• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel di kalangan siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel di kalangan siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

i

“Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Dua

Variabel di Kalangan Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/ 2017”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

VENI SETYARINI

NIM: 131414077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Pokok

Bahasan Persamaan Linear Dua Variabel di Kalangan Siswa Kelas VIII C SMP

Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/ 2017

Oleh:

VENI SETYARINI

NIM: 131414077

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

(Drs. Thomas Sugiarto, M.T)

(3)
(4)

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Anakku, periksalah dirimu mengenai cara hidupmu, perhatikanlah apa yang

buruk bagimu, lalu jangan kau biarkan terus.

Sebab tidak semua adalah baik bagi setiap orang,

dan bukan setiap orang dapat menikmati segala-galanya”

-Sirakh 37: 27-28-

Dengan terselesaikannya skripsi saya ini, saya mengucap syukur kepada Tuhan

Yesus yang sungguh baik dan yang telah memberikan kesempatan ini. Saya

persembahkan skripsi ini bagi kedua orang tua Bapak Darmin dan Ibu

Mardiningsing yang tak pernah lelah memberikan dorongan serta doa bagi saya,

adikku Andika Dwi Prasetya, sahabat-sahabat tercinta Yuse, Patris, Bella, Wulan,

teman-teman pejuang skripsi, dan teman-teman P.Mat ‟13 yang saling mendukung

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Veni Setyarini, 2017. Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Dua Variabel di Kalangan Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/ 2017. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel, 2) Mengetahui tingkat pemahaman langkah-langkah penyelesaian dan pengerjaan soal matematika pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel di kalangan siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kualitatif-kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/ 2017. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2017 dengan objek penelitian kemampuan menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel. Data diperoleh dari hasil tes tertulis dan wawancara dengan beberapa siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII C adalah 25.58%. Persentase tersebut diperoleh karena dari 43 siswa yang mengikuti tes, hanya 11 siswa yang mendapat nilai di atas KKM (KKM = 77). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa tersebut tergolong masih rendah. Di sisi lain, tingkat pemahaman dalam menyelesaikan soal berdasarkan taksonomi SOLO, dilihat dari uraian jawaban seluruh siswa menunjukkan bahwa siswa kelas VIII C terdiri dari tingkat unistructural

(25.58%), multistructural (41.86%), relational (23.26%), dan extended relational

(9.30%). Sedangkan tingkat pemahaman siswa berdasarkan hasil wawancara beberapa siswa menunjukkan bahwa siswa kelas VIII C terdiri dari tingkat

multistructural, relational, dan extended relational. Secara keseluruhan baik berdasarkan uraian siswa maupun hasil wawancara, tingkat pemahaman siswa kelas VIII C cenderung pada tingkat multistructural. Tingkatan ini memiliki arti bahwa siswa sudah memahami dan dapat merencanakan penyelesaian soal tetapi belum mampu menyelesaikannya dengan baik.

(8)

viii ABSTRACT

Veni Setyarini, 2017. Analysis on the Students’ Ability in Solving the Problems about Linear Equations in Two Variables of Grade VIII C Students in Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta on the 2016/2017 Academic Year. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research aims to find out: 1) the learning outcomes of Grade VIII C students in Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta in terms of solving the problems about linear equations in two variables, 2) the level of understanding regarding the steps on working and solving the problems of linear equations in two variables among VIII C students in Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta.

The method applied in this research are quantitative and descriptive qualitative. The subjects are grade VIII C students in Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta on the Academic Year of 2016/2017. The research was conducted on February-March 2017 with students’ ability in colving the problems about linear equations in two variables as the object of study. The da ta were collected from the results of written test and interview with some students.

The result of this research illustrates that the mastery learning’s percentage of grade VIII C students is 25.58%. This percentage is obtained because with the total of 43 students taking part of the test, there are only 11 students who got the score above the minimum criteria of mastery learning (KKM = 77). This reveals that the students’ ability is still low. On the other hand, the level of understanding in solving the problems based on the SOLO taxonomy, based on all the students’ answers alone reflect the fact that the grade VIII C students composed of unistructural level (25.58%), multistructural level (41.86%), relational level (23.26%), and extended relational level (9.30%). Meanwhile, the level of understanding of grade VIII C students based on the interview’s result of some students describes that the students consist of multistructural level, relational level, and extended relational level. Based on the students’ elucidation and interview, it shows that the understanding of grade VIII C students tends to fall on the level of multistructural. It means that the students already understand and are able to plan the solving steps of the problems. However, they are not yet able to solve the problem well.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat dan karunia kepada Tuhan Yesus Kristus

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

dengan baik guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika. Penyusunan skripsi ini

tidak lepas dari batuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini praktikan

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

3. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M. T. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, membimbing, memberikan kritik dan saran yang

bermanfaat bagi peneliti.

4. Br. Yosep Anton Utmiyadi FIS, S.S. selaku Kepala SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian sekolah.

5. C. Peni Suryaningtyas, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika kelas

VIII yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di kelas VIII C, memberikan bimbingan dan mendukung penulis

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Masalah ... 6

F. Pembatasan Istilah ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Analisis ... 11

B. Soal Matematika ... 11

(12)

xii

D. Materi Pembelajaran Matematika Persamaan Linear Dua Variabel ... 19

E. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 43

C. Bentuk Data Penelitian ... 43

D. Metode Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Keabsahan Instrumen Penelitian ... 48

G. Metode Analisis Data ... 48

H. Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 53

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 56

A. Pelaksanaan Penelitian ... 56

B. Tabulasi Data ... 60

C. Analisis Data ... 77

D. Kelemahan atau Keterbatasan Penelitian ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Tertuis ... 46

Tabel 3.2 Indikator Wawancara untuk Kemampuan Siswa ... 47

Tabel 3.3 Klasifikasi Kemampuan Berdasarkan Tingkat Rendah, Sedang, dan Tinggi ... 49

Tabel 3.4 Tingkatan Kemampuan Berdasarkan Taksonomi SOLO... 52

Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 55

Tabel 4.1 Daftar Hasil Tes Tertulis Siswa Kelas VIII C... 60

Tabel 4.2 Deskripsi Rangkuman Jawaban Siswa Tiap Soal ... 62

Tabel 4.3 Daftar Subjek Wawancara ... 72

Tabel 4.4 Data Wawancara dengan Siswa ... 73

Tabel 4.5 Persentase Kebenaran Jawaban ... 77

Tabel 4.6 Persentase Ketuntasan KKM dan Tingkat Kemampuan Siswa Berdasarkan Hasil Tes Tertulis ... 78

Tabel 4.7 Topik Data Kemampuan dari Hasil Tes Tertulis ... 79

Tabel 4.8 Tingkat Pemahaman Siswa dari Hasil Tes Tertulis ... 92

Tabel 4.9 Persentase Tingkat Pemahaman Siswa dari Hasil Tes Tertulis ... 94

Tabel 4.10 Persentase Ketercapaian Siswa dalam Menyelesaikan Per Nomor Soal Berdasarkan Level Soal... 94

Tabel 4.11 Hasil Analisis Wawancara terhadap Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal ... 95

