• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Kemampuan Petani dalam Aplikasi Teknologi Budidaya Bawang MerahMerah

5.2.2 Kemampuan Petani dari Segi Keterampilan

Keterampilan merupakan pengetahuan mengenai metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melakukan sebuah kegiatan khusus, dan kemampuan untuk menggunakan alat-alat yang relevan bagi kegiatan tersebut (Padmowihardjo, 1994). Skill (keterampilan) merupakan kemampuan untuk melakukan tugas fisik dan mental. Keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sangat mempengaruhi bagaimana cara orang tersebut bereaksi terhadap situasi-situasi tertentu. Kemampuan (ability) merujuk pada kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Keterampilan teknis sangat dibutuhkan untuk para petani dalam menjalankan usahataninya sebab keterampilan teknis merupakan pengetahuan mengenai metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melakukan sebuah kegiatan khusus, dan kemampuan untuk menggunakan alat-alat yang relevan bagi kegiatan tersebut sesuai dengan klasifikasi dan sektor kegiatannya, seperti keterampilan industri berupa industri kecil, kerajinan rumah tangga, keterampilan dalam bidang pertanian baik manajerial maupun teknik pertanian, dan sebagainya. Keterampilan

melakukan tugas-tugas dalam usahataninya dan berbagai kegiatan lain untuk meningkatkan produksi bawang merah. Untuk lebih jelasnya berikut rata-rata tingkat kemampuan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Keterampilan Petani Skor Rata-rata Kategori 1

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2014

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemampuan petani dilihat dari segi keterampilan di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang memiliki nilai rata-rata 2,29 yang termasuk dalam kategori sedang, ini menggambarkan bahwa kemampuan petani dalam usahatani bawang merah dari segi keterampilan kurang optimal dalam mengelolah usahatani bawang merah.

Hal ini di sebabkan karena ada beberapa petani yang belum terampil dalam budidaya bawang merah dari segi persiapan benih misalnya lama simpan benih hanya di lakukan selama 1-2 bulan, umur panen untuk calon umbi dilakukan pada umur 70 hari, sedangkan yang di anjurkan dalam teknologi budidaya yaitu Umur simpan benih cukup yaitu sekitar 3-4 bulan, walaupun untuk umur simpan yang

lebih muda benih tetap tumbuh namun pada pertumbuhan berikutnya akan lebih rendah hasilnya dibandingkan benih yang telah siap tanam (telah cukup umur simpannya), umur panen saat calon umbi benih ditanam di lapang tepat, untuk varietas Magelang, Maja, dan Bima umur 75-80 hari (Rukmana, 1995).

Pengolahan lahan, petani belum terampil dalam membuat bedengan. Petani hanya membuat bedengan dengan lebar 150-180 cm, dan pemberian pupuk kandang pada saat pembuatan bedengan juga belum terampil dalam melakukannya karena petani tidak memperhatikan berapa banyak pupuk kandang yang di pakai pada lahan perhektarnya. Hal ini tidak sesuai dengan teknologi budidaya bawang merah yang dianjurkan menurut Rukmana (1995) pada pengolahan lahan yaitu: lebar bedengan 180 - 200 cm, panjang menyesuaikan kondisi lahan. Jarak antar bedengan 50 - 60 cm dan kedalaman 30 cm. Got keliling dengan lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm, setelah bedengan terbentuk, maka ditaburi pupuk organik (pupuk kotoran ternak/kompos). Dosis untuk kotoran ayam sebanyak 5 ton/ha, sedangkan untuk kotoran sapi maupun kambing sekitar 10-15 ton/ha. Namun dosis ini bisa menjadi lebih banyak maupun lebih sedikit tergantung dari kesuburan tanah.

Penanaman ,pada penanaman bawang merah petani juga belum terampil dalam menentukan jarak yang baik karena petani menanam dengan jarak tanam untuk ukuran umbi sedang 15 cm x 15 cm,dan untuk ukuran umbi besar jarak tanam 20 cm x 15 cm, cara ini tidak sesuai dengan jarak yang dianjurkan dalam buku Rukmana (1995) yaitu dengan jarak tanam 20 cm x 15 cm untuk umbi

sedang, namun bila umbi benih besar maka dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm.

Pemeliharaan tanaman juga masih ada beberapa petani yang belum menguasai tentang tata cara pemeliharaan tanaman bawang merah, penyulaman pada tanaman yang mati tidak dilakukan penyulaman secepatnya oleh petani, karena mereka hanya melakukan penyulaman pada saat tanaman bawang merah banyak yang mati, dan juga petani tidak memperhatikan tanaman yang sakit untuk di ganti dengan tanaman yang baru, sedangkan dalam buku Rukmana (1995) di jelaskan penyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati/sakit dengan mengganti tanaman yang sakit dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan satu kali, hal ini dilakukan agar produksi dari suatu lahan tetap maksimal walaupun akan mengurangi keseragaman umur tanaman.

Pengendalian hama dan penyakit, pada proses budidaya bawang merah hal ini juga sangat perlu diperhatikan agar dapat menghasilkan produktifitas tanaman yang baik, namun pada kenyataannya ada beberapa petani yang belum terampil dalam mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah, hal ini di sebabkan karena petani belum terampil dalam mengenali hama dan penyakit yang menyerang tanaman, juga belum terampil dalam pengendalian hama dan penyakit, karena menurut Rukmana (1995) hama ulat bawang ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Pengendalian yang dapat

dilakukan adalah dengan mengumpulkan telur dan ulat lalu dimusnahkan.

Memasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat bawang 40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif, seperti Meksikan dicampur dengan Abens diambah Perkil kemudian di semprotkan.

Panen, pada tahap yang terakhir dalam proses budidaya bawang merah, tata cara yang dilakukan petani dalam proses pemanenan belum optimal karena petani melakukan pemanenan tanpa memperhatikan cuaca dan tanah yang kering, dan petani juga belum terampil dalam melakukan penyiraman 1-2 hari sebelum panen, hal ini tidak sesuai yang dianjurkan dalam teknologi budidaya bawang merah menurut buku Rukmana (1995) yaitu, pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada saat tanah kering dan cuaca cerah untuk menghindari adanya serangan penyakit busuk umbi pada saat umbi disimpan dan untuk menghindari umbi tertinggal dalam tanah, maka 1-2 hari sebelum panen dilakukan dulu penyiraman dengan air.

Dokumen terkait