• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMANDIRIAN ANGGOTA KUB RANCAGE Peranan CD Worker dalam Pendampingan KUB Rancage

CD worker atau pendamping adalah seseorang yang berasal dari perusahaan yang bertanggung jawab dalam mendampingi program yang dijalankan oleh Departemen CSR PT ITP Tbk. Menurut Susanto (2010) pendamping pengembangan masyarakat (CD worker) orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang beada di luar sistem sosial masyarakat bersangkutan (outsider change agents). Pendamping pengembangan masyarakat digolongkan menjadi penyuluh di berbagai instansi pemerintah, swasta (CSR) dan mereka yang sedang dalam proses belajar formal di berbagai institusi pendidikan. Pendampingan adalah interaksi intensif antara pendamping dengan kelompok masyarakat sehingga terjadi proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh para anggota kelompok untuk tujuan peningkatan kualitas hidup dan kemandirian kelompok dampingan.

PT ITP Tbk juga terlibat dalam mendampingi masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian kelompok melalui program CSR. Salah satu program CSR yang dijalankan adalah program pilar ekonomi dalam mendampingi UMKM di masing-masing desa binaannya. Kelompok usaha bersama Rancage (KUB Rancage) merupakan salah satu program lima pilar dalam bidang ekonomi yang berada di Kampung Dukuh Desa Pasir Mukti. KUB Rancage mendapatkan pendampingan dari CD worker baik itu dari koordinator desa maupun penanggung jawab dari program tersebut.

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat peranan CD worker dalam mendampingi anggota KUB Rancage Desa Pasir Mukti tahun 2014

Tingkat Peranan Pendamping Jumlah Persentase

Tinggi 18 85.7

Rendah 3 14.3

Jumlah 21 100.0

Tabel 5 menunjukkan bahwa peranan CD worker dalam mendampingi anggota KUB Rancage tergolong tinggi hal ini terlihat dari komitmen CD worker yang tinggi dalam mendampingi anggota. Berikut merupakan penuturan dari salah satu responden:

Pak Yadi, Pak Bangbang pasti menyempatkan hadir jika ada rapat bulanan rutin. Orang kadang sehari-hari juga kalo dateng, ya berkunjung juga ke pengrajin ya walaupun cuma sebentar nanya-nanya perkembangan atau sekedar ngopi bareng. Orangnya baik teh” (AWN, 44 Tahun).

Peranan CD Worker dalam Memfasilitasi (Facilitative Roles)

Peranan memfasilitasi (facilitative roles) berkaitan dengan stimulasi dan penunjang pengembangan masyarakat.

30

Tabel 6 Jumlah dan persentase tingkat peranan CD worker dalam memfasilitasi (facilitative roles) KUB Rancage Desa Pasir Mukti tahun 2014

Tingkat Peranan Memfasilitasi Jumlah Persentase

Tinggi 12 57.2

Rendah 9 42.8

Jumlah 21 100.0

Tabel 6 menunjukkan bahwa peranan CD worker dalam memfasilitasi (facilitative roles) dapat dikategorikan tinggi. Dari hasil penelitian responden menyatakan peranan CD worker dalam menjalankan peranan mendidik berhasil hal ini ditunjukkan dengan mayoritas responden menyatakan tinggi dalam peranan tersebut. CD worker menjalankan beberapa peranan yaitu semangat sosial, negosiasi, memberikan dukungan, memfasilitasi kelompok, komunikasi personal dan memanfaatkan sumberdaya, keterampilan komunitas dan mengorganisasikan anggota kelompok.

Dalam memberikan semangat sosial, CD worker berusaha untuk dapat dipercaya oleh anggota. Ketika menjanjikan sesuatu, misalnya memberikan bantuan sebagaian besar janji tersebut pasti ditepati sesuai dengan perjanjian. CD worker juga konsisten dalam berbicara dan bertindak, ketika memberikan semangat kepada anggota maka mereka juga menunjukkan hal yang sama semangat dalam bertindak dan mendampingi kelompok.

