• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai lembaga mikro syariah, KSPPS BMT Mandiri Sejahtera pasti memiliki kendala dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaannya sebagaimana perusahaan-perusahaan pada umumnya. Karena pada kenyataannya memang perusahaan yang berhasil dalam penerapan tanggung jawab sosial jumlahnya relatif sedikit. Untuk mendapatkan kepercayaan dari

para stakeholder tidak membutuhkan waktu yang singkat, semua itu

membutuhkan proses. Begitu juga dengan adanya kritik tentang tanggung jawab sosial yang bermunculan di luar sana, menimbulkan berbagai persepsi publik tentang perusahaan yang ada menjadi tantangan tersendiri bagi BMT Mandiri Sejahtera untuk membangun reputasi dan citra positif perusahaan di kalangan stakeholder. Hal itu tidak menyurutkan semangat dari BMT Mandiri Sejahtera untuk mewujudkan tanggung jawab sosial, karena memang itulah dasar dari membangun sebuah BMT (Baitul Maal wa Tamwil).

Dari hasil wawancara, Bapak Andi menarik secara garis besar beberapa kendala yang dialami BMT Mandiri Sejahtera pada saat

mengimplementasikan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) atau

1. Kendala pada anggaran

Sejak awal berdiri, BMT Mandiri Sejahtera telah memisahkan

bagian antara Baitul Maal dengan Baitul Tamwil, bukan berarti

dipisahkan secara bangunan tetapi secara manajemen. Baitul Maal

sendiri di manajeri oleh Bapak Joko Supriyanto selaku Manajer Pemasaran di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera. Memisahkan bagian secara manajemen bukan berarti BMT lepas dari tanggung jawab sosialnya, akan tetapi ini justru sebagai pemicu agar kedua bagian manajemen terpisah tersebut berjalan secara seimbang tanpa ada yang lebih unggul diantara keduanya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Aziz (2013:221) sudah saatnya setiap perusahaan memberikan perhatian yang serius kepada masalah tanggungjawab sosial, karena terbukti tanggungjawab sosial perusahaan memiliki peranan yang signifikan dalam keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. Di samping itu, tanggungjawab sosial perusahaan dapat menyeimbangkan perusahaan dalam mencapai tujuan komersil dan tujuan lebih agung terkait dengan CSR, yaitu salah satu dari rukun Islam tentang pengeluaran ZAKAT. Melalui pengumpulan zakat akan dapat dibangun masyarakat yang sejahtera.bahkan dalam instrument ilmu ekonomi Islam sebagai bentuk dari tanggungjawab pribadi maupun sosial adalah perangkat ZIS (Zakat, Infaq, dan Sodaqoh).

Dengan memisahkan bagian manajemen, secara otomatis dana juga dikumpulkan secara terpisah. Program CSR ini menggunakan dana ZIS,

yang didapatkan dari sedekah subuh, dan pemotongan gaji suluruh karyawan sebesar 2,5% setiap bulannya. Dana ZIS setiap bulannya akan kumpulkan untuk dihitung. Tiap bulannya dana ZAI terkumpul sekitar ± sejumlah Rp 2.000.000,-.

Untuk dana Wakaf memang masih berkaitan dengan bisnis, yaitu dengan mewajibkan setiap anggota BMT Mandiri Sejahtera yang mengajukan pembiayaan untuk membayar wakaf dengan pilihan nominal sebanyak; Rp 5.000,-, Rp 10.000,-, Rp 20.000,-, Rp 25.000,-, Rp 50.000,- , Rp 100.000,- dan seterusnya. Seluruh dana wakaf tersebut akan di depositkan, setelah itu hasilnya akan di gabungkan dengan dana ZIS untuk di berikan kepada yang lebih membutuhkan. Untuk dana wakaf saat ini sudah terkumpul sekitar ± sejumlah Rp 8.000.000,- belum termasuk perputarannya.

Tidak hanya dana ZIS saja, tetapi ada pemasukan lainnya juga. Seperti yang kita ketahui untuk menyedekahkan harta kita bisa dari Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf, Hibah, sumbangan, dana kifarat dan juga pendapatan non-halal. Dana kifarat (denda kifarat) adalah denda yang harus dibayar oleh anggota mengajukan pembiayaan tetapi ada keterlambatan dalam pembayarannya (tidak sesuai waktu yang ditentukan). Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Aris salah satu

staff Teller yang merangkap menjadi Customer Service di KSPPS

karena keterlambatan angsuran selama lebih dari 1 bulan dengan nominal sukarela (tidak ditentukan).

Walaupun dana yang akan dikumpulkan berasal dari banyak hal, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya kendala kekurangan dana. Hal ini disebabkan karena kurangnya kepekaan dari para anggota yang dari sebagian kalangan menengah ke atas. Sedikit dari mereka yang ikut mengeluarkan dana untuk bersedekah. Yang kedua dari para pengelolanya sendiri, kebanyakan dari staff BMT sibuk memikirkan target bisnis sehingga melupakan kewajiban untuk mencapai target Baitul

Maal. Mereka menganggap bahwa gaji yang sudah dipotong setiap

bulannya itu sudah cukup untuk menutupi dana maal yang ada. Pada kenyataannya dana yang tersedia masih saja kurang.

2. Kendala di lapangan

Menurut penuturan Bapak Andi, pelaksanaan tanggung jawab sosial di BMT Mandiri Sejahtera terkadang tidak berjalan dengan maksimal. Mengingat, terjun ke lapangan akan membawa kita berhadapan dengan masyarakat yang beraneka motif, berbagai perilaku dan kemampuan dengan cara pandang tetang social responsibility yang berbeda. Sehingga memang akan memunculkan persoalan yang membutuhkan adaptasi dan tingkat kesukaran yang cukup tinggi.

