• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PETANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DI DESA MAMPU KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG KADAR JAFAR NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN PETANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DI DESA MAMPU KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG KADAR JAFAR NIM :"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN PETANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DI DESA

MAMPU KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

KADAR JAFAR NIM : 105 96 120 09

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2013

(2)

KEMAMPUAN PETANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DI DESA

MAMPU KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

KADAR JAFAR NIM : 105 96 120 09

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Kemampuan Petani Dalam Aplikasi Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Nama : Kadar Jafar

Nim : 105 96 120 09

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nailah Husain, M.Si Jumiati, S.P., M.M

Diketahui Oleh,

Dekan Ketua Program Studi

Ir. Saleh Molla, M.M. Amruddin, S.Pt.,M.Si

(4)

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Skripsi : Kemampuan Petani Dalam Aplikasi Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Nama Mahasiswa : Kadar Jafar Nomor Induk Mahasiswa : 10596 120 09

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Tim Penguji:

1. Jumiati, S.P., M.M (...) Ketua Sidang

2. Ir. Nailah Husain, M,Si (...) Sekertaris

3. Prof. DR. Syafiuddin, M.Si (………...) Anggota

4. Ir. Rosanna, M.P (...) Anggota

Tanggal Lulus : ...,Mei 2014

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

KEMAMPUAN PETANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DI DESA MAMPU KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Mei 2014

KADAR JAFAR 105 96 120 09

(6)

ABSTRAK

KADAR JAFAR. 1059612009. Kemampuan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang di bawah bimbingan Ir. Hj. Nailah Husain., M.Si dan Jumiati, SP., MM.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kemampuan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling.

Analisis data menggunakan analisa deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah, termasuk dalam kategori tinggi dari unsur pengetahuan nilai rata-rata 2,47 dan dari unsur keterampilan rata-rata 2,29 termasuk dalam kategori sedang juga kemampuan petani dari unsur sikap termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai 2,39 ini berarti petani di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sudah cukup mampu dalam usahatani budidaya bawang merah dilihat dari unsur pengetahuan dan sikap, sedangkan kemampuan dari unsur keterampilan perlu untuk ditingkatkan.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Kadar Jafar, dilahirkan di Enrekang tanggal 10 November 1990, anak dari pasangan Jafar dan Hawatia, dan merupakan anak keempat dari 7 bersaudara.

Jenjang pendidikan formal yang pernah dilalui adalah sebagai berikut :

a. Masuk di SDN 132 Malele tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003 b. Masuk di SMP Negeri 1 Alla‟ tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006 c. Masuk di SMA Negeri 1 Alla‟ tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009 d. Pada tahun 2009 masuk pergururn tinggi Universitas Muhammadiyah

Makassar Fakultas Pertanian Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.

Tugas akhir dalam Pendidikan Tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Kemampuan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „Alamin, dengan segala kerendahan hati puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Dimana skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar sarjana di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik penyusunan, penulisan, maupun isinya. Hal tesebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. H. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar berserta staf.

2. Bapak Amruddin, S.Pt, M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ir. Nailah Husain, M.Si selaku Pembimbing I dan Jumiati, S.P.,MM.

selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan selama menyelesaikan skripsi.

(9)

4. Seluruh masyarakat di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melakukan penelitian.

5. Bapak Dosen dan Ibu Dosen sebagai pengasuh yang telah membekali penulis selama mengikuti kuliah, serta staf dalam lingkungan kampus UNISMUH MAKASSAR.

6. Terkhusus untuk Bapak dan Ibu serta adik-adikku yang penulis sangat cintai. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, pengobanan, perhatian dan dukungan yang diberikan kepada saya. Semoga karyaku ini bisa membanggakan kalian.

7. Terakhir buat seluruh teman-teman angkatan “09 Pertanian” terima kasih atas dukungan, semangat, bantuan pikiran, dan doanya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini sangat singkat dan sederhana serta jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan skripsi ini senantiasa diharapkan, mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, Amin.

Makassar, Mei 2014

KADAR JAFAR

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ……….. . iv

ABSTRAK ………... vi

RIWAYAT HIDUP ………... . vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kemampuan Petani ... 6

2.2 Tanaman Bawang Merah ... 8

2.3 Teknologi Budidaya Bawang Merah ... 11

2.4 Petani... 19

2.5 Penyuluhan Pertanian... 21

2.6 Metode Penyuluhan ... 24

2.7 Kerangka Pikir ... 27

III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2 Teknik Pengembilan Sampel ... 29

(12)

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 29

3.4 Jenis Data ... 30

3.5 Metode Analisa Data ... 30

3.6 Definisi Operasional ... 31

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33

4.1 Luas dan Letak Geografis ... 33

4.2 Letak Wilayah ... 33

4.3 Keadaan Penduduk ... 34

4.4 Sarana dan Prasarana ... 37

V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

5.1 Identitas Responden ... 39

5.2 Kemampuan Petani dalam Aplikasi Teknologi Budidaya Bawang Merah ... 45

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(13)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Jumlah Penduduk ... 35

2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 36

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37

4. Mata Pencaharian Penduduk ... 38

5. Sarana dan Prasaran ... 39

6. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat umur ... 41

7. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Pendidikan ... 42

8. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga... 43

9. Pengalaman Berusahatani Bawang Merah... 45

10. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 46

11. Rekapituasi Rata-rata Pengetahuan Responden Mengenai Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... 49

12. Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... 53

13. Rekapituasi Rata-rata Sikap Responden Mengenai Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... 57

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Identitas responden di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. ... . 65 2. Kuisoner Penelitian ...…. 66 3. Kemampuan Petani dalam aplikasi teknologi bawang merah dari segi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap ... 71 4. Foto kegiatan selama penelitian ... . 75 5. Surat-surat izin penelitian ... . 78

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian sebagai salah satu landasan bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang menghadapi berbagai tantangan antara lain: pemenuhan kecukupan pangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan penyediaan lapangan kerja melalui optimalisasi sumber daya yang ditata dalam sistem agribisnis yang mantap. Pembangunan pertanian yang sentralistik sudah diakui menimbulkan variasi inefisiensi usahatani, disebabkan karena variasi karateristik sumber daya alam dan keragaan sosial ekonomi masyarakat yang cukup besar.

Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang sudah sejak lama di usahakan oleh petani secara intensif. Komoditas pertanian ini merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi maka pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar hampir di setiap provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis.

Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, maka pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses

(16)

pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala, baik kendala yang bersifat teknis maupun ekonomis.

Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 2008- 2012 adalah sebesar 7,96% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen (6,25%) ternyata lebih banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi bawang merah dibandingkan dengan komponen produktifitas (1,56%) (Deptan, 2012). Namun luas areal panen bawang merah untuk wilayah Sulawesi Selatan sendiri dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan, yakni 2.585 Ha pada tahun 2008 naik menjadi 4518 Ha pada tahun 2012 (Deptan, 2012).