“Orang PT ITP Tbk selalu semangat neng kalo lagi rapat, mereka selalu datang menyempatkan waktunya kadang malam-malam juga mereka datang. Kalo

lagi rapat selalu ngasih semangat” (AWN, 44 Tahun)

Saat CD worker melakukan pendampingan terhadap anggota kelompok, mereka bersikap ramah kepada semua anggota kelompok tidak memandang golongan. Menurut penuturan dari Ketua Rancage “jika orang CSR tidak ramah jangan tunggu lama-lama sebentar lagi juga sudah tidak ada dikantor”. CD worker tidak hanya kepada anggota kelompok KUB Rancage namun juga kepada warga sekitar. Sikap ramah menjadi suatu kunci penting bagi kelangsungan hidup CD worker dalam mendampingi masyarakat. Sebisa mungkin mereka harus bisa melebur ke dalam kehidupan anggota kelompok, melalui sikap ramah tamah. Anggota kelompok merasa lebih dihargai ketika CD worker bersikap ramah baik secara terlihat maupun tidak terlihat.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh CD worker adalah negosiasi. Pendamping dalam melakukan pendampingan selalu memberikan kesempatan bagi anggota kelompok yang ingin mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya selama satu bulan. Pendamping tidak hanya mendengarkan namun juga memahami aspirasi dan memberikan masukan terhadap permasalahan yang dihadapi sebagai pengrajin. Pendamping memberikan perhatian yang lebih kepada anggota kelompok yang ingin berbagi permasalahan yang dihadapinya.

Dalam suatu kelompok tidak dapat dihindarkan dari konflik, baik manifest maupun laten. Gesekan yang terjadi antara satu anggota dengan anggota yang lain misalnya persaingan produk, pelanggan, dan yang lainnya dapat menyebabkan konflik terbuka jika tidak segera diselesaikan. Peranan pendamping sangat diperlukan di sini sebagai pihak yang netral. Pendamping sebagai pihak netral diharapkan tidak memihak pada salah satu pihak yang berkonflik. Mereka justru ikut mencari jalan keluar atas permasalahan yang ada di antar pihak tersebut.

31 Meskipun selama ini belum ada diantara anggota kelompok yang berkonflik, namun ketika hal tersebut terjadi maka pendamping akan mampu bersikap netral.

Peranan selanjutnya, pendamping diharapkan mampu memberikan dukungan atau bantuan seperti dalam bentuk barang untuk mendukung kegiatan pendampingan. CSR PT ITP Tbk melalui pendamping sering memberikan bantuan uang maupun barang salah satunya adalah perangkat komputer. Perangkat komputer ini berguna untuk administrasi semua kegiatan KUB Rancage.

Pendamping juga harus memiliki kemampuan komunikasi personal yang baik. Mereka mampu menyesuaikan diri ketika berbicara dengan anggota kelompok yang berasal dari berbagai kalangan baik bawah, menengah maupun atas.

“Orang PT ITP Tbk mah beda kalo ngomong ke kita-kita neng, mereka ngasih penjelasan ke kita pake kata-kata yang mudah dimengerti. Orang PT ITP Tbk beda aja kalo ngomong sama sesama orang PT ITP Tbk dan sama kita-kita” (AMD, 42 Tahun)

CD worker juga harus memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan kelompok dampingan. Para pengrajin yang memiliki spesialisasi di bidangnya masing-masing, tidak pernah merasa dipaksa oleh CD worker untuk mencoba membuat jenis barang yang bukan spesialisasinya. Adanya spesialisasi dalam hal pembuatan barang yang diproduksi memiliki kegunanaan selain mencerminkan keahlian masing-masing pengrajin, namun juga untuk menghindari dari persaingan sengit antar anggota kelompok. Mereka membebaskan pengrajin untuk berusaha sesuai dengan keterampilannya masing-masing.

Peranan CD Worker Mendidik (Educational Roles)

Peranan mendidik (educational roles) menuntut CD worker untuk mengambil banyak peran aktif dalam menata agenda. Pendidikan adalah salah satu aspek terpenting dari peran seoarang CD worker, sehingga keterampilan dalam mendidik sangat penting bagi proses pengembangan masyarakat. Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik adalah peningkatan kesadaran, memberikan informasi, dan pelatihan.

Tabel 5 Jumlah dan persentase tingkat peranan CD worker dalam mendidik (Educational Roles) KUB Rancage Desa Pasir Mukti tahun 2014

Tingkat Peranan Mendidik Jumlah Persentase

Tinggi 9 42.8

Rendah 12 57.2

Jumlah 21 100.0

Tabel 7 menunjukkan bahwa peranan CD worker dalam mendidik (educational roles) dikategorikan rendah. CD worker dalam menjalankan peranan mendidik kurang berhasil hal ini terlihat dari mayoritas yang menyatakan nilai peranan CD worker dalam mendidik rendah. Beberapa keahlian dari CD worker yang tampak saat mendampingi kelompok antara lain peningkatan kesadaran, memberikan informasi, dan pelatihan.

