• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja (Standard Operational Procedure/SOP) di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja (Standard Operational Procedure/SOP) di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

v

Operasional Procedure/SOP) DI PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR RODA 4 PLANT TAMBUN II BEKASI TAHUN 2010

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

NURVITA PUSPA DEWI (105101003244)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan penelitian ... 7

D. Tujuan ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

E. Manfaat ... 9

1. Perusahaan tempat penelitian ... 9

2. Institusi Pendidikan (Akademik) ... 9

3. Mahasiswa ... 10

F. Ruang Lingkup ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Kepatuhan ... 11

1. Kepatuhan dalam Pandangan Islam ... 13

2. Kepatuhan terhadap Prosedur Kerja ... 17

3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan ... 20

(3)

vii

d. Lama Kerja ... 33

e. Persepsi ... 34

f. Kepribadian ... 36

g. Pelatihan ... 37

h. Pengawasan ... 39

i. Ketersediaan Standar Prosedur Kerja ... 41

j. Sumber Daya Manusia ... 42

k. Kepemimpinan ... 42

l. Penghargaan dan Sanksi ... 45

m. Struktur Organisasi ... 46

n. Desain Pekerjaan ... 46

B. Standar Operational Procedure (SOP) ... 47

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 51

D. Kecelakaan Kerja ... 53

1. Pengertian Kecelakaan Kerja ... 53

2. Faktor Penyebab Kecelakaan ... 54

3. Klasifikasi Kecelakaan ... 57

F. Kerangka Teori ... 59

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESA .... 61

A. Kerangka Konsep ... 61

B. Definisi Operasional ... 63

C. Hipotesa ... 65

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 66

A. Desain Penelitian ... 66

(4)

viii

D. Pengumpulan Data ... 69

E. Pengolahan Data ... 69

F. Instrumen Penelitian ... 70

G. Analisas Data ... 73

1. Univariat ... 73

2. Bivariat ... 74

3. Multivariat ... 75

BAB V HASIL PENELITIAN ... 77

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 77

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 77

2. Lokasi Perusahaan ... 78

3. Produk yang Dihasilkan ... 80

4. Struktur Organisasi, Visi dan Misi Perusahaan ... 80

5. P2K3 PT SIM (Member Safety) ... 80

6. Gambaran Proses Produksi Kendaraan Roda 4 PT SIM ... 82

B. Analisis Univariat ... 83

1. Gambaran Kepatuhan Pekerja Melaksanakan Prosedur Kerja ... 83

2. Gambaran Pengetahuan Tentang Prosedur Kerja ... 84

3. Gambaran Motivasi Pekerja ... 85

4. Gambaran Sikap Pekerja ... 85

5. Gambaran Lama Kerja ... 86

C. Analisis Bivariat ... 87

1. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Melaksankaan Prosedur Kerja ... 87

(5)

ix

c. Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Pekerja dalam

Melaksanakan Prosedur Kerja ... 89

d. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Prosedur Kerja ... 90

D. Analisis Multivariat ... 91

1. Faktor yang Paling Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Prosedur Kerja ... 91

a. Pemilihan Variabel sebagai Kandidat Analisa Multivariat ... 92

b. Pembuatan Model Faktor Penentu Variabel yang Paling Berhubungan secara Statistik dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 92

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN ... 95

A. Keterbatasan Penelitian ... 95

B. Pembahasan Penelitian ... 96

1. Gambaran Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Prosedur Kerja ... 96

2. Gambaran Pengetahuan tentang Prosedur Kerja ... 100

3. Gambaran Motivasi Pekerja ... 101

4. Gambaran Sikap Pekerja ... 103

5. Gambaran Lama Kerja ... 104

6. Analisa Hubungan antara Pengetahuan tentang Prosedur Kerja dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 105

7. Analisa Hubungan antara Motivasi Pekerja dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 108

8. Analisa Hubungan antara Sikap Pekerja dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 110

(6)

x

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 116 A. Simpulan ... 116 B. Saran ... 117

(7)

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman 1.1 Data Kecelakaan PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2006-2008 ... 5 3.1 Definisi Operasional Variabel Dependen ... 6 3.2 Definisi Operasional Variabel Independen ... 63 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan dalam Melaksankan

Prosedur Kerja PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010 ... 83 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Prosedur Kerja

di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010 ... 84 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Pekerja di PT SIM R4 Plant

Tambun II Tahun 2010 ... 85 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pekerja di PT SIM R4 Plant

Tambun II Tahun 2010 ... 86 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di PT SIM R4 Plant

