• Tidak ada hasil yang ditemukan

kendi_mas_media@yahoo.comanjing itu?”

Dalam dokumen Ujian Nasional IPA 2010 soal dan pembaha (Halaman 56-58)

Maka sembah mereka sekalian itu : “Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dan karunia. Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya gilang-gemilang. Itulah yang dihambat oleh anjing itu. Maka pelanduk itu pun lenyaplah pada pantai ini. 11. Isi kutipan hikayat tersebut mengisahkan

seorang raja yang …

A. Menyuruh rakyat untuk memburu seekor pelanduk putih.

B. Diiringi para pengawalnya sedang melakukan pemburuan di hutan. C. Kesenangannya berburu pelanduk di

hutan.

D. Melakukan pemburuan dengan menggunakan seekor anjing.

E. Sedang berburu di hutan, hanya mendapatkan pelanduk putih.

12. Karakteristik cerita Melayu Klasik sesuai isi teks tersebut adalah….

A. Tokoh utama adalah binatang B. Berisi kesaktian seorang tokoh C. Kekejaman (kedzaliman) raja D. Cerita berkisar raja (istana sentries) E. Latar cerita di hutan belantara

13. Nilai budaya yang terungkap dalam kutipan cerita tersebut adalah…

A. Keinginan seorang raja selalu dituruti oleh segenap rakyat dengan rela karena sayang.

B. Menyembah raja merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh rakyatnya.

C. Para menteri dan hulubalang boleh membantah segala apa yang diperintahkan rajanya.

D. Rakyat boleh meminta ampunan atau keringanan hukuman dosanya atas perintah rajanya.

E. Semua rakyat harus taat dan mengabdi kepada raja yang sedang memerintah di wilayah mereka.

14. Amanat yang tersirat dalam penggalan hikayat tersebut adalah…

A. Jangan membantah apa yang

diperintahkan oleh seorang pemimpin kepada kita sebagai rakyatnya.

B. Hendaknya seorang pemimpin memerintahkan sesuatu dengan penuh

kebjaksanaan.

C. Seorang pemimpin janganlah kecewa jika sesuatu yang diharapkan tidak dapat diraih

D. Mintalah kebjaksanaan jika yang

diperintahkan oleh seorang pemimpin tidak dapat dilaksanakan.

E. Bila dalam suatu aktivitas terjadi suatu hambatan, pimpinan haruslah turun tangan dalam mengaturnya.

Bacalah kutipan cerpen berikut dengan seksama untuk menjawab soal 15 dan 16!

“Sebentar lagi panas terik, Mbah,“ kata seorang kuli bangunan yang mengaduk pasir dan semen, “ini sedang ketigo (= musim kemarau). Kalau yang nyangkut tidak diambil, sebentar lagi kering.”

Biar nanti saya bantu mengambilnya, Mbah,” kata kuli yang lain.

Mbah Jum mendengar komentar itu, tetapi tidak peduli. Dia terus menegadah. Terus mengait dan ranting berdaun waru terus berjatuhan. Di sana, di dekat, tersangkut di pagar seng, lalu ada yang menimpa dirinya. Masih terus saja Mbah Jum menengadah. Untuk mendapatkan uang, paling sedikit Rp 3.000,00 timbunan ranting harus menggunung setinggi lututnya. Selembar daun dihargai tiga puluh rupiah. Meskipun di bawah lipatan pakaian di kardus dia masih menyimpan beberapa ribu rupiah sisa upah membantu dapur kondangan lalu, tetapi dia harus menambah lagi. Lebaran mendatang dia ingin membeli kain bercorak parang yang sudah lama dia idamkan.

