• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Teori

4. Kemampuan Gerak Dasar

a. Perkembangan kemampuan gerak dasar

Perkembangan koordinasi gerak tubuh merupakan kunci perkembangan penguasaan berbagai macam gerak keterampilan yang telah mulai dikuasai sejak masa anak-anak. Sejalan dengan meningkatnya umur, maka meningkat pula ukuran tubuh dan kemampuan fisik, secara otomatis akan meningkat pula kemampuan gerak dasar anak. Peningkatan kemampuan gerak dasar dapat diidentifikasikan dalam bentuk : gerakan dengan mekanika tubuh makin efisien, gerakan yang dilakukan semakin lancar dan terkontrol, bentuk gerakan bervariasi dan bertenaga. Gerakan-gerakan seperti berjalan, meloncat, berjengket, menyepak, melempar, menangkap, memukul semakin dikuasai. Kecepatan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk melakukan aktivitas. Anak yang kurang mendapatkan kesempatan melakukan gerakan atau selalu terkekang di rumah, mereka cenderung memiliki kemampuan

commit to user

gerak dasar yang rendah, sedangkan anak yang diberikan kebebasan melakukan aktivitas memiliki kecenderungan berkemampuan gerak dasar yang baik.

Hurlock ( 1991 : 156 ), menyatakan bahwa : “ Masa kecil sering disebut

sebagai masa ideal untuk mempelajari keterampilan gerak “.Hal ini ada sejumlah

alasan yang mendasarinya, yaitu : (1) karena tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh orang dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran, (2) anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari

keterampilan baru lebih mudah, (3) secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang ketika anak besar. Oleh karena itu, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar. (4) orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan, tetapi sebaliknya anak-anak justru menyenangi yang demikian. Oleh karena itu, anak-anak bersedia mengulangi suatu tindakan hingga pola otot terlatih untuk melakukannya secara efektif. (5) karena anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka miliki pada waktu mereka bertambah besar, maka mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar menguasai keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang dewasa. Bahkan seandainya mereka nantinya bertambah besar dan memiliki waktu yang cukup, mungkin akan merasa bosan dengan pengulangan yang diperlukan di dalam mempelajari keterampilan, sehingga keterampilan yang telah dikuasai tidak berkembang.

commit to user

Keterampilan gerak tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Di dalam mempelajari keterampilan gerak menurut Hurlock (1991 : 157), yaitu : “ Hal terpenting di dalam mempelajari keterampilan gerak meliputi : kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, individu dan sistematis. Apabila pembelajaran dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap hasilnya akan lebih unggul dibandingkan dengan orang yang belum siap untuk belajar.

Kesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak bagi anak sangat penting, karena kondisi anak memungkinkan untuk dapat mencoba berbagai gerakan yang sederhana. Banyak diantara siswa yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua yang melarang anaknya untuk banyak bergerak, mereka takut hal yang demikian akan dapat menciderai atau melukai anaknya.

Untuk dapat mempelajari keterampilan motorik dengan baik anak harus banyak diberikan kesempatan melakukan praktek. Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Meskipun demikian kualitas praktek jauh lebih penting ketimbang kualitasnya. Jika anak berpraktek dengan model sekali pukul hilang, maka akan berkembang kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien. Karena dalam mempelajari keterampilan gerak, meniru model memainkan peranan yang penting,

commit to user

maka untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik, bagi anak model yang baik merupakan suatu keharusan.

Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan dari orang dewasa. Bimbingan juga membantu anak membetulkan suatu kesalahan yang dilakukan oleh anak sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik atau menjadi gerakan yang otomatis meskipun salah, sehingga sulit dibetulkan kembali.

Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar efektif. Perbedaan yang ada bersumber dari aspek-aspek yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajar. Yang dominan keterlibatannya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek pikir ; sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan di sini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah satu aspek fungsi dalam diri siswa; sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat namun dengan kadar yang lebih rendah. Di dalam belajar gerak aspek fisik dan psikomotor terlibat lebih besar dibanding aspek pikir serta aspek emosi dan perasaan.

