• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.3 Kendala Penerapan ISO 9001:2015 di SMK Negeri 1 Batam

53

9001:2015. Identifikasi kendala ini dilakukan dengan melakukan wawancara terlebih dahulu kepada informan-informan yang telah dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dengan pedoman berdasarkan pada persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 yang sudah berlaku.

4.2.3.1 Kendala pada Klausul 4 (Konteks Organisasi)

Tidak terjadi ketidaksesuaian pada klausul 4 namun faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil dan nilai persentase dari GAP Analysis yang didapatkan adalah dimana tidak semua unit menentukan faktor eksternalnya dan paham dengan klausul terbaru ISO 9001:2015, Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Drs. Agus Budhi selaku Wakil Kepala Administrasi (Tata Usaha) bahwa:

“Kita belum melaksanakan, baru mulai berjalan. Kita melihat resiko kedepannya seperti apa. Sejauh ini tidak ada perubahan masih sama dari sejak dulu, kan baru mulai.”

(hasil wawancara pada Kamis, 13 April 2017)

Penerapan perklausul didasari atas kebutuhan sekolah itu sendiri. Sekolah sudah menentukan faktor eksternal yang dibutuhkan untuk sesuai dengan ISO 9001:2015 pada unit-unit tertentu untuk mendukung keberlangsungan kegiatan sekolah. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Yuni Miranto, S.ST selaku guru produktif yang menyatakan bahwa:

“Kalau dari luar untuk support barang untuk pengadaannya kita melakukan pengajuan bantuan, penggunaanya kita samakan dengan industri-industri yang ada. Yang sudah relevan ke PT Panasonic, kita menggunakan PLC Schneider, kemudian PLC Siemens. Secara alat yang ada itu semuanya kita lakukan inventarisasi, seperti berapa jumlah alat, kondisi alat, apakah alat itu diletakkan di ruangan mana itu kita data semua.”

(hasil wawancara pada Senin, 10 April 2017)

Bapak Junaidi, S.Pd selaku Wakil Kepala Humas mengemukakan bahwa: “Dengan adanya ISO tentu jaminan bahwa sekolah sudah melakukan manajemen dengan baik itu muncul, kemudian dari pihak luar menjadi tidak ragu. Jadi sekarang ini sudah ada beberapa perusahaan yang bekerja dengan kita baik dari pemagangan siswa PKL maupun penyaluran tamatan kita. Kalau saat ini yang bekerja sama sangat intim yaitu PT Schneider, kedua PT EPCOSS nah dua-duanya sekarang membentuk kelas industri di sini, kemudian yang terakhir ini PT Caterpillar yang agak dekat dengan kita karena mau merekrut seluruh tamatan kita yang jurusan welding.” (hasil wawancara pada Kamis, 13 April 2017)

Penerapan klausul 4 untuk setiap unit-unit maupun secara keseluruhan tidak ada kendala baik secara sistem yang berdasarkan pada sasaran mutu manual yang telah ditetapkan oleh pihak wakil kepala manajemen mutu di sekolah maupun dokumen yang terdokumentasi yang sudah dijalankan.

4.2.3.2 Kendala pada Klausul 5 (Kepemimpinan)

Tidak terjadi ketidaksesuaian pada klausul 5. Semua dijalankan sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2015 yang ada. Namun ditemukan faktor penghambat pada sub klausul 5.1.2 tentang fokus pelanggan dimana masalah berdasarkan dari pelanggan itu sendiri (siswa) yang membuat harapan pencapaian sasaran mutu yang diharapkan menjadi tidak maksimal, tidak adanya kesadaran dari pihak pelanggan dalam kasus ini adalah siswa dan hal ini menjelaskan bahwa penerapan sasaran mutu yang dilakukan pihak manajemen sekolah sudah sesuai namun hasil pencapaian ditentukan oleh pihak eksternal. Hal ini terjadi di unit kesiswaan

55

sebagaimana diutarakan oleh Bapak Muhd. Hudawi, S.Ag selaku Wakil Kepala Kesiswaan bahwa:

