TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH TYAS FAJAR UTAMI
NIM : 64010150041
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH TYAS FAJAR UTAMI
NIM : 64010150041
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
MOTTO
“Adakalanya, orang yang paling buruk di masa silam akan menjadi paling baik di masa depan”
( Sayyidina Umar bin Kattab r.a )
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini, kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu tercinta Adikku tersayang
Keluarga besar, serta
Sahabat-sahabat ku
Yang tidak pernah lelah dalam mendukung dan membantu ku
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis
Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera”.
Tak lupa Sholawat serta salam juga senantiasa kita sanjungkan kepada
Junjungan Rasulullah SAW. Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah.
Atas terselesaikannya penulisan Tugas Akhir ini, Penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah menyertai, melindungi, dan menguatkan penulis
dalam menyelesaikan Penyusunan Tugas Akhir.
2. Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku dekan FEBI serta Dosen Pembimbing
yang telah memberikan kesempatan dan membantu Penulis dalam
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir.
3. Ari Setiawan, S.Pd., M.M. selaku ketua jurusan D-III Perbankan Syariah
yang telah memberikan arahan kepada Penulis dalam menyelesaikan
penyusunan Tugas Akhir.
4. Bapak Andi Setyawan S., SE. selaku Manajer Utama yang telah bersedia
memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di KSPPS
5. Bapak Joko Supriyanto. SE. selaku Manajer Pemasaran yang telah
bersedia untuk di wawancarai oleh Penulis dalam rangka melaksanakan
Penelitian di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Ungaran Kab. Semarang.
6. Seluruh Staf dan karyawan KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Kab.
Semarang yang telah bersedia untuk di wawancarai selama Penulis
melaksanakan Penelitian..
7. Orang tua yang selalu mendukung dalam doa maupun motivasi hingga
pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan
baik.
8. Teman-teman yang selalu mendukung Penulis serta memberi motivasi
hingga pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini selesai, dan
9. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu Penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu segala kritik dan saran dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk
bisa memberikan yang lebih baikb lagi kedepannya.
Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi Penulis tetapi
juga bagi para pembaca.
Salatiga, Agustus 2018
ABSTRAK
Utami, Tyas Fajar. 2018. Analisis Implementasi CSR (Corporate Social
Responsibility) di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi D3-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Anton Bawono, M.Si.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kritik terhadap Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Dimana tanggungjawab sosial perusahaan sering dijadikan atribut perusahaan untuk memperoleh keuntungan besar-besaran, dan dijadikan perisai sebagai penetralisir dampak negatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran CSR menurut KSPPS BMT Mandiri Sejahtera, bagaimana cara mereka mengimplementasikannya, serta mengetahui kendala dan strategi dalam praktiknya.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan manajer dan karyawan KSPPS BMT Mandiri Sejahtera. Selain itu juga dilaukan survey secara langsung dilapangan serta pengambilan dokumentasi terkait kebenaran data yang ada.
Hasil penelitian Program CSR di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera menunjukan bahwa hampir semua sesuai dengan teori yang ada, antara teori legitimasi, stakeholder dan kontrak sosial, berjalan secara bersamaan. Di samping itu, program CSR yang ada di BMT ini sudah terprogram dan terencana dengan baik. Hanya saja antara maal dan bisnis belum seimbang, artinya bisnis masih menjadi nomor satu.
Daftar Isi
Halaman Judul ... i
Persetujuan Pembimbing ... ii
Pengesahan Kelulusan ... iii
Pernyataan Keaslian Tulisan ... iv
Motto dan Persembahan ... v
Kata Pengantar ... vi
ABSTRAK ... viii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
F. Sistematika Penulisan ... 7
Analisis ... 32 A. Format dan Konsep Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility)
pada BMT Mandiri Sejahtera ... 32 B. Kendala saat Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) ... 46 C. Strategi dalam Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) ... 52 BAB V
Daftar Tabel
Daftar Gambar
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran 2. Formulir Permohonan Menjadi Anggota
Lampiran 3. Formulir Pembukaan Rekening & Sertifikat Modal Pemertaan Lampiran 4. Brosur KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Lampiran 5. Slip Penarikan
Lampiran 6. Slip Angsuran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi yang menjalankan aktivitas bisnis tidak berkembang
sendirian.Perusahaan-perusahaan baru bisa hidup dan tumbuh dengan
berbagai kondisi yang melingkupinya. Ada karyawan, pemerintah,
masyarakat sekitar, ada konsumen, pemasok dan berbagai pihak pemangku
kepentingan (stakeholder) yang lain. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang terkena pengaruh atas beroperasinya perusahaan.Masing-masing
pihak ini memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Kadang-kadang ada
perbedaan kepentingan antar masing-masing pihak. Tapi waktu
bagaimanapun selayaknyalah perusahaan harus memperhitungkan semua
pemangku kepentingan ini demi keberlangsungan usahanya.Jadi, tidak
sekedar kepada pemegang saham (stakeholder) dan karyawan saja.Selain
pemegang saham dan karyawan, perusahaan juga harus memerhatikan
masyarakat luas.Tentu saja perhatian yang diperikan bisa berbeda-beda,
namun wujud kepedulian itu selayaknya ada (Amir, 2012:266).
Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan tema yang terus
berkembang dalam dunia bisnis (Fauroni, 2006:221). Sehingga sekarang
semua perusahaan berlomba untuk menarik simpati masyarakat melalui
mereka karena mereka menganggap itu adalah bagian dari kewajiban
pemerintah.
Menurut Suyanto (2007:102-103) perusahaan yang menyadari tanggung
jawab mereka kepada pelanggan dan masyarakat pada umumnya, akan
berusaha lebih dari pada yang dituntut oleh pemerintah. Mereka tidak hanya
berupaya mengembangkan reputasi dalam hal produk atau jasa dengan harga
yang wajar melainkan juga memantapkan diri sebagai warga yang
bertanggungjawab.
Contohnya pada perusahaan United Parcel Services (UPS) memberikan
sumbangan US$ 44,9 juta dan bantuan ke seluruh dunia pada 2005.
Sumbangan ini termasuk US$ 3 juta untuk membantu korban tsunami di Asia
Tenggara dan US$ 2 juta untuk mendukung pemulihan korban gempa di Asia
Selatan.
Kritik mengenai tanggungjawab sosial perusahaan yang saat ini sedang
berkembang yaitu adanya benturan-benturan kepentingan antara kepentingan
masyarakat dengan kepentingan lembaga yang biasanya terjadi akibat adanya
penyimpangan tujuan dasar dari lembaga dan pengabaian akan fungsi serta
tanggung jawab sosial. Sebagai contoh banyak kasus-kasus BMT yang sudah
membelok dari relnya, mereka lebih mementingkan bisnis dibandingkan
mengelola maal. Padahal seharusnya keduanya berjalan secara seimbang. Hal
ditemukan BMT yang mengabaikan tanggung jawab sosial perusahaannyaa
mengalami kebangrutan.
Dari adanya kritik mengenai tanggungjawab sosial seperti di atas,
menjadi alasan peneliti tertarik untuk meneliti hal ini. Karena menurut
Penulis dari adanya kritik terhadap tanggungjawab sosial perusahaan, penulis
dapat meneliti bagaimana perkembangan CSR di KSPPS Mandiri Sejahtera
ini. Bagaimana menurut pandangan BMT mengenai CSR itu sendiri, dan
bagaimana cara BMT mengimplementasikannya.
Menurut penulis CSR seharusnya ada bukan hanya karena tuntutan dari
Pemerintah, tetapi juga karena setiap perusahaan berkewajiban memberikan
manfaat untuk masyarakat sekitanya (stakeholder). Dengan adanya program
CSR ini, prusahaan dapat ikut memajukan kesejahteraan masyarakat di
sekitarnya terutama dalam perekonomiannya, dan hal tersebut dapat
memberikan timbal balik kepada perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Selain dapat memperbaiki nama baik/citra perusahaan,
masyarakat yang merasakan manfaat positifnya pasti akan mendukung setiap
keputusan yang diambil oleh perusahaan dan bahkan akan merekomendasikan
produk perusahaan kepada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menggali lebih dalam tentang
masalah implementasi CSR pada BMT.Maka penulis memberikan judul
“Analisis Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) pada BMT
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) pada
KSPPS BMT Mandiri Sejahtera?
