• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

III.3. Komitmen DPC PDIP dalam meningkatkan keterwakilan perempuan dalam memenuhi kuota 30% keterwakilan perempuan

Dalam kondisi yang multikrisis seperti ini, keterwakilan perempuan sangat diperlukan khususnya dalam menjalankan program pemberdayaan perempuan sebagai bagian dari pemberdayaan peningkatan pembangunan politik di Indonesia, apalagi setelah ditetapkannya kuota 30% keterwakilan perempuan dalam partai politik dan lembaga legislatif oleh pemerintah. Dari data dan fakta dalam struktur kepengurusan, terlihat bahwa kondisi keterwakilan perempuan belum maksimal.

Dalam meningkatkan keterwakilan perempuan di dalam kepengurusan parpol, perlu adanya suatu tindakan dan pemahaman pentingnya keterwakilan di dalam lembaga politik dan mendukung upaya meningkatkan jumlah perempuan yang duduk dalam lembaga-lembaga politik sehingga mencapai kuantitas yang signifikan agar dapat mempengaruhi proses kebijakan politik yang berpihak pada

      

perempuan. Di sinilah peran affirmative action diperlukan. Konsep ini juga merujuk pada tindakan positif yang dilakukan untuk mengobati dampak dari perlakuan diskriminatif terhadap kaum perempuan yang telah berlangsung pada masa-masa lalu. Dalam praktik pelaksanaanya, affirmative action dapat diadopsi secra sukarela maupun diperintahkan, dan biasanya penerapan kebijakan ini disertai dengan penetapan jangka waktu tertentu serta pengawasan atau penilaian untuk melihat kemajuan yang telah dicapai selama pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaannya, affirmative action tidak selalu berkaitann dengan kuota. Affirmative action lebih memberikan tekanan pada opportunity (kesempatan). Kuota seringkali diartikan sebagai mmemaksakan jumlah tertentu atau persentase tertentu bagi kelompok tertentu (perempuan). Affirmative action di sini harus dipahami sebagai mementingkan kualifikasi sebagai dasar pertimbangan, bagi pemberian kesempatan terhadap kelompok perempuan.44

Menanggapi masalah kuota dan affirmative action, Bapak Henry Jhon Hutagalung mengatakan bahwa sesungguhnya yang terpenting saat ini adalah bukan memperjuangkan bagaimana bisa mencapai kuota 30%, tetapi pada bagaimana cara meningkatkan kualitas perempuan sebagai sumber daya untuk menuju kepada suatu perubahan. Karena perubahan apapun tidak akan pernah tercapai jika tidak diimbangi dengan perempuan yang berkualitas. Menurut beliau, perempuan yang berkualitas adalah perempuan yang mampu bersaing secara sehat dengan laki-laki dari segi rasional dan intelektual.

Beliau juga menambahkan :

“Walaupun demikian, kami tetap berusaha untuk memenuhi kebijakan kuota 30% keterwakilan perempuan tersebut sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah. PDIP berkomitmen penuh untuk meningkatkan keterwakilan perempuan baik itu dalam kepengurusan maupun legislatif. Persiapan dalam rangka peningkatan sumber daya perempuan itupun terus kami lakukan, tetapi seperti tadi yang sudah

      

44 Dikutip oleh Ani Widyani Soetjipto, judul asli artikel adalah “Perempuan Parlemen di

Indonesia”. Merupakan revisi dari tulisan yang pertama kali dipresentasikan pada lokakarya Pemberdayaan Perempuan Parlemen oleh Yayasan Jurnal Perempuan, hal 104.

dijelaskan kalau kami tetap lebih fokus kepada sumber daya perempuan yang berkualitas yang dapat bersaing dengan pria secara rasional dan intelektual. Jadi tidak asal memenuhi kuota saja.”

