• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Hasil Uji Pengaruh Pemberian Jangka Panjang

4. Kelompok perlakuan jangka panjang FHEMM

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

Tujuan dilakukan kelompok praperlakuan adalah untuk melihat pengaruh

praperlakuan jangka panjang FHEMM pada tikus betina galur Wistar terinduksi

karbon tetraklorida terhadap peningkatan kadar albumin serum.

Berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V), kadar albumin pada

kelompok perlakuan FHEMM dosis I (dosis 34,28 mg/kgBB) sebesar 3,35 ± 0,07

mg/dL. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin serum pada kelompok perlakuan

FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB dan

serum tikus. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol CMC-Na 1%, kelompok

perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna. Hal ini

berarti FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin

serum tikus, namun peningkatan albumin yang terjadi belum sebanding dengan

keadaan normal.

Berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V), kadar albumin pada

kelompok perlakuan FHEMM dosis II (dosis 68,57 mg/kgBB) sebesar 3,80 ± 0,08

mg/dL. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin serum pada kelompok perlakuan

FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Hal ini

berarti FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin

serum tikus. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol CMC-Na 1%, kelompok

perlakuan FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna.

Hal ini menunjukkan bahwa FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB mampu

meningkatkan kadar albumin serum tikus, namun kerusakan hati akibat

hepatotoksin karbon tetraklorida belum dapat terproteksi seperti keadaan normal.

Berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V), kadar albumin pada

kelompok perlakuan FHEMM dosis III (dosis 137,14 mg/kgBB) sebesar 3,58 ±

0,03 mg/dL. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin serum darah tikus pada

kelompok perlakuan FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB menunjukkan adanya

perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon

tetraklorida 2 mL/kgBB dan kelompok kontrol CMC-Na 1%. Adanya perbedaan

mL/kgBB menunjukkan bahwa FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB mampu

meningkatkan kadar albumin serum tikus. Adanya perbedaan yang bermakna

terhadap kelompok kontrol CMC-Na 1% menunjukkan bahwa FHEMM dosis

137,14 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin serum tikus, namun belum

dapat mengembalikan kerusakan hati akibat hepatotoksin karbon tetraklorida

seperti pada keadaan normal.

Berdasarkan uji Mann-Whitney kadar albumin serum kelompok

perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok

perlakuan FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna, begitu

pula kadar albumin kelompok perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB

dibandingkan dengan kelompok perlakuan FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB

memiliki perbedaan yang bermakna. Pemberian FHEMM kelompok perlakuan

dosis 68,57 mg/kgBB memiliki perbedaan tidak bermakna dibandingkan dengan

kelompok perlakuan dosis 137,14 mg/kgBB pada tikus betina galur Wistar

terinduksi karbon tetraklorida. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan dosis dengan

respon terlihat antar dosis FHEMM, dari pemberian FHEMM dosis 34,28; 68,57;

dan 137,14 mg/kgBB karena semakin besar dosis praperlakuan FHEMM yang

diberikan, maka efek hepatoprotektif berupa peningkatan kadar albumin serum

tikus yang ditimbulkan tidak semakin besar pula.

Proses hepatoprotektif dari FHEMM ini dapat ditinjau dari proses

kerusakan hati (perlemakan hati) yang disebabkan karena adanya induksi karbon

tetraklorida kemudian dimetabolisme menjadi senyawa radikal bebas CCl3* dapat

Rusaknya badan golgi menyebabkan penumpukan VLDL dan menyebabkan

perlemakan hati. Reaksi CCl3* dengan oksigen akan menghasilkan senyawa

radikal triklorometil peroksi (CCl3OO*) yang dapat menyebabkan kerusakan hati

semakin parah (Hodgson, 2009).

Peroksidasi lipid juga dapat menyebabkan kerusakan membran sel dan

kerusakan mitokondria. Terjadinya penghambatan sintesis protein juga

diakibatkan adanya gangguan keluarnya lipid dari hati yang disebabkan karena

hambatan sintesis lipoprotein yang membawa trigliserida meninggalkan hati

sehingga menimbulkan steatosis (perlemakan hati). Pada keadaan steatosis ini,

struktur retikulum endoplasma mengalami distorsi, sintesa protein menjadi

lambat, selanjutnya akan terjadi penyimpangan dengan cepat terhadap aktivitas

enzim yang berada di retikulum endoplasma.

Kandungan daun M.tanarius adalah glikosida yang dapat tersari oleh

pelrut yang bersifat polar. Oleh karena itu, penelitian ini di ekstraksi

menggunakan pelarut metanol-air (50:50) sehingga kemungkinan besar zat akan

tertarik dalam kombinasi pelarut tersebut. Berdasarkan Matsunami, et al., (2006),

senyawa glikosida memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH, sehingga

dapat digunakan sebagai antioksidan. Proses selanjutnya adalah fraksinasi

menggunakan heksan:etanol (50:50), karena campuran senyawa tanin daun

M.tanarius yang memiliki lipofilisitas mendekati heksan-etanol yaitu macatanin B (2,94), macatanin A (2,76), dan chebulogic acid (2,64). Sehingga pada

penelitian ini heksan-etanol digunakan sebagai pelarut fraksi M. tanarius untuk

Kemungkinan mekanisme kerja kandungan antioksidan dalam daun

M.tanarius memberikan efek hepatoprotektif adalah menangkap radikal bebas

triklorometil (*CCl4) yang merupakan metabolit reaktif. Akibatnya serangkaian

peristiwa yang akan menyebabkan steatosis pada hati akan terhenti. Selain

sebagai antioksidan, kemungkinan senyawa tersebut mampu meningkatkan

sintesis enzim GSH dalam hati yang berfungsi sebagai enzim penetralisir setiap

metabolit reaktif, sehingga dapat dieliminasi dengan mudah oleh tubuh.

Dengan demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa FHEMM

dapat meningkatkan kadar albumin serum tikus betina galur Wistar perlakuan

jangka panjang enam hari berturut-turut pada tikus terinduksi karbon tetraklorida

dan tidak ada kekerabatan dosis antar ketiga dosis yang digunakan. Penelitian ini

merupakan penelitian eksploratif untuk mengetahui pengaruh pemberian FHEMM

terhadap kenaikan kadar albumin serum. Untuk mengembangkan penelitian ini

diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek hepatoprotektif FHEMM pada

tikus terinduksi hepatotoksin lain, seperti parasetamol. Parasetamol mampu

menimbulkan kerusakan hati hingga nekrosis. Penelitian mengenai efek

hepatoprotektif pada dosis di bawah 34,28 mg/kgBB juga perlu dilakukan untuk

mempertegas hasil karena apabila dilakukan dalam bentuk fraksi, dosis yang

dibutuhkan seharusnya lebih kecil dengan melihat dosis 34,28 mg/kgBB sudah

Dokumen terkait