• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS STRUKTUR TERHADAP NOVEL CERITA CALON ARANG

5.3 Kepahlawanan

Kepahlawanan berasal dari kata pahlawan. Pahlawan adalah orang yang dianggap berjasa dalam membela kepentingan orang banyak. Pahlawan pada masa lampau diartikan sebagai orang yang rela mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan negara. Dalam dunia pendidikan, guru dapat dianggap sebagai pahlawan karena jasanya dalam mencerdaskan bangsanya. Dalam keluarga, orangtua juga dapat kita anggap sebagai pahlawan yang rela membesarkan kita dengan kasih sayang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pahlawan sebagai sosok yang kuat, berani, pantang menyerah, dan rela mengorbankan dirinya untuk membela kebenaran dan kepentingan orang banyak. Seperti pendapat yang terdapat dalam menyatakan “Pahlawan adalah orang yang sangat gagah berani, pejuang yang unggul atau terkemuka”.

Marto (dala menyatakan “Kepahlawanan acap dilekatkan dengan nilai nasionalisme dan ataupun semangat patriotisme, dan tak terelakkan keduanya juga melekat kepada sejarah dan kisah lampau”.

Sikap kepahlawanan memang sangat berhubungan dengan patriotisme. Seperti yang terdapat dalam “Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah, dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Patriotisme berasal dari kata ‘patriot’ dan ‘isme’ yang berarti sifat

kepahlawanan atau jiwa pahlawan, atau ‘heroism’dan ‘patriotism’dalam bahasa Inggris. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.”

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa kepahlawanan merupakan sikap patriotisme yang rela berkorban demi bangsa dan negara. Dengan kata lain, mau mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak. Kepahlawanan dalam Cerita Calon Arang ini tergambar dari sikap ketersediaan dan kemauan Empu Baradah membebaskan penduduk Daha dari penderitaan yang disebabkan oleh Calon Arang. Empu Baradah dengan sikap yang berani menerima permohonan Kanduruan yang di utus Sri Baginda untuk menolong rakyat. Empu Baradah bertekad menaklukkan Calon Arang dan berjanji membuat hidup penduduk Daha aman dan sejahtera kembali.

“Baiklah, priyayi. Tuan lebih baik segera kembali mengahadap Sri Baginda. Sembahkan pada baginda bahwa aku, Empu Baradah, sanggup membatalkan teluh janda dari Girah yang bernama Calon Arang itu. Sembahkan juga bahwa penyakit pasti akan tumpas dan rakyat akan hidup aman kembali.” (Cerita Calon Arang, 2003: 57).

Seorang pahlawan selain harus memiliki kekuatan juga harus memiliki kemampuan lain, yaitu kepandaian dalam mengalahkan lawan. Artinya ia mempunyai cara bijak melalui kecerdasan akal di samping kekuatan yang dimilikinya. Kepandaian dan kecerdasan ini juga dimiliki oleh Empu Baradah. Setelah mengetahui bahwa penyebab Calon Arang berbuat jahat adalah karena belum ada lelaki yang melamarnya putrinya Ratna Manggali, maka Empu Baradah mengutus salah satu murid terbaiknya Empu Bahula untuk menikahi Ratna Manggali guna mengetahui rahasia kekuatan Calon Arang. Empu Bahula pun mengatakan kepada Kanduruan yang diutus Sri Baginda untuk menyediakan emas kawin untuk melamar Ratna Manggali. Calon Arang pun dengan girang menerima lamaran itu.

Setelah Sri Baginda menghadiahkan barang-barang berharga dan uang untuk emas kawin serta upacara pernikahan, berangkatlah Empu Bahula ke Dusun Girah. Naik kuda putih besar Empu Bahula diiringkan oleh pasukan berkuda kerajaan.

Pendeknya iring-iringan itu sampailah sudah di dusun Girah. Empu Bahula duduk di ruang tamu menunggu Calon Arang keluar.

Keluarlah Calon Arang menemui tamunya. Katanya sopan:

“Berbahagialah yang baru sampai, siapakah tuan, dan dari manakah datang?” “Semoga tuanku jangan gusar mendengar permohonan hamba,” kata Bahula. “Cobalah terangkan yang terkandung dalam niat tuan.” sambut Calon Arang. “Kedatangan hamba adalah hendak meminang putri tuan,” kata Bahula.

Bukan main girang Calon Arang. sekarang ia tak akan disindir-sindir dan dipercakapkan orang lagi. Sebentar lagi anaknya akan menjadi pengantin. Dengan girang pun ia menjawab:

“O, apakah yang akan dimarahkan? Cuma si Ratna Manggali anak dusun, tak tahu adat kota.” (Cerita Calon Arang, 2003: 70).