III.3. Strategi PDIP untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam

kepengurusan

Dalam rangka untuk mengatasi kendala tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM perempuan, strategi PDIP yaitu :

III.3.1 Meningkatkan Pendidikan Politik

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai Politik dijelaskan bahwa Undang-Undang ini mengakomodasi beberapa paradigma baru seiring dengan menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, melalui sejumlah pembaruan yang mengarah pada penguatan sistem dan kelembagaan Partai Politik, yang menyangkut demokratisasi internal Partai Politik, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Partai Politik, peningkatan kesetaraan gender dan kepemimpinan Partai Politik dalam sistem nasional berbangsa dan bernegara. Dalam Undang-Undang ini diamanatkan perlunya pendidikan politik dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban, meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif warga negara, serta meningkatkan kemandirian dan kedewasaan dalam kehidupan berbangsa.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, disebutkan bahwa salah satu fungsi Partai Politik adalah sebagai sarana pendidikan politik para anggotanya maupun masyarakat secara luas. Pendidikan politik disini dimaknai bahwa partai politik akan mendidik masyarakatnya agar memiliki kesadaran berpolitik yang memadai dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan politik ini diharapkan akan menyadarkan masyarakat akan hak-haknya. Di mana perempuan adalah salah satu bagian dari masyarakat yang juga perlu untuk memperoleh hak-hak berpolitiknya terutama setelah adanya pengaturan tersebut di atas. Pemberian pendidikan politik ini juga

dapat dikatakan parpol adalah sebagai wadah untuk pelatihan elit politik. Jadi parpol melakukan pelatihan serta pembekalan elit yang prospektif untuk dapat mengisi jabatan-jabatan politik.45

Demikian juga seperti apa yang disampaikan oleh Bapak Henry Jhon Hutagalung:

“Pertama sekali dilakukan adalah pemberian pendidikan politik yang cukup bagi setiap anggotanya khususnya perempuan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas perempuan dalam berpolitik. Pemberian pendidikan politik ini juga akan membantu para perempuan untuk menyiapkan mentalnya menghadapi dunia politik yang terkesan maskulin. Pendidikan politik yang dilakukan oleh PDIP meliputi pemberian pemahaman tentang proses demokrasi, norma-norma demokrasi,nilai-nilai politik, sikap politik, etika politik, prinsip-prinsip partai, serta mengajarkan kepada kaum perempuan berbagai persoalan strategis yang dihadapi oleh bangsa dan pilihan-pilihan kebijakannya. Pemberian pendidikan politik ini dilakukan secara berkesinambungan, mengingat permasalahan politik ini sangat luas dan berubah-ubah dan dilakukan dalam momen khusus”

Dengan adanya pembekalan pendidikan politik yang cukup bagi perempuan, maka akan membuat perempuan lebih siap untuk berada pada posisi pengambil kebijakan dalam lembaga-lembaga politik. Dan akan lebih siap untuk menghadapi segala permasalahan politik yang dihadapi dan akan dihadapi oleh negara kita ke depannya. Pendidikan politik yang baik akan melahirkan sumber daya manusia yang baik pula. Pemberian pendidikan politik ini dipercaya menjadi bagian vital kesuksesan kerja-kerja dari sistem demokrasi suatu negara.

Jelas dan nyata bahwa Partai Politik memiliki fungsi untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar dapat meningkatkan partisipasi politik

      

45 Sigit Pamungkas. Partai Politik, Teori dan Praktik di Indonesia.Yogyakarta: Institute

dalam kehidupan perpolitikan Indonesia dengan keadilan gender sesuai dengan pancasila. Karena apabila fungsi pendidikan politik telah terlaksana dengan baik, seharusnya Partai Politik tidak mengalami kesulitan dalam merekrut kader-kader perempuan yang berkualitas.

Dalam hal strategi memberikan pendidikan politik ini, menurut Ibu Sudarmi jua dilakukan dengan memberikan diklat-diklat bagi anggota partai, kemudian ada juga pemberian beasiswa, dan memberikan pelatihan-pelatihan politik terhadap pada kader perempuan.

III.3.2 Meningkatkan Proses Rekrutmen/ Kaderisasi

Rekrutmen politik dapat menujukkan politik representasi yang berusaha dihadirkan oleh partai politik Rekrutmen politik juga menggambarkan perjuangan kekuasaan internal partai politik. Rekrutmen Politik menjadi pertaruhan eksistensi individu dan faksi-faksi politik di partai, dan secara bersamaan menjadi pintu masuk yang penting untuk dapat mengakses kekuasaan di tingkat yang lebih luas.46 Rekrutmen politik adalah tentang bagaimana potensial kandidat ditarik untuk dapat bersaing dalam jabatan publik. Berbicara tentang rekrutmen, maka yang terjadi adalah sebuah penyeleksian kandidat. Pendidikan politik juga erat kaitannya dengan rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik, karena partai politik tentu saja akan merekrut kader-kader yang berkopenten untuk menjadi pengurus maupun untuk dijadikan calon dalam bursa legislatif.

