• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala yang dihadapi

Dalam dokumen T1 712008019 Full text (Halaman 35-39)

DATA JUMLAH PENDUDUK

V.2. Kendala yang dihadapi

Penolakan dari intern warga jemaat GKJ Purworejo sendiri atau kampanye negatif (kampanye pesimistif) dari para pelaku renten (rentenir) dan dari beberapa anggota jemaat juga muncul, terutama dari warga jemaat yang bekerja di kalangan perbankan atau koperasi atau lembaga keuangan, yang memandang Credit Union Angudi Laras justru akan berpotensi mengurangi keuntungan lembaga keuangan tempat jemaat tersebut bekerja. Pendeta GKJ Purworejo menyikapi ini dengan melakukan pendekatan dan dialog, bahwa Credit Union Angudi Laras adalah ditujukan untuk membangun dan mendidik ekonomi produktif golongan kelas bawah (ekonomi lemah), sementara perbankan saat ini justru sangat dibutuhkan untuk golongan ekonomi menengah ke atas.59

Di samping hal tersebut kendala lainnya adalah tingkat kepercayaan warga yang masih menganggap bahwa Credit Union adalah penjelmaan ’koperasi lama’ yang pernah ada atau mirip dengan lembaga keuangan mikro lainnya. Hal ini kemudian disikapi oleh Pendeta, Pengurus, maupun para anggota Credit Union Angudi Laras yang telah tertolong dengan adanya Credit Union ini. Para anggota yang telah menikmati manfaat Credit Cnion ini memberi kesaksian tentang keuntungan-keuntungan yang didapatnya, hal inilah yang akan membuat promorsi Credit Union berdasarkan kesaksian dari mulut ke mulut.60

59

Wawancara dengan Pdt. Eko Lukas Sukoco (Pendeta GKJ Purworejo), tgl. 20 Maret 2014, jam 11.45 WIB.

32

V.3. Tantangan

Dalam waktu kurang lebih 3 tahun Credit Union Angudi Laras beroperasi melayani anggota dan warga gereja (sebagian besar termasuk kategori miskin), mampu mengajak 566 orang untuk bergabung, dengan aset yang dikelola sebesar Rp2.695.687.140,00 dan akumulasi keuntungan di akhir tahun ke tiga sebesar Rp412.080.590,00. Tantangannya adalah jika asset maupun keuntungan semakin besar, dan warga jemaat yang semula miskin sudah berubah ’dari miskin menjadi kaya/sukses’ apakah Credit Union masih tetap akan bekerja untuk tujuan sosial dan masih peduli dengan anggota miskin yang baru bergabung? Atau jika anggota Credit Union yang dari non-kristen sudah semakin banyak (bahkan kemungkinan lebih banyak dari anggota yang Kristen), apakah ruh ke-Kristen-an yang menjiwai Credit Union, akan masih dapat dipertahankan? Pertanyaan ini belum bisa terjawab.

VI. Penutup

Gereja sebagai komunitas religi dan sosial juga merupakan bagian dari negara dan masyarakat ini, maka permasalahan yang muncul di tengah-tengah negara dan masyarakat, khususnya dalam bidang ekonomi, juga merupakan tantangan bagi gereja untuk berbuat sesuatu. Gereja seharusnya juga terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam mengatasi permasalahan sosial dalam bentuk praksis. Gereja tidak hanya menyuarakan kerajaan Allah dalam bentuk verbal saja. Melalui Credit Union yang dipelopori oleh gereja, menjadikan gereja benar-benar menghadirkan kerajaan Allah dalam bentuk layanan sosial-ekonomi, khususnya bagi komunitas golongan ekonomi lemah yang awam terhadap praktek ekonomi produktif.

Di Indonesia, Credit Union dibangun dengan landasan ruh gereja, hampir seluruh Credit Union mengadopsi prinsip-prinsip teologi gereja dalam operasional pelayanannya. Credit Union meskipun sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1976,61 namun belum banyak komunitas yang mempraktekannya. Di kalangan komunitas Katholik atau komunitas Kristen, istilah Credit Union beberapa tahun ini sudah mulai dikenal. Namun banyak komunitas gereja masih menjadikannya sebatas wacana diskusi. Credit Union Angudi Laras merupakan salah satu bentuk upaya kepedulian GKJ Purworejo dan gereja-gereja di sekitarnya dalam bidang ekonomi warga jemaat, yang tujuannya adalah menyejahterakan jemaat secara ekonomi melalui pendidikan dan praksis secara nyata.

