BAB II KAJIAN PUSTAKA
C. Kemampuan Membaca Al Qur‟an
1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “kemampuan” berati
kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. “Membaca” berawal dari kata baca yang mendapat imbuhan mem, yang pengertiannya adalah melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis. (KBBI, 2007: 83)
Al-Qur‟an menurut pendapat yang paling kuat seperti
dikemukakan Dr. Subhi Al Shalih berati: “bacaan” asal kata qaraa. Kata Al-Qur‟an itu bentuk dari masdar dengan arti isim maf‟ul yaitu maqru
“dibaca”. (Depag RI, 1999: 16)
Bagi seorang muslim, membaca Al-Qur‟an merupakan suatu keniscayaan. Betapa tidak, Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang memiliki nilai ibadah yang sangat besar dan orang yang membaca Al-
Qur‟an akan mendapatkan pahala yang besar.
Membaca Al-Qur‟an termasuk ibadah yang paling utama, yang dijadikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal ini, para ulama sepakat bahwa hukum membaca Al-Qur‟an adalah wajib „ain. Maknanya, setiap individu yang mengaku dirinya muslim harus mampu
35
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa (Aizid, 2013: 95)
2. Ruang Lingkup Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Apabila kita cermati dengan pembahasan membaca Al-Qur‟an ada tiga bagian yang sangat penting dalam membaca Al-Qur‟an antara lain: a. Tajwid
Tajwid secara bahasa arab berasal dari kata “Jawwaja yujawwidu-tajwidan” yang artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Secara bahasa tajwid dapat juga diartikan: “segala sesuatu yang
mendatangkan kebajikan”.
Sedangkan pengertian tajwid menurut istilah adalah segala sesuatu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik hal- hak huruf (haqqul huruf) maupun hukum-hukum baru yang setelah hak-hak huruf (mustaqqul huruf) dipenuhi, yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq, tafhim dan semisalnya.(Moh.Wahyudi, 2007:1)
Menurut sebagian ulama‟ tajwid adalah sesuatu cabang ilmu
yang sangat penting untuk dipelajari ilmu qira‟at al-Qur‟an . ilmu tajwid adalah pelajaran untuk memperbaiki bacaan al-Qur‟an yang di dalamnya mempelajari bagaimana cara melafadzkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkaikan dengan huruf yang lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhrajnya, belajar mengucapkan bunyi panjang dan pendek, cara menghilangkan bunyi
36
huruf dengan menggabungkan kepada huruf yang sesudahnya berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari tanda-tanda berhenti (waqaf) dalam bacaan dan lain sebagainya (Faishol, 2010: 7-130). Tujuan dan hukum belajar ilmu tajwid sebagai berikut:
1.) Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah serta cara-cara membaca al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya.
2.) Tujuan ilmu tajwid adalah agar dapat membaca ayat-ayat al-
Qur‟an secara betul (fashih), memelihara bacaan al-Qur‟an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan membaca.
3.) Mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu Kifayah, akan tetapi mengamalkan serta membaca al-Qur‟an dengan baik (bertajwid) adalah fardhu‟ Aiin.
Dengan demikian pengertian tajwid adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengeluarkan huruf dengan tepat serta semua ketentuan-ketentuan dan hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana cara membaca al-Qur‟an dengan baik dilihat dari segi lafadz maupun maknanya.