“Kendalanya saya kira satu masih kita berkutat pada mental ya, jadi mental anak-anak kita yang belum sepenuhnya untuk bisa memenuhi atau menegakkan disiplin itu sendiri. Kedua, transportasi. Karena Batam sendiri belum ada transportasi umum yang ramah lingkungan (School bus) seperti bagaimana siswa tidak lagi menunggu angkot yang lama, tidak lagi menggunakan ojek dari rumahnya ke pangkalan depan,. Dan yang ketiga, disamping mental dan transportasi juga karena faktor kesibukan dari orang tua, di Batam kita tau sendiri orang tua murid rata-rata semuanya pekerja di Industri jadi kecenderungan penegakan kedisiplinan itu tidak berjalan sepenuhnya karna antara orang tua dengan siswa itu sering miss communication jadi orang tua tidak tau anaknya sudah bernagkat sekolah atau belum. Jadi karna disiplin itu juga tidak semata-mata dilakukan di sekolah tapi harus dari rumah sebagai bentuk kontrol orang tua, kenapa itu salah satu faktornya karna kalau anak sudah disiplin di rumah mau tidak mau karakter siswa yang baik di rumah itu akan terbawa ke sekolah.” (hasil wawancara pada Senin, 10 April 2017)

Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa kurangnya keselarasan antara manajemen yang berjalan dengan kesadaran kepatuhan pelanggan (siswa) terhadap peraturan yang berlaku dan sasaran mutu yang diharapkan belum sesuai dengan yang direncanakan di unit tersebut. Dengan artian keberhasilan penerapan sasaran mutu manual yang dijalankan oleh sebuah instansi atau suatu manajemen termasuk salah satu indikator penilaian bahwa persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 sudah sesuai dan dijalankan.

4.2.3.3 Kendala pada Klausul 6 (Perencanaan)

Tidak terdapat ketidaksesuaian pada klausul 6. Sub-sub klausul yang dijalankan sudah memenuhi standar persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dari mulai sub klausul 6.1 tentang tindakan untuk

menangani resiko dan peluang sampai dengan sub klausul 6.3 tentang perencanaan perubahan, sebagaimana terdapat dalam manual mutu yang telah ditetapkan oleh wakil kepala manajemen mutu SMK Negeri 1 Batam untuk tiap unit-unit yang ada. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Junaidi, S.Pd selaku Wakil Kepala Humas bahwa:

“Perubahan dari 2008 ke 2015 ada satu tambahan saja bahwa 2015 ini perlu memastikan manajemen resiko ke dalam program kita.”

(hasil wawancara pada Kamis, 13 April 2017)

Dan yang dikemukakan oleh Bapak Muhd. Hudawi, S.Ag selaku Wakil Kepala Kesiswaan bahwa:

“dengan manajemen resiko ini kita dituntut untuk lebih inisiasi terhadap suatu masalah itu dan bisa memperkecil daripada resiko-resiko yang terjadi. Kalau di kesiswaan ini kita sudah membuat sesuatu seperti aturan kalau siswa terlambat resikonya harus panggil orang tua, dengan adanya resiko seperti itu maka kesimpulan yang dapat kami rasakan siswa semakin sedikit yang telat. Dengan adanya manajemen resiko itu tingkat kehadiran siswa semakin tinggi.”

(hasil wawancara pada Senin, 10 april 2017)

Kemudian diutarakan juga oleh Bapak Drs. Agus Budhi selaku Wakil Kepala Administrasi (Tata Usaha) bahwa:

“Perubahan secara keseluruhan kita belum tau, kan ISO 2015 ini baru. Kita menekankan ke manajemen resiko.”

