• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

Dalam dokumen 2. Skrips Studi Pengembangan Zona Indust (Halaman 39-44)

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Tinjauan Pustaka

1.7.5 Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

Pengelolaan sumberdaya perikanan yang sesuai dengan kondisi dan perilaku perikanan laut akan memberikan hasil yang lebih baik dan berkelanjutan.

20 Drs. M. Suparmoko, M. A., Ph.D., Ekonomi Sumber Daya Alam dan

Dalam hal sumber daya perikanan yang belum dikembangkan, distribusi jumlah ikan menurut umur, proporsi jumlah ikan berumur muda cenderung lebih tinggi daripada jumlah ikan berumur dewasa.

Kematian ikan karena penyakit atau karena dimakan oleh ikan atau hewan lain dapat sangat berfluktuasi dan tidak dapat diramalkan berhubung dengan adanya perubahan-perubahan iklim dan proses pergantian yang otomatis. Populasi ikan juga dapat mengikuti suatu kecenderungan (trend) sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan sumber daya ikan menjadi sangat kompleks. Dalam uraian ini bahwa kondisi lingkungan yang tetap akan menentukan adanya suatu keseimbangan populasi alamiah dan penyesuaian jumlah populasi terjadi secara mulus bila ada ketidakseimbangan.

Ini berarti bahwa : pertama adanya pemikiran mengenai pertumbuhan yang proporsional sebagaimana ditunjukkan oleh ketergantungan tingkat kelahiran terhadap besarnya populasi, dan yang kedua adanya pemikiran mengenai lingkungan seperti tersedianya pakan akan menentukan batas bagi keseimbangan populasi itu sendiri. Hubungan seperti ini telah ditemukan dalam berbagai gejala kehidupan biologis, kecuali bila populasi masih berada dalam jumlah yang sedikit. Di bawah suatu nilai kritis tertentu, jumlah populasi justru akan menurun karena adanya persaingan antar spesies itu sendiri.

A. Program penangkapan dengan hasil tetap

Misalkan pengambilan sumber daya ikan dengan tingkat produksi yang tetap (q) sehingga pengurangan persediaan (q) sama dengan pertumbuhannya secara

alamiah (g). Kurva OAŠ pada Gambar 1.2 menunjukkan hubungan

keseimbangan antara persediaan atau populasi (s) dan penangkapan (q). Hasil maksimum yang dapat dipertahankan (MSY) adalah pada AS0 atau Oq0 . Jumlah

persediaan (S0) turun jauh di bawah persediaan maksimum ( ). Persediaan atau

populasi pada tingkat yang lebih rendah ini akan memaksimumkan tingkat pertumbuhan populasi atau persediaan itu sendiri, sehingga penangkapan ikan selanjutnya tidak akan menimbulkan deplisi. Jika penangkapan melebihi tingkat pertumbuhan maksimal (MSY: Maximum Sustainable Yield), maka tidak mungkin ada keseimbangan lagi dan persediaan akan menipis dan cenderung menjadi nol.

Program MSY seperti telah disinggung sebelumnya telah mendapatkan banyak perhatian, karena adanya anggapan bahwa MSY itu merupakan program penangkapan yang optimal. Sesungguhnya optimal tidaknya program tersebut tergantung pada beberapa persyaratan tertentu, khususnya tingkat diskonto (i) harus sama dengan nol dan penangkapan ikan tidak memerlukan biaya.

Oleh karena itu bila penangkapan ikan ternyata memerlukan biaya, maka tingkat keuntungan maksimum yang dapat dipertahankan dicapai pada saat harga sama dengan biaya marjinal jangka panjang dan ternyata penangkapan harus ditentukan di bawah tingkat MSY. Namun kesimpulan ini hanya berlaku pada tingkat diskonto sebesar nol. Seandainya persediaan “s” dan penangkapan “q” telah disesuaikan guna mendapatkan Maximum Sustainable Profit (MSP),

maka dengan kenaikan jumlah penangkapan sampai ke q2 misalnya, tentu

persediaan atau populasi akan turun ke tingkat keseimbangan yang baru yaitu s2

dan biaya rata-rata penangkapan menjadi lebih tinggi. Ini berarti bahwa bila persediaan sudah turun sampai s2 , maka program yang baru bersifat inferior

terhadap MSP.

