• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman semusim yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan bawang merah semakin meningkat karena hampir semua masakan membutuhkan komoditas rempah-rempah ini. Beberapa komponen teknologi budidaya tanaman bawang merah yang telah dihasilkan oleh lembaga penelitian, antara lain: (a) tiga varietas unggul bawang merah yang sudah dilepas, yaitu varietas Kramat-1, Kramat-2 dan Kuning, (b) budidaya bawang merah di lahan kering maupun lahan sawah, secara monokultur atau tumpang sari/gilir, (c) komponen PHT - budidaya tanaman sehat, pengendalian secara fisik/mekanik; pemasangan perangkap; pengamatan secara rutin; dan penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian, serta (d) bentuk olahan-tepung dan bubuk (Putrasamedja dan Suwandi, 1996).

Pada periode tahun 1986-1990, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor bawang merah, tetapi kini negara kita menjadi pengimpor komoditas ini bahkan di tahun 2013 ini jumlah impornya sampai ribuan ton (Anonim, 2013).

Hal ini disebabkan lahan-lahan di sentra-sentra produksi bawang merah, seperti Brebes, Tegal, Nganjuk dan Cirebon mengalami degradasi hara. Daerah-daerah lain sebenarnya berpeluang cukup besar untuk pengembangan bawang merah, misalnya di lahan kering. Selama ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah dan jarang diusahakan di lahan kering/tegalan. Secara teknis, bawang merah mampu beradaptasi baik jika ditanam di dataran rendah, baik di

lahan irigasi maupun di lahan kering bahkan lahan berpasir sekalipun bisa tumbuh dengan baik.

Untuk memenuhi hal tersebut maka proses budidaya perlu dilakukan secara baik. Adapun tata cara atau hal-hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah yaitu (Rukmana, 1995) :

a. Persiapan Benih

Benih merupakan salah satu kunci utama dalam keberhasilan suatu usahatani. Adapun persyaratan benih bawang merah yang baik antara lain :

1) Umur simpan benih cukup yaitu sekitar 3-4 bulan, walaupun untuk umur simpan yang lebih muda benih tetap tumbuh namun pada pertumbuhan berikutnya akan lebih rendah hasilnya dibandingkan benih yang telah siap tanam (telah cukup umur simpannya).

2) Umur panen saat calon umbi benih ditanam di lapang tepat, untuk varietas Magelang, Maja, dan Bima umur 75-80 hari.

3) Ukuran benih sedang, sekitar 5-6 gram. Penggunaan benih yang berukuran terlalu besar akan meningkatkan biaya karena kebutuhan semakin banyak. Kebutuhan benih setiap hektar berkisar 800 – 1000 kg, tergantung dari ukuran umbi.

4) Umbi benih berwarna cerah dengan kulit mengkilat.

5) Umbi benih bertunas, sehat, padat, tidak keropos dan tidak lunak. Bila ada umbi benih yang tidak mempunyai sifat demikian sebaiknya tidak digunakan.

6) Umbi benih tidak terserang hama dan penyakit.

7) Sebelum ditanam, umbi benih dibersihkan dulu dari kulit-kulit yang kering dan bila pertunasan belum kelihatan diujung umbi, maka sebaiknya ujung umbi dipotong 1/3 agar mempercepat munculnya tunas.

b. Pengolahan Lahan

Bawang merah membutuhkan kondisi tanah yang lebih gembur dibanding tanaman sayuran lainnya. Oleh karenanya pengolahan tanah pada bawang merah dilakukan sampai beberapa kali hingga tanah benar-benar menjadi gembur. Bila tanah yang digunakan merupakan tanah bekas ditanami jagung maupun tebu, maka sisa tanaman tersebut harus dibersihkan hingga akar-akarnya supaya tidak mengganggu pertumbuhan bawang merah.

Tanah diolah dengan cara dibajak lebih dari 4 kali hingga tanah menjadi gembur dan tanah dikeringkan lebih dari seminggu kemudian tanah dihaluskan lagi, setelah remah/gembur dapat dibuat bedengan (untuk tanah debu berpasir) dengan ukuran: lebar bedengan 180 - 200 cm, panjang menyesuaikan kondisi lahan. Jarak antar bedengan 50 - 60 cm dan kedalaman 30 cm. Got keliling dengan lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.

Pada budidaya bawang merah sangat diperlukan pembentukan bedengan, dimana adanya bedengan berfungsi agar tanaman bawang merah tidak selalu tergenang air, dan air yang disiramkan segera habis terserap. Setelah bedengan terbentuk, maka ditaburi pupuk organik (pupuk kotoran ternak/kompos). Dosis untuk kotoran ayam sebanyak 5 ton/ha, sedangkan untuk kotoran sapi maupun

kambing sekitar 10-15 ton/ha, untuk penggunaan pupuk organik cukup menggunakan satu jenis saja. Namun dosis ini bisa menjadi lebih banyak maupun lebih sedikit tergantung dari kesuburan tanah.

Pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha atau kompos 5 ton/ha yang diberikan bersamaan dengan pembuatan bedengan merupakan perlakuan pemberian pupuk dasar. Selain itu diberikan juga pupuk SP 36 dengan dosis 200 kg/ha sebagai pupuk dasar yang ditaburkan merata pada seluruh permukaan bedengan. Setelah tanah dipupuk maka tanah diairi agar pupuk dapat meresap ke dalam tanah.

c. Penanaman

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5). Saat tanam yang tepat untuk bawang merah yaitu pada akhir musim hujan bulan Maret – April dan musim kemarau Mei – Juni, tetapi di daerah pusat produksi dapat dijumpai penanaman bawang merah tanpa mengenal musim untuk penanaman di luar musim (off season) perlu memperhatikan pengendalian hama dan penyakit lebih cermat.

Penanaman dilakukan setelah tanah dan benih dipersiapkan, dimana sebelum dilakukan penanaman, tanah harus diari agar saat penanaman kondisi tanah gembur seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa benih sebelum ditanam lebih baik dibersihkan dan diseleksi terlebih dulu agar pertumbuhan tanaman menjadi baik. Bila tidak diseleksi ditakutkan

tercampurnya benih yang jelek karena terserang penyakit seperti Fusarium sehingga mengakibatkan pertanaman hancur karena Fusarium tersebut.

Untuk mempercepat proses penanaman, maka sebaiknya bedengan yang akan ditanami sudah digariti sesuai dengan jarak tanam yang digunakan, sehingga penanaman lebih mudah dilaksanakan. Jarak tanam yang dianjurkan yaitu 20 cm x 15 cm, namun bila umbi benih besar maka dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Penanaman dilakukan dengan cara menanam 2/3 bagian umbi ke dalam tanah, sedangkan 1/3 bagiannya muncul di atas tanah.

d. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pengairan, pemupukan, serta perlindungan (proteksi) tanaman dari gangguan hamadan penyakit.

1) Pengairan

Faktor ketersediaan air sangat menetukan keberhasilan panen bawang merah. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian air 7,5 – 15 mm dengan frekuensi 1 (satu) hari sekali rata-rata memberikan bobot basah umbi tertinggi. Pada fase awal pertumbuhan keadaan tanah harus cukup lembap, sehingga pengairan dapat dilakukan 1-2 kali sehari tergantung pada keadaan iklim, kandungan air tanah, tingkat pertumbuhan tanaman, dan sifat perakaran tanaman. Waktu pengaiaran yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Cara mengairi adalah dengan dilep (penyiraman dengan kincir air) selama 15-30 menit atau disiram dengan alat bantu embat (gembor) hingga tanahnya cukup basah (lembab).

2) Pemupukan

Pemupukan susulan dilakukan 2 kali, yaitu pada umur 10-15 hari setelah tanam (hst) dan diulangi pada umur 30 hst. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan terdiri atas urea, ZA, dan KCI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan bawang merah dengan dosis 180 kg N (1/2 urea+N ZA) dikombinasikan dengan 90 kg P2O5dan 50-100 kg K2O/ ha dapat meningkatkan produktivitas dan mutu bawang merah. Pupuk diberikan secara larikan dan dibenamkan ke dalam tanah atau ditutup dengan tanah setebal lebih kurang 10 cm.

3) Penyulaman

Penyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati/sakit dengan mengganti tanaman yang sakit dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan satu kali, hal ini dilakukan agar produksi dari suatu lahan tetap maksimal walaupun akan mengurangi keseragaman umur tanaman.

4) Perlindungan (proteksi) Tanaman

Perlindungan tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit dilakukan secara terpadu, yaitu meliputi perpaduan : Menggunakan benih atau bibit yang sehat, Mengolah tanah yang baik dan memperbaiki drainase tanah, Mengatur pergiliran tanaman dan waktu tanam secara serempak, Memasang perangkap hama dan mengamati tanaman secara kontinu, serta Mengaplikasikan pestisida secara selektif.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain ulat grayak (Spodoptera litura), trips, ulat bawang, bercak ungu (Alternaria porli), busuk umbi fusarium dan busuk putih sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus (Duriat dkk, 1994).

1. Ulat Bawang (Spodoptera exigua atau S.litura).

Hama ulat bawang (Spodoptera spp). Serangan hama ini ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan.

Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di leher.

Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengumpulkan telur dan ulat lalu dimusnahkan. Memasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat bawang 40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif, seperti Meksikan dicampur dengan Abens ditambah Perkil kemudian di semprotkan.