(hasil wawancara pada Kamis, 13 April 2017)

Hasil penilaian GAP Analysis atau kesenjangan yang terjadi tidak maksimal dikarenakan adanya ketidakkonsistenan dalam penerapannya dan kurangnya sosialisasi perihal klausul-klausul baru yang berlaku. Karena penerapan ISO 9001:2015 peralihan ini baru saja dilaksanakan sejak bulan Januari 2017 dan baru berjalan selama 3 bulan. Manajemen dan staff yang ada hanya memahami dan menjalankan perannya sesuai

57

dengan instruksi kerja yang diberikan oleh wakil kepala manajemen mutu di sekolah meskipun instruksi kerja tersebut sudah didasarkan pada persyaratan dan klausul-klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bapak Junaidi, S.Pd selaku Wakil Kepala Humas bahwa:

“kita tidak terlalu mengenal sebenanya kecuali ketika sudah audit eksternal baru kita mempelajari klausul, tetapi kalau audit internal kita lebih kepada ISK (Instruksi Kerja), nah itu sudah dibuat dan diturunkan dari klausul. Nah klausul itu diterjemahkan dalam bentuk ISK di unit masing-masing.” (hasil wawancara pada Kamis, 13 April 2017)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semua persyaratan pada sub klausul 6 dijalankan dan sudah terpenuhi sesuai persyaratan ISO 9001:2015 namun diperlukan waktu lebih panjang sekitar 6-10 bulan untuk memastikan kekonsistenan dan sejauh mana kelancaran

serta keberhasilan perencanaan tersebut sesuai manual mutu yang baru.

4.2.3.4 Kendala pada Klausul 7 (Pendukung)

Ketidaksesuaian yang teridentifikasi hanya ada pada sub klausul 7.3 tentang kesadaran. Pemenuhan persyaratan klausul 7 secara menyeluruh sudah sesuai dengan persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 namun kesadaran sumber dayanya adalah salah satu faktor pendukung yang jika tidak diperhatikan maka sistem yang berjalan bisa sangat terganggu dan pencapaian sasaran mutu akan mengalami penurunan.

Individu di tiap manajemen pada unit tertentu tidak sepenuhnya disiplin dalam pelaksanaan sasaran mutu. Salah satunya di unit humas

yang dikarenakan kurangnya kesadaran dan self-control saat bekerja dan berakibat pada repotnya diri sendiri saat deadline sudah dekat atau pada keadaan genting, seperti yang dijelaskan oleh Bapak Junaidi, S.Pd bahwa: “seringnya hilang-hilang dokumen karna penyimpanan yang tidak rapi, tidak teliti dan karna kesibukan masing-masing, kita letakkan di meja di laci ketika dicari di file tidak ketemu. Lebih ke human error. Kita ini kendalanya tidak konsisten, kita tau aturannya itu prosedurnya itu ada kalanya karna kesibukan segala macam kita lompat kerjaan nanti udah selesai yang lain kita buat lagi yang tadi kita tinggal.”

(hasil wawancara pada Kamis, 13 April 2017)

Tidak adanya kesadaran atas kebutuhan dari tiap individu bermacam-macam dengan alasan yang bervariasi salah satunya yaitu pemenuhan dokumen yang diperlukan secepat mungkin sesuai dengan tingkat kebutuhannya dan seringnya menunda kerjaan dan lupa yang mengakibatkan adanya temuan-temuan minor disaat audit internal dilakukan.

Untuk sub klausul 7.5 tentang informasi yang terdokumentasi, SMK Negeri 1 Batam telah menerapkan dan menjalankan sasaran mutu atau manual mutunya berdasarkan klausul-klausul yang ada pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 atau menerapkan sistem pengendalian dokumen, hal ini sudah dilaksanakan sejak penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sebelumnya, namun ada beberapa dokumen pendukung yang baru yang sudah disesuaikan oleh klausul-klausul terbaru ISO 9001:2015. Hal itu dijelaskan berdasarkan dokumen-dokumen yang ada di sekolah yang tercantum di dalam dokumen induk wakil manajemen

59

mutu SMK Negeri 1 Batam dan memiliki matrik korelasi dengan persyaratan ISO 2015 sebagai berikut.

