• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I TRI MEI SUSANTI MTK'14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I TRI MEI SUSANTI MTK'14"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah merupakan suatu hal yang pernah dialami oleh semua orang. Dari kecil sampai dewasa bahkan sampai akhir hayat seseorang, pasti selalu ada masalah yang harus dihadapi. Masalah timbul jika seseorang menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperoleh keinginannya. Dengan demikian suatu masalah menuntut seseorang untuk berpikir lebih panjang mengenai cara atau strategi bagaimana agar mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu, maka kemampuan pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk dikuasai oleh setiap orang.

(2)

Pemecahan masalah merupakan usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. Jika siswa tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah maka siswa tersebut tidak akan mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Di dalam pemecahan masalah, siswa tidak hanya dapat untuk memecahkan masalah tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa akan mampu untuk memahami suatu permasalahan dengan baik dan dapat mengembangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan kata lain, jika siswa tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik maka siswa tersebut tidak akan dapat untuk memahami suatu permasalahan dan mengembangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan suatu masalah.

Kelemahan pemecahan masalah siswa juga ditunjukkan dalam pembelajaran di sekolah. Siswa banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal dan rendahnya prestasi belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun UN. Padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas berupa latihan soal. Namun, ternyata latihan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis.

(3)

pemahaman siswa terhadap soal yang diberikan sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan soal tersebut. Sebagai contoh pada saat siswa diberikan soal berikut: “Ada dua buah bilangan. Bilangan yang besar ditambah empat kali bilangan yang kecil adalah 99. Bilangan yang kecil ditambah dengan tiga kali bilangan yang besar adalah 110. Tentukan tiga bilangan yang kecil ditambah empat kali bilangan yang besar!”. Sebagian besar siswa tidak mampu

menyelesaikan soal tersebut karena kesulitan memahami dan mencari cara menyelesaikan soal tersebut. Hal itu menunjukkan kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran yang mendukung kemampuan pemecahan masalah. Salah satu pembelajaran yang mendukung kemampuan pemecahan masalah adalah

problem posing. Problem Posing merupakan kegiatan penting dalam

pembelajaran matematika. NCTM merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan soal sendiri. Menurut Haji (2011), Problem Posing adalah suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan (merumuskan) suatu soal metematika yang lebih sederhana dalam rangka menyelesaikan suatu soal yang kompleks (rumit).

(4)

yang tidak dapat membuat soal. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hashimoto (Silver dan Cai, 1996) menyebutkan bahwa pembelajaran dengan Problem Posing menimbulkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam problem solving.

Menurut Silver dan Cai (1996) pembelajaran Problem Posing diaplikasikan dalam tiga bentuk aktivitas kognitif matematika yaitu: (a) Pre Solution Posing, yaitu pembuatan soal berdasarkan situasi atau informasi

yang diberikan, (b) Within solution posing, yaitu pembuatan atau formulasi soal yang sedang diselesaikan, (c) Post Solution Posing yaitu memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih menantang.

(5)

antara pembelajaran Problem Posing tipe Pre Solution Posing dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dengan demikian, siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu siswa membuat soal dan menyelesaikannya, mendidik siswa berfikir secara sistematis, mendidik siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan dan mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang dihadapi. Kaitan antara pemecahan masalah matematis dengan Problem Posing tipe Pre Solution Posing juga didukung hasil penelitian dari Paramita

(2012) yang menunjukkan bahwa pembelajaran Problem Posing tipe Pre

Solution Posing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa.

(6)

materi pokok Garis dan Sudut di MTs Negeri Slawi Tegal Tahun Ajaran 2009/2010.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin meneliti apakah ada perbedaan antara kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Posing tipe Pre Solution Posing dengan yang mengikuti Problem Posing tipe Post Solution Posing? Jika ada, apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Posing tipe Pre Solution Posing lebih baik daripada siswa yang mengikuti Problem

Posing tipe Post Solution Posing?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Posing tipe Pre Solution Posing?

2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Posing tipe Post Solution Posing?

(7)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Posing tipe Pre Solution Posing

2. Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Posing tipe Post Solution Posing

3. Mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Posing tipe Pre Solution Posing lebih baik daripada siswa yang mengikuti Problem Posing tipe Post Solution Posing.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa

a. Menumbuhkan semangat belajar siswa

b. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa 2. Bagi guru

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk mengetahui model pembelajaran yang tepat agar pembelajarannya dapat dilakukan lebih efektif dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

(8)

3. Bagi peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai Cronbach’s Alpha dari variabel tekanan ketaatan sebesar 0,840 lebih besar dari 0,6, hal tersebut membuktikan bahwa variabel

Hasil korelasi dengan product moment pearson pada pengujian H 3 menunjukkan ada hubungan antara kualitas relasi atasan-bawahan. dengan kebermaknaan kerja (r x1y= 0,686,

Konawe Selatan, dengan ini perusahaan tersebut diatas diundang untuk mengikuti tahap pembuktian kualifikasi, Negosiasi dan Klarifikasi yang akan di laksanakan pada :.

Pada bulan April 2009, penulis pemberitaanya juga hampir sama dengan bulan sebelumnya, antara lain ketidakberimbanganya narasumber, penampakan foto sadis, seperti

Cronobacter spp.(Enterobacter sakazakii) isolated from dried food products in Indonesia. 2012 Scanning electron microscopy and X-ray microanalysis: a text for biologists, materials

Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaf,aan

perpindahan kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip kerucut dengan diameter sebagai fungsi posisi pada keadaan tak tunak serta memvariasikan nilai koefisien perpindahan

Dengan pendekatan historis yang dibumbui dengan perspektif kemanusian (humanis), ia mendorongkan penafsiran yang lebih terbuka terhadap al-Quran melalui apa