• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

B. Kemampuan Mengajar Guru

Menurut Rusmini (Sanjaya, 2008: 45), kompetensi guru adalah kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Barth (1990: 25) mendefinisikan kemampuan mengajar sebagai suatu metode, teknik dan strategi mengajar guru yang bertujuan untuk memfokuskan dan menjaga perhatian siswa melalui pengajaran yang efektif. Lapp (Ali, 2000: 11) mengemukakan bahwa kemampuan mengajar adalah keanekaragaman perilaku mengajar guru yang membentuk pola umum interaksi antara guru, bahan pelajaran, dan siswa. Dalam persepektif nasional, pemerintah telah merumuskan

keempat jenis kompetensi guru sebagaimana telah tercantum dalam peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2009 tentang standar nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut.

a. Kompetensi Pedagogik

Tugas guru yang utama adalah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88), yang dimaksud kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:

1) Pemahaman Wawasan atau Landasan Kependidikan

Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terikat dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan.

2) Pemahaman Tentang Peserta Didik;

Pemahaman tentang peserta didik. “Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi dan faktor dominan yang mempengaruhinya.” (Sukmadinata, 2006: 197).

3) Pengembangan Kurikulum/Silabus

Pengembangan kurikulum/silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandardisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Singkatnya, guru tidak perlu repot menulis buku sesuai dengan bidang studinya. 4) Perancangan Pembelajaran

Perancangan pembelajaran. Menurut Naegie (2002: 8), “Guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan bagaimana hal itu harus dilakukan.” Jika guru memberitahu siswa sejak awal bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan

belajar di kelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar.

5) Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis

Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya.

6) Evaluasi Hasil Belajar dan Pengembangan Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi yang Dimilikinya.

Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. “Belajar merupakan proses di mana pengetahuan, konsep, keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak mengetahui perasaan mereka melalui rekannya dan belajar. Maka, belajar merupakan proses kognitif, sosial, dan perilaku.” tulis Pollard (2005: 141). Pengajaran memiliki dua fokus, yaitu perilaku siswa yang berhubungan dengan kurikulum, juga membantu perkembangan kepercayaan siswa sebagai pelajar.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang: 1) Berakhlak Mulia

“Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (BSNP, 2006: 74). Arahan pendidikan nasional ini hanya mungkin terwujud jika guru memiliki akhlak mulia, sebab murid adalah cermin dari gurunya.

2) Mantap, Stabil, dan Dewasa;

Menurut Husain dan Ashraf (1979: 106), “Jika disepakati bahwa pendidikan bukan hanya melatih manusia untuk hidup, maka karakter guru merupakan hal yang sangat penting.” Itu sebabnya, menurut Husain dan Ashraf (1989: 107), “Meskipun murid pulang meninggalkan sekolah atau kampus guru mereka, mereka tetap mengenangnya dalam hati dan pikiran mereka, kenangan tentang kepribadian yang agung di mana mereka pernah berinteraksi dalam masa tertentu dalam hidup mereka”.

3) Arif dan Bijaksana;

“Guru bukan hanya menjadi seorang manusia pembelajar tetapi menjadi pribadi bijak, seorang saleh yang dapat memengaruhi pikiran generasi muda.” tulis Husain dan Ashraf (1979: 104). Seorang guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, karena merasa paling mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainnya, sehingga menganggap remeh dan rendah rekan sejawatnya.

4) Menjadi Teladan

Mulyasa (2007: 117) menyatakan, “Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya.” Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab menjadi teladan.” tambah Mulyasa (2007: 128).

5) Mengevaluasi Kinerja Sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik (experience is the best teacher). Demikian pepatah Inggris. Pengalaman mengajar

merupakan modal besar guru untuk meningkatkan mengajar di kelas. Pengalaman di kelas memberikan wawasan bagi guru untuk menghadapi keragaman tersebut. Guru jadi tahu metode

apa yang terbaik bagi mata pelajaran apa, karena ia pernah mencobanya berkali-kali.

6) Religius

Penulis menambahkan ciri religiositas pada kompetensi kepribadian, karena ia erat kaitannya dengan akhlak mulia dan kepribadian.

7) Mengembangkan diri.