Tabel 4.12 Tingkat Pemahaman Siswa dari Hasil Wawancara... 104

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Kategorisasi Kemampuan Siswa untuk Soal Nomor 1 ... 86

Bagan 4.2 Kategorisasi Kemampuan Siswa untuk Soal Nomor 2 ... 87

Bagan 4.3 Kategorisasi Kemampuan Siswa untuk Soal Nomor 3 ... 88

Bagan 4.4 Kategorisasi Kemampuan Siswa untuk Soal Nomor 4 ... 89

Bagan 4.5 Kategorisasi Kemampuan Siswa untuk Soal Nomor 5 ... 90

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kemungkinan dari Kedudukan Dua Garis di Bidang... 32

Gambar 2.2 Grafik Sistem Persamaan ... 36

Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan KKM ... 78

Gambar 4.2 Diagram Persentase Kelompok (Rendah, Sedang, Tinggi) ... 78

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 120

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 121

Lampiran B : Soal Tes Tertulis ... 122

Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian Soal Tes Tertulis ... 124

Lampiran C : Hasil Pekerjaan Siswa ... 128

Pengelompokan Siswa Berdasarkan KKM dan Penggolongan (rendah, sedang, tinggi) ... 132

Transkip Wawancara ... 134

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mutu sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Meskipun suatu negara tidak memiliki

sumber daya alam yang melimpah, asalkan memiliki sumber daya manusia

yang berkualitas maka tidak menutup kemungkinan bahwa negara tersebut

akan berkembang dan maju dalam berbagai bidang. Olehkarenanya,

pemerintah dan berbagai pihak berupaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan yang ada di Indonesia agar dapat berkembang dan maju serta dapat

bersaing dalam berbagai bidang dengan negara lain (Tim PUSPENDIK, 2012:

ii).

Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembangunan suatu

bangsa dan negara. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan salah

satu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern dan daya pikir

manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat tergantung

pada perkembangan pendidikan dan pengajaran di sekolah, terutama

pendidikan matematika. Mengingat begitu pentingnya peranan matematika

maka matematika mendapat perhatian besar baik dari siswa, guru, orang tua

maupun pemerintah (Tim PUSPENDIK, 2012: 2).

Berbagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika di

berbagai jenjang pendidikan terus dilakukan, akan tetapi sampai saat ini hasil

(18)

ujian nasional mata pelajaran matematika tingkat SMP dua tahun terakhir

yakni pada tahun 2015 sebesar 56,28 (Puspendik, 2015) dan di tahun 2016

menunjukkan penurunan sebesar 6.04 dari poin sebelumnya menjadi 50.24

(Indriani dan Ruslan, 2016), hal ini menunjukkan hasil yang diperoleh masih

belum memuaskan.

Dari hasil TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study) (TIM PUSPENDIK, 2008) survei internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa SMP kelas 8 dan SD kelas 4, yang diterbitkan

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memperlihatkan bahwa skor

yang diraih Indonesia masih dibawah skor rata-rata internasional. Hasil studi

TIMSS 2007, Indonesia berada di peringkat 36 dari 49 negara dengan skor

rata-rata 397 sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi TIMSS

2011, Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor

rata-rata 386 sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil terbaru, yaitu

hasil studi 2015, Indonesia berada di peringkat ke-45 dari 50 negara dengan

skor rata-rata 397. Survei di atas sebagai bukti bahwa prestasi siswa Indonesia

khususnya di bidang studi matematika masih rendah dan kurang memuaskan.

Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah karena kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

Di dalam kurikulum tingkat SMP di Indonesia, topik aljabar dalam

matematika mulai diberikan di kelas VII yang kemudian dilanjutkan di kelas

VIII dan IX. Pemberian materi aljabar pada tingkat sekolah menengah

(19)

sistematis, kritis dan kreatif. Tidak jarang ditemui siswa yang mengalami

kesulitan dalam mengerjakan soal matematika terutama materi persamaan

linear dua variabel. Akan tetapi ada juga siswa yang tergolong memiliki

karakter siswa berbakat matematika. Greenes (1987, dalam Utami M 2004:

150) mengemukakan enam karakteristik siswa berbakat matematika, yaitu: 1)

Fleksibilitas dalam mengolah data, 2) Kemampuan luar biasa untuk menyusun

data, 3) Ketangkasan mental, 4) Penaksiran yang orisinal, 5) Kemampuan luar

biasa untuk mengalihkan gagasan, 6) Kemampuan yang luar biasa untuk

generalisasi. Greenes juga menyatakan bahwa siswa berbakat matematika

lebih menyukai komunikasi lisan daripada tulisan karena lebih cepat. Banyak

siswa yang diwawancarai sulit menjelaskan proses pemikiran mereka, karena

mereka cenderung menggabungkan beberapa proses mental dalam satu

langkah dan membuat lompatan intuitif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, secara umum siswa kelas VIII di sekolah

tersebut memiliki kemampuan menyelesaikan soal matematika yang beraneka

ragam. Siswa menyelesaikan soal matematika dengan cara atau langkah yang

berbeda antara satu siswa dengan yang lainnya, termasuk untuk soal

matematika pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel (PLDV). Ada

siswa yang dengan cepat dan jelas menuliskan langkah-langkah penyelesaian

dari suatu soal matematika pokok bahasan PLDV, ada juga siswa yang

menyelesaikannya secara langsung atau tanpa menuliskan langkah-langkah

(20)

dalam menyelesaikan soal matematika tersebut. Hal tersebut secara tidak

langsung dapat menunjukkan perbedaan kemampuan menyelesaikan soal

matematika yang dimiliki oleh siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta. Selain dari hasil wawancara dengan guru, kemampuan siswa

yang beraneka ragam juga terlihat dari hasil ulangan harian yang diperoleh

siswa. Menurut penjelasan guru tersebut, nilai ulangan harian pokok bahasan

persamaan linear dua variabel yang telah dilaksanakan menunjukkan adanya

perbedaan kemampuan bila dilihat dari hasil tes yang beragam.

Mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika

pokok bahasan persamaan linear dua variabel menjadi suatu hal yang penting

karena dapat membantu menentukan langkah selanjutnya agar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan persamaan linear dua

variabel. Oleh karenanya akan dilakukan penelitian untuk melihat kemampuan

siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan judul “Analisis

Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Dua Variabel di Kalangan Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/ 2017”. Dengan

mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, guru dapat membantu baik siswa

yang mengalami kesulitan maupun untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal matematika, serta guru dapat membuat

pembelajaran yang lebih bermakna dengan begitu siswa diharapkan memiliki

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Tidak semua siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dapat

menyelesaikan soal matematika pokok bahasan persamaan linear dua

variabel dengan baik.

2. Terdapat perbedaan kemampuan yang beragam dilihat dari hasil tes

ulangan harian pokok bahasan persamaan linear dua variabel.

3. Belum pernah dilakukan penelitian terhadap siswa kelas VIII C SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta mengenai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal pokok bahasan persamaan linear dua variabel.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi masalah pada

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang dilihat dari

hasil belajar siswa dan tingkat pemahaman langkah dalam pengerjaan soal

matematika pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel. Soal

matematika dalam penelitian ini merupakan soal matematika yang disusun

dengan memperhatikan level soal berdasarkan taksonomi Bloom sesuai

(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memaparkan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan

Persamaan Linear Dua Variabel?