2. Ulat tanah, ulat ini berwarna coklat-hitam.

Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya.

Pengendalian ulat tanah dapat dilakukan secara terpadu, yaitu dengan cara melakukan pergiliran tanaman, mengatur tanam secara serantak, pengolahan tanah yang baik, dan mengumpulkan dan mematikan ulat.

Selain itu, dapat juga melakukan pemasangan umpan beracun dengan insektisida triceroform, dengan takaran 2-4 kg bahan aktif dicampur dengan 20 kg dedak, 1-2 kg gula merah dan 20 liter air, disebar merata pada areal seluas 1 ha. Terakhir dengan aplikasi insektisida yang disemprotkan pada sore atau malam hari.

3 . Penyakit layu Fusarium Ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau di bakar di tempat yang jauh preventif kendalikan dengan GLIO.

f. Panen dan Pasca Panen

Umur panen tergantung varietas. Panen untuk konsumsi pada umumnya umur 55-60 hari di dataran rendah; 70-75 hari di dataran tinggi, kerebahan daun 80 %. Untuk panen yang dilakukan petani di Desa Mampu umur 70 hari.

Panen untuk calon benih umur 70-75 hari di dataran rendah; 80-90 hari di dataran tinggi, kerebahan daun 90 %. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada saat tanah kering dan cuaca cerah untuk menghindari adanya serangan penyakit busuk umbi pada saat umbi disimpan, keseluruhan daun tampak menguning, sebagian umbi nampak tersembul keluar. Untuk menghindari umbi tertinggal dalam tanah, maka 1-2 hari sebelum panen dilakukan dulu penyiraman dengan air. Cara panen dengan mencabut tanaman dengan

hati-hati, kemudian setiap satu kepal diikat dengan 1/3 daun bagian atas, tujuannya untuk mempermudah penanganan berikutnya.

Umbi bawang merah hasil panen diikat 1-1,5 setiap ikatan, dijemur dibawah sinar matahari 2-3 hari. Pengeringan di rak penjemuran dilakukan 7-14 hari, hinggga mencapai susut bobot 25-40 % atau sampai kering askip (apabila disimpan dalam kantong plastik putih selama 24 jam tidak ada lagi titik air dalam kantong). Bawang merah disimpan diatas perapian, mengunakan para-para bambu dan dibawahnya diberi pengasapan. Sortasi dilakukan untuk memisahkan umbi yang sehat, utuh dan menarik dengan umbi yang telah rusak (Rukmana, 1995).

2.4 Petani

Istilah petani dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan definisi yang beragam. Sosok petani ternyata banyak dimensi sehingga berbagai kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan. Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam bidang dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisasi faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 2003).

Menurut (Hernanto, 2003) menyatakan bahwa petani digolongkan menjadi golongan petani berdasarkan tanahnya. Keempat golongan tersebut

adalah golongan petani luas (>2 Ha), golongan petani sedang (0,5-2 Ha), golongan petani sempit (< 0,5 Ha) dan golongan buruh tani tidak bertanah.

Ciri petani pedesaan yang subsisten dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab terhambatnya proses modernisasi pertanian karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini, maka tidak mudah bagi petani untuk mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan mereka. Dalam perkembangannya, diadopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya gotong royong dan barter tenaga di antara petani karena umumnya teknologi hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia. Selanjutnya nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling tergantung antarpetani.

Petani memegang dua peranan penting dalam menjalankan usahataninya, yaitu :

a. Sebagai juru tani (cultivator), petani memelihara tanaman dan hewanguna mendapatkan hasil-hasilnya yang berfaedah.

b. Sebagai pengelola (manager), mencakup kegiatan pikiran di dorong oleh kemauan, tercakup didalamnya pengambilan keputusan ataupenetapan pilihan alternatif-alternatif yang ada. Keputusan diambil selaku pengelola antara lain, menentukan pilihan diantara berbagai tanaman yang mungkin ditanam pada setiap bidang tanah, menentukan ternak apa yang sebaiknya dipelihara dan menentukan bagaimana membagi waktu kerja diantara berbagai tugas.

Kelompok tani adalah kumpulan sejumlah petani yang terikat secara informal dan mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Kumpulan petani disebut dengan kelompok tani apabila mereka telah sepakat untuk berhimpun dan bersama-sama melakukan pekerjaan demi kepentingan dan tujuan bersama. Jika kelompok tani telah memiliki sikap demikian, maka mereka akan dengan mudah mencapai apa yang menjadi tujuan mereka (Kartasapoetra, 2001).

Kelompok tani merupakan tempat petani untuk berbagi pengalaman, menukarkan pengetahuan, saling mengungkapkan masalah dan menanggapi suatu masalah.

Dokumen terkait