• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN PIHAK KETIGA YANG MENGUASAI OBJEK HAK ATAS TANAH TERHADAP TERJADINYA PENGALIHAN HAK ATAS TANAH

A. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengalihan Hak Atas Tanah

Di era reformasi dan tuntutan tegaknya supermasi hukum atau penegakan keadilan melalui pelaksanaan hukum kelihatan menggejala situasi pergulatan antara hukum dan politik untuk memegang peranan dan saling mengungguli untuk mendominasi, setidak-tidaknya untuk mempengaruhi pembuatan keputusan hukum.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh PN Medan dalam melakukan eksekusi terhadap objek sengketa yang dikuasai pihak ketiga adalah bahwa pihak ketiga menggunakan segala cara untuk mempertahankan objek yang belum tentu sah miliknya. Bahkan terkadang pihak ketiga tersebut melakukan kegiatan premanisme dalam mempertahankan objek yang dikuasainya. Juga terkadang di back up oleh

pihak aparat sendiri.42

Hal ini juga berpengaruh terhadap pelaksanaan eksekusi pada objek sengketa yang dikuasai oleh pihak ketiga. Untuk itu perlu diadakan beberapa solusi yang harus dilaksanakan. Berdasarkan putusan Putusan Mahkamah Agung No.475//PK/Pdt.2010 diketahui bahwa menurut pengakuan Tergugat II, tanah objek gugatan diperoleh Tergugat II dari Tergugat I atas dasar hibah untuk pembangunan Mako Polsek Tugas hakim adalah mengambil atau menjatuhkan keputusan yang mempunyai akibat

hukum bagi pihak lain. Ia tidak dapat menolak menjatuhkan putusan apabila perkaranya sudah mulai diperiksa. Bahkan perkara yang telah dijatuhkan kepadanya tetapi belum mulai diperiksa tidak wewenang ia menolaknya.

Atas dasar pengalihan hak dengan hibah dari Tergugat I tersebut, Tergugat II memperoleh surat keterangan penguasaan fisik tanah Nomor: 27/KRS– SKPFAT/2006 tanggal 18 Mei 2006. Apabila benar sebagaimana yang dinyatakan Tergugat II bahwa tanah objek gugatan ini sebelumnya adalah tanah milik (inventaris) pemerintah kota Pangkalpinang yang kemudian dihibahkan oleh Tergugat I kepada Tergugat II, maka perbuatan hukum hibah yang dilakukan Tergugat I kepada Tergugat II adalah tidak sah menurut hukum dan oleh karenanya perbuatan hukum hibah tersebut batal demi hukum yang dikeluarkan oleh Lurah Rejosari dan diketahui oleh Camat.

Agar putusan yang dijatuhkan hakim dapat memuaskan dan diterima pihak lain, maka ia harus meyakinkan pihak lain dengan alasan-alasan atau pertimbangan-pertimbangan bahwa putusannya itu tepat atau benar.

Ada beberapa pihak yang disebut dengan pihak lain yang menjadi sasaran hakim, yaitu:43

1. Para pihak

Para pihak yang berperkaralah yang terutama mendapat perhatian dari hakim, karena ia harus menyelesaiakan atau memutuskannya. Hakim harus memberi tanggapan terhadap tuntutan para pihak. Ia akan berusaha agar putusannya itu putus dan tuntas. Secara obyektif putusan yang tepat dan tuntas berarti akan dapat diterima bukan hanya oleh penggugat melainkan juga oleh tergugat.

Hakim akan lebih puas apabila putusannya memenuhi keinginan dan dapat diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara. Hal ini pada umumnya tidak mungkin terjadi, kecuali dalam hal putusannya itu merupakan putusan perdamaian, di mana tidak ada yang dimenangkan atau dikalahkan. Apabila dengan putusan itu ada yang dimenangkan dan ada yang dikalahkan, maka pada umumnya yang dikalahkan akan merasa tidak puas dan menganggap putusannya tidak adil atau tidak tepat serta mengajukan banding.

2. Masyarakat

Hakim harus mempertanggungjawabkan putusannya kepada masyarakat dengan melengkapinya dengan alasan-alasan. Masyarakat sebagai keseluruhan harus dapat menerima putusan tersebut. Masyarakat bukan hanya mempunyai pengaruhnya terhadap putusan, tetapi juga terhadap hakim. Hakim harus memperhitungkan perkembangan masyarakat. Putusannya harus sesuai dengan perkembangan masyarakat.