Fitts dan Postner dalam Sugiyanto (1998: 315), mengemukakan bahwa : “ Proses belajar gerak keterampilan digambarkan memiliki 3 fase belajar, yaitu : Fase awal (kognitif), Fase penghubung (asosiatif), dan Fase akhir (otonom) “.

commit to user

Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase kognitif merupakan perkembangan yang menonjol terjadi pada diri siswa, di mana siswa mengerti tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba – coba gerakan. Pada fase kognitif proses belajar di awali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi dapat bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini dapat berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan, di sini indera penglihatan aktif berfungsi.

Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian di proses dalam mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi untuk menangkap makna informasi. Dengan informasi ini siswa dapat memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipelajari. Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka gambaran tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan. Dalam mekanisme ini siswa mengambil keputusan apa yang akan diperbuat. Apakah ia akan melakukannya atau tidak. Misalnya apabila gerakan yang diketahui itu ternyata sulit atau dirasa membahayakan dirinya, dapat jadi siswa tidak ingin melakukan karena takut, dan memutuskan untuk tidak melakukannya. Tetapi sebaliknya bila dari informasi tentang gerakan, siswa merasa dapat atau berani melakukannya, maka ia memutuskan untuk mencoba melakukannya. Keputusan ini kemudian diwujudkan dalam bentuk rencana gerak. Selanjutnya,

commit to user

rencana gerak diproses dalam mekanisme pengerjaan. Dalam mekanisme pengerjaan terjadi pengorganisasian respon untuk dikirim sebagai komando gerak ke sistem muskular untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh. Berdasarkan komando gerak tersebut terwujudkan gerakan-gerakan. Melalui proses semacam itulah siswa mencoba melakukan atau mempraktekkan gerakan yang dipelajari. Dengan mempraktekkan berulang-ulang gerakan demi gerakan, penguasaan keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat.

Pada fase kognitif ini siswa baru dalam taraf mengembangkan citra kognitifnya, oleh sebab itu lebih lanjut Drowatzky (1975: 242), menyatakan bahwa : “ Instruktur yang baik akan memusatkan perhatian pada isyarat persepsi dan karakteristik respon serta memberikan pengetahuan hasil diagnose pada fase ini “. Pada fase kognitif siswa belum dapat melakukan gerakan-gerakan dengan baik. Setelah mempraktekkan berulang-ulang dan kemampuan melakukan gerakan – gerakan sudah menjadi lancar dan baik, maka siswa berarti sudah meningkat memasuki fase belajar selanjutnya yaitu memasuki fase asosiatif.

Fase asosiatif disebut juga fase penghubung atau menengah. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efektif, lancar, sesuai dengan keinginannya dan kesalahan gerakan akan semakin berkurang. Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, siswa perlu tahu kesalahan yang masih diperbuatnya. Karena tahu tentang kesalahan gerakan yang dilakukan siswa perlu mengarahkan

commit to user

perhatiannya untuk membetulkan dengan mempraktekkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk meningkatkan penguasaan gerak diperlukan kesempatan yang leluasa untuk praktek berulang-ulang.

Pada fase asosiatif ini respon yang dipelajari sudah siap, sehingga memungkinkan kesalahan tidak lagi sering terjadi, bahkan secara bertahap akan hilang. Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan yang terpadu, yang merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan.

Fase otonom dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana siswa mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan sebagai fase otonom karena siswa mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu siswa harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena gerakannya sendiri sudah dapat dilakukan secara otomatis.

Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulang-ulang secara teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan kebenaran gerakan masih dapat ditingkatkan, namun peningkatannya tidak lagi secepat pada fase-fase belajar sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya perlu ketekunan.

Mengingat menjadi sulitnya mengubah bentuk gerakan setelah gerakan menjadi otomatis, maka pembentukan gerakan harus dilakukan pada fase belajar

commit to user

sebelumnya. Sejak awal siswa sudah harus diarahkan melakukan gerakan-gerakan yang benar secara mekanik, agar setelah mencapai fase otonom gerakannya benar-benar efisien. Perlu dijelaskan bahwa gerakan otomatis tidak sama dengan gerakan yang efisien atau gerakan yang terampil. Gerakan yang otomatis belum tentu efisien. Gerakan yang salah secara mekanisme dapat menjadi otomatis apabila terus dilakukan berulang-ulang. Sedangkan gerakan yang benar dan dilakukan secara otomatis akan menjadi gerakan yang efisien.

