• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

III.2. Kendala yang dialami DPC PDIP terkait dengan rendahnya keterwakilan perempuan di dalam kepengurusan

Menurut Bapak Jhon Henry Hutagalung, rendahnya keterwakilan perempuan dalam DPC PDIP ini, semata-mata bukan karena adanya ketidakadilan gender. Karena selama ini partai sudah memberikan keleluasaan bagi perempuan untuk ikut serta dalam setiap proses pengambilan keputusan partai. Namun, yang menjadi kendala utama dari rendahnya keterwakilan tersebut adalah kepada kesiapan diri dari kader-kader PDIP yang perempuan tersebut. Bapak Jhon Henry menjelaskan :

“Partai sudah memberikan keleluasaan bagi para kader PDIP yang perempuan untuk bisa belajar mengenai kepemimpinan politik dalam struktur kepengurusan. Namun dari beberapa kendala yang dihadapi, kendala terbesar adalah faktor dari kesiapan diri mereka sendiri. Banyak kader perempuan kita yang merasa belum siap untuk bisa maju untuk berada dalam posisi penting dalam partai. Mungkin mereka saat ini belum cukup siap untuk bisa 100% aktif dalam setiap agenda partai. Kesiapan tersebut lebih kepada kesiapan dari waktu yang dimiliki oleh perempuan. Mungkin ini karena peran ganda yang dimainkan oleh perempuan. Apalagi, hampir 50% kader perempuan kita berstatus menikah. Di mana mereka harus bekerja, tetapi juga harus lebih banyak menyediakan waktu mereka untuk anak-anaknya dan keluarga. Sementara untuk menjadi pengurus itu memiliki tanggung jawab yang lebih besar ketimbang hanya menjadi anggota biasa. Seseorang yang

      

39 Wawancara dengan Bapak Henry Jhon Hutagalung, SE, SH, selaku Ketua DPC PDIP

sudah berkomitmen untuk menjadi pengurus partai, haruslah berdedikasi yang tinggi bagi partainya. Memiliki loyalitas yang lebih dan harus lebih mengorbankan tenaga, pikiran serta waktunya untuk setiap kegiatan partai. Apalagi kalau sudah menjelang pemilu, agenda partai itu semakin padat, jadi waktu yang dikorbankan juga lebih banyak lagi. Jadi intensitas waktunya kepada keluarga akan semakin berkurang. Mungkin ini alasan terberat untuk bisa masuk dalam pengurus.”40

Kemudian lebih lanjut beliau menambahkan:

“Mungkin juga karena pendidikan politik para kaum perempuan dulunya masih di bawah rata-rata, sehingga partai sedikit kesulitan dalam perekrutan kader perempuan. Dan PDIP juga tidak mau asal-asalan dalam merekrut perempuan yang hanya sekedar untuk memenuhi kuota saja. Tentu juga mereka harus mempunyai capability yang memadai dalam berpolitik dan juga memiliki loyalitas bagi partai.”

Untuk lebih memahami tentang kendala apa yang dialami oleh partai terkait dengan rendahnya keterwakilan perempuan dalam kepengurusan DPC PDIP Medan, berikut adalah pemaparan Ibu Sudarmi Netti Herawaty sebagai Wakil Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak DPC PDI Perjuangan Kota Medan :

“Sesungguhnya banyak kader perempuan kita yang ingin sekali menjadi bagian kepengurusan partai, karena melalui kepengurusan partai juga kita bisa belajar dan dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi kita untuk bisa dicalonkan menjadi anggota legislatif. Namun ada hal-hal yang tidak bisa dikatakan tidak oleh kita perempuan. Yaitu yang pertama adalah keluarga. Keluarga tentu saja menuntut peran sebagai ibu rumah tangga, untuk menyediakan waktu yang banyak untuk mengurusi rumah tangga. Banyak yang memiliki anak yang tidak mungkin dilepas begitu saja. Mereka memerlukan pengarahan dan

      

pengawasan dari orang tuanya, terlebih dari ibu. Apalagi kalau kegiatan partai lagi padat-padatnya seperti misalnya menjelang pemilu. Rapat yang sampai terkadang sampai malam, kemudian terjun ke lapangan untuk meninjau lokasi, tentu saja akan membuat kita kehilangan banyak waktu untuk keluarga. Peran menjadi ibu rumah tangga tidak mungkin diabaikan begitu saja. Inilah alasan pertama yang dialami perempuan”41

Senada dengan Ibu Sudarmi, Ibu Rosmawati, SH , selaku Wakil Ketua Bid. Hukum, HAM & Perundang-undangan, juga mengatakan:

“Menjadi pengurus partai tentu memiliki tanggung jawab yang sangat besar ketimbang cuma menjadi anggota biasa. Para kader partai yang perempuan sesungguhnya banyak sekali yang ingin terlibat langsung dalam kepengurusan, namun secara pribadi jika ditanyakan tentang kesiapan mengemban tanggung jawab untuk terlibat aktif dalam setiap agenda partai mungkin belum siap. Apalagi perempuan mempunyai tanggung jawab besar lainnya, yaitu perannya menjadi ibu rumah tangga. Banyak anggota kita yang perempuan sudah berkeluarga dan memiliki anak. Jadi mungkin masih butuh waktu yang lebih untuk mempersiapkan diri menghadapi iklim politik yang naik turun. Kondisi budaya kita yang patriakhal juga membuat perempuan menghadapi beberapa kendala untuk mensejajarkan diri dengan laki-laki dalam berbagai bidang.”42

Masalah kesetaraan jender di dalam PDIP menurut Ibu Rosmawati memang belum pernah dibahas di dalam AD/ART secara lebih mendetail dan menurutnya proses rekrutmen anggota di PDIP sangat ditentukan oleh kemampuan sumberdaya manusianya di dalam berorganisasi politik sehingga

      

41  Wawancara dengan Ibu Sudarmi Netti Herawaty sebagai Wakil Ketua Bidang

Kesehatan, Perempuan dan Anak pada 19 Juni 2013

42 Ibu Rosmawati, SH , selaku Wakil Ketua Bid. Hukum, HAM & Perundang-undangan

persaingan kedudukan di partai tidak ditentukan dengan latar belakang jender melainkan dari kemampuannya.

Menanggapi hal serupa mengenai kendala yang dihadapi oleh perempuan dalam internal parpol maupun dalam lembaga legislatif, Ibu Rini, Kepala Sekretariat DPC PDIP mengungkapkan bahwa peran perempuan dalm politik belum cukup karena adala kendala psikologis dari perempuan dalam berpolitik. Karena diketahui bahwa kaum perempuan banyak sekali yang harus dilakukan sebelum bisa tampil dalam kesehariannya, mulai dari urusan keluarga hingga urusan pribadi perempuan itu sendiri. Terlebih lagi menurutnya bahwa perempuan memang sudah diberikan kesempatan, tetapi ada faktor budaya bahwa perempuan tidak dapat disejajarkan dengan laki-laki. Maka dengan demikian dapat dikatakan bagaimanapun perempuan berusaha tampil dan meminta haknya untuk diakui dan disejajarkan dengan laki-laki jika acuan masyarakat tersebut, maka perempuan tidak dapat lebih maju ke depannya.43

III.3. Komitmen DPC PDIP dalam meningkatkan keterwakilan