Produksi bawang merah di Kab. Enrekang sendiri mencapai 13.432,67 ton per tahun dan wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec.Anggeraja mencapai 4.949,51 ton per tahun dengan luas lahan tanaman 399 Ha (Anonim, 2008).

Agar diperoleh produksi bawang merah yang tinggi, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dalam berbudidaya bawang merah, sehingga diperoleh bawang merah yang bermutu baik. Untuk keberhasilan budidaya bawang merah selain menggunakan varietas unggul, perlu dipenuhi persyaratan tumbuhnya yang pokok dan teknik budidaya yang baik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga mengakakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun.

Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat

(17)

berlangsung sepanjang tahun antara lain melalui budidaya di luar musim (off season). Dengan melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga bawang merah dipasar akan lebih stabil.

Masalah utama usahatani bawang merah di luar musim adalah tingginya resiko kegagalan panen karena lingkungan yang kurang menguntungkan, terutama serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit penting pada bawang merah antara lain : ulat bawang (Spodoptera exigua) dan Thrips, sedangkan penyakitnya meliputi antraknose, fusarium dan trotol. Dengan memperhatikan hal tersebut upaya dalam membantu penyelesaian permasalahan tersebut salah satunya dengan peningkatan produksi bawang secara kuantitas, kualitas, dan kelestarian sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.

Dengan semakin tumbuhnya sektor produksi bawang merah, akan memberikan dampak pada tumbuhnya sisi hulu dan hilir sub sektor pertanian, tanaman pangan khususnya di bidang tanaman bawang merah, yaitu hidupnya perekonomian di pedesaan pada pada pelaku sektor perdagangan sarana/prasanan produksi dan peralatan yang diperlukan para petani bawang merah.

Budidaya tanaman bawang merah ini diharapkan juga berdampak terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani khususnya di Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu penghasil tanaman bawang merah terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan, penyuluh dan pelaku bisnis dalam mengadopsi teknologi budidaya tanaman sejenis. Sehingga usaha agrobisnis

(18)

bawang merah akan berkembang lebih besar. Hal tersebut tentunya sangat baik untuk dilakukan penelitian tentang Kemampuan Petani Dalam Aplikasi Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan petani dalam mengaplikasikan teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan petani dalam mengaplikasikan teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang aplikasi teknologi budidaya bawang merah untuk meningkatkan kemampuan petani di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

2. Bagi Pemerintah dan Instansi yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

(19)

3. Bagi petani, dapat memberikan pengetahuan mengenai aplikasi teknologi budidaya bawang merah untuk meningkatkan kemampuan petani.

(20)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Petani

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan.

Tanah dan dirinya adalah bagian dari satu hal, suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama. Suatu masyarakat petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian, mereka masuk secara intim, akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan (Hernanto, 2003).

Khusus petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk farmer dengan berhektar-hektar tanah pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang, bahkan kadang-kadang hanya sekedar buruh tani saja.

Petani sebagai pelaku utama dalam peningkatan produktifitas pendapatan hasil pertanian sebagian besar dinilai kurang dalam sumber daya manusia, dengan minimnya tingkat pendidikan petani tersebut banyak program- program pemerintah yang dilaksanakan bertujuan meningkatkan peran utama dan fungsi petani (Jaya, 1999).

Dalam usahatani mengembangkan kemampuan petani secara bertahap sangat diperlukan agar para petani memiliki pengetahuan yang semakin

(21)

meningkat, meningkatkan keterampilan petani, serta perbendaharaan informasi yang memadai dan kemampuan mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan sehingga akhirnya mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan yang terbaik untuk usahataninya.

Pengetahuan merupakan aspek perilaku yang terutama berhubungan dengan kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari dan kemampuan mengembangkan intelegensia. Yang dimaksud pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhyul, dan penerangan-penerangan yang keliru (Soekanto, 1996). Pengetahuan petani dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh petani berkenaan dengan kegiatan budidaya tanaman bawang merah seperti pengetahuan teknik budidaya bawang merah tentang penyiapan benih dan lahan, penanaman, serta tata cara pemeliharaan tanaman dan juga peluang berusaha atau kesempatan kerja bagi para petani.

Sedangkan keterampilan merupakan pengetahuan mengenai metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melakukan sebuah kegiatan khusus, dan kemampuan untuk menggunakan alat-alat yang relevan bagi kegiatan tersebut (Soekanto, 1996). Keterampilan petani dalam penelitian ini adalah kecakapan yang dimiliki petani untuk melakukan tugas-tugas dalam usahataninya dan berbagai kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi para petani.

Sikap yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, Sikap adalah

(22)

keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa yang didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani yaitu dengan melakukan pemberdayaan petani. Dengan adanya kegiatan pemberdayaan petani, segala upaya untuk meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usahatani yang baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan kelembagaan petani.

2.2 Tanaman Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontibusi cukup tinggi terhadap perkembangan perekonomian wilayah (Wibowo, 1999).

Bawang merah adalah salah satu rempah multiguna. Paling penting didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai masakan. Kegunaan lain dari umbi bawang merah adalah sebagai obat tradisional untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Sudah sejak lama, nenek moyang menggunakan umbi bawang merah sebagi obat nyeri perut dan penyembuhan luka

(23)

atau infeksi. Selain itu banyak digunakan untuk penyembuhan penyakit demam, kencing manis dan batuk.

Tumbuhan bawang merah adalah sejenis tumbuhan semusim yang memiliki. Tumbuhan bawang merah (Allium cepa L. var. ascalonicum (L.)Back.), famili Alliaceae adalah spesies dengan nilai ekonomi yang penting, yang dibudidayakan secara luas di seluruh dunia khususnya di benua Asia dan Eropa (Rahayu dan Berlian, 2004).

Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari bawang bombay yang mengadakan adaptasi dengan membentuk klon-klon yang spesifik dengan jumlah kromosom 2n = 16. Perkembangan bawang merah di daerah iklim sedang tidak normal, tetapi cukup potensial untuk dikembangkan di daerah tropis (Anonim, 2013).

Dalam tiap 100 gram umbi bawang merah segar mengandung kalori 39,0 kalori, protein 1,5 gram, lemak 0,3 gram, karbohidrat 0,2 gram, kalsium 36,0 mg, fosfor 40,0 mg, zat besi 0,8 mg, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 2,0 mg, dan air 88,0 gram. Selain kaya akan kandungan gizi, umbi bawang merah juga banyak mengandung senyawa kimia seperti proplonaldehida, metil alkohol, dan propil merkaptan, serta sedikit sampai sedikitnya senyawa-senyawa yang terdiriatas hydrogen sulfida, asetaldehida, sulfur dioksida, dipropil alkohol, 4-heksana-1- alkohol, dan 2-hidroksil propantiol (Sunaryono dan Soedomo, 1983).

