• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala dan Kelebihan masing-masing opsi yang ditawarkan

RENCANA PELAKSANAAN KONSTRUKSI

F. Kendala dan Kelebihan masing-masing opsi yang ditawarkan

79

No Opsi Kendala Kelebihan

1. Land consolidation (LC) – Peremajaan kawasan – hak milik

 Proses Hibah tanah sempadan sungai milik Kementerian PUPR yang dikelola BBWS Bengawaan Solo, membutuhkan waktu yang lama.  BBWS BS harus mengeluarkan surat

pelepasan asset yang dikelolanya terlebih dahulu

 Pelepasan Asset Kementerian PUPR harus melewati proses persetujuan Kementerian Keuangan.

Peremajaan kawasan squatter area selama ini belum diatur dalam peraturan yang ada

 Pendanaan yang dikeluarkan sangat besar

 Ketika sudah ada pelepasan asset dari Kementerian PUPR Pemerintah kota Surakarta akan punya kewenangan dalam membuat kebijakan dalam penataan kawasan ini

 WTP akan punya hak atas tanah yang mereka tempati

 Pemkot bisa mengeluarkan dana APBD dalam penataan kawasan ini

 Lahan berubah legal untuk ditempati warga (WTP)

2. Relokasi dengan Bansos

 Keterbatasaan dana APBD dalam mengeluarkan dana Bansos untuk kegiatan relokasi ini

 Keterbatasan lahan legal di kota Surakarta untuk bisa dihuni 34 KK terdampak kegiatan relokasi ini  Pemkab sekitar kota Surakarta sudah

tidak mau menerima pindahan warga miskin (MBR) korban relokasi kota Surakarta sejumlah 34 KK

Lahan Squatter area bisa dimanfaatkan menjadi Ruang Terbuka Publik yang menjadi impian warga sekitar

 Menjadi preseden buruk manakala Pemkot terus membiarkan warganya tetap tinggal di wilayah

Squatter area

 Kawasan kumuh bisa segera diatasi

3. Relokasi ke Rusunawa  Ketersediaan Rusunawa yang ada di kota Surakarta terbatas

 Daftar tunggu penghuni Rusun sudah 500 KK

 Akan menimbulkan kecemburuan sosial manakala warga terdampak relokasi diberikan kemudahan segera bisa masuk Rusunawa

 Pembangunan Rusunawa berikutnya menunggu dana dari APBN

 Rusunawa sudah dilengkapi meleber sehingga WTP tidak perlu repot membeli perabotan rumah tangganya

 WTP bisa tinggal di lokasi bukan rawan bencana (banjir)

 Bisa hidup berdampingan dengan tetangganya di lokasi lama

 Akan dibangun rusun baru dengan quota 44 kamar, cukup untuk WTP yang ada.

 Anggaran pendanaan tergolong paling ringan Tabel 11.1. Kendala dan kelebihan masing-masing opsi yang ditawarkan

80 4. Land consolidation

(LC) - Peremajaan Kawasan – Rumah deret - sewa

 Proses Hibah tanah sempadan sungai milik Kementerian PUPR dikelola BBWS Bengawaan Solo,

membutuhkan waktu yang lama.  BBWS BS harus mengeluarkan surat

pelepasan asset yang dikelolanya terlebih dahulu

 Pelepasan Asset Kementerian PUPR harus melewati proses persetujuan Kementerian Keuangan.

 Pendanaan yang dikeluarkan sangat besar

Lahan squatter ini akan menjadi asset Pemkot dalam bentuk Hak Pakai  Pemkot akan mempunyai

banyak kewenangan dalam mengelola lahan ini  Dengan sistem sewa maka

akan ada pemasukan kas daerah untuk Pemkot  Pemkot akan punya

wewenang dalam menindak WTP yang melakukan pelanggaran aturan yang ada di kawasan kampung/rumah deret ini.

5. Penataan Kawasan

Squatter Area dengan

MoU dengan Kementerian PUPR

 Proses membuat MoU dengan Kementerian PUPR akan membutuhkan waktu yang lama  MoU ditandatangani oleh Walikota

dan Pihak Kementerian PUPR  Kota Surakarta belum pernah

membuat MoU dengan Kementerian PUPR dalam pengelolaan asset di

squatter area

 MoU pengelolaan asset Kementerian membutuhkan loby dan negosiasi tingkat tinggi.

 Pemkot akan mempunyai banyak kewenangan dalam mengelola lahan ini  Dana APBD kota

Surakarta bisa dianggarkan dalam kegiatan penataan kawasan ini

 WTP tetap bisa tinggal di lokasi on site tanpa harus direlokasi

 Anggaran APBD yang dibutuhkan dalam penataan kawasan ini tergolong ringan.  Kota Surakarta bisa ikut

mensukseskan

pengurangan kumuh target Nasional yang tertuang di RPJMN 2015-2019.