2. Apa saja kendala yang dialami saat mengimplementasikan CSR
(Corporate Social Responsibility) pada KSPPS BMT Mandiri Sejahtera?
3. Bagaimana strategi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera dalam penerapan
CSR (Corporate Social Responsibility)?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi CSR (Corporate Social
Responsibility) pada KSPPS BMT Mandiri Sejahtera.
2. Untuk mengetahui apasaja kendalayang dialami saat mengimplementasi
kanCSR (Corporate Social Responsibility) pada KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
dalam penerapan CSR (Corporate Social Responsibility).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti :
a. Menambah wawasan peneliti tentang penerapan CSR (Corporate
Social Responsibility) itu sendiri.
2. Bagi IAIN Salatiga :
a. Memperkaya literature penelitian tentang cara mengimplementasikan
tanggung jawab sosial pada perusahaan/BMT.
b. Menambah wawasan bagi Mahasiswa, khususnya Mahasiswa FEBI
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam) IAIN Salatiga.
3. Bagi BMT :
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
selanjutnya.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses mengimplementasikan
CSR (Corporate Social Responsibility) pada masyarakat sekitar,
sehingga masyarakat bisa merasakan manfaatnya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan proposal
ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang memanfaatkan landasan teori
sebagai pemandu saat penelitian berlangsung sehingga penelitian akan
sesuai dengan fakta di lapangan.
2. Jenis Data
a. Jenis data primer
Data diambil langsung dari lapangan (tidak melalui media
menggunakan hasil survey, observasi, dan wawancara kepada
beberapa Karyawan dan Manajer di KSPPSBMT Mandiri Sejahtera.
b. Jenis data sekunder
Data diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan oleh BMT Mandiri Sejahtera yang diidentifikasi
terlebih dahulu setelah itu dilakukan evaluasi.
3. Teknik Pengambilan Data
a. Survey
Penulis melakukan metode pengumulan data berupa pengalaman
penulis selama melibatkan diri dan menjadi bagian dari KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera serta mengumpulkan data dari banyak subjek
(Karyawan dan Manajer) dan objek (kegiatan yang diteliti).
b. Observasi
Penulis melakukan metode pencatatan tentang sikap serta
kejadian yang terlihat dengan melibatkan diri dan menjadi bagian
dari lingkungan BMT tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi
antara penulis dengan Karyawan dan Manajer BMT.
c. Wawancara
Penulis melakukan metode survey dengan menggunakan
dan Manajer BMT. Wawancara yang penulis gunakan adalah
wawancara tatap muka agar memungkinkan penulis untuk
mengajukan pertanyaan yang memerlukan waktu banyak.
d. Dokumentasi
Penulis akan melukan metode pengambilan data dengan
memanfaatkan bantuan peralatan mekanik seperti kamera foto agar
data diperoleh secara detail dan juga menggunakan informasi
pendukung melalui buku, kearsipan, dan laporan yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti di BMT.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran dan mempermudah cara memahami laporan
tugas akhir ini penulis menyusun dalam beberapa bab antara lain sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
Di dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini merupakan penjelasan dan penjabaran tentang teori mengenai
CSR beserta implementasi, manfaat dan peran penting CSR dalam sebuah
BAB III Laporan Objek
Bab ini merupakan kerangka awal dimana penulis menguraikan tentaang
semua hal mengenai BMT Mandiri Sejahtera.
BAB IV Analisis
Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah
penulis kumpulkan.
BAB V Penutup
Pada bab ini penulis akan mengambil kesimpulan yang terdapat pada
bab-bab sebelumnya, khususnya bab yang menyangkut permasalahan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian menurut Mapisangka (2009) yang berjudul “Implementasi
CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat” menghasilkan bahwa kebijakan CSR oleh PT. Batamindo harus difokuskan pada nilai-nilai social.
Pendekatan ini sangat penting agar program CSR oleh perusahaan dapat
berfungsi secara efektif dan efisien.Dengan begitu program CSR harus
melibatkan semua orang di sekitar perusahaan, agar merekadapat
memanfaatkan program CSR tersebut.
Penelitian menurut Rahmayanti (2011) yang berjudul “Implementasi
Corporate Social Responsibility dalam Membangun Reputasi Perusahaan” menghasilkan bahwa pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh PT.
KAI (Persero) Daop 6 Yogyakarta bervariasi dan responsive terutama untuk
menanggapi kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekitar
perusahaan.Namun, pelaksanaan program ini masih berada dalam ranah amal
dan pelayanan, bukan perwujudan dari investasi social.
Penelitian menurut George (2013) yang berjudul “Implementasi
Corporate Social Responsibility di PT. Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkit Gresik” menghasilkan bahwa pelaksanaan CSR di sana tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala. Adanya
sumber daya manusia yang melaksanakan program CSR, kurangnya
koordinasi dan pemahaman antara pelaksana dalam mengartikan makna CSR
yang sebenarnya, terutama koordinasi dengan tingkat pemerintahan yang
lebih rendah. Sehingga diharapkan agar koordinasi antara PT. Pembangkit
Jawa Bali Unit Pembangkit Gresik dengan pemerintah harus ditingkatkan
dengan baik.
Penelitian menurut Samsiyah, Sambharakhresna, dan Kompyurini (2013)
yang berjudul “Kajian Implementasi Corporate Social Resposibility
Perbankan Syariah ditinjau dari Syariah Enterprise Theory pada PT. Bank pembiayaan Rakyat Syariah Bhakti Sumekar Cabang Pamekasan” menghasilkan bahwa implementasi CSR pada PT. BPRS Bhakti Sumekar
masih sangat terbatas, dilakukan secara sukarela, dan masih jauh dari cara
untuk sesuai dengan teori perusahaan syari’ah.
Penelitian menurut Usria (2014) yang berjudul “Implementasi dan Peran CSR terhadap Kepercayaan Anggota Anggota BMT Fastabiq Pati” menghasilkan bahwa adanya pelaksanaan CSR di BMT Fastabiq Pati sejalan
dengan prinsip Triple Button Line (TBL) serta berdampak positif dalam
meningkatkan kepercayaan anggota.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu hanya memfokuskan pada
nilai-nilai sosial (amal) nya saja dan tidak melihat apakah cara
pengimplementasiannya berjalan dengan baik, terprogram dan terencana atau
tidak dan sesuai dengan teori atau tidak, serta bagaimana strategi perusahaan
oleh stakeholder (masyarakat sekitar). Ada yang menghasilkan tentang kendala pada saat pelaksanaannya dan dampak setelah pelaksanaan CSR bagi
para anggota perusahaan itu sendiri, tetapi tidak di teliti lebih dalam lagi
apasajakah kendala yang sering terjadi saat akan mengimplementasikannya.
B. Kerangka Teori
Dewasa ini tidak cukup bagi perusahaan hanya memfokuskan diri pada
pertumbuhan ekonomi semata, akan tetapi dibutuhkan sebuah paradigma baru
dibidang bisnis yaitu, pembangunan yang berkelanjutan, maksudnya adalah
suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi
skemampuan dan kesempatan generasi berikut untuk dapat memenuhi
kebutuhannya. Generasi masa kini harus memanfaatkan seefisien mungkin
sumber daya alam yang tersedia sesuai dengan kebutuhan yang optimal
(Badroen, Suhendra, Mufraen dan Ahmad, 2006:188).
a. Definisi CSR (Corporate Social Responsibility)
Menurut Fahmi (2014: 293-294) Corporate social responsibility
adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan
tanggung jawab social perusahaan dan menitik beratkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan
lingkungan. Secara konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian social dalam operasi bisnis
(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Suharto, 2007:103). Artinya pihak perusahaan harus melihat jika CSR bukan
program pemaksaan tapi bentuk rasa kesetia kawanan terhadap sesame
umat manusia, yaitu membantu melepaskan pihak-pihak dari berbagai
kesulitan yang mendera mereka, dan efeknya nanti bagi perusahaan itu
juga. Definisi formal dari tanggungjawab social (social responsibility) adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil
tindakan yang berperan dalam mewujudkan kesejahteraan dan
masyarakat. Kewajiban tersebut dapat berbentuk perhatian perusahaan
pada masyarakat sekeliling maupun tanggungjawab pada pemerintah
dalam bentuk membayar pajak secara jujur dan tepat waktu.