Di dalam proses pembelajaran gerak keterampilan diperlukan adanya kondisi tertentu yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain. Ada dua jenis kondisi pada belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal (Sugiyanto, 1998: 324 - 334). Kondisi internal adalah kondisi yang ada pada diri pelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada pada situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu: mengingat bagian-bagian keterampilan (recall of part-skills) dan mengingat rangkaian pelaksanaan (recall of executing routine). Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu: instruksi verbal, gambar, demontrasi, praktek, dan umpan balik.

Kemampuan memahami mekanika gerakan penting peranannya seperti halnya kemampuan memahami keterampilan yang harus dilakukan. Dengan memahami bentuk-bentuk gerakan yang benar, maka otak dapat memberi komando gerak kepada sistem penggerak tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan dengan bentuk yang benar. Kemampuan berkonsentrasi sangat penting dalam pelaksanaan keterampilan yang memerlukan keseriusan, kecermatan, dan pengerahan seluruh daya yang dimiliki. Misalnya di dalam persiapan melakukan

commit to user

gerakan loncat indah, senam prestasi (gymnastic), dan angkat besi, tanpa

berkonsentrasi, seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Seperti halnya unsur fisik dan mental, unsur emosional juga merupakan faktor penentu penampilan gerak yang efisien.

Kemampuan dan kondisi emosional yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan gerakan yang efisien adalah: kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan, tidak ada gangguan emosional, merasa perlu dan ingin mempelajari atau melakukan gerakan, memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak gangguan emosional misalnya ketegangan emosi, kemarahan, kesedihan, erat kaitannya dengan penampilan gerak. Koordinasi gerak dapat terganggu karena keadaan emosi yang tidak terkendali. Apabila koordinasi gerak terganggu maka tidak mungkin melakukan keterampilan gerak yang sebaik-baiknya.

Merasa perlu dan ingin untuk mempelajari atau melakukan gerakan merupakan motivasi internal atau larangan dari dalam diri untuk berbuat dalam bentuk mempelajari atau melakukan gerakan. Apabila seseorang berbuat karena adanya dorongan dari dalam dirinya sendiri, maka ia akan cenderung berbuat sebaik – baiknya karena tidak merasa terpaksa. Seseorang berbuat secara sukarela cenderung akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh seseorang yang berbuat karena terpaksa.

Kemampuan untuk mengendalikan diri memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau tidak berbuat di luar batas. Seseorang yang mengendalikan diri akan lebih mudah

commit to user

mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil.

b. Gerakan yang terampil dan efisien pada anak-anak.

Gerakan yang terampil pada dasarnya merupakan gerakan yang efisien. Keterkaitan antara berbagai faktor akan dapat menimbulkan gerakan yang efisien. Hal ini sesuai pendapat Drowatzky (1975: 34), yaitu: “ Tiga komponen utama yang mendukung gerakan yang efisien, yaitu: kesegaran jasmani dan kemampuan gerak, kemampuan penginderaan atau sensori serta proses-proses perseptual “. Gambaran mengenai komponen-komponen pendukung gerakan yang efisien dan unsur – unsurnya dapat dilihat pada gambar berikut:

commit to user

Unsur-unsur pendukung gerakan yang terampil dan efisien menurut Broer dan Zernicke (1979: 35), menyatakan bahwa: “ tiga prasarat untuk gerakan yang efisien, yaitu unsur fisik, mental, dan emosional “. Ketiga unsur tersebut tidak dapat berfungsi sendiri – sendiri secara terpisah dalam mewujudkan gerakan yang terampil dan efisien. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu mekanisme yang serasi atau terorganisasi dengan baik.