3. Pengadilan banding

Pada umumnya hakim dari peradilan tingkat pertama kali akan kecewa apabila putusannya dibatalkan oleh pengadilan banding. Bahkan ia mungkin akan merasa kurang cermat, bodoh, bersalah atau kecil hati, suatu sikap yang tidak perlu timbul kalau putusannya memang sudah dipertimbangkan masak-masak. Maka oleh karena itu wajarlah kalau hakim dari tingkat peradilan pertama selalu berusaha sekeras-kerasnya agar putusannya tidak dibatalkan oleh pengadilan banding dengan mendukung putusannya dengan alasan-alasan yang cukup kuat, lengkap dan ketat. Ia akan berusaha agar putusannya dapat diterima oleh pengadilan banding.

4. Ilmu pengetahuan

Setiap putusan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Bukan itu saja: putusan-putusan hakim, terutama yang menarik, sering dimuat dalam majalah-majalah hukum.

Bahkan putusan-putusan itu sering didiskusikan oleh para sarjana hukum. Ilmu pengetahuan hukum selalu mengikuti peradilan untuk mengetahui bagaimana peraturan-peraturan hukum itu dilaksanakan dalam praktek peradilan dan peraturan-peraturan baru manakah yang diciptakan oleh peradilan. Jadi putusan-putusan pengadilan itu menjadi obyek ilmu pengetahuan hukum untuk dianalisa, disitemtisir dan diberi komentar. Oleh karena itu hakim akan berusaha

agar putusannya dapat diterima oleh ilmu pengetahuan hukum jangan sampai putusannya itu acak-acakan sehingga ada komentar yang negatif.

Pada pelaksanaan eksekusi terhadap objek sengketa yang dikuasai oleh pihak ketiga, pasti mengalami kendala. Ada beberapa kendala yang dihadapi, antara lain bahwa pihak ketiga yang menguasai objek sengketa tidak mau melaksanakan eksekusi putusan pengadilan dengan segera. Biasanya mereka langsung akan mengajukan keberatannya kepada pengadilan.

Secara konkrit ada beberapa tindakan yang diambil oleh PN Medan, yaitu mempersiapkan diri, baik dari persiapan hukum juga mengantisipasi segala hal-hal yang mungkin terjadi, termasuk akibat tindak premanisme dan jika terpaksa Pengadilan juga bisa meminta bantuan dari aparat-aparat terkait

Penggugat dalam gugatannya mengajukan peristiwa konkrit yang menjadi dasar gugatannya. Peristiwa konkrit itu pulalah yang menjadi titik tolak dalam memeriksa dan mengadili. Tergugat di persidangan mengemukakan peristiwa konkrit juga sebagai jawaban terhadap gugatan penggugat.

Ilmu pengetahuan merupakan sumber pula untuk menemukan hukum. Kalau perundang-undangan tidak memberikan jawaban dan tidak pula ada putusan pengadilan mengenai perkara sejenis yang akan diputuskan, maka hakim akan mencari jawabannya pada para pendapat sarjana hukum. Oleh karena ilmu pengetahuan itu obyektif sifatnya, lagi pula mempunyai wibawa karena diikuti atau

didukung oleh pengikut-pengikutnya, sedangkan putusan hakim itu harus obyektif dan berwibawa pula, maka ilmu pengetahuan merupakan sumber untuk mendapatkan bahan guna mendukung atau mempertanggung jawabkan putusan hakim.

Sebagaimana diutarakan diatas bahwa penguasaan tanah oleh negara menurut UUPA bersifat “hukum publik dan hukum perdata “, yang dalam pelaksanaannya kesemuanya berpedoman pada ketentuan dalam Pasal 2 ayat 2 UUPA. Ketentuan dalam angka 1 mengatur kewenangan negara menurut hukum publik, sedangkan ketentuan dalam angka 2 dan 3 mengatur kewenangan negara menurut hukum perdata.

Apabila kita hendak membicarakan pengalihan hak atas tanah, maka pertama-tama kita harus mengamati ketentuan khusus yang mengatur pengalihan hak atas tanah sebagai bagian dari “pendaftaran tanah“. Adapun ketentuan yang mengatur pendaftaran tanah termasuk pengalihan hak atas tanah dimuat dalam Pasal 19 UUPA dan peraturan pelaksanaannya. Peraturan pelaksanaannya Pasal 19 UUPA yaitu yang tadinya terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang pendaftaran tanah.