Tanggung jawab perusahaan pada masyarakat saat ini dikenal
dengan istilah CSR (Corporate Social Responsibility). Pembahasan
tentang CSR pada era sekarang ini mulai meningkat sehubungan dengan
banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat akibat tindakan
perusahaan.
Howard Robert Owen oleh beberapa pihak telah disebut sebagai
penggagas dan peletak dasar yang begitu gigih memperjuangkan konsep
CSR untuk diterapkan. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah
mengenai kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan
nilai-nilai dan tujuan yang hendaknya dicapai masyarakat di tempat
Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh
berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang
memperkenalkan konsep Iron law of social responsibility. Davis
berpendapat bahwa penekanan pada tanggungjawab social perusahaan
atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan
terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot
tanggungjawab yang harus diperhatikan perusahaan itu pada masyarakat.
Seiring dengan perkembangan waktu pembahasan CSR semakin
berkembang, para pengelola bisnis semakin menyadari akan peran serta
fungsi dari CSR dalam mempengaruhi pembentukan kinerja suatu
perusahaan. Seperti pada masa tahun 1990an banyak kalangan mulai
membeikan penafsiran yang beragam tentang CSR tersebut.Tahun
1990an dianggap sebagai tahun yang begitu tinggi menyangkut
pembahasan CSR, dan itu diikuti oleh dukungan serta tekanan dari
berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM).
b. Definisi Implementasi
Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau
adanya mekanisme suatu sistem.Implementasi bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan
(Usman, 2002:70).
Wujud implementasi dari program Corporate Social Responsibility
bantuan pembangunan jalan, bantuan pembangunan sarana ibadah, atau
bantuan perayaan hari-hari besar nasioanal, akan tetapi berupa program
pemberdayaan masyarakat yang dalam jangka waktu yang panjang dapat
memberikan perubahan kesejahteraan masyarakat seperti, pembuatan
koperasi simpan pinjam, pemberian beasiswa, program orang tua asuh
bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan lain sebagainya
(Badroen, Suhendra, Mufraeni dan Bashori, 2006:191).
Tanggungjawab sosial perusahaan yang diimplementasikan oleh
perusahaan di atas adalah bagian dari etika kerja yang sangat dijunjung
tinggi oleh nilai-nilai agama. Lebih dari itu, etika kerja juga sangat terkait
erat dengan kepuasan kerja (job satisfaction) dan komitmen perusahaan yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi (Badroen,
Suhendra, Mufraen dan Ahmad, 2006:192).
c. Landasan Teoritis
1. Teori Legitimasi
Menurut Hadi (2011:87-93) legitimasi masyarakat merupakan
faktor utama bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan
perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai strategi
perusahaan terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di
tengah lingkungan masyarakat yanmg semakin maju.
Legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang
pemerintah, untuk itu perusahaan harus beroperasi secara kongruen
dengan harapan masyarakat. Legitimasi perusahaan juga merupakan
arah implikasi orientasi pertanggungjawaban perusahaan yang lebih
menitik beratkan pada perspektif masyarakat (Deegan, dalam Hadi
2011:88). Legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian
anatara keberadaan perusahaan yang tidak menggangu atau dengan
kata lain perusahaan itu sesuai dengan sistem nilai yang ada pada
lingkungan sekitarnya. Ketika terjadi ketidaksesuaian, maka
legitimasi perusahaan akan terancam.
Pengurangan kesenjangan legitimasi dapat dilakukan dengan
cara meningkatkan tanggungjawab sosial perusahaan, melakukan
keterbukaan (transparansi) operasi perusahaan. Medley (1996) dalam
Hadi (2011:90) memberikan ilustrasi tentang teori legitimasi yaitu
tentang keterhubungan antara para pihak yang berkepentingan
(stakeholders) yang berpengaruh pada perusahaan. Keterhubungan tersebut dapat memunculkan potensi mendukung maupun menekan
terhadap perusahaan. Tanggungjawab sosial perusahaan juga dapat
meningkatkan reputasi perusahaan, menjaga image dan strategi
perusahaan.
Pattern (1992) dalam Hadi (2011:92) menyatakan bahwa upaya
yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengelola
legitimasi agar efektif, yaitu dengan cara:
b) Melakukan komunikasi dialog tentang masalah nilai sosial
kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsinya
tentang perusahaan.
c) Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan, terutama
terkait dengan masalah tenggungjawab sosial (social
responsibility).
2. Teori Stakeholder
Menurut Hadi (2011:93-95) Perusahaan tidak hanya sekedar
bertanggungjawab terhadap para pemilik sebagaimana terjadi selama
ini, namun bergeser menjadi lebih luas yaitu sampai pada ranah
sosial kemasyarakatan (stakeholder), selanjutnya disebut
tanggungjawab sosial (social responsibility). Fenomena seperti itu terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi (Harahap, dalam Hadi, 2011: 93). Untuk itu tanggung jawab
perusahaan yang semula hanya diukur sebatas pada indicator
ekonomi dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan
memperhitungkan faktor-faktor sosial terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal.
Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun
dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh
sekitar, lingkungan internasional, lembaga di luar perusahaan,
lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum
minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan.
Batasan stakeholder tersebut di atas mengisyaratkan bahwa
perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder, karena mereka
adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara
langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang
diambil dan dilakukan perusahaan. Jika perusahaan tidak
memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin akan menuai
protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder.
Perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan
sosial. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan
keputusan, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan
perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan untuk bertahan
hidup (Adam, dalam Hadi, 2011:94-95).
Dengan ini dapat ditarik hubungan antara teori legitimasi dan
teori stakeholder bahwa perusahaan seharusnya mengurangi
expectation gap dengan masyarakat sekitar guna meningkatkan legitimasi (pengakuan) masyarakat terhadap perusahaan. Perusahaan
sudah seharusnya menjaga reputasinya dengan memutar pola tujuan
menjadi cenderung kepada orientasi masyarakat atau dengan kata
lain lebih memperhitungkan faktor sosial sebagai wujud kepedulian
dan keberpihakan terhadap masalah sosial kemasyarakatan.
3. Teori Kontrak Sosial
Menurut Hadi (2011:95-99) kontrak sosial muncul karena
adanya hubungan dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Agar
terjadi keselarasan, keseimbangan, dan keserasian termasuk terhadap
lingkungan. Bederadaan perusahaan sangat ditentukan oleh
masyarakat, di mana antara keduanya saling berpengaruh. Untuk itu,
agar terjadi keseimbangan, maka perlu kontrak sosial baik secara
eksplisit maupun implisit sehingga akan terjadi kesepakatan untuk
saling melindungi kepentingan satu sama lain.
Perusahaan memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk
member manfaat bagi masyarakat setempat. Perusahaan akan selalu
berusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan norma-norma
yang berlaku di masyarakat, sehingga kegiatan perusahaan dapat
dipandang dan diakui (Deegan, dalam Hadi, 2011:96). Dalam
hubungan antara perusahaan dengan stakeholder, kontrak sosial
mengisyaratkan bahwa operasinya harus sejalan dengan ekspektasi
masyarakat sehingga perusahaan akan mendapatkan legitimasi.