81

Tabel 11.2. Daftar WTP Lokus Penataan RT.03 RW.06 Squatter Area 44

No Nama Alamat Asal

1. Suparti RT003-RW006

2. Istanto RT003-RW006

3. Yudi Prasetya RT003-RW006

4. Edi Suranto RT003-RW006

5. Tolamiyanto RT003-RW006

6. Sumadi Mardi Raharjo RT003-RW006

7. Suwarsino RT003-RW006

8. Stefanus Eko Subiyakto RT003-RW006

9. Widodo RT003-RW006

10. Supriyanto RT003-RW006

11. Gembong Totok SabdoYuwono RT003-RW006

12. A Djoko Suwito RT003-RW006 13. Eddy Yanto RT003-RW006 14. Warsito RT003-RW006 15. Sugeng RT003-RW006 16. Maryanto RT003-RW006 17. Katino RT003-RW006 18. Wagiyem RT003-RW006 19. Suyatno RT003-RW006 20. Budiyadi RT003-RW006 21. Darto G RT003-RW006 22. Purwanto RT003-RW006 23. Sri Wahyono RT003-RW006 24. Tugiman RT003-RW006 25. Sumino RT003-RW006 26. Darto W RT003-RW006 27. Rudi arifin RT003-RW006 28. Ikhsan murwanto RT003-RW006 29. Suroto RT003-RW006 30. Sukirdi RT003-RW006 31. Widodo Dwi M RT003-RW006 32. Mudakir RT003-RW006

33. Rawuh Hadi Wiyono RT003-RW006

34. Sularno RT003-RW006

44

82

BAB XII

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Disusunnya LARAP ( Land Acquisition and Resettlement Action Plan) adalah untuk memberikan acuan kepada pemerintah kota Surakarta dalam mengelola dampak sosial dari pelaksanaan Penataan Kawasan Kumuh Pucangsawit RW.6 dan 7, sesuai dengan UU No.1 tahun 2011, UU No.2 Tahun 2012, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, kebijakan dan Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial/ Environment and Social Management Framework (ESMF) program NSUP KOTAKU. b. Tema penataan kawasan Pucangsawit RW.06 dan 07 adalah penanganan banjir dan

penataan kawasan untuk mewujudkan kawasan permukiman bebas kumuh.

c. Deleniasi kawasannya meliputi RT.01,02,03 RW.07, RT.01 RW.08, RT.03 RW.06, di RT.03 RW.06 ada lokasi yang masuk sempadannya sungai Bengawan Solo. Lokasi Squatter inilah yang menjadi lokus penataan sempadan sungainya.

d. Konsep penataan slum area ada di sepanjang koridor jalan lingkungan yang ada di lokus penataan kawasan RW.06 dan 07 dengan kegiatan drainase dan jalan, sedangkan konsep penataan Squatter area adalah peremajaan permukimaan (menata tanpa menggusur)/urban renuwell dengan luas deliniasi perencanaan 1.692 M2.

e. Jumlah rumah tangga terdampak di Squatter area ada 34 KRT (Kepala Rumah Tangga) dengan Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 34 KK, Warga terdampak bukan penduduk kota surakarta (KTP luar surakarta) 0 KRT, Jumlah anggota rumah tangga 118 jiwa, Jumlah anggota rumah tangga perempuan 53 jiwa, sebagian besar mata pencaharian sebagai karyawan swasta 37 orang, penghasilan < 1,8 juta (UMK) sebanyak 7 orang.

f. Kompensasi yang akan diterima WTP (Warga Terdampak Proyek), yang berpeluang atas biaya bongkar bangunan sebesar 65 ribu/m2 sebanyak 35 KK, yang berpeluang atas uang sewa rumah Rp. 5 juta/KK sebanyak 34 KK, 1 KK hanya mendapat uang bongkar bangunan/rumah karena sudah punya rumah legal di lokasi lain.

g. Syarat WTP yang punya hak mendapatkan kompensasi dari pemerintah kota Surakarta berupa uang sewa rumah dan hunian menetap adalah lokasi excistingnya sebagai hunian/ rumah, ber KTP kota Surakarta, tidak punya rumah legal di lokasi lain dan belum pernah mendapat ganti rugi dari pemerintah dari kegiatan relokasi/sejenisnya. h. Dari penilaian aset dapat digambarkan bahwa nilai kerugian langsung yang dialami

oleh WTP sebesar Rp 1.504.730.000,- sedangkan kompensasi dan bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta opsi 1-5 dan diterima serta menjadi aset langsung dari warga terdampak antara Rp. 263.048.300- Rp 3.954.200.000.

i. Berdasarkan analisa dan kajian akan dasar hukum, proses dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penataan di Squatter area RT.03 RW.06, maka untuk alternatif penataan ini dipilih opsi 5, Penataan Kawasan dengan MoU dengan Kementerian PUPR.

83 B. Saran

a. Pokja PKP harus terlibat lebih aktif dalam proses penataan kawasan Pucangsawit RW.06 dan 07 baik proses di basis ataupun proses di tingkat kota.

b. Dinas teknis harapannya bisa melakukan terobosan-terobosan pengganggaran sehingga target pencapaian 100 0 100 ( 100% terlayani akses sanitasi layak, 0% bebas kawasan kumuh, 100% terpenuhinya kebutuhan air minum) di kawasan Pucangsawit bisa tercapai.

Dokumen terkait