja kita keluar, hudjanpun turunlah. (4) Berhadapan dengan dia, rasanja terbit djidjikku. (5) Tiba disini, hari telah malam.

Kerap kali P dalam kalimat2 demikian diantarkan oleh maka. (6) Tidak berapa lama dirumah sakit, maka sembuhlah penjakit-2. Untu'k mengungkapkan relasi2 temporal setjara eksplisit, dapat dipergunakan terutama kata2 penghubung jang berikut.

RELASI TEMPORAL Mis. : nja. sampai (se)hingga sebelum (apa)bila bilamana djikalau djika kalau manakala ketika tatkala selama selagi (se) waktu (se)masa demi 1) Bandingkan 48, 6.

Sedangkan orang terpeladjar jang terang pikirannja masih rtie- lakukan kesalahan, apalagi rakjat umum jang tidak mendapat latihan.

apabila :

(12) Sesak napas gadis itu, apabila ingatannja terhadap kepada -1) hal jang mungkin terdjadi itu.

Manakala (untuk gantinja kadang2 djuga kalamana) dapat di-

anggap bersifat sastera. selagi:

M3)Selagi njawaku dikandung badanku ini, takkan sampai maksudnja itu.

N.B. selama ini : sampai sekarang ini. sem endjak:

(14) Semendjak orang tuamu meninggal, aku jang niendjaga engkau.

Djuga dalam relasi2 jang diungkapkan setjara eksplisit, kita djumpai djuga P diantarkan oleh maka. M is.:

setelah:

(15) Setelah kapal itu diperbaiki, maka kamipun berlajarlah.

4. Relasi temporal sebagai pada no. 15 dapat djuga diungkap- dengan djalan pemakaian awalan se-. Mis. : •

(16) Sesampai disana, dilihatnja djamu sudah hadir.

Demikian pula kita djumpai mis. setiba; sepulang; sekembali. Hanja djarang sekali kita djumpai awalan ini dimuka kata2 jang ber- sambungan (geaffigeerd), mis. dalam ungkapan: sepeninggalnja. Bentuk2 seperti seberangkatnja ada dipakai orang, tetapi tidak di- gemari.

^ - RELASI KAUSAL

51. 1. Kita namakan relasi kausal, apabila bagian kalimat jang satu mentjeriterakan sebab atau alasan sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian kalimat jang lain. . . . .

Relasi2 kausal kerap kali diungkapkan setjara implisit. Seperti djuga dalam hal2 jang lain, maka ikatan antara bagian2 kalimat me­ nurut keadaannja agak longgar. M is.: .

(17) Aku girang, ada orang jang menunggui lumahku. (18) Agak malu dia, ketahuan tipu dajanja.

*T~Untuk ganti terhadap kepada dipakai orang sekarang kebanjakan terhadap sadja. dalam arti jang sama. Lih. 90. 3.

Sedangkan orang terpeladjar jang terang pikirannja masih mc- lakukan kesalahan, apalagi rakjat umum jang tidak mendapat latihan.

ap abila:

(12) Se-sak napas gadis itu, apabila ingatannja terhadap kepada -1) hal jang mungkin terdjadi itu.

Manakala (untuk gantinja kadang2 djuga kalaniana) dapat di-

anggap bersifat sastera. selagi :

(13)Selagi njawaku dikandung badanku ini. takkan sampai maksudnja itu.

N.B. selama ini : sampai sekarang ini. scm endjak:

(14) Semendjak orang tuamu meninggal, aku jang mendjaga engkau.

Djuga dalam relasi2 jang diungkapkan setjara eksplisit, kita djumpai djuga P diantarkan oleh maka. Mis. :

setelah:

(15) Setelah kapal itu diperbaiki, maka kamipun berlajarlah.

4. Relasi temporal sebagai pada no. 15 dapat djuga diungkap- dengan djalan pemakaian awalan se-. Mis. :

(16) Sesampai disana, dilihatnja djamu sudah hadir.

Demikian pula kita djumpai mis. setiba; sepulang; sekembali. Hanja djarang sekali kita djumpai awalan ini dimuka kata2 jang ber- sambungan (geaffigeerd), mis. dalam ungkapan: sepeninggalnja. Bentuk2 seperti seberangkatnja ada dipakai orang, tetapi tidak di- gemari.

RELASI KAUSAL

51. 1. Kita namakan relasi kausal, apabila bagian kalimat jang satu mentjeriterakan sebab atau alasan sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian kalimat jang lain.

Relasi2 kausal kerap kali diungkapkan setjara implisit. Seperti djuga dalam hal2 jang Iain, maka ikatan antara bagian2 kalimat me-nurut keadaannja agak longgar. M is.: .

(17) Aku girang, ada orang jang menunggui rumahku. (18) Agak main dia, ketahuan tipu dajanja.

U ntuk ganti terhadap kepada dipakai orang sekarang kebanjakan terhadap sadja. dalam arti jang sania. I.ih. 90. 3.

48, 4, 5, 6] PERKEMBANGAN KATA PENGHUBUNG 81 begini i a lalu benar- d i t i a D sebaeai katapenghubung. Tetapi fungsi modal („melagak”) tetap dipunjainja djuga. M is.:

(37) Dia itu sombong, sementang-mentang anak orang kaja. Hij is verwaand omdat hij een rijkeluiszoontje is. He is conceited because he is a son of rich people.

Terdjemahan tentang semua tjontoh ini (no. 27 s /d no. 37) tidak memberikan gambaran jang tepat. Bukankah dalam bahasa Belanda kata2 seperti mudah-mudahan, hendaklah, entah, kalau*,

mentang* dsb. hanja dapat diterdjemahkan dengan „dat”, atau „om-

Dokumen terkait