Perusahaan harus melebarkan tanggungjawabnya tidak hanya
sekedar economic resposibility tetapi lebih di arahkan kepada
bahwa kegiatannya tidak melanggar dan bertanggungjawab kepada
pemerintah yang dicerminkan dalam peraturan dan perundangan
yang berlaku. Sebagai pihak yang memiliki ikatan sosial, disamping
perusahaan berupaya menjaga eksistensi dan survival dengan
pencapaian dan peningkatan kinerja secara ekonomi (profit),
perusahaan juga harus memperhatikan kaidah tata aturan yang
berlaku. Dalam mencapai tujuan secara ekonomi, perusahaan tidak
diperkenankan untuk menggunakan berbagai caratanpa menaati
peraturan yang ada. Tetapi itu semua tidak cukup, hal ini di
karenakan keberadaan perusahaan di tengah lingkungan juga
membutuhkan pengakuan dari masyarakat. Disitulah perlunya
meningkatkan perlunya meningkatkan perhatian terhadap masalah
sosial yang terbungkus dalam strategi corporate social
BAB III
LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum
1. Sejarah KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Mandiri Sejahtera merupakan
salah satu dari begitu banyak Koperasi yang ada di Jawa Tengah,
khususnya di Kabupaten Semarang, yang bergerak dalam bidang usaha,
simpan pinjam dengan sistem syariah.Berawal dari keinginan beberapa
orang pendiri yang sebagian sekarang menjadi pengelola untuk bisa lebih
mandiri, setelah bergabung dan cukup lama di koperasi/BMT yang lain,
untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya dan anggota, untulk bisa lebih
mengem,bangkan diri dengan tantangan yang baru serta membuka
lapangan kerja baru, maka berdirilah koperasi ini.
Maka setelah berkonsultasi dengan Dinas terkait kami disarankan
untuk tidak sudah ada yang tidak pernah beroperasi. Setelah melalui
pertimbangan banyak hal, kami memilih Koperasi Upaya Mandiri dengan
Badan Hukum: 012/BH/KWK.11.1/IX/1998 dengan surat pengesahan
dari Menteri Koperasi Pengusaha Kecil Menegah Nomor:
01/KOP-UM/VIII/1998 milik Masjid Istiqomah Ungaran untuk kami pergunakan,
pergunakan, dikarenakan beberapa pengurus kami adalah pengurus
Masjid Istiqomah yang berada di Ungaran Barat Kabupaten Semarang,
persetujuan dari Dinas Koperasi maka pada tanggal 17 januari 2010
Koperasi Upaya Mandiri resmi dijalankan untuk kegiatannya dengan
beralamat kantor di Jl. Palmerah Raya B1 Babadan Permai Beji Ungaran
Timur Kab. Semarang.
Setelah berjalan selama kurang lebih satu tahun, maka kami adakan
perubahan Anggran Dasar Koperasi Upaya Mandiri, sekaligus perubahan
Nama Lembaga dan Badan Hukum untuk wilayah Kabupaten Semarang
menjadi Jawa Tengah karena beberapa anggota beralamat di luar
kabupan Semarang.Setelah Pengajuan Perubahan Anggaran Dasar maka
pada tanggal 18 Januari 2011 telah mendapat pengeasaha dari Gubernur
Jawa Tengah Nomor: 04/PAD/XIV/I/2011 tentang pengesahan Anggaran
Dasar Koperasi Upaya Mandiri manjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) BMT Mandiri Sejahtera dengan Badan Hukum Jawa Tengah.
Pada tahun 2016 Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) BMT
Mandiri Sejahtera mengadakan perubahan Anggaran Dasar lagi untuk
perubahan Nama, Alamat Dan Badan Huskum dari Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) BMT Mandiri Sejahtera menjadi Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Mandiri Sejahtera
yang beralamatkan di Ruko Grand Royal, Jalan Merdeka No. 6D
Kelurahan Beji, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang sampai hari ini.
Demikian sejarah singkat berdirinya lembaga kami di awal tahun 2010
2. Visi,Misi dan Tujuan
Visi :
“Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang Sehat, Professional, dan
Terpercaya”
Misi :
a. Mengembangkan system ekonomi syariah.
b. Meningkatkan kesejahteraan bagi para anggota yang
berkesinambungan.
c. Membantu terciptanya lapangan kerja.
d. Menciptakan system kerja yang efektif dan efisien (great
system).
e. Menciptakan SDI (sumber daya insani) yang handal (great
people).
f. Mendapatkan laba yang optimal (great result).
Tujuan :
a. Menjalin silaturrahim dan kerjasama saling menguntungkan
antara anggota, calon anggota, dan stakeholder.
b. Menciptakan lapangan kerja baru.
c. Sebagai jembatan antara pemilik modal dengan merka yang
membutuhkan jasa keuangan.
d. Sebagai sarana untuk mencapai cita-cita bagi para anggota,
3. Struktur Organisasi
Sumber: KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Gambar 3. 1. Gambar Struktur Organisasi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
4. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian
a. Manajer Cabang
1) Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi : Di bawah Manajer Tamwil;
membawahi langsung Bagia/Kabag. Operasional, Kabag.
Pemasaran.
2) Fungsi Utama Jabatan
a) Memimpin Usaha KSPPS BMT Mandiri Sejahtera di
kebijakan umum yang telah ditentukan KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera.
b) Merencenakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
seluruh aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dan
dari anggota dan lainnya serta penyaluran dana yang
merupakan kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan
yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama
dalam upaya mencapai target.
c) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada
dalam tanggung jawabnya.
d) Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan
pihak lain (customer) yang dilayani dengan tujuan untuk
mengembangkan pelayanan yang lebih baik.
e) Membina hubungan kerjasama eksternal dan internal, baik
dengan para Pembina koperasi setempat, badan usaha
lainnya maupun secara internal dengan seluruh aparat
pelaksana, demi meningkatkan produktifitas usaha.
b. Kepala Bagian Koperasi
a) Identitas Jabatan
Unit kerja : Bagian koperasi
Posisi dalam organisasi : Dibawah ini Manager
cabang sejajar Kabag.Pemasaran, membawahi seksi pembukuan
b) Fungsi Utama Jabatan
Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta
mengevaluasi seluruh aktivitas dibidang operasional baik yang
berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal yang
dapat meningkatkan profesionalisme KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera khususnya pelayanan terhadap mitra maupun anggota
KSPPS BMT Mandiri Sejahtera.
3. Teller
a) Identitas Jabatan
Unit Operasional : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kepala Bagian
Operasional
b) Fungsi Utama Jabatan
Merencanakan dan melaksanakan seluruh transaksi yang
sifatnya tunai.
4. Sumber Daya Manusia (SDM) & Umum
a) Identitas Jabatan
Unit Operasional : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi : Dibawah Kepala Bagian
Operasional
b) Fungsi Utama Jabatan
1) Melakukan pengadministrasian dan pemeliharaan data
(absensi, cuti dan lain-lain), pendidikan, pelatihan, karir dan
hubungan atarr karyawan.
2) Memberikan pelayanan pada karyawan serta hal-hal umum
lainya yang tidak termasuk dalam kegiatan operasional
koperasi yang telah diatur seecara khusus dalam bidang
pemasaran, operasional lain-lain.
5. Layanan Mitra Usaha
a) Identitas Jabatan
UnitOperasional : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi :Dibawah Kepala Bagian
Operasional
b) Fungsi Utama Jabatan
1) Memberikan pelayanan prima kepada mitra sehubungan
dengan produk funding (penghimpunan dana) dan produk
financing(pembiayaan)
2) Memberikan informasi hak dan kewajiaban anggota
secukupnya dan informasi lain yang diperlukan dan
mengarahkan anggota/calon anggota pada pilihan produk
yangsesuai dengan kebutuhannya.
6. Akutansi/Pembukuan
a) Idetitas Jabatan
Unit Operasional : Bagian Operasional
Operasional
b) Fungsi Utama Jabatan
Mengelola administrasi keuangan hingga ke pelaporan
keuangan.
7. Kepala bagian pemasaran
a) Identitas jabatan:
Unit kerja : Bagian pemasaran
Posisi dalam organisasi : Dibawah Manajer cabang,
sejajar Kabag. Operasional. Membawahi seksi-seksi Adm.