Di antara sifat yang harus dimiliki guru ialah pembelajar yang baik atau pembelajar yang mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut ilmu. Sebagai contoh kecil yaitu kegemarannya membaca dan berlatih keterampilan yang dapat menunjang profesinya sebagai pendidik. Berkembang dan bertumbuh hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai pembelajar mandiri, yang cerdas memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada di sekolah dan lingkungannya.

c. Kompetensi Sosial

Seorang guru adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memedulikan orang-orang disekitarnya. Kompetensi sosial

merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk:

1) Berkomunikasi lisan dan tulisan;

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (BSNP, 2006: 88). d. Kompetensi Profesional

Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada murid. Guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampunya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88) kompetensi profesional adalah: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

1) Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar;

2) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

3) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan

4) Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengajar

Kemampuan seorang guru dalam mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jenkins (2008: 132) dalam bukunya “The Act of Teaching” menjelaskan bahwa kemampuan mengajar dipengaruhi oleh

3 faktor, yaitu karakteristik guru, karakteristik siswa, dan konteks pembelajaran. Ketiga faktor tersebut yaitu:

a. Karakteristik Guru

Perbedaan cara mengajar yang terjadi pada masing-masing guru tentu faktor utamanya berasal dari dalam diri guru itu sendiri. Baik karakter yang terbentuk oleh lingkungan dan faktor eksternal lainnya. Faktor-faktor tersebut meliputi, gender, usia, serta pengalaman mengajar.

Faktor gender cukup berpengaruh dalam proses pembelajaran. Setidaknya bagi negara-negara timur masih sangat mempertimbangkan etika perilaku antara laki-laki dan perempuan. Di Indonesia, setidaknya faktor usia guru berpengaruh dalam penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Meskipun tidak selalu, rata-rata guru yang berusia tua masih menggunakan cara mengajar gaya lama, yaitu dengan metode ceramah dan kurang memanfaatkan teknologi, baik audio maupun visual. Beda dengan guru-guru muda yang karena memang dibesarkan pada zaman

melek teknologi sehingga mampu menyesuaikan diri dengan pemanfaatan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran.

Faktor ketiga adalah faktor kepribadian. Faktor kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru sangat berpengaruh dalam pengajaran yang dilakukannya. Kepribadian yang dimaksud mencakup totalitas karakter dan sikap khas pada diri seseorang tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian yang sama, meskipun kembar identik. Secara alami, kepribadian akan mempengaruhi semua hal yang dilakukan, termasuk cara mengajar dan kepuasan melakukannya.

Faktor keempat adalah motivasi. Motivasi para guru dapat menjadikan proses pembelajaran terasa lebih hidup atau bahkan sebaliknya. Motivasi yang penulis maksud adalah kayakinan dan kepercayaan guru kepada para siswanya.

Wawasan merupakan faktor yang berikutnya dari kemampuan mengajar. Pengetahuan dan segenap wawasan yang dimiliki seorang guru pasti menjadi faktor yang menentukan bagaimana guru tersebut mengajar para siswanya. Guru yang hanya menguasai bidangnya dirasa belum cukup. Karena, sejatinya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas agar mampu membangun relasi yang konsisten dengan siswanya.

Gaya belajar adalah faktor yang berikutnya, tentu guru pernah merasakan menjadi seorang siswa. Ketika guru tersebut

menjadi siswa, cara pengajaran yang sebelumnya akan berpengaruh kelak ketika menjadi seorang guru yang akan mempengaruhi cara mengajarnya.

b. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa yaitu faktor-faktor internal yang ada pada diri pribadi siswa, seperti gender, perkembangan usia dan minat. Meskipun bagi seorang guru yang kurang wawasan, tidak mau tahu kondisi siswanya dan hanya mengajarkan materi pelajaran sebagai rutinitasnya sehari-hari, tetapi karakter siswa tetap dapat mempengaruhi cara mengajarnya.

Sebagaimana setiap guru memiliki karakteristik yang berbeda sehingga hal itu membuat cara mengajarnya juga berbeda. Perbedaan karakteristik siswa juga menuntut untuk dipahami guru dan guru menyesuaikan cara mengajarnya dengan keberagaman siswa.

c. Konteks Pembelajaran

Setelah mengetahui karakteristik guru dan siswa yang mempengaruhi kemampuan mengajar guru, selanjutnya ada faktor di luar keduanya yaitu konteks pembelajaran. Konteks pembelajaran yaitu faktor-faktor lain yang berasal dari guru dan siswa meliputi materi dan peralatan, persiapan mengajar, dan ruang belajar, materi, dan kesiapan materi.

3. Aspek Kemampuan Mengajar

Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efektif. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses belajar adalah kemauan siswa yang tinggi untuk belajar dengan mudah dan efektif. Menurut Kunandar (2009: 351), kemampuan mengajar adalah kemampuan membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, cara untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar.

Kemampuan mengajar menurut Wina Sanjaya (Sanjaya, 2008: 74) adalah proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Dalam mengajar tentu dibutuhkan kemampuan untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar. Kemampuan mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam merencanakan program pembelajaran, menguasai bahan pelajaran, melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar, dan menilai kemajuan proses belajar mengajar siswa (Putri, 2013: 38).

Dokumen terkait