Keterampilan dalam meningkatkan kesadaran anggota kelompok sangat penting adanya terlebih bagi anggota kelompok yang lemah. Angota kelompok KUB Rancage tidak hanya terdiri dari pengrajin yang sudah sukses namun juga masih ada pengrajin pemula maupun pengrajin kecil. Pengrajin kecil maupun

32

pemula sangat rentan terhadap keterpurukan sehingga perlu adanya penguatan ataupun penyadaran mengenai kelemahannya sehingga mereka termotivasi untuk maju. Seringkali, CD worker memberikan motivasi kepada pengrajin kecil untuk terus berusaha dan tidak patah semangat sehingga bisa menjadi pengrajin yang sukses seperti pengrajin yang lainnya.

Keterampilan kedua yang harjus dimiliki oleh CD worker adalah memberikan informasi penting terkait kegiatan KUB Rancage maupun terkait pengrajin. CD worker memberikan informasi terkait kegiatan pelatihan, pameran maupun shooting yang akan dilaksanakan. Meskipun tidak secara langsung menginformasi langsung kepada anggota kelompok yaitu lewat ketua KUB Rancage, CD Worker tergolong aktif dalam memberikan informasi penting.

“Ya kalo ada pelatihan, kumpul bulanan, pameran mah saya juga

diundang biasanya lewat sms kala gak ya surat undangan dari Pak Ketua”

(AMR, 32 Tahun )

Informasi terkait pengrajin juga sering disampaikan kepada anggota kelompok seperti profesionalisme sebagai pengrajin. Profesionalisme lebih ditekankan pada penyelesaian pesanan harus tepat waktu untuk pemuasan konsumen. Ketika konsumen merasa puas, untuk selanjutnya akan memiliki kepercayaan terhadap produk mereka.

CD worker sebagai seorang pendidik juga terlibat aktif dalam hal memberikan pelatihan. Seorang CD worker tidak harus terlibat langsung sebagai pendidik ataupun pelatih, namun memfasilitasi angota kelompok untuk diberikan pelatihan kepada ahli dalam bidang pengrajin kaleng/logam. Keterbatasan kemampuan CD worker dalam hal kerajinan kaleng, tidak menyurutkan langkah mereka untuk terus mendukung kemajuan dari KUB Rancage. Pelatihan yang telah diberikan oleh CSR PT ITP Tbk antara lain pelatihan dasar akuntansi dan laporan keuangan yang ikuti oleh DAI, NUN, ARH, DHM dan NRN, penyuluhan program koperasi yang diikuti oleh semua anggota KUB Rancage, dan pelatihan pengelasan logam. Menurut penuturan dari anggota kelompok KUB Rancage pelatihan yang dilakukan oleh CSR PT ITP Tbk sesuai dengan kebutuhan kelompok, namun juga ada ksebagaian dari anggotanya yang menyatakan tidak sesuai dengan kebutuhan sebagai pengrajin. Sebagaian anggota kelompok sebanyak 33.33 persen menyatakan kadang-kadang sesuai, hal ini karena mereka menganggap semua pelatihan itu berasal dari PT ITP Tbk.

Peranan CD Worker dalam Representasi (Representational Roles)

Peranan dalam representasi (representational roles) digunakan untuk menunjukkan tugas CD worker dalam berinteraksi dengan pihak luar untuk kepentingan masyarakat sendiri. Dalam melaksanakan pendampingan, CD worker diharapkan untuk berbagi pengalaman yang dimilikinya kepada kelompok sebagai motivasi.

Tabel 6 Jumlah dan persentase tingkat peranan CD worker dalam representasi (Representational Roles) KUB Rancage tahun 2014

Tingkat Peranan Utusan Jumlah Persentase

Tinggi 19 90.4

Rendah 2 9.6

33 Tabel 8 peranan CD worker dalam representasi (respresentational roles) dikategorikan tinggi. CD worker dalam menjalankan peran representasi dapat dikatakan berhasil, karena responden yang menyatakan peranan CD worker dalam representasi tinggi merupakan mayoritas sebanyak 90.4 persen. Dalam mendampingi kelompok, CD Worker sering berbagai cerita baru terkait pengalamannya baru yang dia dapatkan. Pengalaman baru tersebut kemudian dikaitkan dengan informasi yang dibutuhkan oleh pengrajin. CD Worker juga memberikan masukan bahwa usaha kerajinan yang dihasilkan oleh pengarjin bisa digabungkan menjadi satu atas nama Koperasi KUB Rancage untuk menghindari adanya persaingan diantar pengrajin.

