• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Lahan/Penetapan Fungsi Kawasan

Dalam dokumen 2. Skrips Studi Pengembangan Zona Indust (Halaman 53-56)

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Tinjauan Pustaka

1.7.12 Kemampuan Lahan/Penetapan Fungsi Kawasan

Klasifikasi kemampun lahan (land capability classification) adalah penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat- sifatnya yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Sedangkan klasifikasi kesesuaian lahan (land sltabality

classification) adalah penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian

dan pengelompokkan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut penggunaan tertentu.

Metode yang digunakan untuk menentukan fungsi kawasan adalah:

1) Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan Menurut SK Mentan No. 837/Kpts/UM/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981

Berdasarkan SK tersebut, penggunaan lahan dibagi menjadi 5 kawasan peruntukan, yaitu:

o Kawasan Lindung;

o Kawasan Penyangga;

o Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan;

o Kawasan Budidaya Tanaman Semusim; dan

o Kawasan Permukiman

Faktor pembatas yang digunakan untuk klasifikasi ini adalah : a) Kemiringan Lereng(dinyatakan dalan satuan persen) :

Kelas I = 0 – 8 % (Datar) Nilai Skor 20

Kelas II = 8 – 15 % (Landai) Nilai Skor 40

Kelas III= 15 – 25 % (Agak Curam) Nilai Skor 60

Kelas IV= 25 – 45 % (Curam) Nilai Skor 80

Kelas V = > 45 % (Sangat curam) NilaiSkor 100

b) Faktor jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi :

Kelas I = Aluvial, tanah Glei, Nilai Skor 15

Planosol, Hidromorf Kelabu,

Laterik Air Tanah (Tidak peka)

Kelas II = Latosol (Agak peka) Nilai Skor 30

Kelas III= Brown Forest Soil, Nilai Skor 45

Non Caleic Brown,

Mediteran (Agak peka).

Kelas IV= Andosol Laterek, Grumosol, Nilai Skor 60

Podsoil, Podsolic (Peka)

Kelas V = Regosol, Litosol, Atnogosol, Nilai Skor 75

c) Faktor Intensitas Hujan Harian :

Kelas I = s/d 13,6 mm/hari (sangat rendah) Nilai Skor 10

Kelas II = 13,6 – 20,7 mm/hari (rendah) Nilai Skor 20

Kelas III= 20,7 – 27,7 mm/hari (sedang) Nilai Skor 30

Kelas IV= 27,7 34,8 mm/hari (tinggi) Nilai Skor 40

Kelas V = > 34,8 mm/hari (Sangat tinggi) Nilai Skor 50

Dengan menjumlahkan skor ketiga faktor tersebut maka dapat ditetapkan penggunaan lahan pada setiap kawasan adalah sebagai berikut :

a) Kawasan Lindung

Areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahan sama dengan atau lebih dari 175 atau memenuhi salah satu atau beberapa syarat berikut :

o Mempunyai lereng lapang >45 %;

o Tanah sangat peka terhadap erosi yaitu jenis tanah Regosol, Litosol,

Organosol, dan Renzine dengan lereng >45 %;

o Merupakan jalur pengaman aliran sungai/air sekurang-kurangnya

100 meter di kiri kanan sungai/aliran air tersebut;

o Mempunyai ketinggian 2000 meter di atas permukaan air laut; o Guna keperluan/kepentingan khusus dan diterapkan oleh pemerintah

sebagai kawasan lindung.

b) Kawasan Penyangga

Areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahannya 124 – 174 dan atau memenuhi beberapa kriteria umum, sebagai berikut :

o Keadaan fisik areal memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara

ekonomis;

o Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan

penyangga;

o Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.

c) Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

Areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahannya 124 ke bawah serta cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan dan tanaman industri). Disamping itu areal tersebut harus memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.

d) Kawasan Budidaya Tanaman Semusim Setahun

Areal dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya tanaman tahunan akan tetapi areal tersebut cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman semusim/setahun.

e) Kawasan Permukiman

Areal yang memenuhi kriteria budidaya cocok untuk areal permukiman serta secara mikro mempunyai kelerengan 0 – 8%.

2) Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan Menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 (Kriteria Kawasan Lindung)

Kawasan lindung yang meliputi :

a) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan di Bawahnya :

o Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi

utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.

o Kawasan Hutan Lindung, dengan kriteria :

ƒ Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis

ƒ Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih;

ƒ Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan

laut 2000 meter atau lebih.

o Kawasan Bergambut, dengan kriteria yaitu tanah bergambut yang

memiliki ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa;

o Kawasan Resapan Air, dengan kriteria yaitu curah hujan tinggi, struktur

tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.

b) Kawasan Perlindungan Setempat

o Kriteria sempadan pantai yaitu daratan sepanjang tepian yang

lebarnya proporsional dengan dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat; Kriteria sempadan sungai yaitu:

ƒ Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan

50 meter di kiri kanan sungai yang berada di luar permukiman;

ƒ Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai

yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi 10 – 15 meter.

o Kriteria kawasan sekitar danau atau waduk yaitu daratan sepanjang

tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

o Kriteria kawasan sekitar mata air yaitu sekurang-kurangnya dengan

jari-jari 200 meter di sekitar mata air. c) Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

o Kriteria Cagar Alam adalah :

ƒ Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya;

ƒ Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusun;

ƒ Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih

asli dan tidak atau belum diganggu manusia;

ƒ Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar mempunyai

pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas;

ƒ Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh

di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

o Kriteria Suaka Margasatwa, yaitu :

ƒ Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan

perkembangbiakkan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya;

ƒ Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;

ƒ Merupakan tempat dan dan kehidupan bagi jenis satwa migran

tertentu;

ƒ Mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak

membahayakan.

o Kriteria Hutan Wisata

ƒ Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan

indah baik secara alamiah maupun buatan manusia;

ƒ Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta

terletak dekat pusat-pusat permukiman penduduk;

ƒ Mengandung satwa baru yang dapat dikembangbiakkan

sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga dan kelestarian satwa;

ƒ Mempunyai luas yang cukup dan lapangan yang tidak membahayakan.

o Kriteria Daerah Perlindungan Plasma Nutfah

ƒ Areal yang ditunjuk memiliki jenis plasma nutfah tertentu belum terdapat di dalam kawasan konservasi yang telah ditetapkan;

ƒ Merupakan areal tempat pemindahan satwa yang merupakan

tempat kehidupan baru bagi satwa tersebut;

ƒ Mempunyai luas yang cukup dan lapangan yang tidak

membahayakan

o Kriteria Daerah Pengungsian Satwa

ƒ Areal yang ditunjuk merupakan wilayah kehidupan satwa yang

sejak semula menghuni areal tersebut;

ƒ Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya

proses hidup dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa tersebut.

d) Kawasan Rawan Bencana

Adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan tanah longsor.

Dalam dokumen 2. Skrips Studi Pengembangan Zona Indust (Halaman 53-56)