Pembiayaan, Staf Pembiayaan dan Staf Penagihan.
b) Fungsi utama jabatan:
Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target dan
funding serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat
dalam upaya mencapai sasaran termasuk dalam menyelesaikan
pembiayaan bermasalah.
8. Staff Pemasaran
a) Identitas Jabatan:
Unit Kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kepala Bagian
b) Funsi Utama Jabatan:
1) Melakukan sosialisasi seluruh produk BMT Mandiri
Sejahtera dan melakukan upaya kerjasama atau sindikasi
dengan pihak/lembaga lainnya
2) Melayani permohonan penyimpanan dana (simpanan &
deposito) dengan bekerja sama dengan bagian Layanan
Mitra Usaha
3) Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan analisis
kelayakan serta memberikan rekomendasi atas pengajuan
pembiayaan sesuai dengan hasil analisis yang telah
dilakukan.
9. Administrasi Pembiayaan
a) Identitas jabatan:
Unit Kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kepala Bagian
Pemasaran
b) Fungsi Utama Jabatan:
Mengelola administrasi data mitra usaha, melakukan proses
pembiayaan mulai dari pencairan hingga pelunasan, membuat
B. Kegiatan BMT
1. Produk Simpanan
a. SIRELA (simpanan suka rela lancar)
Pengambilan simpanan dapat dilakukan setiap waktu pada jam
kantor. Setoran awal minimal Rp. 20.000,- selanjutnya minnimal Rp.
5.000,-
b. SISUKA (Simpanan Berjangka)
Simpanan yang penggambilanya dilakukan dalam jangka waktu
yang telah disepakati bersama yaitu 3 (tiga) sampai 12 (dua belas)
bulan. Setoran pertama minimal Rp. 1.000.000,-
c. SISUQUR (Simpanan Sukarela Qurban)
Membantu anda dalam merencanakan pelaksanaan ibadah
qurban secara bertahap dan mudah
d. SIHARUM (Simpanan Haji dan Umroh)
Membantu nasabah dalam perencanaan ibadah Haji dan Umroh
e. Baitul Maal
KSPPS BMT Mandiri Sejahtera juga siap menerima titipan
zakat, infaq dan shodaqoh dari anggota dan masyarakat dan juga siap
menyalurkanya kepada masyarakat yang berhak menerima melalui
2. Produk Pembiayaan
a. Pembiayaan Beli Barang
Dengan prinsip jual beli murabahah, fasilitas pembiayaan yang
diperuntukan bagi anggota yang mengingiinkan barang atau
peralatan usaha guna mendukung kegiatan usaha anggota.
b. Pembiayaan Multi Jasa (PMJ)
Dengan prinsip jasa ijaroh, fasilitas pembiayaann diperuntukan
bagi anggota yang terkendala dalam membayar biaya pendidikan,
biaya sewa rumah, biaya sewa tempat usaha, biaya perawatan rumah
sakit, biaya perjalanan dan biaya lain yang diperlukan.
c. Pembiayaan Mitra Usaha (PMU)
Kerjasama mudharabah atau musyarokah, fasilitas pembiayaan
yang diperuntukan bagi anggota yang menginginkan permodalan
dalam pengembangan usaha yang digelutinya, agar usahanya
BABIV
ANALISIS
A. Format dan Konsep Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility)
pada BMT Mandiri Sejahtera
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara dengan
Bapak Andi Setyawan, S.E. selaku Manajer Utama di KSPPS Mandiri
Sejahtera diketahui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan menurut BMT
ialah tanggung jawab mereka terhadap masyarakat, terutama kepada
masyarakat di sekitar perusahaan (stakeholder) yaitu dengan cara
mengedepankan sisi Baitul Maal, hal ini sejalan dengan teori stakeholder
yang dikemukakan oleh Hummels (1998) dalam Hadi (2011:94) “stakeholder
are individuals and groups who have legitimate claim on the organization to participate in the decision making process simply because the are affected by the organisation’s practices, policies and actions”. Dari definisi tersebut, BMT menggaris bawahi jika perusahaan hendaknya memperhatikan
stakeholder nya karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung atas segala aktivitas dan
kebijakan yang di ambil dan dilakukan oleh perusahaan.
Dalam wawancara berikutnya, Bapak Joko Supriyanto. S.E. selaku
Manajer Pemasaran juga menuturkan bahwa untuk mengimplementasikan
tanggungjawab sosialnya, BMT Mandiri Sejahtera bergabung dengan sebuah
Daerah) Kabupaten Semarang yang juga termasuk dalam FOZ (Forum
Organisasi Zakat) Indonesia. Di dalam organisasi ini sudah terdapat program
amal yang terencana, seperti; Program Kab. Semarang Sehat, Program Kab.
Semarang Peduli, Program Kab. Semarang Cerdas, Program Kab. Semarang
Makmur, dan Program Kab. Semarang Bedah Rumah.
Hampir semua program yang ada di BAZNASDA diikuti oleh BMT
Mandiri Sejahtera, terkecuali Program Kab. Semarang Bedah Rumah,
“Karena biaya yang tidak sedikit, maka BMT memilih untuk tidak
mengambilnya terlebih dahulu” tutur Pak Joko. Mungkin jika dana maal dari
BMT sudah dirasa mencukupi maka BMT akan mencoba untuk mengambil
program tersebut. Walaupun BMT tidak mengambil program tersebut, tetapi
semua program yang di ambil oleh BMT di rasa sudah sangat mencukupi
untuk melatih kepekaan BMT terhadap lingkungan, dan hal ini terus berlajan
sampai sekarang.
Dana maal yang di kumpulkan oleh KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
berasal dari ZISWAF yakni Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf. Dana
tersebut nantinya akan dikumpulkan setiap bulannya, dan hasilnya akan
disalurkan kepada yang lebih membutuhkan. Begitulah bentuk dari
tanggungjawab sosial perusahaan di BMT Mandiri Sejahtera.
Berikut program amal dari BAZNASDA Kab. Semarang yang diikuti
1. Program Kab. Semarang Sehat
Dalam program ini BMT Mandiri Sejahtera memberikan bantuan
kepada salah satu anak yang menderita penyakit Hidrosepalus sejak
lahir. Bantuan yang diberikan berupa uang jumlah sebesar Rp 200.000,-,
dan diberikan setiap bulan pada tanggl 24/25 di akhir bulan. Kebetulan
anak tersebut adalah anak yatim, jadi uang yang diberikan biasanya
digunakan untuk kebutuhannya sehari-hari. Pemberian bantuan ini sudah
berjalan selama 3 tahun, dan masih dijalankan sampai sekarang.
Profil penerima Santunan:
Nama : Fadli
Alamat : Jl. Ngrawan Lor, Bawen, Kab. Semarang
Usia : 12 tahun
2. Program Kab. Semarang Makmur
Melalui dana ZISWAF yang sudah terkumpul, BMT Mandiri
Sejahtera melakukan pemberdayaan skill bagi anggota dan bukan
anggota yang kurang mampu. Hal ini akan diberikan kepada seseorang
yang memiliki keahlian tetapi benar-benar kurang dalam masalah
ekonomi, maka akan dibantu dengan memberikan sesuatu yang dapat
dimanfaatkan agar menghasilkan pundi-pundi uang.
Pada program ini, BMT Mandiri Sejahtera melakukan pemberdayaan
skill kepada beberapa keluarga. Contohnya sebagai berikut:
BMT Mandiri Sejahtera memberikan dana pinjaman lunak
(qardhul hasan) untuk salah seorang anggotanya. Dana tersebut digunakan untuk membeli 1 buah mesin jahit. Mesin jahit itu
nantinya akan digunakan untuk bekerja guna memenuhi
kebutuhannya setiap hari. Dimana mereka hanya perlu mengganti
pokoknya saja kepada BMT tanpa tambahan dana apapun. Fasilitas
ini hanya akan diberikan kepada para anggota miskin potensial saja.