Tidak lama setelah Ratna Manggali dan Empu Bahula menikah, rahasia kekuatan Calon Arang telah diketahui oleh Empu Baradah melalui Ratna Manggali. Kekuatan mantra Calon Arang ada di dalam kitab yang selalu dibawanya ketika menyebarkan penyakit bersama murid-muridnya. Setelah kitab itu berada di tangan Empu Bardah dan ia selesai membacanya, maka Empu Baradah pun segera menangkal penyakit yang di sebarkan oleh Calon Arang. Ia segera membebaskan penduduk dari penyakit itu. Bahkan, menghidupkan kembali mayat yang belum membusuk. Penduduk Daha pun sangat gembira dan takjub melihat kekuatan Empu Baradah serta mengucapkan terimakasih pada Empu Baradah.

Setelah mengetahui rahasia kitab itu, Empu Baradah pergi ke tempat-tempat yang diamuk penyakit. Tiga orang di antara murid-muridnya yang terkemuka megiringkan. Sepanjang jalan mereka bertemu dengan orang mati. Dengan tuah mantranya Sang Empu mengobati orang-orang yang sakit. Segera saja mereka sembuh. Tentu saja girang benar yang telah disembuhkan itu. Mereka mengucapkan beribu-ribu terimakasih.

Sang Pendeta pun menolong orang-orang yang telah meninggal. Bila mayat itu belum membusuk Sang Pendeta memerciknya dengan iar. Dan hiduplah kembali mayat-mayat yang telah meninggal kena teluh itu. Kadang-kadang hanya dengan pandang, sentuhan, atau hembusan napas, mayat-mayat itu dapat hidup kembali. Barang kemana Sang Empu datang, tentu beribu-ribu orang datang memohon berkah. Orang-orang yang mati berhayat kembali. Orang-orang sakit segera sembuh

lagi. Karena itu tiap langkah Empu Baradah bertindak, ia ditaburi bunga-bungaan aneka macam. Kalau meneruskan perjalanan, semua penduduk sujud menghormatinya (Cerita Calon Arang, 2003: 75-76).

Setelah penduduk yang sakit disembuhkan dan mayat-mayat dihidupkan kembali, maka Empu Baradah akhirnya bertarung dengan Calon Arang. Calon Arang mencoba mengalahkan Empu Baradah dengan api, namun Empu Baradah tidak terkalahkan. Akhirnya Empu Aradah yang berhasil mengalahkan Calon Arang. Ia berhasil membuat Calon Arang meninggal, namun sebelum membunuh Calon Arang, Empu Baradah menyucikan jiwa Calon Arang agar kembali bersih dari dosa-dosa yag selama ini dilakukan Calon Arang.

“Hai, Baradah! Kenal engkau sekarang siapa aku? Teriak perempuan itu. “Perlihatkan seluruh kepandaianmu.” Empu Baradah berkata tenang. “Kurang ajar kau, pendeta kurus!”

“Ayo, perlihatkan segala kebisaanmu. Baradah ingin tahu,” ujar Empu itu dengan sangat tenangnya.

Bertambah marah Calon Arang mendapat tentangan seperti itu. Dadanya kembang- kempis. Setelah dilihatnya Maha pendeta tak gentar melihat kepandaiannya, segera ia meniup. Api besar menyembur dari mulut dan menggulung Sang Empu.

Lama api itu membakar Sang Empu. Api tambah besar. Tetapi Empu Baradah tak terbakar olehnya. Melihat Baradah tak apa-apa, bertambah murka tukang sihir itu. “Keluarkan seluruh kepandaianmu,” kata Baradah.

Api dari tubuh janda itu kian jadi besar, keluar masuk bersama napasnya. Akhirnya Sang Empu berkata dengan kepastian:

“He, Kau, Calon Arang mesti mati!”

Waktu itu juga matilah Calon Arang. Lenyap api yang keluar dari tubuhnya (Cerita Calon Arang, 2003: 83).

Kematian Calon Arang berarti keselamatan seluruh penduduk Daha. Setelah Calon Arang tiada maka kehidupan masyarakat Daha kembali makmur dan sejahtera. Keadaan negeri ini kembali ramai. Anak kecil kembali bermain dengan riang sawah dan ladang pun dapat diolah kembali. Sri Baginda Raja dan seluruh rakyatnya hidup bahagia. Dan kebahagiaan ini dapat dicapai karena sikap kepahlawanan Empu Baradah yang berjuang mengalahkan Calon Arang.

Dokumen terkait