Struktur morfologi tanaman bawang merah terdiri atas akar, batang, umbi, daun, bunga, buah, dan biji. Tanaman bawang merah termasuk tanaman semusim (annual), berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa,

(24)

memiliki batang sejati (diskus) yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas (titik tumbuh).

Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini umumnya peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang tinggi serta keadaan cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25º-32ºC serta kelembaban nisbi yang rendah (Sunaryono dan Soedomo, 1983).

Dengan morfologi tersebut tanaman bawang merah tergolong tanaman yang rentan terhadap hama dan penyakit dan mempunyai karakter peka terhadap hama dan penyakit. Sehingga keberhasilan petani dalam budidaya bawang merah adalah tergantung pada produksi dan harga produk. Dengan perilaku harga yang sangat fluktuatif serta daya simpan yang pendek, maka perlu dilakukan pengamatan produktifitas serta permintaan pasar yang tepat.

Varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia cukup banyak macamnya, tetapi umurnya produksi varietas tersebut masih rendah (kurang dari 10 ton/ha). Beberapa hal yang membedakan varietas bawang merah satu dengan yang lain biasnya didasrkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur tanam, ketahanan terhadap penyakit serta hujan, dan lain-lain. Adapun beberapa varietas bawang merah tersebut antara lain : Varietas Bima Brebes, Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Kuning Gombong, Bangkok,

(25)

Klon Bawang Merah No. 88 , Klon Bawang Merah No. 86, dan Klon Bawang Merah No. 33 (Putrasamedja dan Suwandi, 1996).

2.3 Teknologi Budidaya Bawang Merah

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman semusim yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan bawang merah semakin meningkat karena hampir semua masakan membutuhkan komoditas rempah-rempah ini. Beberapa komponen teknologi budidaya tanaman bawang merah yang telah dihasilkan oleh lembaga penelitian, antara lain: (a) tiga varietas unggul bawang merah yang sudah dilepas, yaitu varietas Kramat-1, Kramat-2 dan Kuning, (b) budidaya bawang merah di lahan kering maupun lahan sawah, secara monokultur atau tumpang sari/gilir, (c) komponen PHT - budidaya tanaman sehat, pengendalian secara fisik/mekanik; pemasangan perangkap; pengamatan secara rutin; dan penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian, serta (d) bentuk olahan-tepung dan bubuk (Putrasamedja dan Suwandi, 1996).

Pada periode tahun 1986-1990, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor bawang merah, tetapi kini negara kita menjadi pengimpor komoditas ini bahkan di tahun 2013 ini jumlah impornya sampai ribuan ton (Anonim, 2013).

Hal ini disebabkan lahan-lahan di sentra-sentra produksi bawang merah, seperti Brebes, Tegal, Nganjuk dan Cirebon mengalami degradasi hara. Daerah-daerah lain sebenarnya berpeluang cukup besar untuk pengembangan bawang merah, misalnya di lahan kering. Selama ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah dan jarang diusahakan di lahan kering/tegalan. Secara teknis, bawang merah mampu beradaptasi baik jika ditanam di dataran rendah, baik di

(26)

lahan irigasi maupun di lahan kering bahkan lahan berpasir sekalipun bisa tumbuh dengan baik.

Untuk memenuhi hal tersebut maka proses budidaya perlu dilakukan secara baik. Adapun tata cara atau hal-hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah yaitu (Rukmana, 1995) :

a. Persiapan Benih

Benih merupakan salah satu kunci utama dalam keberhasilan suatu usahatani. Adapun persyaratan benih bawang merah yang baik antara lain :

1) Umur simpan benih cukup yaitu sekitar 3-4 bulan, walaupun untuk umur simpan yang lebih muda benih tetap tumbuh namun pada pertumbuhan berikutnya akan lebih rendah hasilnya dibandingkan benih yang telah siap tanam (telah cukup umur simpannya).

2) Umur panen saat calon umbi benih ditanam di lapang tepat, untuk varietas Magelang, Maja, dan Bima umur 75-80 hari.

3) Ukuran benih sedang, sekitar 5-6 gram. Penggunaan benih yang berukuran terlalu besar akan meningkatkan biaya karena kebutuhan semakin banyak. Kebutuhan benih setiap hektar berkisar 800 – 1000 kg, tergantung dari ukuran umbi.

4) Umbi benih berwarna cerah dengan kulit mengkilat.

5) Umbi benih bertunas, sehat, padat, tidak keropos dan tidak lunak. Bila ada umbi benih yang tidak mempunyai sifat demikian sebaiknya tidak digunakan.

6) Umbi benih tidak terserang hama dan penyakit.

(27)

7) Sebelum ditanam, umbi benih dibersihkan dulu dari kulit-kulit yang kering dan bila pertunasan belum kelihatan diujung umbi, maka sebaiknya ujung umbi dipotong 1/3 agar mempercepat munculnya tunas.

b. Pengolahan Lahan

Bawang merah membutuhkan kondisi tanah yang lebih gembur dibanding tanaman sayuran lainnya. Oleh karenanya pengolahan tanah pada bawang merah dilakukan sampai beberapa kali hingga tanah benar-benar menjadi gembur. Bila tanah yang digunakan merupakan tanah bekas ditanami jagung maupun tebu, maka sisa tanaman tersebut harus dibersihkan hingga akar-akarnya supaya tidak mengganggu pertumbuhan bawang merah.

Tanah diolah dengan cara dibajak lebih dari 4 kali hingga tanah menjadi gembur dan tanah dikeringkan lebih dari seminggu kemudian tanah dihaluskan lagi, setelah remah/gembur dapat dibuat bedengan (untuk tanah debu berpasir) dengan ukuran: lebar bedengan 180 - 200 cm, panjang menyesuaikan kondisi lahan. Jarak antar bedengan 50 - 60 cm dan kedalaman 30 cm. Got keliling dengan lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.

Pada budidaya bawang merah sangat diperlukan pembentukan bedengan, dimana adanya bedengan berfungsi agar tanaman bawang merah tidak selalu tergenang air, dan air yang disiramkan segera habis terserap. Setelah bedengan terbentuk, maka ditaburi pupuk organik (pupuk kotoran ternak/kompos). Dosis untuk kotoran ayam sebanyak 5 ton/ha, sedangkan untuk kotoran sapi maupun

(28)

kambing sekitar 10-15 ton/ha, untuk penggunaan pupuk organik cukup menggunakan satu jenis saja. Namun dosis ini bisa menjadi lebih banyak maupun lebih sedikit tergantung dari kesuburan tanah.

Pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha atau kompos 5 ton/ha yang diberikan bersamaan dengan pembuatan bedengan merupakan perlakuan pemberian pupuk dasar. Selain itu diberikan juga pupuk SP 36 dengan dosis 200 kg/ha sebagai pupuk dasar yang ditaburkan merata pada seluruh permukaan bedengan. Setelah tanah dipupuk maka tanah diairi agar pupuk dapat meresap ke dalam tanah.

c. Penanaman

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5). Saat tanam yang tepat untuk bawang merah yaitu pada akhir musim hujan bulan Maret – April dan musim kemarau Mei – Juni, tetapi di daerah pusat produksi dapat dijumpai penanaman bawang merah tanpa mengenal musim untuk penanaman di luar musim (off season) perlu memperhatikan pengendalian hama dan penyakit lebih cermat.

Penanaman dilakukan setelah tanah dan benih dipersiapkan, dimana sebelum dilakukan penanaman, tanah harus diari agar saat penanaman kondisi tanah gembur seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa benih sebelum ditanam lebih baik dibersihkan dan diseleksi terlebih dulu agar pertumbuhan tanaman menjadi baik. Bila tidak diseleksi ditakutkan

(29)

tercampurnya benih yang jelek karena terserang penyakit seperti Fusarium sehingga mengakibatkan pertanaman hancur karena Fusarium tersebut.

Untuk mempercepat proses penanaman, maka sebaiknya bedengan yang akan ditanami sudah digariti sesuai dengan jarak tanam yang digunakan, sehingga penanaman lebih mudah dilaksanakan. Jarak tanam yang dianjurkan yaitu 20 cm x 15 cm, namun bila umbi benih besar maka dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Penanaman dilakukan dengan cara menanam 2/3 bagian umbi ke dalam tanah, sedangkan 1/3 bagiannya muncul di atas tanah.

d. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pengairan, pemupukan, serta perlindungan (proteksi) tanaman dari gangguan hamadan penyakit.

1) Pengairan

Faktor ketersediaan air sangat menetukan keberhasilan panen bawang merah. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian air 7,5 – 15 mm dengan frekuensi 1 (satu) hari sekali rata-rata memberikan bobot basah umbi tertinggi. Pada fase awal pertumbuhan keadaan tanah harus cukup lembap, sehingga pengairan dapat dilakukan 1-2 kali sehari tergantung pada keadaan iklim, kandungan air tanah, tingkat pertumbuhan tanaman, dan sifat perakaran tanaman. Waktu pengaiaran yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Cara mengairi adalah dengan dilep (penyiraman dengan kincir air) selama 15-30 menit atau disiram dengan alat bantu embat (gembor) hingga tanahnya cukup basah (lembab).

(30)

2) Pemupukan

Pemupukan susulan dilakukan 2 kali, yaitu pada umur 10-15 hari setelah tanam (hst) dan diulangi pada umur 30 hst. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan terdiri atas urea, ZA, dan KCI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan bawang merah dengan dosis 180 kg N (1/2 urea+N ZA) dikombinasikan dengan 90 kg P2O5dan 50-100 kg K2O/ ha dapat meningkatkan produktivitas dan mutu bawang merah. Pupuk diberikan secara larikan dan dibenamkan ke dalam tanah atau ditutup dengan tanah setebal lebih kurang 10 cm.

3) Penyulaman

Penyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati/sakit dengan mengganti tanaman yang sakit dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan satu kali, hal ini dilakukan agar produksi dari suatu lahan tetap maksimal walaupun akan mengurangi keseragaman umur tanaman.

4) Perlindungan (proteksi) Tanaman

Perlindungan tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit dilakukan secara terpadu, yaitu meliputi perpaduan : Menggunakan benih atau bibit yang sehat, Mengolah tanah yang baik dan memperbaiki drainase tanah, Mengatur pergiliran tanaman dan waktu tanam secara serempak, Memasang perangkap hama dan mengamati tanaman secara kontinu, serta Mengaplikasikan pestisida secara selektif.

(31)

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain ulat grayak (Spodoptera litura), trips, ulat bawang, bercak ungu (Alternaria porli), busuk umbi fusarium dan busuk putih sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus (Duriat dkk, 1994).

1. Ulat Bawang (Spodoptera exigua atau S.litura).

Hama ulat bawang (Spodoptera spp). Serangan hama ini ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan.

Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di leher.

Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengumpulkan telur dan ulat lalu dimusnahkan. Memasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat bawang 40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif, seperti Meksikan dicampur dengan Abens ditambah Perkil kemudian di semprotkan.

2. Ulat tanah, ulat ini berwarna coklat-hitam.

Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya.

(32)

Pengendalian ulat tanah dapat dilakukan secara terpadu, yaitu dengan cara melakukan pergiliran tanaman, mengatur tanam secara serantak, pengolahan tanah yang baik, dan mengumpulkan dan mematikan ulat.

Selain itu, dapat juga melakukan pemasangan umpan beracun dengan insektisida triceroform, dengan takaran 2-4 kg bahan aktif dicampur dengan 20 kg dedak, 1-2 kg gula merah dan 20 liter air, disebar merata pada areal seluas 1 ha. Terakhir dengan aplikasi insektisida yang disemprotkan pada sore atau malam hari.

3 . Penyakit layu Fusarium Ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau di bakar di tempat yang jauh preventif kendalikan dengan GLIO.

f. Panen dan Pasca Panen

Umur panen tergantung varietas. Panen untuk konsumsi pada umumnya umur 55-60 hari di dataran rendah; 70-75 hari di dataran tinggi, kerebahan daun 80 %. Untuk panen yang dilakukan petani di Desa Mampu umur 70 hari.

Panen untuk calon benih umur 70-75 hari di dataran rendah; 80-90 hari di dataran tinggi, kerebahan daun 90 %. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada saat tanah kering dan cuaca cerah untuk menghindari adanya serangan penyakit busuk umbi pada saat umbi disimpan, keseluruhan daun tampak menguning, sebagian umbi nampak tersembul keluar. Untuk menghindari umbi tertinggal dalam tanah, maka 1-2 hari sebelum panen dilakukan dulu penyiraman dengan air. Cara panen dengan mencabut tanaman dengan hati-

(33)

hati, kemudian setiap satu kepal diikat dengan 1/3 daun bagian atas, tujuannya untuk mempermudah penanganan berikutnya.

Umbi bawang merah hasil panen diikat 1-1,5 setiap ikatan, dijemur dibawah sinar matahari 2-3 hari. Pengeringan di rak penjemuran dilakukan 7- 14 hari, hinggga mencapai susut bobot 25-40 % atau sampai kering askip (apabila disimpan dalam kantong plastik putih selama 24 jam tidak ada lagi titik air dalam kantong). Bawang merah disimpan diatas perapian, mengunakan para-para bambu dan dibawahnya diberi pengasapan. Sortasi dilakukan untuk memisahkan umbi yang sehat, utuh dan menarik dengan umbi yang telah rusak (Rukmana, 1995).