Tabel 4.6 Tabel Korelasi Matrik ISO 9001:2015 dan Prosedur SMM SMK Negeri 1 Batam

No Dokumen ISO 9001:2015 Requirement

4 5 6 7 8 9 10 1 Sistem Manajemen Mutu (Pedoman Mutu dan Kebijakan Mutu) 5.2 6.2 2 Prosedur Konteks Organisasi dan Dokumen MOU 4.1 4.2 4.3 3 Pengendalian Dokumen 7.5 4 Pengendalian Rekaman 7.1 7.2 7.5 8.3 8.5 8.6 8.7 9.1 9.2 9.3 10.1 5 Rencana Kerja dan Implementasi Program Kerja 4.4 5.2 6 Job Description Unit 4.4 7 Pengelolaan SDM 7.1.1 8 Pengelolaan Kompetensi 7.1 7.2 7.3 9 Pengelolaan Infrastruktur 7.1.3 10 Pengelolaan Manajemen Resiko 6.1 11 Angket Dan Daftar Keluhan Pelanggan Pelaksanaan SMM 9.1 9.3

No Dokumen ISO 9001:2015 Requirement 4 5 6 7 8 9 10 12 Laporan Tinjauan Manajemen dan Laporan Pencapaian Sasaran Mutu 5.3 9.3 13 Laporan Audit Internal 9.2 14 Pengendalian Ketidaksesuaian 10.2 15 Evaluasi dan pelaporan 8.4

(Sumber: Hasil Tabel Perhitungan Data Olahan Peneliti)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas bisa kita simpulkan bahwa terjadi korelasi atau hubungan antara dokumen yang sudah diterapkan dengan persyaratan ISO 9001:2015 dan disebutkan bahwa ada dokumen Prosedur Konteks Organisasi dan Dokumen MOU, Rencana Kerja dan Implementasi Program Kerja dan Job Description Unit untuk pemenuhan klausul 4. Ada Sistem Manajemen Mutu (Pedoman Mutu dan Kebijakan Mutu), Rencana Kerja dan Implementasi Program Kerja dan Laporan Tinjauan Manajemen dan Laporan Pencapaian Sasaran Mutu untuk pemenuhan klausul 5. Ada Sistem Manajemen Mutu (Pedoman Mutu dan Kebijakan Mutu) dan Pengelolaan Manajemen Resiko untuk pemenuhan klausul 6. Ada Pengendalian dokumen, Pengendalian Rekaman, Pengelolaan SDM, Pengelolaan Kompetensi dan Pengelolaan Infrastruktur untuk pemenuhan klausul 7. Ada Pengendalian Rekaman dan Evaluasi dan pelaporan untuk pemenuhan klausul 8. Ada Pengendalian Rekaman,

61

Angket Dan Daftar Keluhan Pelanggan Pelaksanaan SMM, Laporan Tinjauan Manajemen dan Laporan Pencapaian Sasaran Mutu dan Laporan Audit Internal. Serta ada Pengendalian Rekaman dan Pengendalian Ketidaksesuaian untuk pemenuhan klausulm 10.

Untuk sub klausul yang tidak tercantum adalah sub-sub klausul yang menjelaskan bahwa dibutuhkannya pemahaman dan penjelasan pencapaian-pencapaian dari harapan berdasarkan prosedur untuk penerapan berkelanjutan

4.2.3.5 Kendala pada Klausul 8 (Operasi)

Ketidaksesuaian pada klausul ini ada pada sub klausul 8.2 tentang persyaratan untuk produk dan layanan dengan fokus sub klausul 8.2.1 tentang komunikasi pelanggan dan sub klausul 8.3 tentang Desain dan Pengembangan produk dan layanan.