2. Bagaimana tingkat pemahaman langkah-langkah dan pengerjaan soal

matematika pada pokok bahasan Persamaan Linear Dua Variabel di

kalangan siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta dalam

menyelesaikan soal matematika?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan

Persamaan Linear Dua Variabel.

2. Mendeskripsikan tingkat pemahaman langkah-langkah penyelesaian dan

pengerjaan soal matematika pada pokok bahasan Persamaan Linear Dua

Variabel di kalangan siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur I

(23)

F. Pembatasan Istilah

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini

penjelasan istilah-istilah tersebut.

1. Analisis

Analisis (analysis) adalah kegiatan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih

kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau

faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya. Dalam

penelitian ini analisis adalah penyelidikan terhadap kemampuan yang

dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal persamaan linear dua variabel.

2. Soal Matematika Persamaan Linear Dua Variabel

Soal matematika persamaan linear dua variabel berupa soal uraian

yang disusun sesuai kompetensi dasar yang digunakan. Selain itu, soal

juga disusun dengan memperhatikan level soal berdasarkan taksonomi

Bloom dan taksonomi SOLO.

3. Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika

Kemampuan menyelesaikan soal matematika adalah keterampilan

untuk mengetahui, memahami, menghubungkan, membuktikan, dan

menyelesaikan soal matematika. Kemampuan menyelesaikan soal

matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam

menyelesaikan soal matematika yang dilihat dari hasil belajar dan tingkat

(24)

Hasil belajar adalah sesuatu yang menjadi akibat dari rangkaian

kegiatan belajar siswa dalam rangka mengikuti pembelajaran matematika.

Hasil belajar yang terungkap dari proses belajar siswa berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Sedangkan tingkat

pemahaman langkah-langkah dan pengerjaan soal matematika adalah

tingkat pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang

dilihat berdasarkan taksonomi SOLO.

4. Pokok Bahasan Persamaan Linear Dua Variabel

Pokok bahasan persamaan linear dua variabel adalah pokok

bahasan yang membahas mengenai kalimat terbuka yang (kalimat yang

belum dapat ditentukan benar atau salahnya) yang dihubungkan oleh tanda

sama dengan “=” dan memiliki dua variabel berpangkat satu atau

berderajat satu.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman menyelesaikan

soal matematika persamaan linear dua variabel.

2. Bagi guru mata pelajaran matematika, penelitian ini dapat membantu guru

mengetahui hasil belajar dan tingkat pemahaman langkah-langkah

penyelesaian soal matematika serta pengerjaannya pada pokok bahasan

(25)

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat membantu peneliti mengetahui hasil

belajar dan tingkat pemahaman langkah-langkah penyelesaian soal

matematika yang dimiliki oleh siswa serta pengerjaannya dalam

menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan persamaan linear satu

variabel. Hal tersebut bagi peneliti yang adalah calon guru, menjadi

gambaran mengenai keadaan siswa nantinya.

4. Sebagai referensi di perpustakaan untuk acuan bagi orang lain yang akan

melakukakan penelitian yang sama ataupun untuk acuan bagi siapa saja

yang membutuhkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

masalah dalam penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan istilah, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab II membahas kajian pustaka yang meliputi materi pembelajaran

persamaan linear dua variabel, kemampuan menyelesaikan soal dan kerangka

berpikir.

Bab III membahas mengenai metode penelitian yang meliputi jenis

penelitian, subjek dan objek penelitian, bentuk data, metode pengumpulan

data, instrument penelitian, keabsahan instrument penelitian, metode analisis

(26)

Bab IV membahas mengenai pelaksanaan penelitian, tabulasi data,

analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V merupakan penutup yang memaparkan tentang kesimpulan hasil

(27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Analisis

Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) diartikan

sebagai berikut:

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan,

karangan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

(asal usul, sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).

2. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

penelaahan bagian-bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Jadi analisis dalam penelitian ini adalah penyelidikan dan penguraian akan

kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang

ditelaah melalui hasil belajar dan tingkat pemahaman langkah-langkah dan

pengerjaan soal matematika

.

B. Soal Matematika

Soal didefinisikan sebagai sebarang tugas atau kegiatan di mana siswa

belum mempunyai aturan atau metode penyelesaian khusus yang benar. Soal

matematika merupakan soal berkaitan dengan materi matematika. Suatu soal

merupakan soal penyelesaian bagi seseorang bila orang tersebut memiliki

(28)

Suatu persoalan merupakan soal bagi seseorang jika: a) persoalan itu

tidak dikenalnya; b) siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan

mentalnya maupun pengetahuannnya, terlepas daripada apakah akhirnya ia

sampai atau tidak kepada jawabannya; c) sesuatu itu merupakan penyelesaian

soal baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.

Menurut Collis (1982, dalam Asikin 2003), dalam taksonomi SOLO

terdapat tingkatan-tingkatan dari kesulitan suatu pertanyaan, yaitu:

1. Level I : Pertanyaan unistructural (U), yaitu pertanyaan dengan kriteria menggunakan sebuah informasi yang jelas dan langsung dari stem (teks

soal).

2. Level II : Pertanyaan multistructural (M), yaitu pertanyaan dengan kriteria menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat

dalam stem. Semua informasi atau data yang diperlukan dapat segera

digunakan untuk mendapatkan penyelesaian.

3. Level III : Pertanyaan relational (R), yaitu pertanyaan dengan kriteria menggunakan suatu pemahaman dari dua informasi atau lebih yang

termuat dalam stem. Semua informasi diberikan, namun belum bisa

segera digunakan untuk mendapatkan penyelesaian soal. Dalam kasus ini

tersedia data yang harus digunakan untuk menentukan informasi

sebelum dapat digunakan untuk memperoleh penyelesaian akhir.

4. Level IV : Pertanyaan abstrak diperluas (E), yaitu pertanyaan dengan

kriteria menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang

(29)

diberikan tetapi belum bisa segera digunakan untuk mendapatkan

penyelesaian akhir. Dari data atau informasi yang diberikan itu masih

diperlukan prinsip umum yang abstrak atau menggunakan hipotesis

untuk mengkaitkannya sehingga mendapat informasi atau data baru. Dari

data baru tersebut kemudian disintesakan sehingga dapat diperoleh

penyelesaian akhir.

Dalam taksonomi SOLO terdapat tingkatan-tingkatan dari kesulitan

suatu pertanyaan (Makalah , yaitu:

1. Pengetahuan (C1)

Pada tingkat ini siswa dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya

konsep, fakta, atau istilah dan lain sebagainya, tanpa harus memahami

atau dapat menggunakan.

2. Pemahaman (C2)

Pada tingkat ini siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui

sesuatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Termasuk

kemampuan untuk mengubah bentuk menjadi bentuk lain, misalnya dari

bentuk verbal menjadi bentuk rumus, dapat menerangkan,

menyimpulkan dan memperluas makna.