2.4 Petani

Istilah petani dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan definisi yang beragam. Sosok petani ternyata banyak dimensi sehingga berbagai kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan. Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam bidang dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisasi faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 2003).

Menurut (Hernanto, 2003) menyatakan bahwa petani digolongkan menjadi golongan petani berdasarkan tanahnya. Keempat golongan tersebut

(34)

adalah golongan petani luas (>2 Ha), golongan petani sedang (0,5-2 Ha), golongan petani sempit (< 0,5 Ha) dan golongan buruh tani tidak bertanah.

Ciri petani pedesaan yang subsisten dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab terhambatnya proses modernisasi pertanian karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini, maka tidak mudah bagi petani untuk mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan mereka. Dalam perkembangannya, diadopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya gotong royong dan barter tenaga di antara petani karena umumnya teknologi hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia. Selanjutnya nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling tergantung antarpetani.

Petani memegang dua peranan penting dalam menjalankan usahataninya, yaitu :

a. Sebagai juru tani (cultivator), petani memelihara tanaman dan hewanguna mendapatkan hasil-hasilnya yang berfaedah.

b. Sebagai pengelola (manager), mencakup kegiatan pikiran di dorong oleh kemauan, tercakup didalamnya pengambilan keputusan ataupenetapan pilihan alternatif-alternatif yang ada. Keputusan diambil selaku pengelola antara lain, menentukan pilihan diantara berbagai tanaman yang mungkin ditanam pada setiap bidang tanah, menentukan ternak apa yang sebaiknya dipelihara dan menentukan bagaimana membagi waktu kerja diantara berbagai tugas.

(35)

Kelompok tani adalah kumpulan sejumlah petani yang terikat secara informal dan mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Kumpulan petani disebut dengan kelompok tani apabila mereka telah sepakat untuk berhimpun dan bersama-sama melakukan pekerjaan demi kepentingan dan tujuan bersama. Jika kelompok tani telah memiliki sikap demikian, maka mereka akan dengan mudah mencapai apa yang menjadi tujuan mereka (Kartasapoetra, 2001).

Kelompok tani merupakan tempat petani untuk berbagi pengalaman, menukarkan pengetahuan, saling mengungkapkan masalah dan menanggapi suatu masalah.

2.5 Penyuluhan Pertanian

Pengertian dari penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua stakeholders agribisnis melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri setiap individu dan masyarakatnya untuk mengelola kegiatan agribisnisnya yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan yang baik, dan semakin sejahtera secara berkelanjutan (Mardikanto, 2003).

Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan perkembangan jaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju (Kartasapoetra, 2001).

Para penyuluh pertanian bersama-sama dengan para petani yang dibimbingnya harus dapat mengadakan pembaharuan dalam usahatani di

(36)

pedesaan, dari sistem pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Sifat usahatani yang sekadar mencukupi keperluan hidup berubah menjadi usahatani komersial, petani yang pasif menjadi petani yang dinamis dengan gerakannya yang progresif, pertanian yang terbelakang menjadi pertanian yang maju (modern) (Kartasapoetra, 2001).

Penyuluh pertanian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian.

Jadi, penyuluh pertanian merupakan seseorang yang atas nama lembaga pemerintah ataupun swasta bertugas untuk mendorong petani agar mau mengubah perilakunya sehingga dapat mengadakan perubahan yang lebih menguntungkan dalam usahataninya. Sedangkan Penyuluhan Pertanian merupakan pemberdayaan petanidan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga petani memiliki minat dan kemampuan dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.

Beberapa ahli penyuluhan menyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama adalah penyebaran informasi yang bermanfaat dan praktis bagi masyarakat petani di pedesaan dan kehidupan pertaniannya, melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan percobaan di lapang yang diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu jenis kegiatan serta pertukaran informasi dan pengalaman

(37)

diantara petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka serta memberikan minat dan kemampuan dalam melakukan usahatani secara mandiri (Mardikanto, 2003).

Untuk itu pemerintah memberikan pembimbing buat petani yaitu penyuluh pertanian lapangan yang dimana penyuluh pertanian sangat berperan penting dalam memberikan masukan bimbingan dalam merubah pola pikir petani sehingga mau menerima dan menerapkan metode pertanian yang baru.

Dengan berperan pentingnya penyuluh pertanian sehingga banyak meteologi yang dapat ditempuh atau diterapkan dalam penyelenggaraan peningkatkan kapasitas tenaga penyuluh pertanian dalam memberikan contoh terapan teknologi baru kepada petani yang dimana tiap kinerja harus didukung dengan ketersedian dari sarana dan prasarana produksi yang bermutu, sehingga tujuan dapat dicapai dengan semaksimal mungkin (Anonim, 2013).

2.6 Metode Penyuluhan

Penyuluhan secara individu berarti penyuluh dalam memberikan penyuluhan berhubungan langsung/tak langsung dengan satu atau dua orang sasaran. Penyuluhan secara individu misalnya dengan kunjungan penyuluh ke rumah atau tempat usahatani, surat, telepon, dan sebagainya. Sedangkan secara kelompok berarti penyuluh menyampaikan materi kepada kelompok.

Pengertian kelompok adalah sasaran terorganisasi dengan jumlah 3 sampai jumlah tertentu yang diketahui jumlahnya. Terjadi interaksi atau umpan balik antara penyampai dengan sasaran dengan baik. Contoh metode ini adalah kursus tani, pertemuan kelompok, demontrasi, temukarya dan sebagainya.

(38)

Sedangkan penyuluhan secara massal adalah penyampaian materi dengan jumlah sasasaran banyak yang tidak dapat diketahui jumlahnya dan tidak terjadi umpan balik antara penyampai dengan sasaran (Anonim, 2013).

Beberapa jenis metode yang dapat diterapkan antara lain:

1. Metode Penyuluhan Pertanian Kunjungan”Anjangsono”

Anjangsono atau kunjungan merupakan kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan secara langsung kepada sasaran. Kunjungan dapat dilakukan ke tempat sasaran yaitu lahan usahatani atau ke rumah berupa pendekatan perorangan. Selain itu, apabila penyuluh melakukan kunjungan pada kelompok tani disebut pendekatan kelompok dan jika penyuluh memberikan ceramahkepada sasaran yang jumlahnya banyak dan heterogen disebut pendekatan kelompok.