Rekrutmen dalam PDIP dilaksanakan dengan transparan. Dalam hal strategi meningkatkan rekrutmen partai politiknya, Bapak Henry Jhon mengungkapkan bahwa proses rekrutmen itu sangat erat kaitannya dan beriringan dengan pemberian pendidikan politik. Ia mengatakan bahwa proses rekrutmen di PDIP sebenarnya tidak ditentukan tentang perlunya 30% perempuan di dalam kepengurusan maupun keanggotaan partai. Menurut beliau, proses rekrutmen partai politik di PDIP tidak didasari persoalan seksis atau jender melainkan lebih berbicara kepada kriteria kemampuan seseorang untuk berbuat (loyalitas) di dalam partai.

       46 Ibid, hal 90

“ Proses Rekrutmen yang ada di PDIP sebenarnya tidak ditentukan berdasarkan kuota, tetapi tentang integritas dari kandidatnya. Semua kandidat diseleksi secara sungguh-sungguh. Adapun kualifikasi dalam proses rekrutmen kepengurusan partai adalah yang pertama mengenai kesiapan dari kandidat untuk menerima tanggung jawab yang diberikan nantinya, kemudian adalah intelektual. Hampir sama dengan penentuan bakal calon anggota legislatif, dalam proses rekrutmen inernal juga dilakukan psiko test. Melalui tes tersebut kita dapat melihat bagaimana kapasitas dan integritas para kandidat. Kemudian adalah seleksi berdasarkan pengalaman. Tentu dengan memilih orang yang sudah berpengalaman di bidang politik, akan berpengaruh positif juga terhadap eksistensi partai dan pengambilan kebijakan partai”47

Kemudian Bapak Ju Pracher Purba, S.Sos selaku Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, Kaderisasi dan rekrutmen juga menambahkan:

“Dalam proses rekrutmen partai politik yang tidak kalah penting adalah bagaimana loyalitas dari kandidat tersebut. Karena sekarang banyak orang yang masuk ke dalam partai politik hanya sebagai jembatan bagi mereka untuk bisa masuk ke dalam lembaga kekuasaan yang lebih tinggi, seperti misalnya legislatif. Seseorang yang memutuskan untuk masuk ke dalam suatu partai harus dapat mencintai partai yang dimasukinya. Oleh sebab itu para kandidat harus mengerti dahulu tentang ideologi partai, asas, watak, jati diri dan tentang visi misi berdirinya partai. Bahkan kalaupun seandainya suatu saat terjadi suatu permasalahan internal yang menyebabkan ia keluar dari partai, ia tidak akan berubah haluan ke partai manapun juga”48

Diperlukan adanya seleksi yang ketat dalam proses rekrutmen politik ini. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Budiman Sujatmiko, anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat RI dari PDIP, bahwa sangat diperlukan proses seleksi ketat untuk menjadi anggota suatu partai politik, apalagi menjadi caleg dari partai

      

47 Wawancara dengan Bapak Henry Jhon Hutagalung

tertentu. saat ini untuk menjadi anggota partai itu sama seperti masuk fitness. Kemudian ia menambahkan kalau dulu di zaman Bung Karno, untuk menjadi anggota partai itu ada masa percobaan selama sebulan. Jadi tidak bisa langsung masuk ke partai sebagai anggota partai, pengurus partai dan tiba-tiba langsung menjadi anggota legislatif.49 Kemudian PDIP melakukan kaderisasi khusus terhadap beberapa perempuan dan para kader tersebut jugalah yang menjadi ujung tombak untuk merekrut perempuan-perempuan lain untuk bergabung dengan PDIP.

III.3.3 Mengoptimalkan Peran Organisasi Sayap Partai

Dalam hal ini, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memiliki Organisasi Sayap Partai khusus yang beada di bawah naungan Departemen bidang Perempuan yakni Srikandi Perjuangan Indonesia. Melalui Srikandi Perjuangan indonesia, para kader perempuan secara langsung dapat belajar berorganisasi politik. Karena organisasi ini dipimpin dan beranggotakan semua adalah perempuan. Melalui program-program yang dilakukan oleh Srikandi Perjuangan Indonesia misalnya dalam kegiatan pada saat Hari Pendidikan, Hari Kartini, Hari Ibu, Hari Anak, dan lain-lain, dilakukan pemberdayaan kaum perempuan bukan hanya anggota saja melainkan juga masyarakat luas yang berjender perempuan. Melalui program-programnya tersebut, selain belajar tentang politik, para perempuan juga belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan dan merangsang rasa kepedualiannya terhadap orang lain. Srikandi Perjuangan Indonesia juga memberikan sosialisasi tentang kesamaan jender kepada masyarakat luas.50