3. Aplikasi/ Penerapan (C3)

Pada tingkat ini siswa dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan

dengan tepat teori, hukum, atau metode jika berhadapan dengan situasi

(30)

4. Analisis (C4)

Pada tingkat ini siswa dituntut untuk mampu menganalisa atau merinci

suatu situasi atau bahan pengetahuan menurut bagian-bagiannya yang

lebih kecil atau lebih terurai, dan menemukan hubungan diantara bagian

yang satu dengan yang lain.

5. Evaluasi (C5)

Pada tingkat ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menilai,

memeriksa, dan bahkan mengkritik nilai bahan untuk tujuan tertentu.

6. Mencipta (C6)

Pada tingkat ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk

mengaplikasikan konsep materi pelajaran menjadi suatu produk.

C. Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kemampuan berarti

kesanggupan; kecakapan; kekuatan; kita berusaha dengan diri sendiri.

Kemampuan menyelesaikan soal matematika dalam penelitian ini dilihat dari

hasil belajar dan tingkat pemahaman langkah-langkah dan pengerjaan soal

matematika.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Dimyati and Mudjiono (2006: 3-4) menyebutkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari

sisi guru, tindak mengajar diakhir dengan proses evaluasi hasil belajar,

(31)

puncak proses belajar. Menurut Utami M (2004:150)kemampuan merupakan

daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan

latihan. Ketercapaian kemampuan itu berarti dapat dilihat dari hasil suatu uji

atau tes dalam pencapaian suatu proses tertentu. Apabila seseorang dapat

memenuhi tes yang diberikan maka dapat dikatakan mampu atau bisa

melakukan sesuatu. Jadi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika yang dilihat dari hasil belajar diperoleh dari ketercapaian siswa

dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan.

Indikator penyelesaian soal matematika menurut Sumarno U (2003:

makalah) yaitu:

1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan

kecukupan unsur yang diperlukan.

2. Merumuskan penyelesaian matematika atau menyusun model

matematika.

3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai soal (sejenis dan

soal baru) dalam atau luar matematika, menjelaskan atau

menginterpretasikan hasil penyelesaian menggunakan matematika

secara bermakna.

Polya (1973: xvi) menjelaskan langkah-langkah dalam

menyelesaikan masalah matematika adalah:

1. Memahami masalah.

2. Merencanakan penyelesaian masalah.

(32)

4. Melihat kembali kebenaran penyelesaian masalah yang telah dibuat.

Berdasarkan beberapa uraian dari para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa langkah-langkah penyelesaian soal matematika, antara lain:

1. Memahami soal, siswa harus membaca soal yang akan diselesaikan

dengan teliti agar dapat memahami soal dengan baik, mengetahui

unsur-unsur yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

2. Merencanakan penyelesaian soal, siswa membuat perencanaan untuk

menyelesaikan soal yang akan diselesaikan dengan memperkirakan dan

merumuskan langkah penyelesaiannya maupun dengan memodelkan

soal yang ada.

3. Melaksanakan rencana tersebut, siswa menyelesaikan soal berdasarkan

rencana yang dibuat dengan menggunakan informasi dan data yang

diketahui serta pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk

mendapat jawaban soal yang dihadapi.

4. Melihat kembali kebenaran penyelesaian soal yang telah dibuat, siswa

memeriksa kembali terhadap proses penyelesaian yang dilakukan serta

kemungkinan mendapatkan cara penyelesaian yang berbeda.

Setelah menganalisis uraian jawaban siswa dan hasil wawancara

mengenai langkah siswa dalam menyelesaikan soal yang mengacu terhadap

teori dari Polya dan Sumarno maka tingkat pemahaman langkah-langkah dan

pengerjaan soal matematika dapat diketahui dengan menggunakan taksonomi

(33)

Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning OutcomesTaxonomy) yang dikembangkan oleh Biggs dan Collis merupakan salah satu model evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah matematik yang memiliki prinsip dasar.

Konsep yang dikembangkan merupakan alat penilaian dan melihat struktur

hasil belajar yang teramati. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

taksonomi SOLO untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal matematika dengan melihat tingkatan pemahaman siswa dalam

menyelesaikan soal.

Taksonomi SOLO, dapat membantu usaha menggambarkan tingkat

kompleksitas pemahaman siswa tentang subjek, melalui lima tingkat respons,

dan diklaim dapat diterapkan di setiap wilayah. Secara garis besar tingkatan

tersebut menurut Collis dan Biggs (1982, Asep S 2012), sebagai berikut:

1. Pre-structural; siswa tidak memberikan jawaban apapun atau memberikan jawaban tetapi tidak relevan dengan masalah. Siswa tidak

memahami masalah yang diberikan. Dengan kata lain level pre-structural

menunjukkan bahwa siswa belum dapat memahami masalah yang

diberikan sehingga jawaban yang ditulis siswa tidak mempunyai makna

atau konsep apapun sehinggga cenderung tidak memberikan jawaban atas

soal yang diberikan.

2. Unistructural; siswa-siswi mencoba menjawab pertanyaan secara terbatas, dengan cara memilih satu penggal informasi yang ada. Dengan

(34)

memahami soal dengan menggunakan beberapa informasi namun belum

mampu merencanakan dan menyelesaikan soal dengan baik.

3. Multistructural; siswa-siswi memiliki kemampuan merespon masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat

siswa-siswi buat, namun hubungan-hubungan tersebut belum tepat.

Dengan kata lain level multistructural menunjukkan bahwa siswa sudah dapat memahami soal dan dapat merencanakan dengan tepat namun

belum mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar.

4. Relational; siswa-siswi yang merespon suatu tugas berdasarkan konsep-konsep yang terintegrasi, menghubungkan semua informasi yang relevan.

Dengan kata lain level relational menunjukkan bahwa siswa mampu memahami soal dengan benar dan dapat merencanakan serta

menyelesaikan soal dengan baik.

5. Extended Abstract; siswa-siswi dapat memberikan beberapa kemungkinan konklusi. Prinsip abstrak digunakan untuk

menginterpretasikan fakta-fakta konkret dan respon yang tepat yang

terpisah dengan konteks. Dengan kata lain level extended abstract

menunjukkan bahwa siswa mampu memahami soal dengan benar, dapat

merencanakan dan menyelesaikan soal dengan baik, serta siswa mampu

menghubungkan data dan proses yang lain sehingga mampu memperoleh

generalisasi yang baru.

Dengan melihat uraian jawaban siswa dan hasil wawancara yang

(35)

pendapat U. Sumarno dan Polya dapat memberikan gambaran mengenai

langkah siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Kemudian dari

gambaran mengenai langkah siswa dalam menyelesaikan soal matematika,

dengan menggunakan taksonomi SOLO dapat menunjukkan tingkat

pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melihat

hasil tes tertulis yang diperoleh siswa. Sedangkan tingkat pemahaman

langkah-langkah dan pengerjaan soal matematika dapat diketahui dengan

melihat langkah pengerjaan siswa dalam uraian jawaban maupun hasil

wawancara siswa yang dibandingkan dengan taksonomi SOLO.

