BAB III METODOLOGI PENELITIAN
2. Kemandirian
Kemandirian adalah keadaan di mana seseorang dapat berdiri
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Biasanya kemandirian ini
terbentuk oleh adanya kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil. Pembiasaan
anak-anak karena dalam diri anak-anak terdapat memori yang sakat kuat. Jika hal
baik ditanamkan sejak kecil maka seorang anak mempunyai bekal yang
baik pula ketika mereka dewasa nanti.
SD Tomoe memiliki cara pengajaran yang unik. Di
sekolah-sekolah lain setiap hari diisi oleh beberapa mata pelajaran, satu mata
pelajaran mengisi satu jam pelajaran, seperti proses KBM yang diterapkan
di Indonesia. Contohnya jam pertama diisi oleh mata pelajaran berhitung
(semua murid hanya belajar berhitung), jam kedua diisi oleh pelajaran
bahasa Indonesia (semua murid hanya belajar bahasa Indonesia). Tapi lain
halnya di SD Tomoe Gakuen, pada jam pertama pelajaran para guru
memberikan soal mengenai hal-hal yang akan diajarkan hari itu dan para
murid dengan bebas mengerjakan sesuka mereka (mulai mengerjakan
dengan salah satu soal yang paling mereka suka). Jadi belajar disekolah
ini, pada umumnya bebas dan mandiri. Bagi para murid, memulai hari
dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai sungguh sangat
menyenangkan. Dalam novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela belajar
dalam arti yang sesungguhnya yaitu para murid bebas berkonsultasi
dengan guru kapan saja mereka merasa perlu, guru akan mendatangi murid
jika diminta dan menjelaskan setiap hal sampai murid yang menemui
kesulitan itu benar-benar mengerti, lalu guru akan memberikan
latihan-latihan untuk mereka kerjakan sendiri dan itu berarti tak ada murid yang
duduk menganggur dengan sikap tak peduli sementara guru sedang
Di SD Tomoe Gakuen murid-murid diizinkan berjalan-jalan
setelah makan siang. Aturan ini berlaku sama dari kelas satu hingga kelas
enam. Ketika para murid kelas satu bekerja keras pada suatu hari, guru pun
mengajak para muridnya berjalan-jalan. Mungkin orang berpikir apakah
kegiatan jalan-jalan termasuk dalam mata pelajaran? Di Tomoe, semua hal
yang dilakukan merupakan pelajaran karena pasti ada yang bisa dipetik
dari hal sekecil apa pun yang dilakukan. Seperti tampak ketika
berjalan-jalan ke Kuil Kuhonbutsu, guru melihat bunga lalu menjelaskan kepada
muris-murid tentang putik dan benang sari yang berpengaruh untuk
pemekaran bunga. Para murid tidak menyadari bahwa sambil
berjalan-jalan sebenarnya mereka mendapat pelajaran berharga tentang sains,
sejarah, dan biologi. Hal ini ditunjukkan pada latar tempat yang digunakan
sebagai proses pembelajaran sekaligus penokohan tokoh Totto-chan,
Sakko-chan, dan teman-teman yang lain, di mana anak mempunyai
keingintahuan yang besar akan sesuatu yang belum pernah diketahuinya
yang tampak pada kutipan berikut:
(M.01) Setelah berjalan kira-kira sepuluh menit, Guru berhenti. Dia menunjuk beberapa kuntum bunga berwarna kuning dan berkata, ”Lihat bunga sesawi itu. Kalian tahu mengapa bunga-bunga mekar?”
Dia menjelaskan tentang putik dan benang sari sementara anak- anak berjongkok di pinggir jalan dan mengamati bunga-bunga itu. Guru menjelaskan bagaimana kupu-kupumembantu bunga-bunga menyerbukkan benang sari ke putik. Memang, semua kupu-kupu itu tampak sibuk membantu bunga-bunga.
Kemudian Guru berjalan lagi. Anak-anak berhenti mengamati bunga lalu berdiri. Seseorang berkata, ”Ternyata benang sari tidak mirip benang, ya?” (hal 49)
(M.02) ... Ketika mereka memasuki taman itu, anak-anak menyebar ke berbagai arah.
”Mau melihat sumur berisi bintang jatuh?” tanya Sakko-chan. Tentu saja Totto-chan mau. Ia langsung berlari mengikuti kawannya itu.
Sumur itu tampak terbuat dari batu, pinggirnya setinggi dada mereka. Tutupnya dari kayu. Mereka mengangkat tutup sumur lalu melongok ke bawah. Gelap sekali di dalamnya, tapi
Totto-chan bisa melihat sesuatu teronggok seperti batu, sama sekali tidak mirip bintang berkelip seperti yang dibayangkannya. Setelah lama memandang ke bawah, ia bertanya, ”Kau pernah lihat bintang itu?”
Sakko-chan menggeleng, ”Belum, belum pernah.”
Totto-chan heran kenapa bintang itu tidak bersinar. Setelah berpikir sebentar, ia berkata, ”Mungkin dia sedang tidur.” (hal 50)
Dari belajar secara mandiri inilah kecerdasan seorang anak akan
tampak. Anak tidak hanya mempelajari teori yang harus mereka hafal,
tetapi dalam hal ini anak belajar secara mandiri. Kecerdasan mereka
dengan sendirinya akan berkembang. Kecerdasan anak tampak dari
perubahan-perubahan sikap setelah melakukan atau menghadapi sesuatu.
Sikap Totto-chan pun berubah, ketika masih bersekolah di sekolah
yang lama Mama selalu membangunkan Totto-chan di pagi hari ketika
harus berangkat ke sekolah. Tapi kali ini Totto-chan bangun lebih awal
tanpa dibangunkan Mama dan mempersiapkan semua perlengkapan
sekolah sendiri. Hal ini tampak pada rangsangan, di mana Totto-chan
sudah mulai mencintai sekolah barunya yang ditunjukkan pada kutipan
berikut:
(M.03) ... Biasanya Mama kesulitan membangunkan Totto-chan di pagi hari, tapi hari itu dia sudah bangun sebelum yang lain terjaga, sudah rapi berpakaian, dan menunggu dengan tas sekolah
tersandang di bahunya.
Warga paling tepat waktu di rumah itu—Rocky, si ajing gembala Jerman—memperhatikan tingkah laku Totto-chan yang
Sekolah baru di SD Tomoe Gakuen sungguh merubah sikap
Totto-chan, mulai dari hal terkecil hingga hal-hal paling berbahaya yang ia
lakukan. Semua itu dilakukan bukan tanpa sebab, setiap perbuatan yang ia
lakukan selalu mengandung pelajaran yang dapat dipetik. Kemandirian itu
muncul karena anak dididik untuk terbiasa melakukan perbuatan tanpa
harus bergantung pada orang lain, hal ini terbukti pada cara belajar anak
yang dibiasakan untuk belajar mandiri tanpa harus tergantung pada setiap
materi yang diberikan guru dan perhatian yang diberikan orang tua.