Partisipasi Anggota KUB Rancage

Menurut Nasdian (2014) partisipasi dalam program CSR adalah suatu proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing melalui cara mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (kelembagaan dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi anggota kelompok dalam kegiatan kelompok usaha bersama (KUB) Rancage dilihat melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi anggota KUB Rancage tahun 2014

Tingkat Partisipasi Jumlah Persentase

Tinggi 11 52.4

Rendah 10 47.6

Jumlah 21 100.0

Tabel 9 menunjukkan bahwa partisipasi anggota dalam KUB Rancage dapat dikategorikan partisipasi yang tinggi hal ini menunjukkan bahwa anggota aktif dalam kegiatan KUB Rancage.

Tingkat Partisipasi Anggota KUB Rancage pada Tahap Perencanaan

Perencanaan dalam kegiatan KUB Rancage yaitu pada awal pembentukan Kelompok Usaha Bersama Rancage. KUB Rancage atau yang dikenal dengan kampung kaleng dibentuk karena persaingan yang tidak sehat antara pengrajin yang ada di Kampung Dukuh Desa Pasir Mukti. Persaingan yang tidak sehat tersebut antara lain persaingan harga produk antar pengrajin sehingga yang mendapatkan keuntungan banyak adalah pengepul/penjual. Hal inilah, yang mendorong DAI mengadakan forum pengrajin untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada. Pada tahap perencanaan ini PT ITP Tbk belum masuk untuk melakukan pendampingan, sehingga dapat dikatakan perencanaan itu berasal dari masyarakat setempat bukan dari perusahaan.

Tahap perencanaan merupakan tahap yang paling penting karena akan berpengaruh pada tahapan selanjutnya. Perencanaan yang berasal dari anggota masyarakat cenderung lebih sustainable dibandingkan perencanaan dari orang luar, karena masyarakat akan lebih memiliki sense of belonging terhadap program yang dijalankan.

34

“Waktu kami kumpul-kumpul bareng pengrajin belum ada PT ITP Tbk teh, waktu itu yang kumpul cuma belasan oranglah. Akhirnya tercetus forum pengrajinlah untuk tempat ngumpul pengrajin” (DAI, 35 Tahun)

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dalam perencanaan KUB Rancage tahun 2014

Tahap Perencanaan Jumlah Persentase

Tinggi 12 57.2

Rendah 9 42.8

Jumlah 21 100.0

Tabel 10 menunjukkan bahwa partispasi anggota dalam tahap perencanaan KUB Rancage tergolong tinggi. Artinya, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan dalam perencanaan yakni pembentukan KUB Rancage. Responden yang memiliki kategori tinggi secara aktif terlibat dalam pembentukan KUB Rancage, sedangkan bagi responden yang memiliki kategori rendah merupakan responden yang baru bergabung setelah dibentuk Rancage. Kegiatan perencanaan dalam kegiatan KUB ini meliputi penyampaian permasalahan yang dihadapi pengrajin sebelum adanya KUB Rancage, keterlibatan dalam mengajak pengrajin unuk bergabung dalam KUB Rancage, keterlibatan dalam mengemukakan pendapat dalam rapat penyusunan struktur, keterlibatan dalam penyusunan jadwal rapat bulanan, dan keterlibatan dalam mengusulkan nama “KUB Rancage”.

Awal pembentukan KUB Rancage dikarenakan adanya persaingan yang tidak sehat antar pengrajin, kemudian dibentuklah forum pengrajin untuk membicarakan masalah tersebut. Dalam forum pengrajin tersebut diberikan kesempatan untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama menjadi pengrajin. Untuk melihat peran serta PT ITP Tbk dalam setiap tahapan partisipasi tersebut dianalisis menggunakan tiga tingkatan partisipasi Arnstein (1969). Tiga tingkatan tersebut yakni tahap non-participation (PT ITP Tbk memiliki kekuasaan yang paling dominan), tokenism (anggota memiliki kekuasaan, PT ITP Tbk masih memiliki kekuasaan yang lebih), citizen control (anggota memiliki kekuasaan yang dominan). Dari 21 responden, terdapat 52.3 persen menyatakan ikut menyampaikan permasalahan yang ada kemudian memutuskan solusi yang tepat tanpa campur tangan PT ITP Tbk. Sebagian lainnya sebesar 47.7 persen menyatakan tidak ikut dalam kegiatan forum pengrajin ataupun tidak ikut menyampaikan permasalahan yang dialaminya (tidak ada partisipasi), serta tidak ada responden yang memilih tokenisme. Diadakannya forum pengrajin ini merupakan inisiatif dari warga setempat bukan dari PT ITP Tbk karena pada waktu itu PT ITP Tbk belum masuk untuk melakukan pendampingan. Warga setempat sendiri yang terlibat dalam pembentukan forum yang kemudian menjadi kelompok usaha bersama (KUB) Rancage.