Unsur fisik merupakan fungsi dari sistem muskular, skeletal, sirkulatori, respiratori, dan indera. Sistem ini secara bersama- sama dengan komponen mental dan emosional mempengaruhi sistem syaraf. Sistem syaraf melalui kontrol keseimbangan, kontrol muskular dan kontrol ketepatan waktu mempengaruhi kelincahan dan koordinasi tubuh. Kelincahan dan koordinasi tubuh inilah yang mencerminkan gerakan yang efisien.

Di dalam berbagai gerakan, semua sistem tubuh difungsikan melalui sistem syaraf untuk meghasilkan kontrol keseimbangan tubuh pada saat melakukan gerakan. Kontrol tubuh ini meliputi : kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan, waktu berbuat, dan kontrol muskular. Kelima macam kontrol tersebut tergantung pada unsur fisik, mental dan emosional.

Kontrol keseimbangan meliputi kemampuan untuk menyelesaikan pusat-pusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya dengan bidang tumpuan, baik timpuan yang tidak bergerak maupun tumpuan yang bergerak. Kontrol keseimbangan merupakan fungsi dari organ vestibular yang berada pada telinga bagian dalam dan di dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat

commit to user

seseorang dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Kontrol ketepatan waktu bergerak pada dasarnya merupakan pengatur irama gerakan, dalam hal ini terwujud dalam bentuk ketepatan waktu kontraksi sekelompok otot sehingga dapat menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan dan lamanya tiap unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.

Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan kontraksi dan relaksasi otot. Pengendalian otot-otot mana yang harus berkontraksi dan otot – otot mana yang tidak perlu berkontraksi untuk melakukan suatu gerakan sangat diperlukan agar suatu gerakan dapat dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan aktivitas fisik, bukan hanya kemampuan kontraksi otot yang diperlukan, kemampuan relaksasi otot juga penting. Kemampuan relaksasi penting untuk memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses pemulihan kesegaran sesudah melakukan aktivitas.

Kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan waktu bergerak dan kontrol muskular saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya, kontrol

muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol timing berperan di dalam

pelaksanaan gerakan yang memerlukan ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan berirama. Pelaksanaan gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan

iramanya merupakan fungsi kontrol timing.

Ketika fungsi kontrol tersebut secara bersama-sama mewujud dalam

bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan (agility) adalah

commit to user

koordinasi adalah pemfungsian beberapa otot secara bersama dengan timing dan keseimbangan yang baik di dalam suatu gerakan. Gerakan yang berkoordinasi dengan baik tidak akan menimbulkkan ketegangan otot yang tidak perlu dan pelaksanaannya lancar atau mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan secara serasi, maka akan menghasilkan gerakan yang efisien.

Gerakan dikatakan efisien apabila gerakan-gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu, dan memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi, dengan arah yang baik, dan menggunakan tenaga sekecil mungkin. Seseorang yang mampu melakukan gerakan-gerakan secara efisien, orang tersebut dapat dikatakan terampil.

Pengembangan kemampuan gerak dasar banyak tergantung pada dasar fisiologis, peranan belajar, lingkungan kebudayaan dan kemampuan masing – masing individu. Faktor- faktor biologis dan fisiologi memainkan peranan penting

dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Flieshman (1965: 10),

menyatakan bahwa : “ Kemampuan gerak dasar seseorang terdapat perbedaan, hal ini tergantung pada sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi jaringan otot atau perbedaan susunan sistem saraf pusat “. Faktor keturunan juga memberikan pengaruh pada kemampuan gerak dasar terutama dalam menetapkan pembatasan kondisi seseorang.

Faktor – faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan penting dan memiliki sumbangan yang lebih besar di dalam mempengaruhi perkembangan

commit to user

kemampuan gerak dasar seseorang. Oleh karena itu prinsip seluruh pendidikan formal dalam pendidikan jasmani merupakan dasar dari proses pengembangan kemampuan gerak. Flieshman (1965: 11), menyatakan bahwa : “ Kemampuan dasar mulai diperoleh pada awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan hidup anak harus ditujukan pada pemeliharaan pertumbuhan yang baik, hal ini penting bagi pengembangan kemampuan gerak dasar”.