Tambun II Tahun 2010 ... 87 5.6 Analisa Hubungan antara Pengetahuan tentang Prosedur Kerja dengan

Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plan Tambun II Tahun 2010 ... 88 5.7 Analisa Hubungan antara Motivasi dengan Kepatuhan Pekerja dalam

(8)

xii

2010 ... 90 5.9 Analisa Hubungan antara Lama Kerja dengan Kepatuhan Pekerja dalam

Melaksanakan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010 ... 91 5.10 Hasil Analisis Bivariat antara Pengetahuan, Motivasi, Sikap, dan Lama

Kerja dengan Kepatuhan dalam Melaksankan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plan tTambun II Tahun 2010 ... 92 5.11 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda (Pembuatan Model

Faktor Penentu) antara Motivasi, Sikap, dan Lama Kerja dengan Kepatuhan Pekerja Melaksanakan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plant Tambun II tahun 2010 ... 93 5.12 Hasil Analisis Multivariat antara Sikap dengan Kepatuhan Pekerja

(9)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(10)

xiv Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Surat Izin Melakukan Penelitian

(11)
(12)
(13)
(14)

i

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, Maret 2010

Nurvita Puspa Dewi NIM. 105101003244

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja (Standard Operational Procedure/SOP) di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010

(xiv + 117 halaman, 15 tabel, 3 gambar, 5 lampiran) ABSTRAK

Kecelakaan kerja di PT SIM R4 Plant Tambun II selalu terjadi tiap tahunnya. Pada tahun 2006-2008 terjadi peningkatan kasus kecelakaan karena perilaku pekerja yang tidak aman (un safe act) dan pada umumnya disebabkan oleh pekerja tidak mematuhi prosedur kerja yang ada. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian faktor apa yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja di unit produksi tersebut. Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku yakni melakukan sesuatu dengan tunduk dan terarah sesuai dengan petunjuk yang ada.

Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian cross sectional. dengan teknik pengambilan sampel berupa proporsi random sampling dan jumlah sample sebanyak 102 responden. Data penelitian berupa data primer dari wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi dan data sekunder berupa gambaran umum perusahaan. Data dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing – masing variabel, bivariat dengan menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan variabel pengetahuan tentang prosedur kerja, motivasi, sikap, dan lama kerja dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan standar prosedur kerja. Kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda untuk melihat variabel mana yang paling berpengaruh. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 – Januari 2010.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja adalah motivasi (P value 0,04) dan sikap (P value 0,02). Sedangkan sikap merupakan faktor yang paling berhubungan dngan kepatuhan (p Value 0,025).

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja dengan memberikan stimulus dan perhatian kepada pekerja.

(15)

ii

SYARIEF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

Skripsi, March 2010

Nurvita Puspa Dewi NIM. 105101003244

Factors Associated with Workers in Implementing Standards Compliance Working Procedure (Standard Operational Procedure / SOP) in PT SIM R4 Plant Tambun II Year 2010

(Xiv + 117 pages, 15 tables, 3 images, 5 attachments) ABSTRACT

Accidents at PT SIM R4 Plant Tambun II always happens every year. In the year 2006-2008 an increase in cases of accidents caused by unsafe behavior of workers (un safe act) and is generally caused by a worker does not comply with existing work procedures. Therefore necessary to study what factors associated with compliance of workers in carrying out work procedures in the production unit. Compliance is part of a behavior that is doing something with the subject and directed in accordance with existing instructions. This quantitative research using cross sectional research design. The sampling technique of random sampling proportion and number of sample with 102 respondents. The research data in the form of primary data from interviews using questionnaires and observation and secondary data from a general description of the company. Univariate data were analyzed to see a picture of each - of each variable, using the bivariate chi square to see the relationship variable knowledge about work procedures, motivations, attitudes, and the length of employment with the compliance standards of the workers in carrying out work procedures. Then proceed with multivariate analysis with multiple logistic regression test to see where the most influential variables. This research was conducted in October 2009 - January 2010. The results relating to the compliance of workers in carrying out work procedures are motivation (P value 0.04) and attitudes (P value 0.02). While the attitude is one factor that most correlated*

with adherence (p value0.025).

Based on these results, it is advisable for companies to improve compliance with workers in carrying out work procedures by providing stimulus and attention to workers. Reference : 40 (1984 - 2009)

(16)

iii

Skripsi dengan judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEKERJA DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR KERJA (STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE/SOP) DI PT SIM R4 PLANT TAMBUN II BEKASI

TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa, dan Layak untuk Mengikuti Sidang Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 12 Maret 2010

Dr. Arif Soemantri SKM, Mkes Pembimbing I

(17)

iv Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2010

(18)

v

KATA PENGANTAR

ﻴ ﻋﺔﻤﺣ ﻭ ﷲﻭ ﺑ ﻪﺗ

Segala puji hanya kepada Allah SWT. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam jahiliyyah ke alam ilmiyyah seperti saat ini.