Sekarang usaha mereka sudah mulai berkembang. Bahkan
anggota tersebut sudah mulai menabung dan dapat bersedekah di
BMT Mandiri Sejahtera.
b. Memberikan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf)
Pada kesempatan ini Bapak Joko membocorkan bahwasannya
BMT Mandiri Sejahtera berencana akan memberikan sebuah warung
yang nantinya akan digunakan salah seorang anggota BMT untuk
berjualan gorengan. Semua peralatan dan perlengkapan untuk
berjualan akan dibiayai oleh BMT, anggota tersebut hanya tinggal
menjalankannya saja.
Lokasi warung tersebut terletak di ruko-ruko Undaris, Ungaran.
Rencananya di warungnya akan berikan celengan untuk bersedekah
si pemilik warung sejumlah Rp 1.000,- setiap harinya. Celengan
tersebut nantinya akan di sedekahkan melalui BMT. Karena BMT
berarap agar selain usahanya berkembang mereka juga dapat berbagi
Berbagai contoh di atas adalah beberapa contoh anggota BMT yang
menerima bantuan untuk mengembangkan kecakapan (skill) nya. Dan
yang diberikan pun tidak langsung diberikan, tetapi juga melewati
beberapa pertimbangan dan survey yang dilakukan oleh BMT apakah
orang-orang tersebut layak untuk diberi bantuan atau tidak. Dan apakah
orang-orang tersebut dapat bertanggung jawab atas apa yang sudah
diberikan/diamanahkan oleh BMT kepada mereka.
Khusus untuk pembiayaan qardhul hasan sendiri, salah seorang
kepala bagian yang merangkap menjadi staff marketing di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera cabang Ambarawa biasanya BMT menggunakan
prinsip 5C dalam mensurvei anggotanya, yakni:
1. Character
Penilaian ini berhubungan dengan kebiasaan, kejujuran,
kepribadian, dan kemauan calon penerima pembiayaan dalam
memenuhi kewajibannya.
2. Capability
Penilaian secara subjektif ini berhubungan dengan kemampuan,
kepandaian, dan keahlian si calon penerima pembiayaan untuk
menjalankan sebuah usaha.
3. Capital
Penilaian ini dilihat dari kemampuan modal si calon penerima
4. Collateral
Calon penerima pinjaman harus memberikan jaminan, tetapi
jaminan tersebut hanya untuk mengikat penerima pinjaman agar
bertanggung jawab dan membayar kembali pinjaman yang telah
diberikan. Mengingat dana ini memang digunakan untuk membantu
mensejahterakan masyarakat di sekitardan
5. Condition
Penilaian ini dilihat dari segi keadaan ekonomi yang sedang
berlangsung untuk pertimbangan di masa yang akan datang.
3. Program Kab. Semarang Cerdas
Dalam program ini, Bapak Joko mengemukakan bahwa BMT
Mandiri Sejatera mengalokasikan dana Infaq, Sodaqoh dan (hasil
deposito) Wakaf untuk diberikan kepada anak-anak sekolah yang
berprestasi tetapi dalam kondisi kurang mampu. Pemberian ini di lakukan
setiap pergantian tahun ajaran baru.
Setiap tahun ajaran baru, sekolah yang bekerjasama dengan BMT
Mandiri Sejahtera akan didahulukan untuk mendapatkan bantuan bagi
para pelajarnya. Seperti biasa, ada beberapa ketentuan-ketentuan khusus
untuk pemberian bantuan ini..
Bagi siswa/siswi berprestasi dan kurang mampu untuk membayar
belikan perlengkapan sekolah seperti tas, alat tulis dan sebagainya
dengan anggaran sebesar ±Rp 150.000,- sampai dengan Rp 200.000,-.
Hasil observasi penulis salama meneliti di BMT Mandiri Sejahtera,
dana tersebut tidak hanya dialokasikan untuk beasiswa saja tetapi BMT
juga merambah untuk men-sponsori setiap kegiatan perlombaan yang
diadakan di beberapa sekolahan yang bekerjasama dengan BMT. Seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan lomba di biayai oleh BMT
Mandiri Sejahtera.
Beberapa waktu yang lalu penulis di ajak untuk melihat kegiatan
lomba RA daerah Ambarawa se-Kecamatan yang disponsori oleh BMT
Mandiri Sejahtera. Berdasarkan observasi di lapangan secara langsung,
memang benar seluruh biaya pengadaannya di biayai oleh BMT. Dengan
ini penulis menyimpulkan bahwasannya untuk posisi keterlibatan
manajemen perusahaan dalam mengimplementasikan program CSR di
lapangan, KSPPS BMT Mandiri Sejahtera menggunakan pola strategi
self managing strategy dimana cara pengimplementasiannya dilaksanakan sendiri di lapangan, tanpa menggunakan pihak ke dua atau
ke tiga. BMT sendiri yang merencanakan, merumuskan tujuan, target,
evaluasi, monitoring serta melaksanakannya. Berikut daftar lomba yang
diadakan yaitu:
a. Lomba mewarnai (untuk TK kecil)
b. Lomba menggambar (untuk TK besar)
d. Lomba silat (untuk putra), dan
e. Lomba da’i cilik (untuk putra dan putri)
4. Program Kab. Semarang Peduli
Pada program ini, dana yang terkumpul akan di alokasikan untuk
santunan kepada kaum duafa dan 8 ASNAF lainnya, seperti; fakir,
miskin, amil, muallaf, budak, orang-orang yang terlilit hutang, fi
sabilillah, dan ibnu sabil. Dari kategori di tersebut, BMT hanya akan
menyantuni beberapa diantaranya, karena tidak semua kategori selalu
ditemui oleh BMT.
Dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Linda yang bekerja sebagai
Teller dan merangkap menjadi Customer Service menuturkan bahwa dalam pencarian orang-orang yang akan diberi bantuan ini, semua
pengelola BMT harus ikut bergerak tanpa terkecuali, untuk pencarian
anggota pun dilakukan hal yang sama. Baik yang marketing ataupun
tidak diwajibkan untuk ikut memantu dan terjun langsung. Karena
pengelola yang ada di BMT Mandiri Sejahtera masih sangat terbatas dan
tidak banyak seperti di Bank, jadi semua staff harus bekerjasama dalam
mencapai tujuan bersama. Penyaluran dana maal ini adalah bagian dari
tujuan BMT yaitu mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Karena BMT Mandiri Sejahtera tergabung dalam BAZNASDA
(Badan Amil Zakat Nasional Daerah) Kabupaten Semarang, jadi BMT
aktivitas amal dipandu oleh BAZNASDA. Salah satu hal yang di atur
oleh BAZNASDA adalah BMT di targetkan selama setahun mencari 2
orang untuk di bantu dengan dana ZISWAF, hal ini sudah berlaku sejak
tahun 2018 awal tahun ini. Dengan adanya peraturan ini, berarti BMT
Mandiri Sejahtera telah menjalankan teori Kontrak Sosial dimana BMT
Mandiri Sejahtera ini bukan hanya bertanggungjawab kepada stakeholder nya, tetapi juga dengan Pemerintah. BMT mencoba menaati peraturan
yang ada, dan tidak melanggar peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Pada tahun 2017 kemarin, BMT mendapatkan orang yang pantas
untuk mendapatkan bantuan melalui program ini. Beliau adalah Bapak
Sukarmin, pekerjaannya hanya sebagai marbot mesjid. beliau
mendapatkan bantuan dari BMT sebesaar Rp 100.000,-. Menurut
penuturan Bu Lili sebagai Kepala Bagian KSPPS Mandiri Sejahtera
cabang Ungaran, karena Bapak Sukarmin tidak ingin menerima uang
tersebut, maka uang tersebut di selipkan ke dalam gajinya. Bantuan ini
masih berjalan sampai sekarang.
