• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan

1. Kepatuhan dalam Pandangan Islam

Islam sebagai salah satu agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mengatur tentang seluruh kehidupan manusia, baik hubungan antara manusia dengan agama (Allah SWT), manusia dengan makhluk lain ciptaanNya, juga hubungan antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini terkait dengan kepatuhan seseorang dalam menjalankan peraturan dan hal yang mempengaruhinya.

Sebelum membahas tentang kepatuhan dalam pandangan islam, perlu dibahas mengenai beberapa hal tentang manusia atau subjek dari kepatuhan tersebut. Manusia adalah ciptaan Allah (Tuhan YME) yang memiliki keistimewaan bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Keistimewaan itu ditentukan oleh akal pikirannya dan hati nuraninya. Di dalam Al-Quran manusia berulang kali diangkat derajatnya, namun berulang kali direndahkan martabatnya karena tingkah laku dan perbuatan manusia itu sendiri. (Hasan, 2000)

Manusia memiliki beberapa segi positif, diantaranya

a. Manusia memiliki sifat bebas dan merdeka. Setiap orang diberikan hak kebebasan untuk melakukan aktivitas apapun tanpa paksaan dari manapun. Namun setiap orang memiliki tanggung jawab kepada diri sendiri, orang lain, dan agama.

Dalam Al Quran menjelaskan

            

 

Atinya :“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan (menawarkan) amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS: Al-Ahzab :72).

           



 

Artinya :“Sesungguhnya Kami telah mensiptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir” (QS:Al-Insan, 2-3).

Dari dua penjelasan surah tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia mendapat amanat seperti tanggung jawab terhadap diri sendiri, orang lain, dan Tuhan YME untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan tanggung jawab tersebut setiap orang diharapkan untuk dapat patuh terhadap perintah dan larangan baik itu menyangkut hubungannya dengan agama (Tuhan YME) maupun dengan orang lain.

b. Manusia memiliki kesadaran moral. Pada diri manusia itu sebenarnya telah dibekali dengan suatu alat penyaring (filter) yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah berfirman:

 

 

Artinya :”Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS: As-Syams 7-8).

Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa setiap orang khususnya muslim diberikan kelebihan untuk dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, begitu pula dengan contoh perilaku kepatuhan terhadap peraturan. Orang yang mengerti akan manfaat dari dilaksanakannya peraturan yang ada, kemudian orang tersebut telah mematuhi peraturan/objek tertentu dan berusaha untuk tidak melanggar peraturan yang ada maka orang tersebut sudah dapat membedakan antara yang baik dan nermanfaat untuk dirinya dengan yang tidak baik.

c. Menurut fitrah, manusia tidak hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi saja, tetapi tersentuh juga oleh motivasi –motivasi yang menginginkan keluhuruan. Dalam hal ini setiap manusia memiliki motivasi untuk menjadi lebih baik dalam segala hal.

Selain beberapa segi positif yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat pula segi negatif dari manusia menurut islam, antara lain :

a. Manusia bersifat ceroboh. Pada umumnya orang yang memiliki sifat ceroboh dalam usahanya seringkali mengalami kegagalan, bahkan sifat ceroboh tersebut

dapat menimbulkan bahaya bagi orang tersebut. Sifat manusia yang seperti ini dijelaskan dalam firman Allah

    

Artinya :“Dan manusia mendoakan untuk kejahatan sebagaimana ia mendoakan untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa” (QS: Al-Isra, 11).

Dari sedikit penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki sifat ceroboh dan tergesa-gesa dalam melakukan tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari karena alasan tertentu seseorang dapat melakukan hal yang ceroboh maupun tergesa-gesa tanpa memikirkan hasil akhirnya. Contohnya karena adanya target bekerja dengan cepat menimbulkan seorang pekerja melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa tanpa mematuhi peraturan untuk keselamatan dirinya, sehingga akan berdampak pada bahaya pada dirinya.

b. Manusia ingat Allah dalam keadaan bahaya dan melupakanNya di waktu senang. Manusia pada umumnya jika dalam keadaan susah dan bahaya ia ingat kepada Allah. Biasanya tanpa disadari tekun beribadah berharap untuk terbebas dari bahaya. Tetapi sesudah bebas dari bahaya ataupun kesusahan, manusia lupa dan mengingkarinya lagi. Firman Allah :

             

Artinya :“Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami, dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darin padanya, dia (kembali melalui jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS: Yunus,12).

Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa pada dasarnya setiap orang jika dalam keadaan susah, bahaya, tidak mampu dan lainnya akan mengingat terhadap ketentuan yang ada dan menyesali serta berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama agar terhindar dari bahaya tersebut. Namun jika bahaya maupun kesulitan itu sudah hilang maka akan kembali mengulanginya lagi jika sudah menjadi kebiasaan dari orang tersebut. (Hasan,2000). Sebagai contoh seorang pekerja yang memiliki pengalaman pernah mengalami kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya akan cenderung bersikap hati-hati dalam bekerja dan lebih mematuhi peraturan kerja yang ada untuk menghindari kejadian yang berulang. Dibanding dengan yang belum pernah mengalami hal tersebut.

Kepatuhan diidentikkan dengan kedisiplinan dalam menjalankan sesuatu dengan penuh tanggung jawab. Disiplin dalam hal-hal yang baik dan bermanfaat termasuk ke dalam akhlak terpuji yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang khususnya muslim.

Firman Allah Surah An-Nisa, ayat 59

            

  

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya serta ulil amri diantara kamu”. (QS : An-Nisa, 59).

Selain itu Sabda Rasul ysng menjelaskan “Wajib bagi setiap muslim (muslimah) untuk mendengarkan dan taat kepada apa yang ia senangi dan yang ia benci kecuali jika diperintah maksiat (berbuat dosa seperti meminum minuman keras, berjudi, berzina, dan mencuri) maka tidak ada kewajiban mendengarkan dan tidak ada kewajiban untuk taat” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dari penjelasan tersebut disiplin seharusnya diterapkan dalam kehidupan, seperti kehidupan pribadi, bermasyarakat (lingkungan kerja), berbangsa dan bernegara. Disiplin erat kaitannya dengan kepatuhan terhadap peraturan dan hukum. Dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjukkan kedisiplinan, seseorang harus dapat mematuhi segala peraturan yang ada, sebagai contoh di lingkungan pekerjaannya. Karena hal tersebut merupakan bagian dari bentuk ketaatan dan kepatuhan kepada ulum amri atau pemimpin dalam hal kebaikan dan kebenaran.(Yunus, 2003)

Dalam pandangan islam, hubungan antara iman dengan kepatuhan dapat dijelaskan sebagai berikut: iman sering kali disebut dengan kepercayaan, sedangkan kepatuhan disebut dengan amal yang dalam perilaku/perbuatan yang baik/sesuai dengan aturan. Keduanya saling memiliki hubungan, iman/kepercayaan merupakan dasar seseorang untuk berperilaku, iman dapat mengontrol cara berfikir, bersikap, bertindak. (Khairi,2000)

Dokumen terkait