Dengan mengucap rasa syukur, alhamdulilah skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja (Standard Operational Procedure/SOP) di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010” telah diselesaikan dengan baik, walaupun tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu dengan ikhlas dan penuh kerendahan hati penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan kedua adik tersayang yang telah memberi dukungan, baik materiil maupun spirit dengan selalu memberikan motivasi untuk tetap survive dan terus semangat. Terima kasih atas do’a dan seluruh bantuannya.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Iting Shofwati MKKK, selaku ketua peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(19)

vi tanpa lelah dan penuh keikhlasan. Syukron katsir…

7. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM yang telah berkenan menjadi penguji pada ujian Proposal Skripsi. Terima kasih untuk saran dan arahannya.

8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan.

9. Bapak Purwanto Benan, Bapak Yossi, Bapak Hidayat beserta staf tim Safety PT SIM R4 Plant Tambun II. Terimakasih atas kerjasamanya.

10.Bapak Hendra, Bapak Luther, Bapak Ivan, dan Mba Hana dan seluruh staf ISO serta Technical Control PT. SIM R4 Plant Tambun II. Terima kasih atas semua bantuannya.

11.Bapak Yudi (Welding), Bapak Sasongko (Pressing), Bapak Putut, Bapak M.Zein (Assembling dan Final Inspection), dan seluruh member safety PT SIM R4 Plant Tambun II serta seluruh pekerja yang telah bekerjasama dengan baik selama penulis melaksanakan kegiatan penelitian di perusahaan.

12.Om Zein dan keluarga, terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya. “Mohon maaf sudah merepotkan...”

13.Teman-teman Kesehatan Masyarakat ’05 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tetap semangat untuk masa depan yang lebih baik.

14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca lainnya. Mohon maaf atas segala kekurangannya.

ﻭ ﻼ ﻴ ﻋﺔﻤﺣ ﻭ ﷲﻭ ﺑ ﻪﺗ

Jakarta, Maret 2010

Penulis Jakarta, Maret 2010

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan industri otomotif tidak terlepas dari unsur pendukung proses produksi, seperti berbagai engineering/mesin penggerak yang digunakan dan peran dari pekerja sebagai objek dari proses tersebut. Interaksi antara unsur pendukung dari proses produksi tersebut akan mengakibatkan peluang terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan industri jika tidak dilakukan pencegahan dan penanggulangan yang terencana dengan baik.

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di lingkungan industri. Menurut laporan International Labour Organization (ILO), menyatakan bahwa di dunia setiap tahunnya, sekitar 270 juta orang mengalami kecelakaan kerja tidak fatal yang mengakibatkan hilangnya hari kerja sebanyak rata-rata 3 hari, serta 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja. (ILO, 2008)

(21)

kecelakaan kerja pada 2006 sebanyak 1.597 orang, 2007 sebanyak 1.883, dan 2008 sebanyak 2,124 orang. (www.detiknews.com)

Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh dua hal pokok yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Penelitian oleh Heinrich dalam David (2005) menunjukkan bahwa faktor manusia memegang peranan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia dan 15% lagi disebabkan oleh faktor kondisi kerja dan hal yang tidak diketahui pasti penyebabnya. Menurut Internasional Loss Control Institute (ILCI) yang dipelopori oleh Frank E, Bird mengemukakan bahwa faktor manusia merupakan salah satu penyebab utama kecelakaan setelah menajemen yang terdiri dari pengetahuan, motivasi, dan keterampilan yang kurang, stress fisik atau mental, dan kemampuan yang tidak cukup secara fisik dan mental.

(22)

sebagai patokan oleh petugas dalam melaksanakan tugasnya. Pengusaha/perusahaan wajib menyediakan prosedur operasi yang tertulis berisi tentang proses operasi/kerja secara aman, termasuk langkah untuk tahapan, batasannya, dan pertimbangan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan dari dibuatnya SOP adalah memberikan pengertian kepada karyawan/pekerja untuk dapat melakukan proses kerja dengan baik. Namun terkadang pekerja masih mengabaikan prosedur kerja tersebut karena berbagai alasan, sehingga akan melakukan proses kerja tidak aman dan kemungkinan untuk terjadi kecelakaan akan lebih besar. Sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik untuk menciptakan kepatuhan pekerja mengikuti prosedur kerja yang ada.

Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku yakni melakukan sesuatu dengan tunduk dan terarah sesuai dengan petunjuk yang ada. Menurut Geller (2001), kepatuhan merupakan salah satu bentuk perilaku yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Prosedur kerja merupakan perilaku keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja. Kepatuhan mengikuti prosedur kerja memiliki peran penting dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja. Pada dasarnya perilaku tidak patuh terhadap prosedur kerja atau operasi, seperti menjalankan mesin atau peralatan tanpa wewenang, mengabaikan peringatan dan keamanan, kesalahan, kecepatan pada saat mengoperasikan peralatan, tidak menggunakan APD dan memperbaiki peralatan yang sedang bergerak atau dengan kata lain tidak mengikuti prosedur kerja yang benar.

(23)

Welding PT Krama Yudha Ratu motor tahun 2004 dari sampel 101 diperoleh hasil bahwa 60,4 % pekerja tidak patuh terhadap pelaksanaan SOP dan 39,6 % memiliki kepatuhan yang baik. Hal ini disebabkan oleh sikap yang buruk akan mempengaruhi kepatuhan yang buruk juga (P value = 0,000), kebijakan yang belum diterapkan dengan maksimal (P Value = 0,000), Pengawasan yang berlangsung belum berjalan maksimal (P Value = 0,021) dan model/keteladanan (P Value = 0,011).

Selain itu penelitian lain yang dilakukan oleh Selamet Riyadi (2005) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja operator departemen produksi dalam mengikuti prosedur operasi di PT Peni Cilegon tahun 2005, dengan sampel 50 diperoleh hasil bahwa pekerja yang tergolong patuh terhadap prosedur operasi sebesar 56% dan pekerja yang kurang patuh 44%. Faktor yang mempengaruhi adalah motivasi dengan P value = 0,001. Sedangkan faktor lain yakni lama kerja, pengetahuan, sikap, dan persepsi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan P Value > 0,005.

(24)

dan tingkat risiko tinggi sehingga setiap pelaksanaan kegiatan produksi berisiko untuk terjadinya kecelakaan kerja, baik itu kecelakaan ringan, berat bahkan fatal.

[image:24.612.113.520.287.538.2]

Menurut data bagian P2K3 jumlah kecelakaan kerja tahun 2006, 2007, 2008 berturut-turut adalah 7, 4, dan 4. Kemudian untuk tahun 2009 diperoleh data kecelakaan kerja sebanyak 3 kejadian kecelakaan. Jika dilihat dari nilai tingkat keparahan (Severity Rate) dalam tiga tahun terakhir adalah 2006 (SR=25,208 dengan 85 hari yang hilang), 2007 (SR=25,454 dengan 78 hari yang hilang), dan 2008 (SR=0,687 dengan 4 hari yang hilang) dan Frekuensi Rate (FR) dalam tiga tahun terakhir, yakni tahun 2006 (FR=2,16), 2007 (FR=1,2), dan 2008 (FR=0,687). Walaupun mengalami penurunan, namun target dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu zero accident belum tercapai. Berikut ini data kecelakaan kerja berdasarkan penyebab kecelakaan yang terbagi atas unsafe act, unsafe condition, dan job factor.

Tabel.1.1

Data kecelakaan kerja berdasarkan penyebab di PT.SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2006-2008

Sumber kecelakaan 2006 2007 2008

N % N % N %

Unsafe act 4 57,1 3 75 4 100

Unsafe condition 2 28,6 - - - -

Job factor 1 14,9 1 25 - -

Sumber : Data P2K3 PT.SIM

(25)

diri (APD) yang disediakan dengan alasan tidak nyaman dan tidak terbiasa. Tidak mematuhi prosedur kerja yang ada dengan alasan untuk mempercepat proses kerja sehingga mengabaikan prosedur keselamatan yang ada, belum memahami area kerja dan belum terampil (biasanya pekerja baru). Berdasarkan observasi yang dilakukan dari 19 pekerja yang diamati terdapat 10 (52,6%) diantaranya kurang patuh dalam melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur kerja yang ada, seperti pekerja tidak menggunakan APD secara lengkap selama proses kerja, mengoperasikan alat angkut dengan melebihi muatan atau kapasitas dari alat. Sedangkan 9 pekerja (47,4%) patuh terhadap pelaksanaan prosedur kerja.