1. Kurangnya Ketelitian

kurangnya ketelitian dan kesadaran untuk tiap individu di sekolah mengingat akan pentingnya sistem yang berjalan, melihat kondisi yang cukup rumit di waktu-waktu tertentu untuk pemenuhan file dan dokumen siswa saat sedang dibutuhkan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Junaidi, S.Pd selaku Wakil Kepala Humas bahwa:

“ada dokumen yang tidak ditemukan misalnya kita sedang melaksanakan magang, kemudian dokumennya tidak ada, ya dokumen rekaman lah, missing. Setelah dicari-cari dibongkar-bongkar eh ternyata ada. Sebenarnya sistem pendokumentasian kita itu sudah ada namun karena kesibukan dll kadang-kadang tidak bisa kita lakukan dengan secara jernih.”

Dari penjelasan Bapak Junaidi, S.Pd dapat dilihat bahwa ketika pelanggan dalam kasus ini adalah dimana siswa membutuhkan dokumen pemenuhan magang namun tertunda karena lalainya staff yang kurang teliti dan kesadaran akan pentingnya file yang menjadi beban tanggung jawabnya tidak terorganisir dengan baik, dimana dokumen magang adalah salah satu dokumen yang penting untuk keperluan dengan pelanggan dan pihak luar sekolah. Hal ini berkaitan dengan penjelasan dalam klausul 8.2.1 bahwa manajemen harus menangani permintaan, kontrak atau pesanan termasuk perubahannya dan menangani atau mengendalikan barang milik pelanggan.

2. Kurangnya komunikasi dan kesadaran sesama staff

Ada beberapa individu di dalam ruang lingkup manajemen yang dituntut untuk mampu bekerja sama agar sistem yang dijalankan sesuai dengan harapan yang diinginkan dan memudahkan bagi sesama rekan dalam bekerja. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, seringnya staf yang tidak ada di tempat saat dibutuhkan membuat komunikasi menjadi tidak berlangsung dengan baik. Ada beberapa hal yang diutarakan oleh Bapak Drs. Agus Budhi selaku Wakil Kepala Administrasi (Tata Usaha) bahwa:

“misalkan surat A mana nomornya, pas diminta bukti suratnya kok tidak ada di tempatnya dan surat keluarnya tidak ada bukti saat kita minta. Setelah kita cari kadang ada yang ketemu ada yang tidak. Kadang mereka lupa mengarsipkan, atau lupa mengcopy.” “Kadang orang ambil ga dikembalikan lagi.”

63

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya komunikasi ketika staff tata usaha membutuhkan data diri yang ada di dalam rak kabinet karena sudah diambil oleh orang yang bersangkutan dan menyebabkan copyan data tersebut tidak ditemukan saat dicari dan menyebabkan terhambatnya pekerjaan yang sedang dijalankan. Melihat fungsi unit tata usaha dalam kasus tersebut adalah tata usaha sebagai penyedia layanan untuk sesama guru karena tata usaha menyimpan dan mengarsipkan dokumen-dokumen kepangkatan guru baik PNS maupun honorer.

3. Membutuhkan pengembangan yang berbeda

Penambahan desain dan pengembangan di klausul baru ini dipukul rata untuk setiap unit di sekolah atau terbilang kurang diperhatikan. Munculnya klausul tambahan pada ISO 9001:2015 berupa perencanaan perubahan yang menjelaskan tindakan untuk menangani resiko dan peluang (klausul 6.1.2) yang menjelaskan perlunya penambahan manajemen resiko disetiap unit untuk mengurangi dampak yang terjadi dan hal ini baru dijalankan selama 3 bulan. Untuk hal desain dan pengembangan sendiri seperti yang dijelaskan dalam klausul 8.3.1 (umum) ISO 9001:2015 bahwa:

“organisasi harus menentukan, menerapkan dan memelihara sebuah desain dan pengembangan proses yang tepat untuk memastikan penyediaan berikutnya atas produk dan layanan.”