D. Materi Pembelajaran Matematika Persamaan Linear Dua Variabel

1. Matematika dan Pembelajaran Matematika

Ebbutt dan Straker (1995 dalam Depdiknas, 2003) mendefinisikan

matematika sekolah sebagai berikut:

a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah:

1) Memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan

penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan

dengan berbagai cara.

3) Mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan,

(36)

4) Mendorong siswa menarik kesimpulan umum.

5) Membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara

pengertian satu dengan yang lainnya.

b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi,

dan penemuan.

Implikasi dari Pandangan ini terhadap pembelajaran adalah:

1) Mendorong inisiatif dan memberikan kesempatan berfikir berbeda.

2) Mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kompetensi

menyangga dan kompetensi memperkirahkan.

3) Menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal

bermanfaaat dari pada menganggapnya sebagai kesalahan.

4) Mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika.

5) Mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya.

6) Mendorong siswa berfikir reflektif.

7) Tidak menyarankan hanya menggunakan satu metode saja.

c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving). Implikasi dari pandang ini terhadap pembelajaran adalah:

1) Menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang

timbulnya persoalan matematika,

2) Membantu siswa memecahkan persoalan matematika

menggunakan caranya sendiri.

3) Membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk

(37)

4) Mendorong siswa untuk berfikir logis konsisten, sistimatis dan

mengembangkan sistem dokumentasi catatan,

5) Mengembangkan kompetensi dan keterampilan untuk memecahkan

persoalan.

6) Membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan

berbagai alat peraga/ media pendidikan matematika seperti: jangka,

kalkulator dsb.

d. Matematika sebagai alat berkomunikasi

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah:

1) Mendorong siswa mengenal sifat matematika.

2) Mendorong siswa membuat contoh sifat matematika.

3) Mendorong siswa menjelaskan sifat matematika,

4) Mendorong siswa memberikan alasan perlunya kegiatan

matematika.

5) Mendorong siswa membicarakan persoalan matematika.

6) Mendorong siswa membaca dan manulis matematika.

7) Menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.

Secara umum, matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang

berkaitan dengan pola keteraturan dan urutan yang logis yang memerlukan

imajinasi, intuisi, maupun penemuan. Matematika juga dikatakan sebagai

kegiatan pemecahan masalah maupun sebagai alat berkomunikasi.

Dalam Psikologi Pembelajaran Matematika (Amir dan Risnawati,

(38)

upaya memenuhi kebutuhannya. Individu akan melakukan kegiatan belajar

apabila ia menghadapi situasi kebutuhan dalam interaksi dengan

lingkungannya. Pada dasarnya tidak semua kebutuhan mengharuskan

individu belajar. Proses pembelajaran akan terjadi bila individu memiliki

kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan insting atau kebiasaan.

Secara keseluruhan, proses pembelajaran merupakan rangkaian

aktivitas berikut: pertama, individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin dicapai. Kedua, kesiapan individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Ketiga, pemahaman situasi yaitu segala sesuatu yang ada di lingkungan individu dalam memenuhi

kebutuhan dan mencapai tujuannya. Keempat, menafsirkan situasi yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai aspek yang terdapat dalam

situasi. Kelima, individu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengan yang telah direncanakannya dalam

tahapan ketiga dan keempat. Keenam, individu akan memperoleh umpan balik dari apa yang telah dilakukannya. Ada dua kemungkinan yang bisa

terjadi, yaitu berhasil atau gagal (Amir dan Risnawati, 2016 : 7-8).

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar

yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa

yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat

meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai

upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika

(39)

Dalam proses pembelajaran matematika, guru maupun siswa

bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran

berjalan dengan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.

Berdasarkan penjelasan di atas, secara umum pembelajaran

matematika yang efektif adalah suatu proses belajar mengajar yang

dibangun oleh guru yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif

untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa sehingga dapat

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

2. Persamaan Linear Dua Variabel

a. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terkait dalam penelitian ini

adalah:

Kompetensi Inti: Aljabar

KI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait fenomena dan

kejadian tampak mata.

KI 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di

(40)

Kompetensi Dasar:

KD 3.2 Menentukan nilai variabel persamaan linear dua variabel dalam

konteks nyata.

KD 4.1 Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah

nyata yang berkaitan dengan persamaan linear dua variabel.

Soal matematika yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan KD tersebut. Meskipun materi yang terdapat pada KD tersebut

adalah persamaan linear dua variabel saja, tetapi karena pada KD tersebut

terdapat pernyataan mengenai masalah nyata dan masalah nyata dalam

kehidupan sehari-hari lebih sering dijumpai dalam topik sistem persamaan

linear dua variabel (SPLDV) maka peneliti melakukan penelitian ini

sampai pada materi SPLDV. Selain itu, materi SPLDV diikut sertakan

karena juga terdapat dalam buku cetak matematika kelas VIII kurikulum

2013 revisi yang digunakan guru dan peneliti. Berdasarkan KD, pokok

bahasan SPLDV merupakan materi pokok yang diajarkan di kelas IX,

tetapi kenyataannya sudah diperkenalkan atau sudah mulai di ajarkan di

kelas VIII. Hal ini menjadi pertimbangan peneliti di dalam menentukan

sejauh mana materi SPLDV dikaitkan dengan penelitian ini.

b. Istilah-Istilah dalam Aljabar

Sebuah bentuk aljabar adalah sebuah gabungan bilangan biasa dan

huruf-huruf yang dipasangkan dengan bilangan-bilangan tersebut. Contoh

bentuk aljabar:

(41)

Variabel atau peubah adalah simbol yang dipilih untuk menyatakan

sebarang bilangan dalam suatu himpunan bilangan yang diketahui, dapat

diasumsikan bahwa himpunan bilangan yang dimaksud adalah himpunan

bilangan real. Jika himpunan tersebut hanya terdiri dari satu bilangan,

maka simbol yang direpresetasikannya disebut konstanta. Variabel

(peubah) dapat diganti oleh sebarang bilangan yang ditentukan yang

berada dalam semesta pembicaraannya. Variabel biasanya dilambangkan

dengan huruf (misal: ).

Contoh: pada bentuk aljabar , adalah variabel.

Suku Aljabar, sebuah suku terdiri dari hasil kali atau hasil bagi

bilangan-bilangan biasa dan huruf-huruf yang merupakan pasangan

bilangan-bilangan tersebut. Contoh suku aljabar:

 adalah sebuah bentuk aljabar yang terdiri dari dua

suku.

Konstanta adalah salah satu lambang aljabar yang dapat diartikan

sebagai bilangan tetap. Contoh:

 Pada , 4 dan 7 adalah konstanta.

 Pada , 24 adalah konstanta.

Koefisien adalah faktor dari suatu suku yang berupa konstanta.

Contoh: Koefisien dari adalah 3.

Suku-suku sejenis atau suku-suku serupa adalah suku-suku yang

(42)

 dan adalah suku-suku yang serupa.

 dan 5 adalah suku-suku yang serupa.

Suku dam adalah suku-suku yang tidak serupa.