Dengan adanya Srikandi Perjuangan ini diharapkan agar para perempuan ini lebih siap dan lebih mampu untuk mengorganisasikan dirinya. Mengorganisasikan diri merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh setiap kelompok yang hendak diberdayakan atau memberdayakan diri. Untuk itu, mereka harus memahami siapa dirinya, apa permasalahan-permasalahan antara

      

49 http://usum.co/arsip/read/tag/rekrutmen-politik/ diunduh pada 3 Agustus 2013 pukul

22.14

kebutuhan-kebutuhannya dan dengan siapa mereka harus bekerjasama. Pengenalan terhadap diri sendiri, berarti mengetahui posisi dan potensi yang dimiliki, untuk dimanfaatkan sebagai peluang dalam upaya mengatasi masalah-masalah yang melingkupi diri maupun kelompoknya. Memahami persoalan dan mengenali kebutuhan-kebutuhannya juga tidak selalu mudah bagi setiap orang / kelompok, karena untuk ini diperlukan kemampuan menganalisis dan berpikir secara kritis tentang pengalaman-pengalaman atau kejadian-kejadian yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali bahkan orang luar lebih tahu tentang masalah yang dihadapi daripada dirinya sendiri, karena orang luar mempunyai patokan atau kriteria-kriteria untuk menentukan masalah berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya.51

Mengubah nilai-nilai dan perilaku, tidaklah mudah. Oleh karena itu perlu dilakukan secara terus menerus, melalui contoh-contoh (pendidikan dan diskusi-diskusi) yang melibatkan semua lembaga, baik sosial, politik, pemerintah, keagamaan dan sebagainya. Sosialisasi juga diperlukan dalam bentuk lintas generasi (yang tua dan yang muda) serta melibatkan kaum laki-laki dan perempuan, karena budaya dibentuk dalam suatu sistem sosial yang kompleks. Seluruh proses-proses tersebut partai lebih menggantungkannya kepada peran dari Srikandi Perjuangan Indonesia tersebut. Bila perlu nantinya PDIP juga akan menjalin hubungan dengan organisasi perempuan di luar partai.

III.3.4 Mengembangkan Sistem yang Demokratis dalam Tubuh PDIP Dalam hal ini, menurut Bapak henry Jhon Hutagalung, ke depannya PDIP akan selalu berusaha untuk lebih terbuka dan lebih demokratis lagi dalam setiap proses pengambilan keputusan partai juga dalam proses rekrutmennya. PDIP juga akan lebih membuka peluang sebesar-besarnya bagi perempuan yang memiliki pendidikan politik yang cukup untuk duduk dalam kepengurusan partai.

      

51 http://ngonewsindonesia.blogspot.com/2011/08/perempuan-dalam-jabatan-politik.html

III.3.5 Pemberdayaan Ekonomi untuk Wong Cilik.

Pemberdayaan yang dilaksanakan oleh PDI Perjuangan bersifat gerakan. Pemberdayaan tersebut adalah menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan sehingga mereka berdaya dan mampu berdiri di atas kaki sendiri (Berdikari) seperti yang ditekankan oleh Ir. Soekarno. Di dalam hal ini, menurut bapak Henry Jhon Hutagalung mengemukakan bahwa, dari tingkat Pusat telah mencoba menerapkan program ini. Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Anak merancang berbagai program kerja yang memberikan tekanan khusus kepada masalah ekonomi. Pemberdayaan ekonomi untuk wong cilik. Pasalnya, kaum perempuan dan anak merupakan korban utama kesulitan ekonomi. Oleh karena itu, melalui departemen perempuan dan anak, PDIP mendirikan lembaga pembiayaan, seperti koperasi kredit tanpa agunan.

Senada dengan Bapak Henry Jhon, Ibu Sudarmi Netty Herwaty juga menambahkan di tingkat daerah, PDIP juga akan mempertimbangkan selain pendirian lembaga pembiayaan ekonomi untuk wong cilik, Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Anak juga merencanakan memberikan pendidikan dan pelatihan, baik melalui jalur formal dan non formal bagi kaum perempuan guna meningkatkan kesetaraan jender.

BAB IV