Profil Penerima Santunan:
Nama : Sukarmin Karman
Alamat : Jl. Semboja, Bawen, Kab. Semarang
Usia : 50 tahun
Selain itu, BMT juga memiliki beberapa acara tertentu di hari-hari
tertentu untuk merealisasikan program ini. Seperti contohnya pada bulan
puasa Ramadhan, biasanya BMT Mandiri Sejahtera memiliki agenda
untuk berbuka bersama ± 30 kaum duafa dan anak yatim. Seperti biasa
semua karyawan diwajibkan mencari orang-orang yang membutuhkan
bantuan tersebut, minimal 1 orang karyawan harus mendapatkan 2 orang
untuk di ajak berbuka bersama. Setelah acara buka bersama selesai BMT
membagi-bagikan bingkisan berisi sembako kepada mereka dan juga
peralatan alat tulis untuk anak-anak yatim.
Bukan hanya acara di bulan ramadhan saja, tetapi BMT Mandiri
Sejahtera juga pernah mengadakan acara pengajian di sebuah desa kecil
di daerah Ambarawa. Pada acara tersebut semua biaya pengadaan di
tanggung oleh BMT. Di dukung oleh RT dan RW yang ada di desa
tersebut. Pengunjungnya pun selain warga desa, ada anak-anak yatim
Panti Asuhan yang ada di desa tersebut. Acara ini di meriahkan oleh
salah satu group Band sholawatan yang di bentuk oleh Bapak Joko.
Anggotanya terdiri dari 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, mereka
adalah anak-anak jalanan yang berasal dari berbagai daerah lalu
dikumpulkan oleh Bapak Joko untuk dibantu. Acara ini pun di akhiri
dengan pembagian sembako kepada warga desa yang datang dan alat
Tabel 4. 1. Daftar Sembako yang Diberikan Kepada per Orangan Sumber : Wawancara di BMT Mandiri Sejahtera
Secara teori tanggung jawab sosial perusahaan memang membawa
dampak positif bagi perusahaan maupun masyarakat di sekitarnya
(stakeholder). Memberikan manfaat yang sangat beragam bagi perusahaan yang dapat melihat CSR dari sisi positif. Walaupun banyak
sekali kritik atau masalah mengenai tanggungjawab sosial, tetapi itu
tergantung bagaimana setiap perusahaan dalam menyikapinya dan
mendudukan sebuah tanggungjawab sosial pada perusahaan.
Hasil wawancara dari pihak-pihak yang ada di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera, secara garis besar mereka mengemukakan bahwa tanggung
jawab sosial perusahaan ini sangat berpengaruh bagi BMT sendiri, baik
secara signifikan maupuan tidak. Manfaat yang diperoleh BMT Mandiri
Sejahtera dengan ada tanggung jawab sosial ini, diantaranya:
1. Adanya timbal balik
Setiap apapun yang kita lakukan pasti akan mendapatkan timbal
balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika kita berbuat
hal yang buruk, maka timbal baliknya pun akan buruk. Timbal balik
disini mengacu pada teori legitimasi dimana saat perusahaan
menjadikan tanggung jawab sosial sebagai kewajiban dan bukan
beban, maka kita akan memperoleh legitimasi (pengakuan)
masyarakat dengan mudah. Timbal balik untuk perusahaan adalah
terjaganya image serta citra positif perusahaan, dan masyarakat akan
ikut mendukung kegiatan dan kebijakan yang akan di lakukan dan di
tentukan oleh perusahaan. Tidak hanya teori legitimasi saja, tetapi
jika perusahaan menjadikan semua teori tentang tanggungjawab
sosial sebagai acannya, maka timbale balik positif yang akan mereka
terima.
Dengan adanya legitimasi, selain perusahaan mendapatkan
timbal balik terjaganya image dan citra positif perusahaan,
perusahaan juga akan semakin dikenal oleh masyarakat luas. Inilah
yang dimaksud dengan timbal balik yang paling signifikan. Selama
BMT mengedepankan Baitul Maal, maka akan lebih banyak
masyarakat yang mengenalnya. Dalam wawancara penulis dengan
Bapak Andi Setyawan, beliau menuturkan bahwa saat ini mulai
banyak permintaan proposal yang datang kepada BMT Mandiri
Sejahtera. Dan pada wawancara berikutnya, dengan Ibu Linda beliau
juga menurutkan bahwa tidak semua proposal dapat di terima (ACC)
tetapi hanya beberapa dan itu pun harus di sampaikan saat rapat
seperti apa. Untuk proposal dari luar kota jelas tidak akan diterima
karena jangkauannya terlalu jauh.
2. Mempengaruhi Ekonomi BMT
Dengan terpisahnya manajemen antara Baitul Maal dengan
Baitul Tamwil, memberikan tantangan kepada BMT agar keduanya bisa berjalan secara seimbang. Menurut Bapak Joko, dengan adanya
hal ini BMT dapat menghidupkan dana maal yang semula tidak
terlalu dihiraukan.
Pengaruh signifikan lainnya yaitu secara nominal ekonomi
(asset) dari BMT Mandiri Sejahtera sendiri ikut bertambah. Semakin
banyak masyarakat yang mengenal BMT, maka semakin banyak
masyarakat yang ingin menyimpan dan mengembangkan harta nya
di BMT Mandiri Sejahtera.
Salah satu staff marketing dari KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
yaitu Bapak Oki, beliau menuturkan bahwa “semenjak BMT
semakin di kenal masyarakat, para staff marketing tidak pernah
mencari anggota, karena sudah banyak orang yang ingin bergabung
menjadi anggota dengan sendirinya tanpa diminta”.
3. Memberikan hal positif bagi Pengelola maupun para
Anggotanya
Sejak berdirinya BMT Mandiri Sejahtera, telah membawa
dampak positif untuk pendirinya yakni Bapak Andi Setyawan, Bapak
masing-masing, mereka bertiga adalah panutan yang patut untuk di contoh.
Mereka menularkan kabikan kepada setiap karyawan.
Apalagi dengan adanya kegiatan tanggungjawab sosial
perusahaan ini, dimana setiap karyawan BMT harus ikut terjun ke
lapangan. Sehingga membuat mereka mengerti dan paham tentang
keadaan disekitarnya. Serta menambah rasa syukur atas segala
nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita semua.
Jika hal ini berpengaruh positif bagi pengelolanya, tentu saja hal
ini juga berpengaruh positif juga bagi para anggotanya. BMT
Mandiri Syariah mencoba menularkan sifat berbagi kepada setiap
anggota. Contohnya dengan sedekah subuh yang diberikan di
warung-warung milik anggota. Belum lagi wajib wakaf bagi
pengajuan pembiayaan, sampai denda kifarat bagi yang terlambat
dalam mengangsur. Hal seperti ini harusnya bisa disadari oleh para
anggota. Walaupun kelihatannya hal ini sangat kecil dan mudah
tetapi jarang ada orang yang bisa melakukannya dengan ikhlas.
Hal ini terbukti pada kesempatan lalu saat penulis melakukan
penelitian, Ibu Linda menuturkan bahwa ada seorang anggota yang
mengajukan pembiayaan di BMT Mandiri Sejahtera dan
menyerahkan uang Rp 500.000,- untuk di wakafkan. Hal ini tentu
membuat bangga BMT sendiri, karena ternyata ada seorang anggota
yang berbaik hati dan tulus dalam beramal. BMT juga merasa
anggota untuk anggota lainnya atau masyarakat diluar sana yang
lebih membutuhkan.
B. Kendala saat Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility)
Sebagai lembaga mikro syariah, KSPPS BMT Mandiri Sejahtera pasti
memiliki kendala dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaannya
sebagaimana perusahaan-perusahaan pada umumnya. Karena pada
kenyataannya memang perusahaan yang berhasil dalam penerapan tanggung
jawab sosial jumlahnya relatif sedikit. Untuk mendapatkan kepercayaan dari
para stakeholder tidak membutuhkan waktu yang singkat, semua itu
membutuhkan proses. Begitu juga dengan adanya kritik tentang tanggung
jawab sosial yang bermunculan di luar sana, menimbulkan berbagai persepsi
publik tentang perusahaan yang ada menjadi tantangan tersendiri bagi BMT
Mandiri Sejahtera untuk membangun reputasi dan citra positif perusahaan di
kalangan stakeholder. Hal itu tidak menyurutkan semangat dari BMT Mandiri Sejahtera untuk mewujudkan tanggung jawab sosial, karena memang itulah
dasar dari membangun sebuah BMT (Baitul Maal wa Tamwil).