2. Metode Penyuluhan Pertanian Demonstrasi

Demonstrasi merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan cara peragaan. Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan maksud agar memperlihatkan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata atau konkret. Melalui kegiatan demonstrasi sasaran (audience) diajarkan mengenai keterampilan, memperagakan cara kerja teknik-teknik baru termasuk keunggulannya untuk menyempurnakan cara lama. Dalam penyuluhan pertanian dikenal ada dua macam demonstrasi, yaitu :

a. Demonstrasi cara, demonstrasi ini mempertunjukkan suatu cara kerja baru atau suatu cara lama tetapi dilakukan dengan lebih baik, misalnya bagaimana cara menanam padi menurut sistem jajar

(39)

Legowo, cara melakukan vaksinasi, cara pembuatan pupuk organik (bokasi), dan sebagainya. Metode demonstrasi cara tidak mempersoalkan mengenai hasilnya, tetapi bagaimana melakukan suatu cara kerja.

b. Demonstrasi hasil, demonstrasi ini digunakan untuk memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penerapan teknik baru, misalnya demonstrasi pemupukan dengan dosis pupuk tertentu, adaptasi varitas tanaman padi, dan sebagainya.

Sedangkan menurut bentuknya dikenal ada empat tingkatan demonstrasi, yaitu:

a. Demonstrasi plot (demplot); demonstrasi usahatani perorangan dengan penerapan teknologi pertanian pada usahatani kecil dengan komoditi tertentu (tanaman pangan, perkebunan, ternak, ikan, dan penghijauan). Luas lahan yg digunakan 0,1 ha. Pembiayaannya berasal dari pemerintah atau pihak swasta yang bertujuan mempromosikan produk atau teknologinya.

b. Demonstrasi farming (demfarm); demonstrasi usahatani dengan penerapan teknologi pertanian pada usahatani yang dilakukan secara kelompok. Luas lahan yang digunakan 1 - 5 ha.c.

c. Demonstrasi area (dem-area); demonstrasi usahatani gabungan kelompok dengan penerapan teknologi pertanian pada usahatani yang dilakukan secara kerjasama antara kelompok dalam satu

(40)

gabungan kelompok. Luas lahan yang digunakan 25 – 100 ha. Dem- area ini merupakan pola dasar dari model intensifikasi khusus.

d. Demonstrasi unit (dem-unit); demonstrasi yang dilaksanakan antar gabungan kelompok tani dalam suatu hamparan Wilayah Kerja Penyuluhan. Kegiatan utamanya meliputi, produksi, pengolahan, penguasaan, dan pemasaran hasil pertanian, menuju kepada pembangunan masyarakat perdesaan.

3. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian Pameran

Pameran merupakan metode penyuluhan pertanian dengan pendekatan massal. Sifat pengunjungnya heterogen, tidak terbatas hanya pada petani tetapi juga orang yang bukan petani. Dalam pameran akan dijumpai berbagai macam visual aid yang digunakan secara tunggal atau digabungkan. Tujuan pameran pertanian, yaitu:

a. Memperlihatkan fakta, dan memberi informasi kepada pengunjung.

b. Memperlihatkan suatu cara, misalnya cara mengetahui benih yang baik, cara memproses bibit dengan kultur jaringan.

c. Memajukan usaha, artinya mengajak para pengunjung untuk ikut melaksanakan atau mencontoh apa yang dilihatnya.

d. Memperkenalkan hasil-hasil usaha, memperlihatkan hasil yang dicapai dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Agar pameran lebih menarik dan lebih besar pengaruhnya terhadap perubahan kegiatan sasaran, artinya dapat mengakibatkan perubahan yang baik dan

(41)

terarah terhadap pengunjung, maka pameran harus: menggugah hati, membangkitkan minat, dan mendorong untuk mengadopsi.

Metode penyuluhan merupakan cara penyampaian pesan agar dapat terjadi perubahan sehingga sasaran tahu, mau dan mampu dalam menerapkan inovasi baru. Ketika penyuluh telah dapat menetapkan cara untuk menyampaikan pesan diharapkan keputusan tersebut dapat memberikan tingkat efektivitas yang optimal maksimal untuk kegiatannya. Untuk mengamati apakah cara untuk menyampaikan suatu pesan tersebut berdaya guna ataukah perlu disempurnakan dapat dilakukan analisis tingkat efektivitasnya.

2.7 Kerangka Pikir

Upaya untuk memudahkan dan membantu petani dalam meningkatkan produksi usahatani sayuran harus ditunjang dengan mempersiapkan sumber daya manusianya. Adanya Penyuluh Pertanian Lapangan merupakan salah satu upaya untuk memudahkan dan meningkatkan produksi usahatani salah satunya yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan demplot.

Petani yang telah diklaim sebagai kaum yang terpinggirkan sudah sepantasnya mendapat posisi yang sejajar dengan pihak-pihak lain dalam mendapatkan hak-haknya sebagai manusia. Sebagian mereka diidentikkan oleh sebagian yang lain dengan keadaan ekonomi yang terbelakang pendidikan dan wawasan yang rendah. Untuk itu dengan meningkatkan kesejahteraannya, petani diharapakan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelolah usahataninya khususnya petani bawang merah sehingga produksi bawang merah yang dihasilkan mengamalami peningkatan setiap kali panen.

(42)

Untuk itu peningkatan produksi bawang merah dapat dilakukan dengancara aplikasi teknologi budidaya bawang merah yang diberikan oleh penyuluh pertanian di wilayah tersebut. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu :

Gambar 1. Kerangka Pikir Petani Bawang Merah di Desa

Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Teknologi Budidaya Bawang Merah :

1. Persiapan Benih 2. Penyiapan Lahan 3. Penanaman

4. Pemeliharaan Tanaman 5. Pengendalian Hama dan

Penyakit 6. Panen

Penyuluhan Pertanian

Kemampuan Petani Bawang Merah

(43)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Waktu Penelitian yang dibutuhkan sekitar dua bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan Februari 2014.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah semua kelompok tani yang terdiri dari 5 kelompok yang terlibat dalam aplikasi teknologi bawang merah yang dimana setiap kelompok tani terdiri dari 25 orang maka total populasi pada penelitian ini sebanyak 125 orang.

Adapun penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas adanya tujuan tertentu dalam hal ini seluruh petani yang terlibat dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah.

Jadi dalam penelitian ini sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan, maka peneliti mengambil sampel dari setiap kelompok tani sebanyak 5 orang sehingga total responden dalam penelitian ini berjumlah 25 orang responden sebagai sampel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini teknik pengambilan data dilakukan dalam pengambilan data primer. Adapun cara pengambilan data sebagai berikut:

a. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

(44)

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.

Adapun objek yang diteliti adalah petani bawang merah.

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara responden, sehingga antara peneliti dengan responden dapat berkomunikasi secara langsung. Adapun para respondennya adalah petani yang mengusahakan tanaman bawang merah.

c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang harus dijawab responden, disusun secara sistematis sehingga dapat berfungsi sebagai interview schedule dalam penelitian.