Daun-daun Waru di Samirono. Nh. Dini. 15. Amanat yang diungkapkan dalam kutipan

tersebut adalah…

A. Bekerjalah semaksimal mungkin untuk mendapatkan penghasilan yang diinginkan.

B. Jangan mengharapkan bantuan atau pemberian orang lain meski usia sudah lanjut.

C. Bantulah orang yang sudah berusia lanjut dalam mengerjakan pekerjaan yang berat.

D. Santunilah orang-orang berusia lanjut untuk membantu keperluan terutama di hari lebaran.

E. Hargailah jerih payah orang lain dengan semestinya, terutama hasil pekerjaan orang usia lanjut.

16. Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah…

A. Seorang yang sudah berusia lanjut tetap berusaha.

B. Menyuruh orang lain mengerjakan pekerjaan kita.

C. Menghargai hasil kerja orang lain tanpa melihat usia.

D. Mengumpulkan daun waru untuk memenuhi kebutuhan.

E. Mencari penghasilan dengan bekerja sendiri.

Teks untuk nomor 17 s.d. 19. Bacalah dengan seksama!

“ Tidak, dengarlah kataku,” kata Pak Balam

menguatkan hati, “aku telah dapat irasat

dan dapat mimpi. Sebelum kita berangkat dari kampong, dua malam sebelumnya, dan malam kita akan meninggalkan rumah Wak Hitam. Tetapi, ketika itu aku masih berharap Tuhan akan mengampuni dosaku, dan melindungi kita semua. Tidak aku seorang saja. Akan tetapi, semua kita akan mendapat celaka dalam perjalanan, ya itu tiap kita yang melakukan dosa besar….”

Buyung tiba-tiba sejuk dalam hatinya, mendengar ucapan Pak Balam ini. Tahulah Pak Balam tentang dosanya? Dia melihat kepada kawan-kawannya yang lain, ingin tahu apakah air muka mereka berubah juga mendengar kisah Pak Balam, apakah mereka juga masing- masing menyimpan dosa-dosa besar yang mereka sembunyikan dari orang lain? Ataukah dia sendiri saja yang mempunyai dosa besar yang harus ditebusnya? Tetapi, tidakkah dia telah minta ampun kepada Tuhan?

(1) Buyung tak dapat melihat sesuatu apa di wajah kawan-kawannya yang samar-

samar diterangi cahaya api unggun. (2) Muka Wak Katok tetap kelihatan keras dan kukuh. (3) Muka Pah Haji sabar dan tenang, (4) dan muka kawan-kawannya yang lain yang lebih muda seperti Talib, Sanip dan Sutan dibacanya perasaannya sendiri juga, yang mencerminkan rasa tegang yang mereka rasakan sejak harimau datang menyerang. (5) Akan tetapi, dia tak dapat membaca di wajah mereka, apakah mereka juga menyembunyikan dosa- dosa.

Harimau-harimau, Mochtar Lubis

17. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam kutipan novel tersebut adalah… A. Orang pertama tokoh utama B. Orang pertama sebagai penderita C. Orang ketiga bukan tokoh utama D. Orang ketiga terarah

E. Orang ketiga serba tahu.

18. Pembuktian watak Wak Katok yang keras terdapat dalam kalimat nomor…

A. (1) D. (4)

B. (2) E. (5)

C. (3)

19. Pendeskripsian watak Buyung dalam kutipan novel tersebut adalah….

A. Dialog antartokoh dan pikiran-pikiran tokoh

B. Perbincangan tokoh lain dan penjelasan pengarang

C. Lingkungan tokoh dan dialog antar tokoh

D. Penjelasan pengarang dan perbincang- an tokoh lain.

E. Gambaran isik dan penjelasan

pengarang.

20. Bacalah kutipan drama berikut dengan seksama!

Nirmala : “Ya Allah! Dimana Bilal dan Nurma? (tangis Nirmalapun meledak) “Ya Allah mengapa kau ambil kedua anakku? Mengapa tidak aku saja!” (suasana di ruangan itu hiru biru diliputi kesedihan mendalam begitu mendengar kejadian yang sebenarnya)

kendi_mas_media@yahoo.com

Dalam dokumen Ujian Nasional IPA 2010 soal dan pembaha (Halaman 56-58)

Dokumen terkait