Dalam perkembangannya, peraturan ini kemudian diganti, dengan maksud untuk menyempurnakan, dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam Peraturan Pemerintah terbaru ini memang banyak

dilakukan penyederhanaan persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan pendaftaran tanah.

Dewasa ini tanah bagi masyarakat merupakan harta kekayaan yang memiliki nilai jual tinggi, di samping fungsinya sebagai sumber kehidupan rakyat, sehingga setiap jengkal tanah akan dipertahankan sampai ia meninggal dunia. Dalam rangka pembangunan Nasional, tanah juga merupakan salah satu modal utama sebagai wadah pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Ketidak pastian hukum menyebabkan kekhawatiran pihak-pihak yang akan menguasai sebidang tanah kerena pengalihan hak atau pun kreditur yang akan memberikan kredit dengan jaminan sebidang tanah.44Permasalahan ini sering terjadi pada waktu pemindahan hak milik atas tanah berlangsung, yang menyebabkan hak atas tanah dari seseorang kepada orang lain, misalnya pada saat jual beli, warisan, hibah, tukar menukar dan lain-lain. Hal ini yang menyebabkan perbuatan hukum dan mengakibatkan berpindahnya suatu hak atas tanah pada orang lain.

Pengalihan hak milik atas tanah adalah suatu perbuatan hukum yang memindahkan hak dari suatu pihak ke pihak lain. Hak atas tanah yang dimaksud adalah hak milik yaitu hak yang terkuat, turun menurun dan terpenuh dan dapat dipunyai setiap orang, dimana dalam peruntukan dan panggunaannya harus berfungsi sosial.

44 Efendi Perangin.Hukum Agraria Indonesia. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 1994. . hal. 1

Sedangkan yang di maksud pengertian jual beli tanah adalah beralihnya suatu hak atas tanah, baik secara keseluruhan maupun sebagian hak dari seseorang ke orang lain atau badan hukum dengan cara jual beli, yang nantinya hak di alihkan tersebut akan menjadi hak sepenuhnya dari penerima hak/pemegang hak yang baru. Dan hak milik atas tanah tersebut yang di maksud disini adalah hak milik yang tanahnya sudah bersertifikat Pendaftaran pengalihan hak atas tanah yang dimaksud adalah kegiatan pelaksanaan pencatatan mengenai pengalihan hak atas tanah.

Pencatatan pengalihan hak atas tanah di sini dimaksudnya adalah suatu kegiatan pencatatan administrasi/yuridis bahkan kadang teknis atau beralihnya/berpindahnya kepemilikan suatu bidang tanah dari suatu pihak kepada pihak lain yang dalam hal ini pengalihannya dikarenakan hibah.

Yaitu agar kepastian hukum dari hak-hak atas tanah di haruskan melaksanakan pendaftaran hak-hak atas tanahnya di Kantor Pertanahan setempat, begitu juga bila dilakukan hibah pengalihan/bila di alihkan pada pihak lain melalui hibah, khususnya pada tanah milik harus segera didaftarkan pada kantor pertanahan setempat yaitu pada kantor pertanahan. Pendaftaran yang dimaksud adalah kegiatan pencatatan pengalihan hak atas tanah khususnya karena hibah, yang merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai beralihnya serta hapusnya hak-hak milik atas tanah.

Diharuskan pula pada pemegang hak atas tanah, bila akan mengadakan pengalihan hak atas tanah, yang bertujuan untuk memindahkan hak dari suatu pihak

ke pihak lain, harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan di hadapan PPAT yang ditunjuk oleh mentri agraria/kepala Badan Pertanahan Nasional.45

Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah pada Pasal 37 ayat (1)dan (2) dan 38 ayat (1) dan (2), yang mengatur mengenai pengalihan hak atas tanah, yang berbunyi:

1. Pengalihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang, hanya dapat didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh Menteri, Kepala Kantor Pertanahan dan mendaftar pemindahan hak atas bidang tanah hak milik, yang dilakukan di antara perorangan warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan akta yang tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang menurut Kepala Kantor Pertanahan tersebut kadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendafar pemindahan hak yang bersangkutan. Pasal 38 yaitu: Pembuat akta sebagaimana diatur dalam Pasal 37 ayat (1) dihadiri oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan dan disaksikan oleh

sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam perbuatan hukum itu.

B. Pelanggaran Pendaftaran Hak Atas Tanah Yang Dikuasai Secara Fisik Oleh