Penangkapan ikan akan berhenti sebelum populasi ikan sungguh- sungguh habis, dan jumlah populasi akan meningkat kembali. Tingkat kelahiran sumber daya ikan sangatlah tinggi sehingga jumlah populasi yang betul-betul kritis jarang sekali tercapai, walaupun ada beberapa jenis ikan yang mendekati kepunahan karena perburuan yang berlebihan.

Penangkapan A q0 MSY 0 S Populasi (s) 0

Gambar 1.2 : Hasil Maksimum yang Dapat Dipertahankan

Lebih umum lagi, jika skala ekonomi dapat disesuaikan, penangkapan ikan akan optimal dengan cara mengubah-ubah periode penangkapan antara periode panen (heavy fishing) dan periode tidak ada penangkapan sama sekali (zero fishing) agar populasi ikan dapat berkembang kembali sampai pada jumlah semula. Hambatan utama terhadap program seperti ini adalah adanya biaya yang tinggi yang dikaitkan dengan berpindah-pindahnya kegiatan, tetapi hal ini biasanya diatasi dengan mengadakan rotasi areal penangkapan ikan.

B. Pemanenan secara Selektif

Dalam setiap penangkapan ikan, pertumbuhan jumlah persediaan dapat ditingkatkan dengan cara penangkapan yang selektif, misalnya dengan menghindari musim dan daerah di mana ikan bertelur, atau dengan penggunaan jaring yang lobangnya besar agar ikan yang masih kecil dapat lolos dan tetap hidup di perairan tersebut.

Pertama-tama kita bicarakan kasus yang sederhana dengan melihat periode rotasi yang optimum. Pertumbuhan ikan mengikuti kurva pertumbuhan seperti yang dilukiskan pada Gambar 1.3. Pertumbuhan bobot ikan, demikian pula nilai ekonomisnya, pada awalnya meningkat secara absolut kemudian semakin lamban menjelang umur dewasa pada titik B. Pengambilan pada titik A akan menghasilkan ikan dengan nilai AN. Rata-rata pendapatan per tahun umur ikan ditunjukan oleh lereng garis OA. Pengambilan pada M akan menghasilkan pendapatan per tahunan setinggi T yang disebut MSP dan ini optimal pada tingkat diskonto sebesar nol. Perlu dicatat bahwa ikan jangan ditangkap bila sudah terlalu tua atau terlalu muda.

Peningkatan pendapatan dapat dicapai dengan mengurangi umur penangkapan dan dengan tingkat diskonto yang positif, sehingga periode rotasi akan semakin pendek. Namun perlu dicatat bahwa sulit untuk menentukan jenis ikan yang akan ditangkap. Ukuran mata jala akan menentukan umur ikan yang ditangkap, yang selanjutnya menentukan pertumbuhan kelompok umur ikan yang ditangkap. Ukuran dan umur dari ikan yang ditangkap tersebut di samping

tergantung pada ukuran mata jala juga tergantung pada intensitas usaha penangkapan. Nilai Nilai B T A N M 0

Gambar 1.3 : Kurva Pertumbuhan Ikan

Umur

C. Masalah Pemilikan Bersama

Hampir semua jenis ikan terbuka bagi pengambilan secara umum, artinya setiap orang atau setiap perusahaan boleh menangkap ikan di laut atau di danau maupun di sungai. Memang dalam banyak hal terdapat banyak peraturan meskipun pada umumnya tidak tepat dan tidak efisien. Dalam keadaan mana tidak ada peraturan atau larangan, maka akan timbul hal-hal sebagai berikut :

• Penangkapan akan berlebihan

• Punahnya populasi ikan akan lebih pasti dibanding dengan di bawah

pemilikan perorangan.

• Dapat menjadikan biaya penangkapan mahal.

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian (1977,1979) pengertian ekonomis untuk hasil-hasil perikanan laut maupun darat harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu mempunyai nilai pasaran yang tinggi, volume produksi yang tinggi dan luas, dan mempunyai daya produksi yang tinggi.

Selanjutnya bila tidak ada penghambat dari lingkungan, fertilitas (natalitas) akan melampaui mortalitasnya dan menyebabkan jumlah ikan dalam populasi akan bertambah secara eksponensial untuk waktu tertentu. Kemudian faktor-faktor penghambat seperti makanan, ruang, penyakit dan sebagainya akan menghambat kecepatan pertumbuhan sehingga populasi akan mencapai ukuran di mana natalitas dan mortalitas seimbang keadaannya. Tetapi besarnya populasi tidak terhenti melainkan berfluktuasi di sekitar lingkungan.