(26)

dengan kepatuhan pekerja diantaranya pengetahuan, lama kerja, motivasi, sikap pekerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data kecelakaan kerja yang diperoleh dari P2K3 menyebutkan bahwa kecelakaan kerja selalu ada dan dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan presentase kejadian kecelakaan karena faktor unsafe act atau perilaku tidak aman. Menurut studi pendahuluan dengan wawancara dan observasi hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kelalaian pekerja dalam melaksanakan tugas sesuai dengan standar prosedur kerja (ISOS) dengan alasan untuk mempercepat proses kerja sehingga mengabaikan prosedur keselamatan yang ada. Prosedur kerja yang telah ada seharusnya dilaksanakan oleh setiap pekerja dalam proses kerjanya. Namun dalam implementasinya masih terdapat kekurangan mengenai kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja tersebut, karena tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh pekerja masih tergolong rendah. Belum diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja tersebut menjadi hal yang dapat dikaji secara ilmiah. Untuk itu ingin diketahui tentang apa saja faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja di PT SIM.

C. Pertanyaan Penelitian

(27)

2. Bagaimana gambaran pengetahuan pekerja tentang prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010?

3. Bagaimana gambaran motivasi pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010?

4. Bagaimana gambaran sikap pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010? 5. Bagaimana gambaran tentang lama kerja pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II

tahun 2010?

6. Apakah ada hubungan antara pengetahuan pekerja mengenai prosedur kerja, motivasi, sikap, dan lama kerja dengan kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, Plant Tambun II tahun 2010?

7. Faktor apa yang paling berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, Plant Tambun II tahun 2010?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan standar prosedur kerja (ISOS) di PT SIM Roda 4 plant Tambun II tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

(28)

b. Mengetahui gambaran pengetahuan pekerja tentang prosedur kerja, di PT SIM roda 4 plant Tambun II tahun 2010.

c. Mengetahui gambaran motivasi pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010

d. Mengetahui gambaran sikap pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010

e. Mengetahui gambaran lama kerja pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010

f. Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan tentang prosedur kerja, motivasi, sikap, dan lama kerja dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan standar prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, Plant Tambun II tahun 2010

g. Mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, Plant Tambun II tahun 2010

E. Manfaat Penelitian

1. Perusahaan Tempat Penelitian

(29)

2. Institusi Pendidikan (Akademik)

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi mengenai ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya mengenai kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja dan diharapkan dapat menjadi wacana mengenai gambaran umum untuk penelitian-penelitian tentang kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja (SOP) selanjutnya.

3. Mahasiswa

Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai Ilmu Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), khususnya tentang kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja (SOP).

F. Ruang Lingkup Penelitian

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kepatuhan

Kepatuhan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata patuh yang artinya taat, suka menurut, berdisiplin, sehingga dapat diartikan kepatuhan adalah ketaatan melakukan sesuatu yang dianjurkan atau ditetapkan. Kepatuhan juga adalah seberapa besar pekerja untuk mematuhi atau menjalani peraturan yang berlaku berkaitan dengan keselamatan kerja. Semakin banyak peraturan perusahaan yang diterapkan oleh pekerja maka pekerja tersebut dikatakan patuh atau baik, bila pekerja mematuhinya dengan baik, dan jika sebaliknya maka pekerja tersebut dianggap tidak mematuhi peraturan keselamataan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

(31)

kepatuhan dimulai dari individu yang mematuhi aturan tanpa kerelaan karena takut hukuman atau sanksi.

Sacket dalam Niven (2002) mendefinisikan kepatuhan yakni sejauh mana perilaku seorang pekerja sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh atasannya atau patuh menghasilkan tingkah laku yang sementara dan individu tersebut cenderung kembali ke pandangan atau perilaku semula jika pengawasan kelompok mengendur atau jika ia pindah dari kelompoknya. Konsep kepatuhan pada dasarnya akan mempengaruhi perilaku, secara umum dilakukan dengan memerintah orang untuk melakukan sesuatu atau meminta mereka untuk melakukannya. Orang mematuhi perintah dari orang yang mempunyai kekuasaan bukan hal yang mengherankan karena ketidakpatuhan seringkali diikuti dengan hukuman. Dalam hal ini kepatuhan identik dengan pengaruh yang dipaksakan agar mau melakukan yang sesuai dengan yang diharapkan.

Kepatuhan seseorang atau kelompok dalam mematuhi peraturan yang berlaku dapat dinilai dari bagaimana orang terpengaruh (pekerja) dapat melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan yang telah diterapkan. Jika terdapat sebagian atau keseluruhan peraturan yang tidak diikuti maka pekerja tersebut dapat dikatakan tidak patuh terhadap peraturan yang ada. Untuk mengetahui kepatuhan dan disiplin kerja maka perlu diikuti dengan pengawasan dan pemantauan selama proses berlangsung. Pembuat peraturan atau dalam hal ini perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan monitoring terhadap pekerja.

