• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kemampuan berarti

kesanggupan; kecakapan; kekuatan; kita berusaha dengan diri sendiri.

Kemampuan menyelesaikan soal matematika dalam penelitian ini dilihat dari

hasil belajar dan tingkat pemahaman langkah-langkah dan pengerjaan soal

matematika.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Dimyati and Mudjiono (2006: 3-4) menyebutkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari

sisi guru, tindak mengajar diakhir dengan proses evaluasi hasil belajar,

puncak proses belajar. Menurut Utami M (2004:150)kemampuan merupakan

daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan

latihan. Ketercapaian kemampuan itu berarti dapat dilihat dari hasil suatu uji

atau tes dalam pencapaian suatu proses tertentu. Apabila seseorang dapat

memenuhi tes yang diberikan maka dapat dikatakan mampu atau bisa

melakukan sesuatu. Jadi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika yang dilihat dari hasil belajar diperoleh dari ketercapaian siswa

dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan.

Indikator penyelesaian soal matematika menurut Sumarno U (2003:

makalah) yaitu:

1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan

kecukupan unsur yang diperlukan.

2. Merumuskan penyelesaian matematika atau menyusun model

matematika.

3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai soal (sejenis dan

soal baru) dalam atau luar matematika, menjelaskan atau

menginterpretasikan hasil penyelesaian menggunakan matematika

secara bermakna.

Polya (1973: xvi) menjelaskan langkah-langkah dalam

menyelesaikan masalah matematika adalah:

1. Memahami masalah.

2. Merencanakan penyelesaian masalah.

4. Melihat kembali kebenaran penyelesaian masalah yang telah dibuat.

Berdasarkan beberapa uraian dari para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa langkah-langkah penyelesaian soal matematika, antara lain:

1. Memahami soal, siswa harus membaca soal yang akan diselesaikan

dengan teliti agar dapat memahami soal dengan baik, mengetahui

unsur-unsur yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

2. Merencanakan penyelesaian soal, siswa membuat perencanaan untuk

menyelesaikan soal yang akan diselesaikan dengan memperkirakan dan

merumuskan langkah penyelesaiannya maupun dengan memodelkan

soal yang ada.

3. Melaksanakan rencana tersebut, siswa menyelesaikan soal berdasarkan

rencana yang dibuat dengan menggunakan informasi dan data yang

diketahui serta pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk

mendapat jawaban soal yang dihadapi.

4. Melihat kembali kebenaran penyelesaian soal yang telah dibuat, siswa

memeriksa kembali terhadap proses penyelesaian yang dilakukan serta

kemungkinan mendapatkan cara penyelesaian yang berbeda.

Setelah menganalisis uraian jawaban siswa dan hasil wawancara

mengenai langkah siswa dalam menyelesaikan soal yang mengacu terhadap

teori dari Polya dan Sumarno maka tingkat pemahaman langkah-langkah dan

pengerjaan soal matematika dapat diketahui dengan menggunakan taksonomi

Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning OutcomesTaxonomy) yang dikembangkan oleh Biggs dan Collis merupakan salah satu model evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah matematik yang memiliki prinsip dasar.

Konsep yang dikembangkan merupakan alat penilaian dan melihat struktur

hasil belajar yang teramati. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

taksonomi SOLO untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal matematika dengan melihat tingkatan pemahaman siswa dalam

menyelesaikan soal.

Taksonomi SOLO, dapat membantu usaha menggambarkan tingkat

kompleksitas pemahaman siswa tentang subjek, melalui lima tingkat respons,

dan diklaim dapat diterapkan di setiap wilayah. Secara garis besar tingkatan

tersebut menurut Collis dan Biggs (1982, Asep S 2012), sebagai berikut:

1. Pre-structural; siswa tidak memberikan jawaban apapun atau memberikan jawaban tetapi tidak relevan dengan masalah. Siswa tidak

memahami masalah yang diberikan. Dengan kata lain level pre-structural

menunjukkan bahwa siswa belum dapat memahami masalah yang

diberikan sehingga jawaban yang ditulis siswa tidak mempunyai makna

atau konsep apapun sehinggga cenderung tidak memberikan jawaban atas

soal yang diberikan.

2. Unistructural; siswa-siswi mencoba menjawab pertanyaan secara terbatas, dengan cara memilih satu penggal informasi yang ada. Dengan

memahami soal dengan menggunakan beberapa informasi namun belum

mampu merencanakan dan menyelesaikan soal dengan baik.

3. Multistructural; siswa-siswi memiliki kemampuan merespon masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat

siswa-siswi buat, namun hubungan-hubungan tersebut belum tepat.

Dengan kata lain level multistructural menunjukkan bahwa siswa sudah dapat memahami soal dan dapat merencanakan dengan tepat namun

belum mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar.

4. Relational; siswa-siswi yang merespon suatu tugas berdasarkan konsep- konsep yang terintegrasi, menghubungkan semua informasi yang relevan.

Dengan kata lain level relational menunjukkan bahwa siswa mampu memahami soal dengan benar dan dapat merencanakan serta

menyelesaikan soal dengan baik.

5. Extended Abstract; siswa-siswi dapat memberikan beberapa kemungkinan konklusi. Prinsip abstrak digunakan untuk

menginterpretasikan fakta-fakta konkret dan respon yang tepat yang

terpisah dengan konteks. Dengan kata lain level extended abstract

menunjukkan bahwa siswa mampu memahami soal dengan benar, dapat

merencanakan dan menyelesaikan soal dengan baik, serta siswa mampu

menghubungkan data dan proses yang lain sehingga mampu memperoleh

generalisasi yang baru.

Dengan melihat uraian jawaban siswa dan hasil wawancara yang

pendapat U. Sumarno dan Polya dapat memberikan gambaran mengenai

langkah siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Kemudian dari

gambaran mengenai langkah siswa dalam menyelesaikan soal matematika,

dengan menggunakan taksonomi SOLO dapat menunjukkan tingkat

pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melihat

hasil tes tertulis yang diperoleh siswa. Sedangkan tingkat pemahaman

langkah-langkah dan pengerjaan soal matematika dapat diketahui dengan

melihat langkah pengerjaan siswa dalam uraian jawaban maupun hasil

wawancara siswa yang dibandingkan dengan taksonomi SOLO.

Dokumen terkait