Setelah diadakannya forum pengrajin tersebut, para penggerak yakni DAI, ANN, NUN bersama pengrajin yang mengikuti forum mulai mengajak para pengrajin untuk bergabung ke Rancage. Pada saat awal mengajak orang bergabung tidak banyak pengrajin yang mau ikut, karena belum ada bukti kesuksesan ataupun kemudahan jika bergabung dengan Rancage. Sebesar 66.66 persen responden menyatakan ikut serta dalam mengajak dan memutuskan siapa yang bergabung dalam KUB Rancage, dan besar 33.33 persen menyatakan tidak

35 ikut mengajak pengrajin untuk bergabung dengan alasan baru bergabung dengan Rancage, takut untuk mengajak orang kalau belum ada bukti, dan lain-lain. Sedangkan sisinya 0 persen memilih ikut serta mengajak pengrajin namun keputusan tetap ditangan PT ITP Tbk.

Dalam penyusunan struktur kepengurusan KUB Rancage, anggota diberikan kesempatan untuk memberikan masukan siapa yang menjadi pengurus. Sebagian besar yaitu 61.9 persen menyatakan terlibat dalam memberikan usulan, sebesar 52.3 persen menyatakan tidak berpendapat dalam penyusunan dengan alasan ikut dengan keputusan yang mayoritas, dan sisinya 4.8 persen menyatakan ikut berpendapat namun keputusan tetap di tangan PT ITP Tbk. Hal ini menunjukkan, bahwa PT ITP Tbk memberikan kesempatan penuh dalam penyusunan struktur kepengurusan dan partisipasi anggota dalam penyusunan sruktur dapat dikategorikan tinggi.

Dalam penyusunan jadwal pertemuan KUB Rancage, anggota diberikan kesempatan untuk berpendapat kapan, berapa kali dan agenda rapat dalam satu bulan dilakukan pertemuan. Sebanyak 52.3 persen menyatakan yang menyusun jadwal pertemuan adalah para pengurus dan sebanyak 47.6 persen menyatakan tidak berpartisipasi dalam penyusunan jadwal. Hal ini menunjukkan bahwa anggota kelompok masih tergolong pasif dalam kegiatan penyusunan agenda rapat mereka masih bergantung pada keputusan pengurus. Namun, dibalik hal tersebut anggota menaruh kepercayaan besar terhadap pengurus KUB Rancage salah satunya karena sosok ketua kelompok.

Nama Rancage berasal dari bahasa sunda yang artinya mengajak bersama-sama kepada semua orang untuk berusaha atau bekerja lebih maju/gesit. Sebesar 52.3 persen responden menyatakan tidak ikut dalam mengusulkan nama Rancage, sebesar 38.1 persen menyatakan memberikan usulan terkait nama Rancage yang berasal dari anggota, dan sisinya 9.6 persen menyatakan ikut mengusulkan namun yang dipakai adalah usulan nama dari PT ITP Tbk. Nama Rancage berasal dari usulan dari CD worker CSR PT ITP Tbk yaitu Pak Bambang, yang kemudian disetujui oleh para penggiat.

Tingkat Partisipasi Anggota KUB Rancage pada Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan merupakan tahap dimana kegiatan-kegiatan dalam KUB dijalankan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan KUB Rancage terdiri dari keikutsertaan anggota dalam kepengurusan, keikutsertaan anggota dalam menyumbangkan materi berupa makanan, minuman, maupun uang, keikutsertaan dalam menyumbangkan tenaga, keikutsertaan dalam berinvestasi untuk biaya pembangunan bengkel Rancage, keikutsertaan dalam memberikan keputusan siapa yang ikut dalam pelatihan, pameran, dan lain-lain. Pada tahapan ini diharapkan partisipasi anggota dalam setiap kegiatan karena perencanaan berasal dari masyarakat setempat.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dalam pelaksanaan KUB Rancage tahun 2014

Tingkat Pelaksanaan Jumlah Persentase

Tinggi 10 47.6

Rendah 11 53.4

36

Tabel 11 anggota KUB Rancage memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yang rendah. Anggota KUB Rancage dalam pelaksanaan kurang berpartisipasi aktif karena kesempatan mereka dalam rapat biasanya terkendala oleh waktu yang mereka miliki dan materi untuk pembayaran iuran maupun menyumbangkan makanan dalam kegiatan.