(dokumen Standar Internasional ISO 9001:2015 Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan, Cognoscenti Consulting Group)

Dan dijelaskan dalam klausul 8.3.3 (desain dan pengembangan input) ISO 9001:2015 bahwa:

“Organisasi harus menetapkan persyaratan penting untuk produk dan layanan jenis tertentu untuk didesain dan dikembangkan”

(dokumen Standar Internasional ISO 9001:2015 Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan, Cognoscenti Consulting Group)

Hal ini dapat diartikan diperlukannya pengembangan yang baru dan berbeda terkait layanan-layanan tertentu yang akan diberikan untuk peningkatan kepuasan pelanggan di sekolah untuk segala unitnya lebih luas dari penetapan manajemen resiko seperti yang dijelaskan oleh Bapak Hudawi, S.Ag selaku Wakil Kepala Kesiswaan bahwa:

“Kalau 9001:2008 tentu dikembangkan dengan versi 2015, dengan kata lain pengembangan itu terjadi karena adanya perubahan ISO ke 2015. Dan pengembangan itu lebih kepada manajemen resiko, jadi penanganan terhadap masalah yang ada tentu harus dikaji dari sisi resikonya, yang saya pahami baru sampai dengan manajemen resiko, jadi setiap permasalahan harus diambil tindakan.”

(hasil wawancara pada Senin, 10 April 2017)

Sedangkan terdapat pengembangan-pengembangan yang dijalankan oleh pihak jurusan atas dasar inisiatif sebagai rencana peningkatan kualitas jurusan dan target yang sedang dicapai. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Yuni Miranto, S.ST selaku guru produktif bahwa: “Kita melakukan pengembangan untuk pengajuan alat baru dan itu pasti, kemudian ada ekstrakurikuler. Untuk siswa yang ingin meningkatkan kompetensinya di pelajaran yang sama tapi lebih dari yang didapatkan saat di jam belajar normal, contoh setiap tahun kan ada event lomba nah siswa yang berminat boleh mendaftarkan diri berarti nanti mereka mengikuti kegiatan ekstra saat pulang jam sekolah. Atau bidang lomba yang lain seperti otomation, ada CNC maintenance, ada LKS Mekatronika dan juga kelas provinsinya seperti robotik. Ada juga mereka mempelajari mata pelajaran yang lebih tinggi dengan seniornya, jadi menunjang untuk pembelajaran semester berikutnya nah disitu progresnya jadi anak-anak ini lebih mapan. Justru nanti mereka lebih siap.”

65

Pengembangan yang dilakukan ini bukan atas dasar kebutuhan sekolah secara menyeluruh namun atas kesadaran pihak manajemen jurusan agar siswanya mampu dan memiliki kompetensi lebih di bidang-bidang tertentu dengan tetap melakukan verifikasi dan validasi serta laporan kepada manajemen puncak. Seperti yang penulis kutip dari uraian yang disampaikan oleh Bapak Yuni Miranto, S.ST selaku guru produktif bahwa:

“Karena ini untuk jurusan jadi kita lakukan secara lingkup jurusan saja. Tetapi tetap direport. Jadi begini, reportnya berupa ekstrakuliler jurusan, namanya terdata, kemudian kegiatan belajarnya apa saja.”

(hasil wawancara pada Senin, 10 April 2017)

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pengembangan baru yang dibutuhkan oleh sekolah belum luas dan belum ada perubahan dan perbedaan secara signifikan dari manajemen ISO 9001:2008 sebelumnya yang dijalankan.

4.2.3.6 Kendala pada Klausul 9 (Evaluasi)

Tidak ditemukan ketidaksesuaian pada klausul 9. Semua pergerakan sistem di setiap unit di sekolah dilaporkan dan dievaluasi sejauh mana kinerja dan pencapaian hasilnya kepada manajemen puncak. Pelaporan juga dilakukan terstruktur dan sesuai prosedur. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Hudawi, S.Ag selaku Wakil Kepala Kesiswaan bahwa:

“Jadi kalau untuk pelaporan dari kesiswaan ke manajemen puncak melalui wali kelas setelah itu melakukan pengadministrasian melalui kesiswaan setelah itu baru kita buat laporan bulanan ke pimpinan kita ke kepala sekolah.”

