• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala-kendala dalam Mengembangan Citra Merek Dalam melaksanakan pembangunan citra merek, para

pelaku industri kreatif di Medan menemui kendala- kendala seperti berikut ini:

1. Pelaku UMKM animasi merasakan hambatan dalam hal kepercayaan kualitas layanan. Para pelaku memiliki keahlian yang setara dengan pelaku di kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, namun konsumen lebih mempercayai jasa yang ditawarkan oleh pelaku dari ibu kota. Hal ini merupakan implikasi kurangnya kemampuan merumuskan diferensiasi dan mengomunikasikannya dengan tepat kepada konsumen, sehingga citra merek yang tertanam kalah kuat dengan citra merek pesaing.

2. Kesempatan membuka stand di pameran memiliki perbandingan yang tidak seimbang dengan peminatnya. Selain itu, pemilihan peserta pameran secara acak menjadikan kesempatan ini semakin sulit didapatkan. Padahal, pameran merupakan wadah untuk memperkuat citra merek.

3. Birokrasi pembuatan HKI yang rumit dan memakan waktu lama menjadikan pelaku memiliki keinginan yang rendah untuk mendaftarkan merek mereka. 4. Dirasakannya apresiasi yang rendah dari konsumen

Medan dan sekitarnya terhadap produk kreatif. Oleh karena itu, pelaku perlu memiliki pemahaman konsep branding yang mampu menumbuhkan minat konsumen terhadap suatu produk.

Dengan paparan di atas, konsumen di Medan memiliki karakteristik yang kuat dan khas, yaitu lebih condong kepada kiblat tren di Jawa (khususnya, Jakarta), dan mempunyai preferensi konsumsi produk kreatif yang sangat rendah, di mana umumnya masih lebih memilih mengumpulkan aset kekayaan secara konkrit.

Usulan Kepada Pemerintah untuk Memudahkan

Pengembangan Citra Merek

Usulan atau feedback kepada pemerintah mencuat dari FGD citra merek di Medan antara lain adalah:

1. Pendampingan kepada rekan-rakan UMKM lain yang

lebih kecil dan belum terjangkau dapat dilakukan secara lebih fokus sehingga nantinya betul-betul dapat berdiri di atas kekuatan mereka sendiri. 2. Upaya peningkatan apresiasi seni dari warga Medan,

seperti halnya penduduk di kota lain di Jawa.

3. Pelatihan pendaftaran merek dan HKI untuk memberikan kekuatan merek dari citra yang ingin diwujudkan.

4. Wadah atau forum untuk menaungi pelaku sektor animasi dan aplikasi untuk mendapatkan pembinaan oleh dinas yang ada di wilayah kota dan provinsi.

80

Terdapat beberapa kendala yang dialami oleh masing- masing pelaku UMKM kreatif. Berikut adalah hambatan- hambatan yang dialami oleh para pelaku di Bandung, yaitu:

1. Pelaku UMKM kreatif di sektor-sektor yang kental

akan unsur tradisional merasakan rendahnya apresiasi pelanggan terhadap nilai-nilai budaya yang ditawarkan, sehingga terjadi pembayaran yang tidak sesuai dengan usaha yang dikeluarkan pelaku usaha. Mereka menganggap pihak luar negeri lebih mengerti akan hasil produk kreatif lokal Indonesia dibandingkan orang Indonesia. Selain bantuan edukasi dari pemerintah, pelaku juga perlu memahami konsep komunikasi edukasi yang tepat sehingga dapat membentuk persepsi atau citra yang diinginkan.

2. Pembangunan citra merek sektor animasi membutuhkan biaya dan dukungan yang sangat besar, khususnya produk-produk yang khas dari dalam perusahaan, bukan hanya memberikan jasa pembuatan kepada klien ekternal. Hal tersebut dikarenakan produksi yang memakan biaya besar dan juga kandungan kekayaan intelektual.

3. Pelaku UMKM sektor aplikasi merasakan kendala dalam hal kegiatan operasional yang terhambat oleh birokrasi yang dimiliki masing-masing klien. Hal ini

membutuhkan pemahaman mengenai relationship

marketing sehingga pelaku dapat memberikan masukan-masukan kepada klien dengan menjaga hubungan tetap baik. Keberhasilan menciptakan hubungan yang baik dengan klien dapat membentuk citra merek yang positif.