Dua atau suku-suku serupa dalam serupa pernyataan aljabar boleh

digabungkan ke dalam satu suku. Contoh:

c. Kalimat Pernyataan, Kalimat Bukan Pernyataan, dan Kalimat Terbuka

1) Kalimat Pernyataan dan Kalimat Bukan Pernyataan

Kalimat pernyataan yaitu kalimat yang mempunyai nilai benar

atau salah (dan tidak kedua-duanya) (Susilo, 2012: 12). Contoh:

Ir. Soekarno adalah presiden pertama Bangsa Indonesia.

Kalimat di atas benar, karena memang presiden pertama Bangsa

Indonesia adalah Ir. Soekarno.

, kalimat tersebut merupakan kalimat yang jelas benar.

Kalimat bukan pernyataan adalah kalimat yang tidak

mempunyai nilai kebenaran (Susilo, 2012: 12). Contoh:

Kalimat pertanyaan, “Siapakah namamu?”

Kalimat perintah, “Belajarlah!”

Kalimat harapan, “Semoga kalian juga sehat!”

2) Kalimat Terbuka

Menurut Marsigit (2002: 100) kalimat matematika yang telah

jelas benar atau telah jelas salah dinamakan pernyataan. Adapun

(43)

kalimat terbuka. Untuk memahami perbedaan antara pernyataan dan

kalimat terbuka, perhatikan tiga kalimat berikut:

a) Ada bilangan prima genap

b)

c)

Kalimat (a) merupakan kalimat yang jelas benar karena memang ada

bilangan prima yang genap, yaitu 2. Kalimat (b) merupakan kalimat

yang jelas salah karena . Adapun kalimat (c) merupakan

kalimat yang belum jelas benar atau salah karena jika diganti dengan

2 maka kalimat tersebut benar, yaitu . Akan tetapi, jika

diganti dengan 7 maka kalimat tersebut menjadi salah. Pada contoh

tersebut, kalimat (a) dan (b) merupakan pernyataan sedangkan (c)

adalah kalimat terbuka.

Sedangkan kalimat tertutup merupakan kalimat matematika

yang sudah jelas benar atau salah dan tidak mungkin keduanya

(kalimat pernyataan).

d. Kesamaan dan Persamaan

Kesamaan adalah kalimat tertutup yang dihubungkan oleh tanda

“=” pada kedua ruasnya. Contoh:

(44)

Kesamaan adalah kalimat tertutup yang menyatakan hubungan “sama

dengan”.

Persamaan adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan

“sama dengan” (Negoro dan Harahap, 2010:70). Dengan kata lain,

persamaan adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda “=” pada

kedua ruasnya (Marsigit, 2009: 100).

Contoh: , disebut persamaan, di mana merupakan anggota

himpunan bilangan asli. Kalimat ini menjadi benar apabila diganti

dengan 2. „2‟ adalah penyelesaian dari persamaan . Dapat juga

dikatakan: „Himpunan penyelesaian persamaan adalah

e. Ekuivalen

Dua pernyataan dikatakan ekuivalen apabila kedua pernyataan

tersebut mempunyai nilai kebenaran yang sama. Dua pernyataan p dan q

yang ekuivalen dinyatakan dengan (Novel Mangelep, 2009: 6).

Dua pernyataan dan dikatakan ekuivalen, yaitu “ jika dan

hanya jika ”, kita sajikan dengan lambang Dengan kata lain,

bernilai benar hanya bila dan mempunyai nilai kebenaran yang

sama (Susilo, 2012: 22).

Dua persamaan dikatakan ekuivalen jika mempunyai penyelesaian

atau akar yang sama. Notasi untuk ekuivalen pada persamaan adalah “ ”.

Contoh:

1)

(45)

, yang merupakan kalimat benar.

Jadi, penyelesaian persamaan adalah 6.

2)

Jika diganti bilangan 6, maka persamaan tersebut menjadi:

yang merupakan kalimat benar.

Jadi, penyelesaian persamaan adalah 6.

3)

Jika diganti bilangan 6, maka persamaan tersebut menjadi:

yang merupakan kalimat benar.

Jadi, penyelesaian persamaan adalah 6.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa ketiga persamaan

mempunyai penyelesaian yang sama, yaitu 6. Dengan demikian,

persamaan a), b), dan c) dapat dituliskan sebagai:

Suatu persamaan dapat dinyatakan ke dalam persamaan yang

ekuivalen dengan cara menambah atau mengurangi, mengkali atau

membagi kedua ruas persamaan dengan bilangan yang sama.

f. Persamaan Linear Dua Variabel

Persamaan Pangkat Satu (persamaan linear) adalah persamaan yang

memuat satu atau lebih suatu variabel, dengan pangkat tertinggi satu

(Sukino dan Simangunson, 2006:119). Contoh:

 , variabelnya adalah

(46)

 , variabelnya adalah

Wono (1995) mengemukakan bahwa persamaan linear dalam beberapa

variabel adalah persamaan dalam bentuk polinomial yang variabelnya

berderajat satu atau nol dan tidak terjadi perkalian antara variabelnya.

Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) adalah persamaan yang

memuat satu variabel, dengan pangkat tertinggi satu (Sukino dan

Simangunsong, 2006:119). Bentuk umum PLSV adalah sebagai berikut:

,

dengan , adalah bilangan real dan merupakan variabel,

dinamakan koefisien dari dan dinamakan konstanta. Contoh:

Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV) adalah persamaan yang

memuat dua variabel, dengan pangkat tertinggi satu. Bentuk umum PLDV

adalah ,

dengan , adalah bilangan real dan , dan merupakan

variabel, dinamakan koefisien dari dinamakan koefisien dari dan dinamakan konstanta.

g. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Sistem persamaan linear adalah sejumlah tertentu persamaan linear

dalam variabel . Sejumlah bilangan yang terurut

(47)

merupakan penyelesaian dari setiap

persamaan di dalam sistem tersebut.

Sistem persamaan linear dua variabel merupakan dua atau lebih

persamaan linear dua variabel yang saling terhubung karena memiliki

variabel yang sama misalnya dan . Karena

kedua persamaan tersebut memiliki dan yang sama nilainya maka

terdapat hubungan pada kedua persamaan tersebut.

Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel dengan dua persamaan

adalah,

dengan dan merupakan bilangan real yang diketahui. Jawab

atau penyelesaian dari sistem persamaan linear tersebut adalah pasangan

terurut yang memenuhi kedua persamaan tersebut.

Contoh: Pasangan merupakan jawab sistem persamaan linear

,

karena dan memenuhi kedua persamaan, yaitu

.

Tetapi bukan merupakan jawab sistem persamaan linear

tersebut karena dan hanya memenuhi persamaan

(48)

Sistem persamaan linear disebut konsisten jika sistem persamaan

tersebut mempunyai sedikitnya satu jawab. Dalam hal sistem tak

mempunyai jawab, sistem persamaan linear disebut tak konsisten. Untuk

memberi tafsiran geometri dari jawab sistem tersebut maka akan

dijelaskan sebagai berikut, persamaan linear dapat

digambarkan sebagai garis pada bidang. Jadi sistem dan

dapat digambarkan sebagai garis dan di bidang. Ada

tiga kemungkinan kedudukan garis tersebut, yaitu

1) Garis dan berpotongan.