(hasil wawancara pada Senin, 10 April 2017)

Dan seperti yang diutarakan juga oleh Bapak Junaidi, S.Pd selaku Wakil Kepala Humas bahwa:

“Kalau untuk pelaporannya kebetulan kita setiap unit yang ada ini harus melaporkan laporan bulanan ke manajemen mutu, kemudian secara berkala kita juga diwajibkan mengikuti rapat internal untuk membahas yang terjadi di manajemen, namanya rapat tinjauan manajemen, kemudian dari manajemen mutu nanti mengeluarkan notulen hasil rapatnya dan kemudian ditembuskan ke kepala sekolah.”

(hasil wawancara pada Kamis, 13 April 2017)

Kemudian perihal sejauh mana evaluasi itu berjalan disampaikan oleh Bapak Yuni Miranto, S.ST selaku guru produktif bahwa:

“Kalau seperti itu kita biasanya evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana kegiatannya kemudian hasilnya misalnya tidak pas berarti progresnya harus kita rapatkan lagi. Jadi kita kumpul lagi dengan guru-gurunya kenapa ini tidak bisa padahal sudah kita laksanakan nah berarti kita ubah lagi strateginya. Misalnya meningkatkan peringkat ketuntasan 100% pada siswa di program kerja. Ketuntasan ini bisa berbentuk remedial, tapi kita targetnya tidak ada remedial kita buatkan tugas tambahan, bisa juga anaknya kita berikan arahan, atau kita libatkan pihak luar kita panggilkan guru BP mungkin ada masalah keluarga atau masalah uang jajan. Bisaanya ketidaksesuaian itu kan faktornya kondisi, waktu yang berbenturan, misalnya dari 100 kok Cuma 90 nah kita evaluasi lagi, kita tidak lagi mencari masalahnya jadi bagaimana supaya naik. Nah itu kan sudah terstruktur.”

(hasil wawancara pada Senin, 10 April 2017)

Secara sistemnya klausul ini sudah sangat baik dan evaluasi yang dilaksanakan serta pemenuhan dokumen untuk pelaksanaan audit dan tinjauan manajemen sudah dijalankan. Namun klausul ini tidak sepenuhnya dijalankan secara konsisten mengingat adanya kelalaian atau kesalahan-kesalahan kecil dalam bekerja untuk pemenuhan hasil evaluasi dan pelaksanaan audit internal. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Yuni Miranto, S.ST selaku guru produktif bahwa:

67

“Biasanya seperti ini, sudah terdata tapi belum tercetak. Kemudian sudah tercetak kadang validasinya belum lengkap (misalnya data-data murid di wali kelas masih dalam bentuk komputerisasi hari itu audit hari itu juga diprint, atau tanda tangan dari pihak-pihak tertentu belum lengkap) kadang hari Senin audit hari Sabtunya guru yang bersangkutan lupa minta akhirnya tetap diaudit juga jadi statusnya minor.”

(hasil wawancara pada Senin, 10 April 2017)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur yang dijalankan SMK Negeri 1 Batam untuk klausul 9 sudah sesuai dengan persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 namun masih terjadi kesalahan dalam pelaksanaan karena tidak konsisten dan kurangnya kesadaran individu-individu tertentu.

4.2.3.7 Kendala pada Klausul 10 (Perbaikan)

Klausul ini adalah klausul yang memiliki hasil persentase paling tinggi dengan nilai sebesar 98.67% atau dengan asumsi paling banyak dijalankan sesuai dengan prosedur. Tidak ditemukan ketidaksesuaian pada klausul 10 karena hasil pelaksanaan yang sudah dievaluasi langsung dilakukan perbaikan pada waktu yang cepat yang telah ditentukan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Yuni Miranto, S.ST selaku guru produktif bahwa:

“Kalo untuk perbaikan di jurusan kita lihat dan ukur sesuai prioritasnya, mana dulu yang lebih urgent kita selesaikan. Kita lakukan terstruktur semua, step-by-step kita kerjakan tidak perlu panik dan kita selesaikan

Dokumen terkait