(32)

(diantaranya kepatuhan pekerja terhadap peraturan), dan hasil kerja pekerja yang dapat menunjang kinerjanya.

1. Kepatuhan dalam Pandangan Islam

Islam sebagai salah satu agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mengatur tentang seluruh kehidupan manusia, baik hubungan antara manusia dengan agama (Allah SWT), manusia dengan makhluk lain ciptaanNya, juga hubungan antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini terkait dengan kepatuhan seseorang dalam menjalankan peraturan dan hal yang mempengaruhinya.

Sebelum membahas tentang kepatuhan dalam pandangan islam, perlu dibahas mengenai beberapa hal tentang manusia atau subjek dari kepatuhan tersebut. Manusia adalah ciptaan Allah (Tuhan YME) yang memiliki keistimewaan bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Keistimewaan itu ditentukan oleh akal pikirannya dan hati nuraninya. Di dalam Al-Quran manusia berulang kali diangkat derajatnya, namun berulang kali direndahkan martabatnya karena tingkah laku dan perbuatan manusia itu sendiri. (Hasan, 2000)

Manusia memiliki beberapa segi positif, diantaranya

(33)

Dalam Al Quran menjelaskan











Atinya :“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan (menawarkan) amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk

memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan

dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan

amat bodoh” (QS: Al-Ahzab :72).

















Artinya :“Sesungguhnya Kami telah mensiptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),

karena Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah

menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir” (QS:Al-Insan, 2-3).

(34)

b. Manusia memiliki kesadaran moral. Pada diri manusia itu sebenarnya telah dibekali dengan suatu alat penyaring (filter) yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah berfirman:





Artinya :”Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS: As-Syams 7-8).

Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa setiap orang khususnya muslim diberikan kelebihan untuk dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, begitu pula dengan contoh perilaku kepatuhan terhadap peraturan. Orang yang mengerti akan manfaat dari dilaksanakannya peraturan yang ada, kemudian orang tersebut telah mematuhi peraturan/objek tertentu dan berusaha untuk tidak melanggar peraturan yang ada maka orang tersebut sudah dapat membedakan antara yang baik dan nermanfaat untuk dirinya dengan yang tidak baik.

c. Menurut fitrah, manusia tidak hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi saja, tetapi tersentuh juga oleh motivasi –motivasi yang menginginkan keluhuruan. Dalam hal ini setiap manusia memiliki motivasi untuk menjadi lebih baik dalam segala hal.

Selain beberapa segi positif yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat pula segi negatif dari manusia menurut islam, antara lain :

(35)

dapat menimbulkan bahaya bagi orang tersebut. Sifat manusia yang seperti ini dijelaskan dalam firman Allah











Artinya :“Dan manusia mendoakan untuk kejahatan sebagaimana ia mendoakan untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa” (QS: Al-Isra, 11).

Dari sedikit penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki sifat ceroboh dan tergesa-gesa dalam melakukan tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari karena alasan tertentu seseorang dapat melakukan hal yang ceroboh maupun tergesa-gesa tanpa memikirkan hasil akhirnya. Contohnya karena adanya target bekerja dengan cepat menimbulkan seorang pekerja melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa tanpa mematuhi peraturan untuk keselamatan dirinya, sehingga akan berdampak pada bahaya pada dirinya.

b. Manusia ingat Allah dalam keadaan bahaya dan melupakanNya di waktu senang. Manusia pada umumnya jika dalam keadaan susah dan bahaya ia ingat kepada Allah. Biasanya tanpa disadari tekun beribadah berharap untuk terbebas dari bahaya. Tetapi sesudah bebas dari bahaya ataupun kesusahan, manusia lupa dan mengingkarinya lagi. Firman Allah :





(36)

Artinya :“Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami, dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan

bahaya itu darin padanya, dia (kembali melalui jalannya yang sesat)

seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya

yang menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu

memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS: Yunus,12).

Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa pada dasarnya setiap orang jika dalam keadaan susah, bahaya, tidak mampu dan lainnya akan mengingat terhadap ketentuan yang ada dan menyesali serta berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama agar terhindar dari bahaya tersebut. Namun jika bahaya maupun kesulitan itu sudah hilang maka akan kembali mengulanginya lagi jika sudah menjadi kebiasaan dari orang tersebut. (Hasan,2000). Sebagai contoh seorang pekerja yang memiliki pengalaman pernah mengalami kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya akan cenderung bersikap hati-hati dalam bekerja dan lebih mematuhi peraturan kerja yang ada untuk menghindari kejadian yang berulang. Dibanding dengan yang belum pernah mengalami hal tersebut.