Credit Union Angudi Laras inilah yang merupakan perwujudan keberpihakan gereja terhadap orang miskin yang tidak mempunyai akses permodalan/kredit/bantuan (Widiastuti, 2013:13) dan tindakan gereja terlibat dalam hal ini bukan untuk mencari keuntungan secara

61CU. Tunas Muda, ”Sejarah Credit Union” http://cu-tunasmuda.blogspot.com/2011/03/sejarah-credit-union.html, diunduh 30 Januari 2014, jam 12.40

33 finansial, tetapi merupakan wujud keberpihakan dan jawaban atas panggilan gereja secara inklusif untuk ikut serta dalam menyelesaikan masalah ekonomi rakyat terutama bagi golongan masyarakat yang kurang mampu (Siregar, 212:36). Untuk mewujudkan Credit Union Angudi Laras menjadi suatu institusi yang nyata/benar-benar berjalan dan berkelanjutan, dibutuhkan suatu kerja keras dan kemauan yang teguh. Namun juga dibutuhkan pemahaman yang mendalam, agar Credit Union Angudi Laras dapat terus berjalan dan tidak bergantung pada belas kasihan pihak luar komunitas. Hal ini tentunya akan melibatkan tenaga-tenaga profesional di bidang ekonomi, mengingat para pekerja gereja biasanya lebih dibekali pemahaman teologi daripada ekonomi. Disamping hal tersebut juga Credit Union juga dapat saling belajar (studi banding) antar Credit Union yang ada dan saling menolong dalam mengatasi kendala operasionalnua, dengan demikian potensi merugi dari Credit Union Angudi Laras sebagai lembaga sosial yang bergerak dalam bidang ekonomi akan bisa dihindari.

Dalam Credit Union, orang akan belajar untuk saling mempercayai (credere) dan saling menolong dalam hal pemenuhan kebutuhan akan finansial. Sedangkan keuntungan lainnya, menjadikan anggota akan lebih mengerti tentang bagaimana menggunakan uang miliknya dengan bijak dan orang akan dituntun dalam pembelajaran usaha ekonomi produktif dan kreatif. Hal ini tentu saja sejalan dengan program pemerintah negara Indonesia. Sebab, selain membawa anggota Credit Union Angudi Laras untuk masuk dalam suasana yang mandiri ekonomi, secara langsung Credit Union juga membantu anggota dalam mengatasi permasalahan-permasalahan finansial dan sosial.

Jika warga jemaat sejahtera dalam hal ekonomi, hal ini secara tidak langsung juga akan membawa imbas bagi gereja, gereja secara institusi juga akan sejahtera. Kegiatan-kegiatan tugas pelayanan gereja lain, akan dapat berjalan lebih lancar karena dukungan warga jemaat yang telah disejahterakan oleh gereja terlebih dahulu melalui Credit Union. Model pelayanan ekonomi jemaat melalui Credit Union ini akan sangat membantu bagi gereja-gereja di pedesaan, namun juga akan menolong kaum miskin diperkotaan agar tidak menggantungkan diri dari belas kasihan warga jemaat lain yang lebih kaya (Diakonia Kharitatif).

Jika gereja dalam berupaya menyejahterakan jemaat dan masyarakat umum mau mengacu pada Yeremia 29:7 ”Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” maka Credit Union sangat selaras dengan maksud dalam ayat tersebut, meskipun tentu saja masih banyak cara lain untuk mengupayakan kesejahteraan jemaat. Mengingat Credit Union adalah suatu model pelayanan ekonomi Kristiani yang mungkin belum banyak didirikan di banyak gereja, maka sosialisasi kepada gereja-gereja lainnya perlu

34 dilakukan. Bahkan jika memungkinkan tidak hanya sebatas dalam sosialisasi, namun juga pendampingan khusus bagi gereja-gereja lainnya yang ingin mendirikan Credit Union. Jika banyak gereja telah mau dan mampu mendirikan Credit Union sebagai salah satu bentuk pelayanannya, maka gereja melalui Credit Unionnya akan menjadi institusi yang dibutuhkan oleh masyarakat, tidak sebatas dalam komunitas Kristen saja. Dengan demikian keberpihakan gereja terhadap orang miskin benar-benar telah diwujudnyatakan.

Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.... (Yohanes 20:21)

Credit Union Angudi Laras adalah salah satu kabar baik kasih Allah dalam bentuk ekonomi, yang menjelma dalam kesaksian suatu paguyuban pelayanan, demi terwujudnya damai sejahtera di antara umat manusia. Pengharapan tentang damai sejahtera tidak untuk sekedar dijadikan diangankan atau diwacanakan saja, tetapi harus diperbuat, dikerjakan dan dibangun, meski tidak sempurna. Biarlah kelak Allah sendiri yang akan turut campur tangan dalam penyempurnaannya.

35

Dalam dokumen T1 712008019 Full text (Halaman 35-39)

Dokumen terkait