• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lingkungan

2.9 Keluhan Kesehatan

Partikel debu dapat mengganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, kulit, alergi, gangguan pernapasan dan kanker paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada Solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi debu dan ukuran partikel debu (Pudjiastuti, 2002). Bergantung pada ukuran, partikel debu dapat menembus bagian terdalam dari paru-paru.

Partikel yang lebih besar umumnya disaring di hidung dan tenggorokan dan tidak menimbulkan masalah, namun partikel yang lebih kecil dari 10 mikrometer, yang disebut PM10, dapat mesuk hingga di bronkus paru dan menyebabkan masalah kesehatan.

Sistem pernapasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikel-partikel baik berbentuk padat maupun cair kedalam paru-paru.bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikel-partikel berukuran

besar, sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat di sepanjang sistem pernapasan dan merupakan permukaan tempat partikel menempel.

Menurut Pudjiastuti (2002) ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai organ target sebagai berikut:

a. 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian atas.

b. 2-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah.

c. 1-3 mikron hinggap di permukaan/selaput lendir sehingga menyebabkan vibrosis paru.

d. 0,1- 0,5 mikron melayang di permukaan alveoli.

Partikel-partikel yang masuk dan tertinggal di dalam paru-paru mungkin berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting, yakni:

a. Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-siat kimia dan fisiknya.

b. Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak beraksi) tetapi tinggal di dalam saluran pernapasan sehingga dapat mengganggu pembersihan bahan-bahan lain yang berbahaya.

c. Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi atau mengadsorbsi, sehingga molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru-paru yang sensitif.

Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang tinggi dari saringan pernapasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu

cukup lama. Tingkat bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap bercampur dengan uap air. PM10 tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga masuk ke paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paru-paru akan menimbulkan peradangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi kulit (Anonimus, 2002). PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak, sementara pada konsentrasi 350 µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis.

Orang yang lebih muda atau lebih tua dan orang yang kesehatannya sedang tidak baik, perokok atau orang yang menderita asma, bronchitis biasanya lebih mudah diserang. Polusi udara dapat menyebabkan sakit, absensi bagi para pekerja yang secara alami akan menurunkan efisiensi dari segala kegiatan manusia (Dara, 1993).

Menurut WHO (1991) ukuran debu partikel yang membahayakan adalah yang berukuran 0,1-5 mikron atau ukuran 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar antara 0,1 sampai 10 mikron.

Beberapa gejala keluhan kesehatan akibat partikel debu, yaitu sebagai berikut:

1. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan

a. Batuk, merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan sebagai reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan.

b. Bersin, merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh akibat masuknya benda asing ke dalam tubuh.

c. Sesak nafas (dispnea), merupakan keadaan sulit bernafas yang ditandai dengan nafas yang pendek dan terasa berat.

d. Hidung gatal, biasanya terjadi bersama dengan gejala bersin.

2. Keluhan Iritasi Mata

a. Mata merah, merupakan peradangan yang terjadi pada selaput lendir yang melapisi bagian depan mata.

b. Mata gatal, terjadi bila mata terpapar benda-benda kecil seperti debu, kotoran dan bulu hewan.

c. Mata berair, terjadi ketika produksi air mata berlebihan yang diakibatkan karena mata kering atau tersentuh benda-benda kecil.

d. Mata perih, merupakan suatu keadaan dimana mata terasa kering, gatal dan seperti terbakar.

3. Keluhan Iritasi Kulit

a. Kulit kering, adalah kondisi yang dialami kulit dimana kulit kekurangan cairan pada lapisan terluarnya.

b. Kulit gatal (pruritus), merupakan rasa tidak nyaman pada kulit yang memicu penderita melakukan garukan

c. Kulit bentol-bentol, disebabkan oleh alergen misalnya debu yang memicu diproduksinya histamin dalam tubuh.

d. Kulit memerah, merupakan peradangan akibat keluarnya histamin dari dalam tubuh.

Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan bebagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis. Sedangkan

penyakit lain yang ditimbulkan oleh debu yaitu penyakit iritasi mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang (visibility). Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru.

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah kegiata industri antara lain (Suma’mur, 2009):

1. Silikosis

Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa SiO2 yang terhisap masuk ke paru-paru, kemudian mengendap dengan masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Penyakit silikosis di tndai dengan sesak napas yang disertai batuk, seringkali tidak disertai dahak. Bila silikosis sudah berat, sesak napas akan semakin parah, kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

2. Asbestosis

Penyakit asbestosis disebabkan oleh debu atau serat asbes, yaitu campuran dari berbagai macam silikat terutama magnesium silikat. Gejala yang ditunjukkan berupa sesak napas dan batuk dengan dahak. Pemeriksaan pada dahak akan menunjukkan adanya debu asbes dalam dahal tersebut. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar atau melebar.

3. Bisinosis

Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat kapas. Masa inkubasinya yaitu sekitar 5 tahun, dengan tanda-tanda awal berupa sesak napas dan terasa berat pada dada. Pada bisinosis tingkat lanjut

atau berat, biasanya diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

4. Antrakosis

Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batu bara. Masa inkubasi antara 2 sampai 4 tahun. Karena pada debu batu bara terkadang juga terdapat debu silikat, penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silikosis sehingga disebut silikoantrakosis.

Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: Antrakosis murni, Silikoantrakosis, dan Tuberkolosilikoantrakosis.

5. Beriliosis

Beriliosis disebabkan oleh debu logam, baik berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida. Debu logam dapat menyebabkan nesoparingitis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis banyak timbul pada pekerja industry yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, seng, mangan, pada pekerja pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan pengolahan bahan penunjang industry nuklir, dengan masa inkubasi 5 tahun. Penyakit beriliosis ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun.

Dokumen terkait