• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Kemampuan Petani dalam Aplikasi Teknologi Budidaya Bawang MerahMerah

5.2.1 Kemampuan Petani dari Segi Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemamuan petani yang di dapatkan dari hasil pelatihan dari penyuluhan pertanian, sehingga petani mendapatkan ilmu dari hasil pelatihan tersebut. Menurut (Padmowihardjo, 1994), yang dimaksud pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhyul (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations).

Pengetahuan mencakup ingatan tentang hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru, kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, kemampuan untuk membentuk suatu pola baru, kemampuan untuk membentuk suatu pendapat bersama dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut, yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Pengetahuan petani dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh petani berkenaan dengan kemampuan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaen Enrekang.

Di bawah ini menunjukkan rata-rata tingkat pengetahuan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah dalam tabel 11.

Tabel 11. Rekapituasi Rata-rata Pengetahuan Responden Mengenai Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Pengetahuan Petani Skor Rata-rata Kategori 1

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2014

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemampuan petani dilihat dari segi pengetahuan di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang memiliki nilai rata-rata 2,47 yang termasuk dalam kategori tinggi, ini menggambarkan bahwa kemampuan petani dalam usahatani bawang merah dikatakan mampu dari unsur pengetahuan dalam mengelolah usahatani bawang merah. Walaupun dalam budidaya bawang merah ada beberapa tahap yang masih mendapatkan nilai rata-rata 2,16 dan 2,08 yang masuk dalam kategori sedang seperti pengolahan lahan dan pengendalian hama dan penyakit, hal ini disebabkan karena ada beberapa hal dalam teknologi budidaya bawang merah yang petani belum ketahui, misalnya pada penyiapan benih ada beberapa petani yang melakukan penyimpanan benih sekitar 1-2 bulan saja, hal ini tidak sesuai dengan yang dianjurkan menurut Rukmana (1995), Umur simpan benih cukup yaitu sekitar 3-4 bulan, walaupun untuk umur simpan yang lebih muda benih tetap

tumbuh namun pada pertumbuhan berikutnya akan lebih rendah hasilnya dibandingkan benih yang telah siap tanam (telah cukup umur simpannya)

Pengolahan lahan, dalam pembuatan bedengan ada beberapa petani yang membuat bedengan dengan lebar bedengan 150-180 cm bahkan ada jg yang lebih dari 200 cm, jarak antar bedengan 30-40 cm dan kedalaman 20 cm. Got keliling 40 cm kedalaman 30 cm. Hal ini tidak sesuai dalam proses pengolahan lahan yang di anjurkan dalam teknologi budidaya bawang merah menurut Rukmana (1995) yaitu dengan ukuran: lebar bedengan 180 - 200 cm, panjang menyesuaikan kondisi lahan. Jarak antar bedengan 50 - 60 cm dan kedalaman 30 cm. Got keliling dengan lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.

Penanaman, ada beberapa petani melakukan penanaman dengan jarak 15 x 15 cm untuk umbi sedang, dan 20 x 15 cm untuk umbi besar, dan penanaman umbi juga tidak di tanam dengan baik, hal ini tidak sesuai dengan tata cara penanaman menurut Rukmana (1995) dengan Jarak tanam yang dianjurkan yaitu 20 cm x 15 cm, namun bila umbi benih besar maka dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Penanaman dilakukan dengan cara menanam 2/3 bagian umbi ke dalam tanah, sedangkan 1/3 bagiannya muncul di atas tanah.

Pengendalian hama dan penyakit ada beberapa petani yang belum mengetahui bagaimana mengenali dan mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merahnya. Petani jika mendapati tanaman bawang merah yang terserang hama dan penyakit langsung melakukan pengendalian dengan menyemprotkan pestisida yang dianggap efektif tanpa memperhatikan hama dan penyakit apa yang menyerang tanaman bawang merah tersebut. Namun

dalam proses pengendalian hama dan penyakit pada teknologi budidaya bawang merah itu yang harus di perhatikan adalah: 1). Hama ulat bawang (Spodoptera spp). Serangan hama ini ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan.

Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengumpulkan telur dan ulat lalu dimusnahkan. Memasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat bawang 40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif, seperti Meksikan dicampur dengan Abens diambah Perkil kemudian di semprotkan (Rukmana, 1995). 2). Ulat Tanah, ulat ini berwarna coklat-hitam. Ditandai pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Pengendalian ulat tanah dapat dilakukan secara terpadu, yaitu dengan cara melakukan pergiliran tanaman, mengatur tanam secara serantak, pengolahan tanah yang baik, dan mengumpulkan dan mematikan ulat.

3). Penyakit layu Fusarium Ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau di bakar di tempat yang jauh preventif kendalikan dengan GLIO menurut Rukmana (1995).

Panen, petani melakukan pemanenan dengan langsung mencabut tanaman bawang merah tanpa melakukan tahap sebelum melakukan pemanenan,

hal ini tidak sesuai yang dijelaskan dalam buku Rukmana (1995) dengan tata cara pemanenan yang dianjurkan, yaitu Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada saat tanah kering dan cuaca cerah untuk menghindari adanya serangan penyakit busuk umbi pada saat umbi disimpan, keseluruhan daun tampak menguning, sebagian umbi nampak tersembul keluar. Untuk menghindari umbi tertinggal dalam tanah, maka 1-2 hari sebelum panen dilakukan dulu penyiraman dengan air.

Dokumen terkait