• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala Pengembangan Bank Umum Syariah dan Keluhan Nasabah

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

B. Kendala Pengembangan Bank Umum Syariah dan Keluhan Nasabah

1. Kendala Bank Umum Syariah

Berdasarkan sudut pandang praktisi perbankan syariah, penggunaan instrumen pembayaran non tunai baik paper based, card based maupun

electronic based akan berkembang di masa yang akan datang. Namun demikian, dalam proses pengembangan tersebut perbankan syariah dihadapkan pada berbagai macam kendala. Pembahasan secara rinci mengenai kendala pengembangan instrumen non tunai secara umum akan dibahas sebagai berikut dibawah ini. Setidaknya ada tiga hal yang masih dianggap sebagai kendala

intern bagi Bank Umum Syariah dalam mengembangkan produk layanan berbasis non tunai sekarang ini. Ketiga kendala tersebut adalah:2

a) Biaya investasi yang mahal.

Kendala utama yang dihadapi oleh Bank Umum Syariah dalam pengembangan instrumen pembayaran non tunai adalah kompleks dan mahalnya biaya investasi bagi teknologi informasi perbankan, karena sebagian besar teknologi ini masih disuplai oleh vendor-vendor yang berasal dari luar negeri atau vendor asing. Tetapi sekarang, banyak vendor-vendor pribumi yang berani bersaing dalam teknologi informasi ini. Jadi kenapa tidak, Bank Umum Syariah memakai vendor-vendor pribumi untuk menanamkan teknologi informasi tersebut dalam dunia perbankan dan tentunya dengan harga yang relatif lebih rendah.

b) Sumber Daya Manusia Bank Umum Syariah (SDM BUS) masih terbatas. Masih terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki keterampilan teknis jasa keuangan syariah disinyalir merupakan salah satu faktor kenapa Bank Umum Syariah sampai sejauh ini belum terlalu berkembang dalam hal berinovasi menciptakan produk jasa layanan yang lebih variatif. Kemudian untuk penerapan suatu teknologi informasi menuntut diantaranya Sumber Daya Manusia yang memadai. Jika Sumber Daya Manusia yang ada tidak menguasai teknologi tersebut hal ini menjadi suatu pemborosan semata, karena mahalnya

2

Hasil wawancara pribadi by phone dengan Branch Manager Permata Bank Syariah, Edit Estetika pada tanggal 06 Februari 2010 di Jakarta.

teknologi yang telah dibeli jika tidak terpakai merupakan suatu hal yang sia-sia. Oleh karena itu sebelum teknologi tersebut diterapkan, sudah seharusnyalah pihak Bank Umum Syariah instropeksi terhadap kemampuan korporasi, apakah cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah Sumber Daya Manusianya memadai, dan apakah teknologi tersebut mempunyai features yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena penerapan suatu sistem teknologi informasi merupakan salah satu aktivitas investasi jangka panjang bagi korporasi.

c) Teknologi, jaringan, perangkat atau sistem yang belum mendukung.

Hal ini manjadi tuntutan bagi Bank Umum Syariah karena mau tidak mau suatu korporasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas ditambah dengan operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang dengan suatu teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan kinerja tersebut. Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang up to date bagi pihak manajemen menengah ke atas untuk memprediksikan langkah bisnis yang akan diambil sehingga berbagai kendala yang mungkin muncul dapat teratasi.

2. Keluhan nasabah pengguna layanan berbasis less cash society

Berikut dibawah ini adalah berbagai macam keluhan dari para nasabah terhadap pelayanan instrumen pembayaran non tunai Bank Umum Syariah yang sudah tersedia. Keluhan-keluhan tersebut adalah:

 Fasilitas masih terbatas.

Nasabah merasakan selama ini fasilitas yang ada hanya terbatas di pusat kota dan belum banyak yang menjangkau daerah pedesaan. Selain itu, fasilitas tersebut juga hanya terbatas di tempat-tempat tertentu seperti supermarket. Fasilitas tersebut belum ada di pasar tradisional, toko kecil atau pelayanan publik lainnya. Nasabah juga beranggapan bahwa tempat ATM masih kurang strategis dan kurang nyaman. Fasilitas instrumen yang kurang banyak seringkali menyebabkan terjadi antrian panjang sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Fasilitas terbatas lainnya yang dirasakan adalah jumlah transfer/penggunaan yang masih terbatas, maksimum lima juta rupiah per hari. Nasabah juga beranggapan bahwa instrumen non tunai saat ini belum banyak membantu kebutuhan hidup secara optimal.

 Jaringan sering rusak/offline.

Kelemahan jaringan yang sering rusak atau offline menyebabkan transaksi terhambat. Nasabah pernah mengalami kegagalan transaksi karena mesin tiba-tiba macet (offline) padahal tidak membawa uang tunai. Nasabah juga mengatakan bahwa transfer antar bank terkadang offline dan prosesnya lama.

 Biaya administrasi mahal.

Biaya instrumen non tunai dirasakan mahal oleh nasabah, terutama biaya adminsitrasi bulanan. Pihak perbankan juga mengenakan potongan biaya yang tidak tentu dan tidak diberitahukan kepada nasabah terlebih dahulu. Biaya

yang dikenakan kepada pemegang instrumen non tunai berbeda-beda tergantung pada bank dan jenis instrumen non tunai yang dipakai.

 Menjadi lebih boros/konsumtif.

Nasabah merasakan bahwa dengan adanya instrumen non tunai, terutama kartu kredit, menyebabkan lebih konsumtif. Nasabah seringkali tertarik dengan produk yang dapat dibeli oleh instrumen non tunai sehingga lebih boros dan tidak mampu mengontrol pengeluaran.

 Keamanan masih kurang terjamin.

Sebagian besar nasabah beranggapan bahwa jaminan keamanan bagi pengguna transaksi non tunai dianggap masih rendah atau bahkan sangat rendah. Dalam sistem pembayaran non tunai, keamanan merupakan unsur utama yang diinginkan nasabah seperti kasus cek kosong, billing misterius, kesalahan PIN, kartu sering digunakan orang lain, terhindar dari kejahatan, aman dari gangguan hacker dan sebagainya.

 Penerimaan pasar masih rendah.

Rendahnya penerimaan pasar (terutama pasar traisional, tempat pelayanan publik, warung-warung dan toko kecil) terhadap instrumen pembayaran non tunai menjadi salah satu alasan bagi nasabah untuk belum bersedia menggunakan instrumen ini. Bagi nasabah yang tinggal di daerah luar perkotaan pun masih lebih memilih untuk menggunakan pembayaran tunai /

C. Prospek Pengembangan Layanan Berbasis Less Cash Society Bank Umum

Dokumen terkait