(37)

Firman Allah Surah An-Nisa, ayat 59





















Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya serta

ulil amri diantara kamu”. (QS : An-Nisa, 59).

Selain itu Sabda Rasul ysng menjelaskan “Wajib bagi setiap muslim (muslimah) untuk mendengarkan dan taat kepada apa yang ia senangi dan yang ia

benci kecuali jika diperintah maksiat (berbuat dosa seperti meminum minuman keras,

berjudi, berzina, dan mencuri) maka tidak ada kewajiban mendengarkan dan tidak

ada kewajiban untuk taat” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dari penjelasan tersebut disiplin seharusnya diterapkan dalam kehidupan, seperti kehidupan pribadi, bermasyarakat (lingkungan kerja), berbangsa dan bernegara. Disiplin erat kaitannya dengan kepatuhan terhadap peraturan dan hukum. Dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjukkan kedisiplinan, seseorang harus dapat mematuhi segala peraturan yang ada, sebagai contoh di lingkungan pekerjaannya. Karena hal tersebut merupakan bagian dari bentuk ketaatan dan kepatuhan kepada ulum amri atau pemimpin dalam hal kebaikan dan kebenaran.(Yunus, 2003)

(38)

2. Kepatuhan terhadap Prosedur Kerja

Menurut Meriam–Webster dalam Salim (2006) kepatuhan sebagai tindakan atau proses untuk menurut atas perintah, keinginan, atau paksaan terhadap sesuatu aturan. Kepatuhan mengikuti prosedur keselamatan merupakan salah satu bentuk perilaku keselamatan. Menurut Geller (2001), perilaku keselamatan secara sederhana dapat dibedakan bahwa perilaku ditempat kerja meliputi perilaku berisiko (at-risk behavior) dan perilaku aman (safe behavior). Dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan kerja, maka perilaku berisiko dapat dicegah dan perilaku aman berkaitan dengan aspek-aspek dalam faktor orang dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut dan faktor perilaku yang saling terkait. Kepatuhan merupakan salah satu bentuk perilaku keselamatan. Kepatuhan dalam mengikuti prosedur operasi atau prosedur kerja memiliki peran penting dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja, sebagai contoh adanya perilaku (tindakan) tidak aman yang sering ditemukan di tempat kerja pada dasarnya merupakan perilaku tidak patuh terhadap prosedur operasi atau kerja.

Dari uraian teori tersebut secara sederhana kepatuhan terhadap prosedur kerja adalah mematuhi prosedur atau syarat dalam proses kerja yang berlaku di tempat kerja dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja.

Prosedur kerja di PT SIM plant Tambun II disesuaikan dengan section/unit masing-masing, yakni :

(39)

Mengurusi kegiatan produksi Pressing untuk membuat atau mencetak komponen-komponen mobil yang terbuat dari steel plate misalnya pintu, body mobil dan lainnya dimana pada Pressing terdiri dari empat mesin yaitu:

1). Drawing untuk mencetak bentuk dari dies yang sudah ada sesuai bentuk yang diinginkan

2). Cutting untuk memotong sesuai dengan hasil gambar atau cetak

3). Holding untuk melubangi hasil cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan 4). Finishing untuk membuang sisa-sisa bagian yang belum terpotong

Pressing mempunyai lima line yang dibagi menurut besarnya beban yang diberikan, yaitu

1). Line 2000 ton yakni menggunakan robot, inspeksi hanya dilakukan setelah finishing.

2). Line 1200 ton, yakni dilakukan inspeksi setiap tahap prosesnya secara manual 3). Line 500 ton, yakni dilakukan inspeksi setiap tahap prosesnya secara manual 4). Line 400 ton, yakni dilakukan inspeksi setiap tahap prosesnya secara manual 5). Line 60-80 tonuntuk proses small press dan inspeksi manual

b. Section Welding

Mengurusi kegiatan produksi yang berkaitan dengan proses welding (pengelasan) atau penggabungan komponen.

1). Proses Front Floor, yakni proses pembentukan (penyatuan) komponen bagian depan.