Kemampuan gerak dasar mempunyai pengertian yang hampir sama

dengan kemampuan motorik atau motor ability yang menunjukkan gambaran

tentang keterampilan di dalam aktivitas olahraga atau motor ability indicates

precent athletic ability, yang berarti tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan suatu keterampilan gerak yang luas. Oleh sebab itu salah satu pengembangan kemampuan gerak dasar dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani disekolah.

Kemampuan gerak dasar merupakan bahasan yang komplek, artinya di dalam membahas mengenai kemampuan gerak dasar ini dari sudut mana mereka memandang. Harrow (1977: 84), mengklasifikasikan dalam bentuk keterampilan, yaitu: “ Keterampilan pemula, menengah, dan keterampilan tinggi “. Pengklasifikasikan oleh Magill (1980: 10), yaitu: “ klasifikasi keterampilan gerak didasarkan pada kecermatan gerakan, perbedaan titik awal, stabilitas lingkungan dan kontrol umpan balik “.

Berdasarkan pada kecermatan gerakan, gerakan keterampilan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu : keterampilan gerak agal atau gross motor skills dan keterampilan gerak halus atau fine motor skills (Singer;1980: 14).

commit to user

Keterampilan gerak agal ditandai oleh keterlibatan otot-otot besar sebagai basis primer dalam gerakan. Keterampilan gerak halus merupakan keterampilan yang memerlukan kemampuan mengontrol otot-otot halus dalam tubuh untuk pencapaian pelaksanaan keterampilan gerak.

Berdasarkan titik awal dan titik akhir pelaksanaan, gerakan keterampilan dapat dibedakan dalan dua kategori, yaitu: “ Keterampilan gerak diskret atau discrete motor skill dan keterampilan gerak kontinus atau continuous motor skill (Singer; 1980: 19). Suatu keterampilan gerak dapat diklasifikasikan ke dalam keterampilan gerak diskret apabila dalam pelaksanaan keterampilan gerak dapat dibedakan antara titik awal dan titik akhir dari gerakan itu. Keterampilan gerak kontinus adalah keterampilan gerak yang tidak ditandai dengan jelas adanya titik awal dan titik akhirnya. Kekuatan eksternal lebih menentukan dalam memulai dan mengakhiri suatu gerakan, bila dibandingkan dengan pengaruh bentuk gerakannya sendiri.

Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak menurut Singer (1980: 14), dibedakan menjadi : “ Gerak tertutup (self paced), gerak terbuka (externally paced) dan gabungan gerak tertutup dan terbuka (mixed paced) “. Keterampilan tertutup merupakan gerakan yang terjadi dalam kondisi lingkungan tertentu dan tidak berubah – ubah. Stimulus dalam setiap gerakan dimulai oleh pelaku sendiri. Keterampilan terbuka terjadi pada lingkungan yang berubah – ubah secara temporal dan spacial. Pelaku bergerak berdasarkan stimulus dari lingkungan di mana siswa berada. Sedangkan keterampilan gerak gabungan atau mixed paced terjadi antara siswa dan obyek dalam situasi bergerak.

commit to user

Klasifikasi gerakan berdasarkan kontrol umpan balik, didasarkan pada bagaimana dan kapan umpan balik sensori yang dihasilkan dari gerakan dapat dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan gerakan berikutnya. Umpan balik sensori diartikan sebagai informasi yang diterima oleh seseorang melalui indera selama melakukan gerakan. Berdasarkan kontrol umpan balik, dapat dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu : kontrol lingkaran tertutup (closed loop) dan kontrol

lingkaran terbuka (open loop). Jika informasi umpan balik dapat digunakan untuk

menyesuaikan aksi selama gerakan itu berlangsung, maka keterampilan itu dapat diklasifikasikan ke dalam kontrol lingkaran tertutup, sedangkan jika umpan balik itu tidak dapat digunakan untuk membuat penyesuaian gerakan selama aksi berlangsung, maka keterampilan itu dikatakan berada dalam kontrol lingkaran terbuka.

Berdasarkan klasifikasi tersebut bila dikaitkan dengan penguasaan keterampialn bermain sepak bola, maka dapat disampaikan sebagai berikut : (1) berdasarkan kecermatan gerak, termasuk gerak agal dan halus, karena melibatkan

Dokumen terkait