2) Garis dan sejajar.

3) Garis dan berimpit (merupakan satu garis).

Gambar 2.1 Kemungkinan dari kedudukan dua garis di bidang.

Pasangan bilangan merupakan jawab dari sistem persamaan

(1) jika dan hanya jika titik terletak pada kedua garis. Dalam hal ini

kemungkinan pertama, hanya ada satu titik yang terletak pada kedua garis.

Oleh karena itu, jawab sistem persamaan (1) ini tepat satu. Sedangkan

Dalam hal kedua, tak ada titik yang terletak pada kedua garis. Hal ini

berarti sistem persamaan tersebut tidak memiliki jawab. Yang ketiga, ada

(49)

persamaan tersebut mempunyai jawab tak hingga banyaknya. dengan

demikian ada tiga kemungkinan jawab dari sitem persamaan linear, yaitu

mempunyai tepat satu jawab, tidak mempunyai jawab, dan mempunyai

jawab banyak.

Ketiga kemungkinan tersebut juga berlaku untuk sebarang sistem

persamaan linear.

h. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel mempunyai

empat cara, yaitu (Dris dan Tasari, 2011: 93):

1) Metode Substitusi

Metode Substitusi menggunakan prinsip-prinsip aljabar dan tidak

memerlukan gambar. Substitusi berarti penggantian yang artinya salah satu variabel diganti dengan variabel yang lain sehingga nilai variabel

lainnya dapat ditentukan.

Contoh: Diberikan SPLDV sebagai berikut:

Langkah penyelesaiannya:

- Lihat persamaan . Jika , maka nyatakan dalam

, sehingga diperoleh

- Substitusikan pada persamaan kedua, sehingga persamaan

menjadi persamaan linear satu variabel yang berbentuk

(50)

- Selanjutnya selesaikan persamaan tersebut untuk mendapatkan

nilai

- Setelah diperoleh maka substitusikan nilai yang telah diperoleh

pada salah satu persamaan atau

.

2) Metode Eliminasi

Eliminasi berarti penghapusan. Dengan demikian, cara

eliminasi dalam SPLDV adalah dengan mengeliminasi atau

menghilangkan salah satu variabel sehingga variabel lainnya dapat

ditentukan nilainya. Langkah-langkah dalam menyelesaikan SPLDV

dengan cara eliminasi, antara lain:

a) Melakukan eliminasi variabel , maka perlu disamakan dahulu

koefisien variabelnya. Misal diberikan SPLDV

Koefisien dari persamaan pertama adalah 2. Sedangkan koefisien

dari persamaan kedua adalah satu, maka:

b) Melakukan eliminasi variabel . Sepertihalnya contoh eliminasi

variabel di atas, cara yang sama juga berlaku untuk eliminasi

(51)

Kedua cara diatas juga dapat digunakan untuk menyelesaikan

suatu SPLDV secara bersamaan, metode ini dinamakan metode campuran. Mula-mula carilah nilai salah satu variabel dengan menggunakan metode eliminasi. Kemudian gunakan nilai variabel yang

telah diperoleh tersebut untuk mendapatkan nilai variabel lain dengan

menggunakan metode substitusi. Metode ini dapat mempersingkat

perhitungan.

3) Metode Grafik

Dalam metode ini grafik digunakan untuk menentukan

himpunan penyelesaian dari suatu SPLDV. Berikut ini adalah

langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV,

a) Menentukan titik potong terhadap sumbu- dan sumbu- untuk

masing-masing grafik PLDV. Untuk menentukan titik potong

dengan sumbu- , nilai masing-masing grafik PLDV

disamadengankan nol atau , sehingga akan diperoleh nilai

untuk . Begitu juga untuk mencari titik otong dengan sumbu- ,

nilai masing-masing grafik PLDV disamadengankan nol atau

sehingga didapatkan koordinat titik-titik potong dengan

sumbu- dan sumbu- .

b) Gambarkan koordinat titik-titik potong dengan sumbu- dan

sumbu- yang didapatkan tersebut pada koordinat Cartesius yang

(52)

c) Cermati hasil gambar grafik-grafik tersebut, apakah saling

berpotongan? Jika saling berpotongan, cermati di koordinat berapa

terjadi perpotongannya. Koordinat tersebut berupa pasangan terurut

yang merupakan penyelesaian SPLDV yang dicari. Jika

grafik-grafik tersebut tidak berpotongan maka himpunan

penyelesaiannya berupa himpunan kosong.

Contoh:

Dengan menggunakan metode grafik, tentukan penyelesaian dari

sistem persamaan:

Penyelesaian:

Dari diperoleh:

Dari diperoleh

Grafik dari sistem persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

(53)

Koordinat titik potong kedua grafik tersebut adalah (4000,1000).

Jadi penyelesaiannya adalah dan

Langkah awal yang perlu dibuat siswa dalam menyelesaikan soal

cerita persamaan linear satu variabel adalah membuat kalimat matematika

berdasarkan pada informasi yang terdapat pada soal tersebut, yang disebut

dengan model matematika. Model matematika dapat diperoleh dengan cara

memisalkan besaran yang belum diketahui dengan dua buah variabel,

misalnya variabel dan .

Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan

dengan persamaan linear dua variabel biasanya disajikan dalam bentuk

soal cerita. Soal cerita yang berkaitan dengan persamaan linear satu

variabel disajikan dalam beberapa bidang permasalahan sehari-hari.

Bidang-bidang atau masalah-masalah tersebut yaitu: (1) Masalah

Bilangan, (2) Masalah Umur, (3) Masalah Lembaran Uang, (4) Masalah

Angka, (5) Masalah Bisnis, (6) Masalah Ukuran, (7) Masalah Kadar, (8)

Masalah Perjalanan, dan (9) Masalah Pekerjaan. Adapun

masalah-masalah yang sering dikeluarkan dalam latihan atau kajian pada buku

materi persamaan linear satu variabel adalah permasalahan yang terkait

bidang: bilangan; umur; bisnis; ukuran; dan perjalanan.

Untuk menyelesaikannya, maka langkah-langkah berikut dapat

membantu dalam mempermudah penyelesaian:

(54)

2) Mengungkap informasi pada soal tentang hal yang ditanya atau

diketahui dan memilah informasi yang akan digunakan dalam

memecahkan soal.

3) Memodelkan kalimat pada soal ke dalam kalimat matematika.

Memodelkan yang dimaksud adalah menerjemahkan soal matematika

dalam kalimat cerita menjadi kalimat matematika dalam bentuk

persamaan. Persamaan yang dimaksud adalah menetapkan

besaran-besaran masalah yang ada dalam soal sebagai variabel-variabel

(dinyatakan dalam huruf-huruf) juga merumuskan hubungan atau

ekspresi matematika sesuai dengan keterangan atau ketentuan dalam

soal.

4) Menyelesaikan soal dengan konsep matematika.

5) Menjawab pertanyaan soal dengan mengembalikan penyelesaian ke

konteks soal.

Contoh:

Pak Anton mempunyai sebidang tanah berbentuk persegi panjang.

