• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dalam dokumen SKI VIII MTs BUKU SISWA 2013 (Halaman 84-87)

Kemajuan Pendidikan dan Perpustakaan

B. Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya

George Zaydan dalam bukunya Tamaddun al-Islam menggambarkan pada masa Bani Abbasiyah, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas khusus dan kelas umum.

(a) Kelas khusus terdiri dari: 1. Khalifah

2. Keluarga Khalifah, Bani Hasyim 3. Para pejabat negara

4. Para bangsawan yang bukan Bani Hasyim, yaitu Bani Quraisy 5. Para petugas khusus seperti anggota tentara dan para pegawai istana (b)Kelas Umum

1. Para seniman

2. Para ulama, fuqaha dan pujangga 3. Para saudagar dan pengusaha 4. Para tukang dan petani

Namun demikian, untuk menciptakan keadilan sosial kekhalifahan Dinasti Abbasiyah membuat kebijakan membentuk Badan Negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua golongan. Tugasnya untuk melayani masyarakat dari berbagai golongan. Tidak ada perbedaan suku, kelas sosial dan agama. Di dalamnya para wakil golongan bebas berpendapat di depan khalifah.

Dalam lindungan kebijakan ini pula, masyarakat non muslim dilindungi dan diberikan hak-haknya sebagai warga negara. Mereka bebas melaksanakan berbagai aktivitas keagamaannya. Bahkan beberapa orang non muslim pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan, seperti Gabriel bin Bakhtishu.

Perekonomian Abbasiyah

digerakkan oleh perdagangan dan pertanian. Di berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah terdapat kegiatan-kegiatan industri diantaranya, Industri kain linen di Mesir, sutra di Syiria dan irak, kertas di Samarkand, serta

berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan Kurma dari Irak Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah

1.Sistem Sosial

b. Sistem Ekonomi

Koin masa Abbasiyah Sumber: en.wikipedia.org

semaraknya kegiatan perdagangan dunia. Hubungan dagang dengan dunia luar jazirah Arab telah membuktikan bahwa masa Abbasiah hubungan diplomatik dalam bidang ekonomi perdagangan sudah dibangun sebelum orang Arab terjun ke dunia perdagangan. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat semakin melambungkan perekonomian Abbasiyah.

Untuk mendukung kegiatan perdagangan berbagai sarana pendukung didirikan seperti: membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun armada-armada dagang, membangun armada pertahanan laut untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut, dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri, karena para kafilah-kafilah dagang dapat leluasa melintasi segala negeri, bahkan kapal-kapal dagang Abbasiyah dikenal mampu mengarungi tujuh lautan.

Dalam bidang pengembangan perdagangan Khalifah membela dan menghormati kaum petani, bahkan meringankan pajak hasil bumi dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali. Pertanian berkembang pesat karena pemerintahannya berada pada pemerintahan yang subur di tepi sungai Sawad. Tanaman asli terdiri dari gandum, padi, kurma, wijen kapas dan rami. Sayuran segar sepert, kacang, jeruk,terong, tebu dan anek ragam bunga.

Dinasti Abbasiyah juga sudah mengenal mata uang dinar. Khalifah Abbasiyah yang pertama menerbitkan dinar adalah Abu Al-Abbas Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak koin, kalimat Muhammad Rasulullah dipakai mengganti Allah Ahad, Allah Al-Samad, lam Yalid wa lam yulad, pada sisi belakang koin. Selama masa Abbasiyah dinar emas juga diterbitkan di Mesir dan Damaskus dengan menggunakan kata-kata yang sama dengan gambar dan cetakan yang ditulis dalam dinar Bani Umayyah, kecuali tanggal penerbitan. Selama masa Abu Jafar Al-Mansur, koin baru diterbitkan di Teheran dan Provinsi-provinsi lain (145 H). Pada koin-koin tersebut terlihat nama dan gelar putra Mahkota (diperintahkan oleh Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mukminin).

Di masa Bani Abbassiyah terjadinya asimilasi Arab dengan non Arab dan perluasan wilayah telah melahirkan kemajemukan warga negara. Warga negara terdiri dari berbagai suku bangsa, dan agama. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam perkembangan kebudayaan, berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Ada empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi bangunan kebudayaan pada masa Abbasiyah, yaitu:

1. Kebudayaan Persia; pengaruh kebudayaan Persia terjadi diantaranya karena 2 faktor :

a.Pembentukan lembaga wizarah

2. Kebudayaan India; pengaruh India dalam membentuk kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:

a.Secara langsung, kaum muslimin berhubungan dengan orang-orang India diantaranya melalui perdagangan.

b.Secara tidak langsung, kebudayaan India masuk ke dalam kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.

3. Kebudayaan Yunani; pusat-pusat kebudayaan Yunani setelah berada di tangan kaum muslimin dilakukan perubahan dan pengembangan diantaranya:

a. Jundaisabur, sekolah tinggi kedokteran berbahasa Yunani. b. Harran, pusat pertemuan berbagai peradaban

c. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani,

4. Kebudayaan Arab; pengaruh kebudayaan Arab masuk melalui penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa agama.

Kebijakan pemerintah yang mendukung aktivitas intelektual dan riset melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang pengetahuan, sebagai berikut:

Filsafat diartikan sebagai pengetahuan dengan akal budi tentang segala yang ada, hakekat yang ada, sebab yang ada, asal yang ada, hukum yang ada dan segala sesuatu dibahas secara mendalam dan mendasar. Pada masa Dinasti Abbasiyah Ilmu filsafat banyak diterjemahkan, tidak hanya dari kebudayaaYunani, termasuk Romawi, Persia, India, Syiria. Proses ini biasanya disebut dengan istilah Hellenisasi. Buku-buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab antara lain Categories, Pyssices dan Makna Maralia karya Aristoteles, Republik, Laws, da Timaeus karya Plato, dan lain-lain. Penerjemahan yang dilakukan dengan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai ajaran Islam, sehingga munculah yang dinamakan ilmu filsafat Islam. Ilmu filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab asal dan hukumnya atau ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Munculah tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat Islam diantaranya:

Nama lengkapnya Muhammad bin Turkhan Abi Nasir Al-Farabi, lahir pada tahun 870 di Farab, sebuah kota di Turki Tengah (kini tidak ada lagi). Sejak kecil, rajin belajar dan memiliki otak yang cerdas. Ia belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Parsi. Setelah besar al-Farabi pindah ke Baghdad dan tinggal selama 20 tahun. Di Baghdad ia memperdalam filsafat, logika, matematika, etika, ilmu

Dalam dokumen SKI VIII MTs BUKU SISWA 2013 (Halaman 84-87)