Gambar 2 Persentase partisipasi anggota dalam tahap pelaksanaan KUB Rancage Pada tahap pelaksanaan anggota kelompok memiliki peranan dalam menyusun kepengurusan KUB Rancage yang cenderung rendah. Hal ini terlihat dari 42.8 persen responden menyatakan memiliki peranan dalam kepengurusan tanpa ada campur tangan dari PT ITP Tbk, dan sisanya 57.2 persen menyatakan tidak memiliki peranan dalam kepengurusan. Hal tersebut dapat terjadi karena, anggota kelompok belum seluruhnya memiliki sense of belonging dan sebagian lainnya merupakan anggota yang baru bergabung.

Dalam rapat bulanan maupun kumpul-kumpul anggota dapat, biasanya anggota memiliki inisiatif untuk menyumbangkan makanan, uang dan minuman. Anggota yang menyumbangkan makanan ataupun uang memiliki persentase yang sama, yakni sebesar 52.4 persen responden menyatakan makanan dan uang dikumpulkan secara swadaya oleh anggota sendiri tanpa bantuan dari PT ITP Tbk, dan 38.1 persen responden menyatakan tidak ikut menyumbangkan makanan ataupun uang dengan alasan tidak memiliki uang untuk disumbangkan dan mereka berpikir bahwa makanan dan uang secara full diberikan oleh PT ITP Tbk, sisanya sebesar 9.5 persen responden menyatakan ikut menyumbangkan sebagian kecil dari total anggaran, dan sebagian besar dibantu oleh PT ITP Tbk. Hal ini berarti, anggota Rancage sudah memiliki tingkat partisipasi yang tergolong tinggi dalam menyumbangkan makanan dan uang. Menurut penuturan dari Ketua Rancage, PT ITP Tbk hanya membantu konsumsi jika acara yang diselenggarakan merupakan

37 acara yang diselenggarakan oleh ITP. Jadi, ketika acara rapat bulanan yang dilakukan oleh internal Rancage semua biaya ditanggung sendiri oleh anggota.

Dalam rapat bulanan, sumbangan yang diberikan oleh anggota Rancage tidak hanya dalam bentuk makanan dan uang, namun juga sumbangan minuman. Anggota yang menyumbangkan minuman memiliki partisipasi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari 57.14 persen responden menyatakan minuman dikumpulkan secara swadaya oleh anggota sendiri tanpa bantuan dari PT ITP Tbk, 38.1 persen responden menyatakan tidak ikut menyumbangkan minuman dengan alasan tidak memiliki uang untuk membeli ataupun berpikiran bahwa semua materi disediakan oleh PT ITP Tbk, dan sisinya 4.76 persen menyatakan ikut dalam menyumbang tapi hanya sediki, dan sebagian besar dibantu oleh PT ITP Tbk.

Pada awal terbentuknya KUB Rancage belum memiliki tempat untuk berkumpul, sehingga pada Tahun 2013 barulah tercetus untuk mendirikan sebuah tempat untuk berkumpul. Tempat tersebut yang kemudian disebut sebagai Bengkel Rancage. Motivasi awal pembentukan bengkel ini karena wacana akan datangnya bantuan dari Diskoperindag (Dinas Koperasi dan Perdagangan). Bantuan tersebut antara lain satu unit alat pengepres, satu unit alat pemotong dan satu unit alat pelipat. Keresahan anggota kelompok mengenai penempatan alat- alat bantuan yang memiliki ukuran yang cukup besar menjadi alasan kuat untuk segera dibangunnya bengkel.

Pembangunan bengkel yang memerlukan biaya cukup besar, mendorong anggota untuk melakukan investasi. Dari 47.7 persen responden menyatakan bahwa biaya operasional pembangunan bengkel merupakan swadaya dari anggota masyarakat meskipun dari berasal dari pinjaman, sedangkan 28.5 persen responden menyatakan ikut melakukan investasi namun tidak semuanya, sisanya dibantu oleh PT ITP Tbk, dan sisanya 23.8 persen responden menyatakan tidak menyumbangkan apapun untuk pembangunan bengkel dengan alasan merupakan

Dokumen terkait