Keliling kebun tersebut adalah 50 meter. Jika ternyata selisih panjang

dan lebar dari Kebun pak Anton adalah 5 meter, maka berapa meter

lebar dari kebun Pak Anton?

Penyelesaian:

Langkah 1 Baca permasalahan lebih dari sekali

(55)

Langkah 3 Misalkan panjang tanah maka lebar tanah Model matematika dari soal tersebut adalah dan

sehingga :

i. ii.

Langkah 4 Penyelesaian model matematika di atas sebagai berikut:

*eliminasi

i)

ii)

Langkah 5 Jadi, lebar tanah Pak Anton adalah 10 m.

Penyelesaian soal-soal persamaan linear dua variabel dalam

kehidupan sehari-hari yang berbentuk soal cerita, diperlukan

langkah-langkah berikut agar dapat membantu penyelesaian:

1) Jika memerlukan diagram (sketsa), misalnya untuk soal yang berhubungan dengan geometri, buatlah diagram (sketsa) berdasarkan kalimat cerita tersebut.

2) Dua besaran yang belum diketahui dimisalkan dengan dua variabel.

3) Menerjemahkan kalimat cerita menjadi kalimat matematika dalam

(56)

4) Menyelesaikan persamaan persamaan tersebut.

Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyelidikan

terhadap kemampuan siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Yogyakarta tahun

ajaran 2016/ 2017 dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok

bahasan persamaan linear satu variabel. Soal matematika yang diberikan

kepada siswa merupakan soal yang dibuat berdasarkan taksonomi Bloom.

Selain itu, agar soal matematika tersebut dapat digunakan untuk menganalisis

tingkat pemahaman siswa, soal juga disusun berdasarkan taksonomi SOLO.

E. Kerangka Berpikir

Materi aljabar merupakan salah satu bagian dari matematika yang

menjadi dasar dan berkaitan dengan ilmu atau pengetahuan lainnya. Siswa

dituntut untuk dapat meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi

matematika. Dalam aljabar terdapat standar proses yang mencantumkan

pemecahan soal di dalam proses belajar matematika atau berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

Analisis kemampuan siswa dilakukan untuk mendeskripsikan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dengan melihat hasil

belajar dan tingkat pemahaman langkah penyelesaian soal. Analisis

kemampuan ini dilakukan terhadap siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel. Materi

persamaan linear dua variabel merupakan materi matematika kelas VIII yang

(57)

soal essai yang berkaitan dengan pokok bahasan persamaan linear dua

variabel. Soal juga dibuat dengan memperhatikan kompetensi dasar yang

digunakan di sekolah tersebut dan dirancang berdasarkan taksonomi Bloom

dan Taksonomi SOLO.

Hasil belajar siswa yang akan dianalisis berupa hasil tes tertulis siswa.

Sedangkan analisis mengenai tingkat pemahaman langkah-langkah dan

pengerjaan soal matematika berupa analisis terhadap uraian jawaban siswa dan

hasil wawancara. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan uraian

jawaban siswa dan hasil wawancara siswa dengan kriteria tingkat pemahaman

berdasarkan taksonomi SOLO dikembangkan oleh Biggs dan Collis. Selain itu

langkah-langkah siswa dalam menyelesaikan soal matematika juga

dibandingkan dengan teori dari Sumarno (2003) dan Polya (1973), mengenai

apakah siswa memiliki langkah penyelesaian yang runtut, teratur dan benar

atau tidak.

Dengan demikian, analisis kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal berujung pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika

dan tingkat pemahaman yang dimiliki siswa terhadap materi persamaan linear

dua variabel. Kategori tingkat pemahaman siswa diberikan terhadap siswa

harus berdasarkan penyebab pemahamannya. Oleh sebab itu, wawancara

dengan siswa yang melakukan penyelesaian soal matematika perlu dilakukan

untuk mengkonfirmasi kategori tingkat pemahaman yang diberikan terhadap

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kualitatif-kuantitatif. Creswell dan Clark (2008, dalam Karunia, 2015: 2-3)

mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.

Sedangkan penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji

teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel.

Variabel-variabel tersebut biasanya diukur dengan instrumen-instrumen penelitian

sehingga data yang terdiri atas angka-angka dapat dianalisis berdasarkan

prosedur-prosedur statistik.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian mengenai

kemampuan siswa melalui hasil belajar dan tingkat pemahaman langkah

penyelesaian soal. Hasil belajar siswa akan dianalisis sehingga diperoleh data

kuantitatif. Data yang berkaitan dengan hal tersebut berupa data hasil tes

tertulis. Sedangkan penelitian deskriptif kulitatif akan digunakan peneliti

untuk menjelaskan secara deskriptif mengenai tingkat pemahaman siswa

dalam menyelesaikan soal matematika dan data yang digunakan berupa data

(59)

B.Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII C SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta. Sedangakan objek penelitian ini adalah kemampuan

menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan persamaan linear dua

variabel di kalangan siswa kelas VIII C yang diukur dari hasil belajar dan

tingkat pemahaman langkah dalam penyelesaian soal-soal Persamaan Linear

Dua Variabel.

C.Bentuk Data Penelitian

Bentuk data dalam penelitian ini adalah data hasil tes tertulis siswa,

uraian langkah pengerjaan soal tes tertulis dan hasil wawancara. Hasil tes

tertulis digunakan untuk melihat hasil belajar siswa. Sedangkan data uraian

langkah pengerjaan tes tertulis serta hasil wawancara mengenai langkah

pengerjaan soal yang dilakukan siswa akan digunakan untuk melihat tingkat

pemahaman dalam menyelesaikan soal.

D.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes yang

berupa tes tertulis dan metode non tes yang berupa wawancara.

1. Tes Tertulis

Tes adalah alat yang digunakan dalam rangka pengukuran dan

penilaian, biasanya berupa sejumlah pertanyaan/ soal yang diberikan untuk

Gambar

Gambar 4.2 Diagram Persentase Kelompok (Rendah, Sedang, Tinggi) ................ 78
Gambar 2.1 Kemungkinan dari kedudukan dua garis di bidang.
grafik PLDV
grafik-grafik
+7

Referensi

Dokumen terkait

aplikasi Sistem vZigadaen lecgrT Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat. website LPSE: http: / / lpse

perbuatan tersebut kadang-kadang amat tergantung pada pendapat umum pada waktu dan tempat itu, hal penting yang perlu dilihat adalah sejauh mana pelanggaran

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

maka Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2015 mengumumkan Pemenang Paket tersebut di atas dengan rincian

Saat ini Sistem informasi yang ada sudah dapat memberikan layanan kepada mahasiswa untuk layanan akademik dan keuangan akademik menggunakan aplikasi dan infrastruktur

Dilakukan exclude dari sumber asli dan dari publikasi yang sama, kemudian diperoleh similarity index 34%, seperti gambar berikut:.. Diperoleh similarity 34% dan merah pada semua teks

Semoga dengan terlaksana matlamat dan objektif tersebut harapan untuk melahirkan generasi dan masyarakat yang berkualiti akan tercapai, ianya juga tertakluk kepada sejauh mana

4.3.2 Mengidentifikasi presentase kelengkapan pengisian resume medis pasien JKN rawat inap di Rumah Sakit