b. Makhorijul al-Huruf
Membaca al-Qur‟an merupakan perbuatan ibadah bagi yang membacanya. Untuk itu sangat diperlukan makhraj-makhraj di dalam membacanya. Adapaun pengertian “ makhorijul al-Huruf”
37
menurut bahasa adalah membunyikan huruf. Sedangkan menurut istilah adalah menyebutkan/membunyikan huruf-huruf yang ada dalam al-Qur‟an. Syekh Ibnul Jazariy membagi makhorijul al- Huruf itu. Akan tetapi diringkas lagi menjadi 5 (lima), yaitu :
1.) Al-Jauf : Lobang tenggorokan da mulut
2.) Al-Halq : Tenggorokan
3.) Al-Lisan : Lidah
4.) Asysyafataan : Kedua bibir
5.) Al-Khoisyum : Pangkal hidung
Ringkasan:
Secara umum makhorijul al-Huruf itu terbagi sebagai berikut: 1.) Makhraj dalam dan tenggorokan, terdiri dari empat makhraj:
a) Dalam tenggorokan untuk huruf ا dan وdan ي b) Pangkal tenggorokan untuk huruf ءdan ه c) Tengah tenggorokan untuk huruf عdan ح d) Tenggorokan terdekat untuk huruf غdan خ 2.) Makhraj lidah, terdiri atas sembilan makhraj, yaitu:
a. Pangkal lidah dengan langit-langit di atasnya untuk huruf ق dan ك
b. Tengah lidah dengan langit-langit untuk huruf ش dan ي c. Tepi lidah dengan pinggir gigi untuk huruf ض
d. Tepi ujung lidah dengan langit-langit untuk huruf ل e. Luar ujung lidah dengan gigi dua depan atas untuk hurufر
38
f. Luar ujung lidah dengan gigi dua depan atas untuk dan hidung untuk huruf ن
g. Ujung atas lidah dengan ujung dua gigi depan atas untuk huruf ذ- ث dan ظ
h. Ujung atas lidah dengan pangakal dua gigi depan atas untuk huruf ط- تdan د
i. Ujung atas lidah dengan dua gigi depan bawah untuk ص-ز dan س
3.) Makhraj bibir, terdiri atas dua makhraj, yaitu:
a. Bibir dalam bawah dengan ujung dua gigi depan atas untuk huruf ف
b. Antara dua bibir untuk huruf ب- م dan و
3. Memahami Tata Aturan kesempurnaan Membaca Al-Qur’an 1) Fashohah
Perbedaan tilawah atau bacaan seseorang pembaca al-
Qur‟an yang satu dengan lainnya dapat dipahami melalui tingkat
kefashihan para pembaca tersebut di dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah ketika membaca al-Qur‟an. Adapun pembahasan dalam kesempurnaan membaca seseorang akan cara melafalkan biasanya
termasuk dalam cakupan “ Fashohah”. Maka dari itu pada umumnya “fashohah” diartikan kesempurnaan membaca dari
seseorang akan cara melafalkan seluruh huruf hijaiyah yang ada di dalam al-Qur‟an.
39
Menurut pembahasan di atas konsepsi yang relavan dengan
“Fashohah” adalah pemikiran Asy-Syekh Ibnul Jazari yaitu:
“sesuatu yang wajib dan atas mereka, sebelumn melakukan
pembacaan yang akan di lakukannya, hendaknya terlebih dahulu menetahui akan tempat keluarnya huruf yang dilafalkannya, juga tentang tajwid tentang cara waqaf mengenal seluruh Rasm Usmani
di dalam mushaf, juga tentang kalimat yang maqtu‟ (terputus) dan
maushul (bersambung) dan sebagainya.
Dari pengertian di atas tentunya bagi Qori‟/Qori‟ah harus
dapat memahami sejauh mana potensi (kemampuan) yang sudah dimiliki di dalam penguasaan fashohah. Apabila dirasa sangat kurang sekali, maka haruslah dicarisatu upaya sebagai jalan keluarnya agar potensi di dalam penguasaan tilawahnya lebih baik dan lebih sempurna. (Sudarsono, 1994: 72)
2) Adab
Kalamullah adalah sebagai mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Sikap umat Islam diperlukan suatu penghormatan terhadap al- Qur‟an baik pembacaannya, membawanya serta mendengarkan bacaannya. Karena dikhawatirkan di akhir zaman dari umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya akan
40
menyamakan kitab/buku-buku yang dibuat oleh manusia. Seperti: majalah, koran dan buku lainnya.
Dari uraian diatas arti “adab” menurut bahasa adalah tata
cara. Sedangkan menurut istilah ialah kesopanan seseorang baik ketika membaca, membawa serta mendengarkan bacaan al-Qur‟an. Oleh sebab itu sangat perlu adanya kesopanan tersebut. Klasifikasinya sebagai berikut:
a) Adab membaca, membawa dan mendengarkan bacaan Al-
Qur‟an.
b) Adabut Tilawah ( kesopanan seorang Qor‟i/Qori‟ah baik membaca, membawa Al-Qur‟an ketika menuju mimbar tilawah). (Munir, 1994: 82).
3) Suara dan Lagu a. Suara
Menurut al-Qur‟an Allah menciptakan manusia dalam sebaik- baiknya bentuk, akan tetap dalam kenyataannya terdapat beberapa perbedaan antara manusia yang satu dengan lainnya. Walaupun dengan demekian semua manusia sama derajatnya di sisi Allah SWT. Disamping iti Allah SWT memberiakan berbeda-beda suara. Dalam kenyataannya suara manusia berbeda-beda. Perbedaan tersebut terletak pada merdu dan tidak merdunya suara seseorang.akan tetapi manusia memiliki
41
peluang untuk melatih suara untuk mencapai kemerduan suara yang di inginkan. Bentul-bentuk suara yaitu:
1) Suara Perut
Pada jenis suara ini bentuk bunyinya tergantung pada tekanan dalam perut, kalau tidak ada tekanan dari dalam perut maka bentuk suaranya menjadi los (terbuka) dan pernafasan akan lebih pendek terutama pada nada dasar (rendah).