Kendala-kendala dalam Mengembangan Citra Merek

Usulan Kepada Pemerintah untuk Memudahkan

Pengembangan Citra Merek

Selain terdapat hambatan yang dialami, pelaku juga memiliki usulan atau saran kepada pemerintah dalam membantu mereka mengembangkan mereknya. Berikut adalah penjabarannya:

1. Semua program pemerintah diharapkan

berkelanjutan sampai mencapai suatu indikator tertentu. Pelaku merasa perlunya bimbingan dan evaluasi setelah pelatihan yang diberikan. Mereka ingin dapat menjual produknya hingga ke pasar global. Karena itu, mereka mengharapkan program pemerintah yang dapat membimbing mereka mencapai hal tersebut.

2. Perlunya ekosistem yang mendukung sebuah studio

yang dapat menelurkan karya intellectual property,

seperti yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia. Pelaku dari sektor animasi yang telah berkesempatan menimba ilmu di Malaysia mempelajari sejarah produk animasi unggulan Malaysia, seperti “Upin Ipin”. Animasi itu sangat didukung oleh pemerintah dan mendapatkan apresiasi baik dari ekosistem yang terbentuk.

81

82

KESIMPUL

83

SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF

Kesimpulan

Analisis FGD, in-depth interview, dan survei konsumen menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa proses pengembangan citra merek yang dilakukan pelaku industri kreatif terbagi menjadi 2 hal utama, yaitu kemampuan mendeinisikan citra merek produk itu sendiri dan bagaimana memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merek yang telah diciptakan.

Kemampuan mendeinisikan citra merek yang dimaksud adalah kemampuan teknis, antara lain kemampuan khusus di bidang grais untuk mendesain logo merek dan video proil produk, maupun nonteknis, misalnya desain pesan (konten) yang ingin disampaikan kepada konsumen. Semakin menarik desain logo dan video yang dibuat, serta juga pesan yang disampaikan, semakin banyak orang yang tertarik untuk berkenalan dengan merek yang dibuat. Hal ini akan memperkuat citra merek produk kreatif.

Dalam hal HKI, banyak pelaku industri kreatif yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan/mendaftarkan merek mereka ke institusi resmi, yaitu Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Dirjen HAKI). Tanpa adanya HKI, secara tidak langsung citra merek akan terpengaruhi. Konsumen akan cenderung memilih produk kreatif yang mempunyai HKI, karena dianggap mempunyai orisinalitas dan nilai tambah.

Dari permasalahan yang teridentiikasi dalam hal keterbatasan kemampuan dalam mendeinisikan citra merek dan kesulitan mendaftarkan HKI, diperlukan peran serta berbagai pihak yang terlibat dalam lingkaran ekonomi kreatif di Indonesia. Bekraf dapat mengambil peran utama melalui pelatihan terprogram dalam meningkatkan kemampuan pelaku industri kreatif dalam mengembangkan citra merek. Selain itu, informasi dan panduan mengenai pendaftaran HKI juga merupakan hal penting yang tidak bisa ditinggalkan, baik melalui dukungan teknis maupun nonteknis.

Kesimpulan dan usulan di atas diharapkan dapat berkontribusi dalam penguatan citra merek produk kreatif nasional di masa yang akan datang.

84

85

SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF

Buku snapshot ini merupakan kontribusi tim penulis dalam menggambarkan pengembangan citra merek produk kreatif di Indonesia. Dengan adanya keterbatasan teknis dan nonteknis, tentunya masih terdapat kekurangan dalam buku ini. Beberapa hambatan dan harapan dari pelaku industri kreatif mungkin belum teridentiikasi dalam penelitian ini karena belum sempurnanya metode dan pelaksanaannya di lapangan. Namun demikian, diharapkan penelitian ini dapat mewakili suara para pelaku industri kreatif. Penyusun berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun mengenai penelitian dan laporan. Ucapan terima kasih tidak lupa penyusun sampaikan kepada Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai pemangku kepentingan ekonomi kreatif Indonesia, Pemerintah Daerah (Pemda) yang telah memberikan informasi mengenai perkembangan dan strategi produk kreatif di daerah, pelaku industri kreatif di berbagai sektor yang telah memberikan informasi yang penyusun butuhkan, dan konsumen produk kreatif di Indonesia yang telah memberikan pendapat mereka terhadap produk kreatif. Semoga buku snapshot

ini berguna bagi para pembaca dan siapapun yang membutuhkan gambaran mengenai citra merek produk kreatif nasional dan perspektif konsumen produk kreatif secara umum.

86