3.4 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu :

a) Data primer diperoleh dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan petani bawang merah terhadap aplikasi teknologi budidaya bawang merah dengan menyebar daftar pertanyaan atau kuisioner di wilayah penelitian.

b) Data sekunder diperoleh dari kantor kecamatan dan kantor desa serta instansi terkait maupun aparat pemerintah yang mempunyai aktivitas dalam kegiatan kelompok tani di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

3.5 Metode Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yaitu metode untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai

(45)

dikumpulkan dan diolah secara sistematis, maka langkah berikutnya sebagai tahap yang sangat penting adalah bagaimana data-data dianalisis sehingga dapat mewujudkan suatu jawaban yang bertujuan dalam penelitian tersebut.

Analisis data untuk menjawab pertanyaan adalah analisis pengukuran terhadap indikator pengamatan dengan menggunakan “Ratin scale” atau skala nilai (Singaribium dan Efendy , 1999), dengan ketentuan:

Jawaban Ya : 3

Jawaban kurang : 2 Jawaban tidak : 1 Dengan kategori pengukuran Tinggi : 2,34 – 3,00 Sedang : 1,67 – 2,33 Rendah : 1,00 – 1,66

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Petani adalah orang yang bekerja atau melakukan kegiatan usaha bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Kelompok tani adalah kumpulan petani di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yang membentuk satu atau lebih kelompok yang dibentuk karena adanya asas kepentingan bersama.

(46)

3. Kemampuan petani adalah pengetahuan dan keterampilan petani bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dalam

mengelolah usahataninya.

4. Aplikasi Teknologi adalah suatu penerapan atau penggunaan yang dapat berupa benda atau konsep yang dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan terapan.

5. Budidaya Bawang Merah adalah suatu usaha pemeliharaan dalam hal ini tanaman bawang merah yaitu memelihara dan mengembangkan sehingga dapat bermanfaat dan memberikan hasil yang maksimal.

(47)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Mampu merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah Desa Mampu adalah 10,64 ha.

Secara Geografis Desa Mampu merupakan daerah yang berbukit-bukit dan berada di dataran tinggi dengan ketinggian 500 m di atas permukaan laut.

Kondisi tanah di Desa ini cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik tanaman holtikultura maupun tanaman jangka panjang. Potensi pengairan di Desa Mampu juga cukup tersedia sehingga daerah ini dianggap sangat cocok sebagai wilayah pertanian dan perkebunan. Desa Mampu juga memiliki suhu udara rata-rata harian 32 ºC, curah hujan 2.520 mm dengan jumlah bulan hujan 6 bulan.

4.2 Letak Wilayah

Secara administrasi, Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kalosi.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Bubun Lamba.

c. Sebelah timur berbatasan dengan Tampo.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Salu Dewata.

Desa Mampu terbagi atas 4 dusun yaitu antara lain : 1. Dusun Lo’ko Jarun

(48)

2. Dusun Mampu 3. Dusun Ra’cak 4. Dusun Sangeran

4.3 Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu negara atau wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang atau maju, bahkan suksesnya pembangunan disegala bidang dalam negara tidak bisa terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan pendidikan, sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik maupun nonfisik. Oleh karena kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar.

Jumlah penduduk di Desa Mampu yaitu berjumlah 1.560 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 792 jiwa dan perempuan sebanyak 768 jiwa yang tersebar dalam 4 dusun dengan perincian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Desa Mampu Tahun 2013

NO RW Jumlah Jiwa Total (orang)

L P

1 2 3 4

Lo’ko Jarun Mampu Ra’cak Sangeran

147 178 283 185

162 174 248 183

309 352 531 368

Jumlah 1.560

Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka 2014

Keadaan penduduk Desa Mampu terhitung mulai angka bayi sampai umur berlanjut. Keadaan penduduk Desa Mampu masih sangat potensial untuk

(49)

mengembangkan satu titik usaha yang maksimal karena masih banyak didominasi oleh umur yang masih produktif, sehingga pola pikir untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian terkhusus pada penciptaan ekonomi sampingan pada tahapan-tahapan usaha-usaha sampingan. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa umur yang terbanyak ada pada 0-11 tahun yaitu 358 orang, sedangkan umur terendah ada pada >80 tahun yaitu 12 orang. Keadaan penduduk Desa Mampu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Mampu Tahun 2013.

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang) 1

2 3 4 5 6 7 8 9

0 - 11 12 - 21 22 - 31 32 - 41 42 - 51 52 - 61 62 - 71 72 - 80

˃ 80

358 321 276 205 187 102 71 28 12

Total 1.560

Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka, 2014

4.3.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Slamet (2003) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Perubahan perilaku yang ditimbulkan oleh proses pendidikan dapat dilihat melalui (1) perubahan dalam hal pengetahuan, (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu, dan (3) perubahan dalam sikap mental terhadap segala sesuatu yang dirasakan.Kemampuan seseorang di dalam berusaha tani maupun ikut kegiatan di

(50)

lingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik yang bersifat formal maupun informal. Oleh karena itu, data penduduk berdasarkan pendidikan merupakan hal yang cukup penting untuk diketahui. Data penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Mampu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Mampu Tahun 2013

Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka, 2014

4.3.2 Mata pencaharian penduduk

Mata pencaharian penduduk Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebagian besar adalah petani. Namun tidak semua penduduk Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang bermata pencaharian sebagai petani karena ada juga sebagian masyarakat yang mata pencahariannya sebagai buruh tani, PNS, pengrajin industri, peternak, dan pengusahan kecil dan menengah, untuk lebih jelasnya dilihat pada Tabel 4.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1 2 3 4 5 6

SD SLTP SLTA D3 S1 S2

317 77 46 12 34 2

Jumlah 488

(51)

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang 2013

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 2 3 4 5 6 7

Petani Buruh Tani PNS

Pengrajin Industri Peternak

Pengusaha kecil dan menengah Pensiunan PNS/TNI/POLRI

202 48 30 30 1 4 19

Jumlah 334

Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka, 2014

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 202 orang. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan salah satu faktor penting dan sangat di butuhkan oleh masyarakat karena amat berhubungan dengan berbagai segi kehidupan jasmani maupun rohani. Jenis sarana yang ada di Desa Mampu Kecamatan Angeraja Kabupaten Enrekang antara lain sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana tempat ibadah, sarana pemerintahan dan sarana transportasi, dapat diketahui bahwa Petani bawang merah tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil pertanian, sarana transportasi sudah cukup tersedia yang ketersediaannya dapat dilihat pada Tabel 5.

(52)

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kantor Desa TK (PAUD) TPA

SLTP SLTA SD Posyandu Pustu Mesjid Roda dua Koperasi

1 1 4 1 1 2 1 1 4 223

1

Jumlah 240

Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka, 2014

(53)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Petani Responden

Identitas petani responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status dari petani tersebut. Identitas petani responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut dapat memberikan informasi dari berbagai aspek keadaan petani yang diduga memiliki hubungan karasteristik petani dengan kemampuan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggerja Kabupaten Enrekang. Informasi – informasi mengenai identitas petani responden sangat penting untuk diketahui. Berbagai aspek karakteristik yang di maksud dapat dilihat dari segi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman menanam bawang merah.