Kurangnya komunikasi serta koordinasi yang baik antara pihak-

Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial ini membuat rencana yang semula tertata dengan rapih menjadi berubah saat di lapangan. Atau mungkin sebaliknya, persiapan yang kurang matang dan rencana yang belum tertata dengan rapi membuat apa yang ingin diberikan oleh BMT kepada si penerima bantuan tersebut menjadi berubah dan tidak bisa sesuai dengan rencana yang ada.

Adanya kendala yang dihadapi oleh KSPPS Mandiri Sejahteran ini, dapat disimpulkan bahwa kurangnya penerapan pada setiap evaluasi yang dilakukan BMT untuk meminimalisir kendala yang sering terjadi. Karena evaluasi dan pemantauan yang dilakukan guna mengetahui sejauhmana pencapaian tujuan program serta apakah terdapat penyimpangan yang membutuhkan tindakan koreksi, harus diterapkan dalam kegiatan berikutnya. Paling tidak, evaluasi merupakan usaha prefentif munculnya berbagai kesalahan dan kekurangefektifan pada suatu program yang sedang dilaksanakan seperti program tanggungjawab sosial ini. Terutama

bagi tanggungjawab sosial yang bersifat multy years. Mengingat

banyaknya kendala di lapangan yang selalu menghadang dalam setiap praktik tanggungjawab sosial perusahaan ini terhadap masyarakat dan lingkungan (Hadi, 2011:148).

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut BMT Mandiri Sejahtera terus berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik dalam setiap pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosialnya, dengan menerima kritik

serta saran dari para anggota. Memperbaiki berbagai kesalahan dan kekurangefektifan yang sering terjadi. Terus meningkatkan tanggung jawab sosialnya selaras dengan teori legitimasi yang dikemukakan oleh

Carroll dan Buchholtz (2003) dalam Hadi (2011:92) bahwa

perkembangan tingkat kesadaran dan peradaban masyarakat membuka peluang meningkatnya tuntutan terhadap kesadaran kesehatan lingkungan. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa legitimasi perusahaan di

mata stakeholder dapat dilakukan dengan melaksanakan etika dalam

berbisnis serta meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan (social responsibility). Hasil wawancara penulis dengan Bapak Andi Setyawan, menyatakan bahwa dalam penerapan tanggung jawab sosialnya BMT Mandiri Sejahtera memiliki beberapa strategi khusus yang bertujuan untuk meningkatkan dana maal (ZISWAF), diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengatasi kendala Anggaran

1) Untuk mengembangkan dana ZIS (Zakat, Infaq dan Sedekah)

yang tadinya hanya mengambil dari gaji karyawannya saja, kini BMT mulai menambah strategi baru yaitu melalui sedekah subuh. Sedekah subuh disini adalah strategi dengan memberikan celengan di setiap meja karyawan, dan menitipkan celengan tersebut kepada anggota BMT terutama yang memiliki warung. Agar bukan hanya pemilik warung saja yang mengisinya tetapi bisa juga penarik perhatian pengunjung warung untuk

mengisinya juga. Dana akan dikumpulkan setiap akhir bulan untuk dihitung hasilnya.

2) Dahulu BMT hanya mengumpulkan dana ZIS saja, lalu di tahun

2014 BMT mendaftarkan diri menjadi Nazhir Wakaf, dan mendapatkan sertifikat Resmi dari Badan Wakaf Indonesia untuk menjadi Nazhir Wakaf. Tetapi belum berjalan dengan lancar, hingga pada akhir tahun 2017 barulah wakaf di BMT Mandiri Sejahtera muli berjalan dengan baik.

3) Untuk menumbuhkan semangat beramal, maka BMT juga akan

memberikan hukuman bagi para karyawannya, yakni dengan memberlakukan penurunan bonus apabila maal tidak berjalan dengan baik. Konsep ini dinamai dengan konsep Inhern. Hal ini dilakukan karena setiap karyawan mempunyai kewajiban untuk membantu BMT dalam mencari dana maal

b. Untuk mengatasi kendala di Lapangan

1) BMT diharuskan aktif dalam pencarian calon penerima bantuan.

Diutamakan bagi anggota dan masyarakat yang ada disekitarnya.

Mengenai hal ini jika dikaitkan dengan permasalahan umum yang terjadi pada setiap perusahaan yang dikemukakan oleh Fahmi (2013:308- 309), BMT lebih mengerti dan paham tentang CSR itu sendiri. Maka dari itu BMT mendudukkan posisi CSR sejajar dengan bisnis. BMT juga tidak menganggap kegiatan tanggungjawab sosial ini sebagai beban

karena dana yang dikumpulkan pun berasal dari pengumpulan dana sukarela yang memang sudah di rencanakan dengan matang. BMT sama sekali tidak merasa ditekan oleh pemerintah/organisasi yang diikutinya, karena BMT menganggap hal ini bukan hanya sebagai kosmetik tanpa tahu arti CSR yang sesungguhnya. Bahkan mereka menganggap bahwa ini adalah salah satu kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap perusahaan, yaitu mensejahterakan masyarakat di sekitarnya. BMT menganggap apabila mereka mendapatkan keuntungan, itu sudah merupakan hasil kerjakeras mereka dalam berbisnis. Mereka tidak berfikir untuk menaikkan harga produk sekalipun nama BMT sudah dikenal dimana-mana dan banyak yang ingin bekerjasama dengan BMT.

Dokumen terkait