2) Suara Tenggorokan
Jenis suara ini mempunyai tekanan yang kuat dan bernada tinggi yang digerakkan oleh tenggorokan, sehingga suara jenis ini didominir oleh gerakan-gerakan getaran dan pernafasan akan lebih mudah dikendalikan. Orang yang mempunyai jenis suara ini memberikan kesan memiliki pernafasan yang panjang dan terkendali.
3) Suara Hidung
Pada jenis suara ini khususnya untuk seni baca Al-Qur‟an kurang mencapai kesempurnaan, dikarenakan suara ini berbunyi dari pusat dalam hidung, sedangkan jenis-jenis huruf di dalam al-Qur‟an harus keluar dari tempat yang telah ditetapkan dalam ilmu tajwid.
42
Suara pada jenis ini bersumber dari kepala dan mempunyai tekanan yang keras, biasanya orang yang memiliki jenis suara ini juga disebut suara tinggi/tenor. Karena apat melengking sampai batas maksimal. Kelemahan pada jenis suara ini kurang dapat menggunakan nada-nada miror, sebaiknya lebih didominir dengan nada-nada yang lurus dan tegak.
5) Suara Mulut
Suara jenis ini dapat memiliki berbagai tangga nada baik nada rendah, sedang dan tinggi dari segi vocal lebih sempurna karena fungsi mulut sangat berperan baik pada nada rendah, sedang dan tinggi.
6) Suara Dada
Suara pada jenis ini biasanya didominir ole nada dasar (bass) sedangkan volumenya lebih besar, dan jenis suara ini pada nada tinggi tidak dapat sempurna karena tertekan oleh dada, biasanya orang yang memiliki type suara dada ini hanya pada batas nada bariton dan dominisi pada jenis suara ini hanya pada dasar (bass)dan paling tinggi hanya mencapai nada bariton (rendah).
Berawal dari priode pengembangan baca seni baca al-
Qur‟an maka lagu yang dipergunakan dalam seni baca al-
43
irama ala makawy, sehingga nama-nama jenis irama dan lagu masih menggunakan ala makawy, yakni:
(1) Husaini (2) Rakbi (3) Dhukka (4) Maya (5) Banjaka (6) Kurdi (7) Sikah
Disisi lain perkembangannya didukung dengan beberapa metode ilmiah yang mulai berkembang dan dikembangkan di
PTIQ Jakarta sejak tahun 1974 yang diajarkan oleh Qori‟ dari
mesir yang menjadi guru besar ilmu Qira‟at dan Nagham di PTIQ Jakarta dan telah terserap ilmunya hampir dari kawasan Nusantara ini.
Maka seluruh Qori‟ dan Qori‟ah dalam membaca Al-Qur‟an telah diwarnai oleh lagu-lagu dan irama ala Masri yang telah berkembang dan menjadi standar pada dunia Tilawatil Qur‟an dewasa ini, sehingga dari jenis-jenis lagu berkembang dengan berbagai variasi. Yaitu:
1) Lagu Bayati/Husaini terbagi menjadi lima: a) Qoror
44 c) Syuri
d) Jawab
e) Jawabul Jawab 2) Lagu Shoba terbagi dua:
a) Maal‟ Ajam b) Quflah Bastanjar 3) Lagu Hijaz terbagi tiga:
a) Kard b) Kard Kurd c) Kurd
4) Lagu Nahawan terbagi tiga: a) Nakris
b) „Usyaq
c) Jawab (Quflah Mahur) 5) Lagu Rast terbagi empat:
a) Rast ala nawa b) Rast Syabir c) Zanjirin d) Salalim
6) Lagu Jiharkah terbagi dua: a) Nawa (nada awal jiharkah) b) Jawab (nada tinggi jiharkah) 7) Lagu Shika terbagi empat:
45 a) Iraq (fariasi)
b) Turki (nada tinggi shika) c) Raml (nada Minor) d) Huzami (Quflah)
Lagu-lagu tersebut di atas adalah lagu-lagu atau irama yang
sedang berlaku dalam Musabaqal Tilawatil Qur‟an. Di samping itu
di tengah-tengah masyarakat masih tetap berkembang lagu jenis Makawy. Jenis lagu-lagu Makawy tidak dikesampingkan di dalam
Musabaqah Tilawatil Qur‟an baik tingkat Nasional maupun
Internasional. (Munir, 1994: 91-95).