5.1.1 Umur Petani Responden

Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahatani, terutama dalam kemampuan fisik dan pola pikir. Umumnya petani yang berusia lebih muda cenderung lebih berani mengambil resiko jika dibandingkan dengan petani yang berusia tua. Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi petani yang menanam bawang merah. Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berifikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan daya serap informasi pengetahuan dari penyuluh.

Menurut Patong dan Soeharjo (1986) dalam Willybrodus H. panggal (2010) umur memiliki pengaruh bagi kemanpuan fisik seseorang dalam mengelola usahataninya, usia produktif seseorang berada pada kisaran 15 - 54 tahun petani

(54)

yang lebih muda relatif lebih mudah menerima dan melaksanakan petunjuk- petunjuk oleh penyuluh pertanian dibanding dengan umur yang lebih tua hal tersebut dimungkinkan karena biasanya umur-umur yang lebih muda lebih cepat menerima atau mengadopsi sesuatu yang baru. Selain itu juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan bekerja.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa umur responden, mulai dari 25 sampai 50 tahun kelompok tani bawang merah, komposisi umur kelompok tani bawang merah disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Identitas Petani Responden berdasarkan Tingkat Umur di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Presentase (%) 1

2 3 4 5

25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 50

9 5 6 3 2

36,00 20,00 24,00 12,00 8,00

Jumlah 25 100,00

Sumber : data primer setelah diolah 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani bawang merah responden yang terbanyak berada pada kelompok umur 25 – 29 tahun yaitu berjumlah 9 orang atau 36%. Melihat hal tersebut sangat bagus karena umur yang masih sangat produktif sangat mampu menyerap informasi dari penyuluh untuk sampai pada satu titik produktifitas yang memadai atau cukup, sedangkan jumlah paling sedikit berada pada umur 44 - 50 tahun berjumlah 2 orang atau 8%. Maka dengan ini menunjukkan bahwa umur petani secara responden sangat ditentukan pada kelompok umur 25 - 30 tahun. Sehingga umur merupakan satu titik tolak ukur menyerap dan bertindak secara cepat dan produktif. Petani yang berumur

(55)

produktif pada umumnya mempunyai kemampuan fisik dan kemampuan bekerja yang lebih besar sehingga lebih mudah dalam menerima inovasi baru. Dengan demikian bahwa kelompok umur petani yang ada pada kelompok tani bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dalam usia produktif.

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden juga sangat mempengaruhi pola pengolahan usahatani. Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam pengembangan usahanya terutama dalam menyerap dan mengaplikasikan teknologi baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang optimal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah diperoleh responden maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan responden terhadap teknologi, maka tabulasi data tingkat pendidikan dapat dilihat Table 7 sebagai berikut.

Tabel 7. Jumlah Responden berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang 2013 No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 2 3

SD SMP SMA

13 5 7

52,00 20,00 28,00

Jumlah 25 100,00

Sumber : Data Primer Setelah diolah 2014

Tabel 7, terlihat bahwa tingkat pendidikan petani responden di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang masih sangat rendah. Ini menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat pendidikan petani responden yang

(56)

dominan adalah Sekolah Dasar sebanyak 13 orang (52%), Sekolah Menengah Pertama sebanyak 5 orang (20%), dan Sekolah Menengah Atas sebanyak 7 orang atau 28%.

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung, maka semakin besar pula tuntutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disisi lain semakin banyak tanggungan keluarga, akan membantu meringankan kegiatan usahatani yang dilakukan, karena sebagian besar petani masih menggunakan tenaga keluarga.

Hasil analisa data menunjukkan petani responden memiliki jumlah tanggungan keluarga terdistribusi ke dalam beberapa kelas dari jumlah tanggungan keluarga. Adapun klasifikasi jumlah keluarga yang di tanggung oleh responden di Desa Anggeraja dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Responden berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan Kelurga di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang 2013

No Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)

Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

2 3 4

0 - 1 2 - 3 4 - 5 6 – 7

4 13

5 3

16,00 52,00 20,00 12,00

Jumlah 25 100,00

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2014

(57)

Tabel 8, menunjukkan bahwa petani responden memiliki tanggungan lebih besar antara 2 – 3 orang sebanyak 13 orang responden atau 52%, sedang jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit dari 6 – 7 orang hanya 4 orang responden atau 12%.

5.1.4 Pengalaman Berusaha Tani Bawang Merah

Pengalaman berusahatani dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalani, dirasakan, ditanggung oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai tujuan usahatani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan keluarganya.

Keputusan petani yang diambil dalam menjalankan kegiatan usahatani lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman petani lain. Pengalaman berusaha tani merupakan faktor yang cukup menunjang seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam berusaha tani, petani di Desa Mampu kecamatan Anggeraja ini yang paling lama berusahatani selama 34 tahun dan yang baru dalam berusahatani selama 5 tahun, di samping itu pengalaman berusaha tani juga memberikan dampak terhadap tingkat aplikasi teknologi khususnya usahatani budidaya bawang merah. Adapun klasifikasi jumlah pengalaman berusahatani bawang merah oleh responden di Desa Anggeraja dapat dilihat pada Tabel 9.

Gambar

Gambar 1. Kerangka PikirPetani Bawang Merah di Desa
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Desa Mampu Tahun 2013
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur  di Desa  Mampu Tahun 2013.
Tabel  3. Keadaan  Penduduk  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan di  Desa Mampu Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah produksi dan pendapatan yang diperoleh petani bawang merah di Kelurahan Balla, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang yaitu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi hasil iradiasi dosis 5 Gy berbeda nyata dibandingkan populasi tanaman kontrol dengan nilai tengah yang lebih lebih rendah untuk

Hasil dari kolaborasi perlu merujuk pada bentuk Entrepreneurial City (Lombardi, Giordano, Farouh, &amp; Yousef, 2012), yang memiliki beberapa implikasi, diantaranya

Sesuai dengan indikator berpikir kritis, pada tampilan video pembelajaran Gambar 4, terlihat bahwa mahasiswa mampu memberikan penjelasan sederhana (PS),

Rasio NPL tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan semester I 2015 (2,56%), meskipun masih lebih tinggi dari tahun sebelumnya (2,16%) sebagai dampak dari

1. Implementasi Pasal 25 Perda Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat adalah dengan cara adanya strategi

Jika akan membuat kartu katalog tambahan, misalnya untuk katalog berdasarkan nomor klasifikasi, maka format luaran yang dipakai dalam proses print file dalam program ISIS ke