Dari hasil wawancara, Bapak Andi menarik secara garis besar beberapa
kendala yang dialami BMT Mandiri Sejahtera pada saat
mengimplementasikan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) atau
1. Kendala pada anggaran
Sejak awal berdiri, BMT Mandiri Sejahtera telah memisahkan
bagian antara Baitul Maal dengan Baitul Tamwil, bukan berarti
dipisahkan secara bangunan tetapi secara manajemen. Baitul Maal
sendiri di manajeri oleh Bapak Joko Supriyanto selaku Manajer
Pemasaran di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera. Memisahkan bagian
secara manajemen bukan berarti BMT lepas dari tanggung jawab
sosialnya, akan tetapi ini justru sebagai pemicu agar kedua bagian
manajemen terpisah tersebut berjalan secara seimbang tanpa ada yang
lebih unggul diantara keduanya. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Aziz (2013:221) sudah saatnya setiap perusahaan
memberikan perhatian yang serius kepada masalah tanggungjawab sosial,
karena terbukti tanggungjawab sosial perusahaan memiliki peranan yang
signifikan dalam keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. Di
samping itu, tanggungjawab sosial perusahaan dapat menyeimbangkan
perusahaan dalam mencapai tujuan komersil dan tujuan lebih agung
terkait dengan CSR, yaitu salah satu dari rukun Islam tentang
pengeluaran ZAKAT. Melalui pengumpulan zakat akan dapat dibangun
masyarakat yang sejahtera.bahkan dalam instrument ilmu ekonomi Islam
sebagai bentuk dari tanggungjawab pribadi maupun sosial adalah
perangkat ZIS (Zakat, Infaq, dan Sodaqoh).
Dengan memisahkan bagian manajemen, secara otomatis dana juga
yang didapatkan dari sedekah subuh, dan pemotongan gaji suluruh
karyawan sebesar 2,5% setiap bulannya. Dana ZIS setiap bulannya akan
kumpulkan untuk dihitung. Tiap bulannya dana ZAI terkumpul sekitar ±
sejumlah Rp 2.000.000,-.
Untuk dana Wakaf memang masih berkaitan dengan bisnis, yaitu
dengan mewajibkan setiap anggota BMT Mandiri Sejahtera yang
mengajukan pembiayaan untuk membayar wakaf dengan pilihan nominal
sebanyak; Rp 5.000,-, Rp 10.000,-, Rp 20.000,-, Rp 25.000,-, Rp
50.000,-, Rp 100.00050.000,-,- dan seterusnya. Seluruh dana wakaf tersebut akan di
depositkan, setelah itu hasilnya akan di gabungkan dengan dana ZIS
untuk di berikan kepada yang lebih membutuhkan. Untuk dana wakaf
saat ini sudah terkumpul sekitar ± sejumlah Rp 8.000.000,- belum
termasuk perputarannya.
Tidak hanya dana ZIS saja, tetapi ada pemasukan lainnya juga.
Seperti yang kita ketahui untuk menyedekahkan harta kita bisa dari
Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf, Hibah, sumbangan, dana kifarat dan juga
pendapatan non-halal. Dana kifarat (denda kifarat) adalah denda yang
harus dibayar oleh anggota mengajukan pembiayaan tetapi ada
keterlambatan dalam pembayarannya (tidak sesuai waktu yang
ditentukan). Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Aris salah satu
staff Teller yang merangkap menjadi Customer Service di KSPPS
karena keterlambatan angsuran selama lebih dari 1 bulan dengan nominal
sukarela (tidak ditentukan).
Walaupun dana yang akan dikumpulkan berasal dari banyak hal,
tetapi tidak menutup kemungkinan adanya kendala kekurangan dana. Hal
ini disebabkan karena kurangnya kepekaan dari para anggota yang dari
sebagian kalangan menengah ke atas. Sedikit dari mereka yang ikut
mengeluarkan dana untuk bersedekah. Yang kedua dari para
pengelolanya sendiri, kebanyakan dari staff BMT sibuk memikirkan
target bisnis sehingga melupakan kewajiban untuk mencapai target Baitul
Maal. Mereka menganggap bahwa gaji yang sudah dipotong setiap
bulannya itu sudah cukup untuk menutupi dana maal yang ada. Pada
kenyataannya dana yang tersedia masih saja kurang.
2. Kendala di lapangan
Menurut penuturan Bapak Andi, pelaksanaan tanggung jawab sosial
di BMT Mandiri Sejahtera terkadang tidak berjalan dengan maksimal.
Mengingat, terjun ke lapangan akan membawa kita berhadapan dengan
masyarakat yang beraneka motif, berbagai perilaku dan kemampuan
dengan cara pandang tetang social responsibility yang berbeda. Sehingga memang akan memunculkan persoalan yang membutuhkan adaptasi dan
tingkat kesukaran yang cukup tinggi.
Kurangnya komunikasi serta koordinasi yang baik antara
Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial ini membuat rencana yang semula tertata dengan rapih menjadi berubah saat di lapangan. Atau
mungkin sebaliknya, persiapan yang kurang matang dan rencana yang
belum tertata dengan rapi membuat apa yang ingin diberikan oleh BMT
kepada si penerima bantuan tersebut menjadi berubah dan tidak bisa
sesuai dengan rencana yang ada.
Adanya kendala yang dihadapi oleh KSPPS Mandiri Sejahteran ini,
dapat disimpulkan bahwa kurangnya penerapan pada setiap evaluasi yang
dilakukan BMT untuk meminimalisir kendala yang sering terjadi. Karena
evaluasi dan pemantauan yang dilakukan guna mengetahui sejauhmana
pencapaian tujuan program serta apakah terdapat penyimpangan yang
membutuhkan tindakan koreksi, harus diterapkan dalam kegiatan
berikutnya. Paling tidak, evaluasi merupakan usaha prefentif munculnya
berbagai kesalahan dan kekurangefektifan pada suatu program yang
sedang dilaksanakan seperti program tanggungjawab sosial ini. Terutama
bagi tanggungjawab sosial yang bersifat multy years. Mengingat
banyaknya kendala di lapangan yang selalu menghadang dalam setiap
praktik tanggungjawab sosial perusahaan ini terhadap masyarakat dan
lingkungan (Hadi, 2011:148).
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut BMT Mandiri Sejahtera
terus berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik dalam setiap
serta saran dari para anggota. Memperbaiki berbagai kesalahan dan
kekurangefektifan yang sering terjadi. Terus meningkatkan tanggung
jawab sosialnya selaras dengan teori legitimasi yang dikemukakan oleh
Carroll dan Buchholtz (2003) dalam Hadi (2011:92) bahwa
perkembangan tingkat kesadaran dan peradaban masyarakat membuka
peluang meningkatnya tuntutan terhadap kesadaran kesehatan
lingkungan. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa legitimasi perusahaan di
mata stakeholder dapat dilakukan dengan melaksanakan etika dalam
berbisnis serta meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan (social responsibility). Hasil wawancara penulis dengan Bapak Andi Setyawan, menyatakan bahwa dalam penerapan tanggung jawab sosialnya BMT
Mandiri Sejahtera memiliki beberapa strategi khusus yang bertujuan
untuk meningkatkan dana maal (ZISWAF), diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengatasi kendala Anggaran
1) Untuk mengembangkan dana ZIS (Zakat, Infaq dan Sedekah)
yang tadinya hanya mengambil dari gaji karyawannya saja, kini
BMT mulai menambah strategi baru yaitu melalui sedekah
subuh. Sedekah subuh disini adalah strategi dengan memberikan
celengan di setiap meja karyawan, dan menitipkan celengan
tersebut kepada anggota BMT terutama yang memiliki warung.
Agar bukan hanya pemilik warung saja yang mengisinya tetapi