Menurut Howe (1979) untuk menjawab tantangan yang ada dalam mempertahankan keberadaan sumber daya ikan, fokus pengamatan kita tertuju

hendaknya pada bagaimana memaksimumkan pendapatan dari sumber daya alam tersebut. Oleh karena itu lembaga administrasi harus dibentuk dalam menghadapi masalah penangkapan ikan yang berlebihan dengan membuat suatu konsep untuk menurunkan kematian akibat penangkapan ikan. Karena perikanan merupakan suatu sumber daya alam yang bersifat terbuka, maka dengan kondisi seperti sekarang ini tidak mungkin dilakukan penurunan usaha, sebab kita juga tidak dapat menghentikan semakin banyaknya orang yang menggunakan peralatan yang lebih baik dan lebih banyak daripada sebelumnya.

Salah satu alternatif yang ada yaitu bagaimana menurunkan tingkat efisiensi input dalam mengurangi keberadaan sumber daya ikan dengan jumlah unit penangkapan yang semakin besar jumlahnya. Dari hal tersebut di atas muncul prinsip-prinsip dalam pengelolaan sumber daya ikan yang dikembangkan dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada.

Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Prinsip pengelolaan perikanan yang statis.

Sebagaimana diketahui sumber daya perikanan senantiasa tergantung pada waktu, sehingga perlu diketahui pola atau fungsi produksi ikan, pertumbuhan populasinya dan apa yang ingin dicapai dengan beberapa kendala tertentu. Adapun yang dimaksud dengan nilai kelangkaan (scarcity rent) adalah nilai ikan pada waktu yang akan datang yang cenderung meningkat dengan meningkatnya biaya penangkapan saat itu sendiri. Untuk mempertahankan keberadaan populasi ikan, berbagai prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman adalah sebagai berikut. Pertama kita berusaha meningkatkan pertumbuhan populasi ikan dan menekan biaya serta menaikkan scarcity rent. Sedangkan bila usaha penangkapan ikan dihubungkan dengan tingkat bunga, maka apabila tingkat bunga tinggi, orang cenderung menangkap ikan secara berlebihan, sebaliknya bila tingkat bunga rendah jumlah ikan akan bertambah karena orang cenderung memperlambat proses penangkapan ikan. Apabila sewa kelangkaan sebesar nol maka harga ikan cenderung sama dengan biaya marjinal penangkapan ikan sehingga penangkapan ikan cukup tinggi. Jadi pada dasarnya dalam kondisi pengelolaan sumber daya ikan secara statis kita tidak menggunakan tingkat pengambilan yang secara ekonomis efisien karena kita tidak mengetahui secara pasti mengenai kondisi-kondisi yang ada.

2. Prinsip pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis

Seperti telah dibahas di muka bila sub-sektor perikanan tidak mendapatkan suatu pola pengaturan yang baik maka sub-sektor tersebut akan menjadi sub-sektor yang bersifat milik umum. Pengelolaan sumber daya ikan dalam hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a) Melarang penangkapan ikan pada suatu musim tertentu, b) Menutup daerah penangkapan tertentu dan

c) Membatasi jumlah ikan yang ditangkap

Usaha-usaha tersebut perlu dibarengi dengan usaha ekstra yang berupa peningkatan pengawasan dan penerapan hukum secara mendasar di samping pengukuran jenis usaha penangkapan atau teknologi perikanan yang sesuai, seperti penggunaan jala atau alat tangkap lainnya. Di samping itu ada faktor penting yaitu perlunya campur tangan pemerintah dalam pengaturan pemberian ijin, pengaturan pajak dan pungutan yang dapat merangsang untuk usaha investasi dengan kombinasi ketiga cara pengelolaan sumber daya ikan di atas. Jadi pada prinsipnya pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis menunjukan maksimalisasi nilai yang ada pada saat ini yang dapat mendorong timbulnya kepunahan, karena pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis ini menunjukkan dinamika keluar masuknya perusahaan yang dikombinasikan

dengan keberadaan tertentu sumber daya ikan sehingga mendorong ke arah industri yang tidak menguntungkan dan tidak stabil yang disebabkan oleh kepunahan populasi ikan yang tidak disengaja. Pengelolaan sumber daya ikan yang optimum dapat dicapai dengan jalan melibatkan masyarakat dan pihak pemerintah karena kondisi perikanan ini bersifat sumber daya alam milik umum.

Dalam dokumen 2. Skrips Studi Pengembangan Zona Indust (Halaman 39-44)