(40)

3). Proses Side Body, merupakan proses pembentukan mobil bagian samping. 4). Proses Main Body, merupakan proses penyambungan dari masing-masing inti

di atas menjadi satu kesatuan (white body). c. Section Painting Body & Plastic

Mengurusi semua kegiatan pengecatan untuk body mobil dan pengecatan komponen mobil yang terbuat dari plastik.

d. Section Assembling

Proses menggabungkan unit body yang sudah dipainting dengan engine dan komponen-komponen lain seperti roda, jok, dashboard, interior, dalam dan juga interior luar menjadi satu unit mobil. Proses assembling ini meliputi Chasis,Triming, Sub Assembling, Final

Terdapat dua line yang dibagi menurut tipe mobil yaitu :

1). Line I : line berbentuk garis lurus yaitu untuk tipe mobil Grand Vitara, Swift, Neo Baleno dengan berbagai variannya

2). Line G : line berbentuk huruf G yaitu untuk tipe mobil APV dan Futura dengan berbagai variannya.

Prosedur kerja tersebut dibuat untuk dipatuhi oleh seluruh pekerja dan jika terdapat yang melanggar atau tidak mematuhinya maka terdapat kebijakan tersendiri dari perusahaan berupa sanksi.

(41)

Perubahan sikap dan perilaku dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi dan internalisasi, ini berarti bahwa kepatuhan merupakan tahap awal dari perilaku sehingga semua faktor yang mempengaruhi perilaku dapat mempengaruhi kepatuhan.

Menurut Kwick perilaku berarti tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Geller (2001) dalam bukunya the psychology of safety Handbook, perilaku digambarkan bahwa pentingnya pendekatan behavioral be safety dalam upaya keselamatan kerja, baik dalam perspektif reaktif maupun proaktif dan mengelompokkan perilaku ke dalam at-risk behavior dan safe behavior. Terjadinya kerugian akibat dapat disebabkan oleh adanya at-risk behavior dan dapat ditelusuri dengan pendekatan proaktif untuk mencapai kesuksesan atau prestasi kerja. Oleh karena itu, risk behavior dikurangi dan safe behavior perlu ditingkatkan sehingga kerugian di tempat kerja karena kecelakaan kerja dapat dihindari dan upaya keselamatan kerja dapat berjalan normal.

Menurut Lawrance Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku, dipengaruhi oleh 3 faktor, faktor tesebut adalah

a Faktor pengaruh (predisposing faktors), yaitu faktor yang mendahului atau yang menjadi dasar perilaku.

b Faktor pemungkin (Enabling Faktor), yaitu faktor yang mendahului, memungkinkan terlaksananya suatu aspirasi.

(42)

Proses pembentukan perilaku menurut Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari pengetahuan, kecerdasan, persepsi, dan emosi. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan sekitar, baik fisik/non fisik, ekonomi dan kebudayaan. Dijelaskan kembali oleh Geller (2001) bahwa kepatuhan pekerja dapat dipengaruhi oleh faktor orang dan lingkungan. Faktor orang meliputi sikap, keyakinan, perasaan, pemikiran, kepribadian, persepsi, nilai, dan tujuan seseorang. Sedangkan lingkungan diantaranya adalah pelatihan, penghargaan atau pengakuan, ketersediaan peraturan, komunikasi, dan pengawasan.

Sedangkan menurut Gibson dalam Winardi (2004) menguraikan aspek yang mempengaruhi perilaku diantaranya kepatuhan, yaitu faktor individu/psikologis dan organisasi. Menurut aspek individu/psikologis terdiri dari kemampuan/keterampilan, pengetahuan, persepsi, kepribadian, motivasi, sikap, dan latar belakang (seperti pengalaman kerja/lama kerja). Sedangkan aspek organisasi meliputi sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan dan sanksi, struktur dan desain pekerjaan.Berikut ini bagan mengenai hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang mana di dalamnya terdapat kepatuhan terhadap prosedur kerja.

Selanjutnya akan diuraikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan peraturan, salah satunya adalah prosedur kerja yang telah diterapkan.

(43)

Menurut Meliono (2007) pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan panca indera juga merupakan pengetahuan. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat.

Pengetahuan adalah suatu ilmu tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu (Kurnia, 2002). Pengetahuan adalah segenap apa yang diketahui manusia tentang suatu objek tertentu dan ilmu termasuk di dalamnya. Pengetahuan yang dimiliki manusia bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan kehidupan manusia yang dihadapi sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan pada manusia.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). (Meliono, 2007)

(44)

Salah satu firman yang menjelaskan betapa pentingnya memiliki pengetahuan adalah sebagai berikut “Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat

menembusnya melainkan dengan kekuatan” (QS. Ar Rahman, 33). Sabda Rasulullah “ Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina sekalipun “ (H.R. Ibnu Uda) Dari ayat AlQuran dan sabda rasul tersebut dapat diketahui bahwa manusia akan dapat menjelajahi dunia dan isinya dengan berbekal ilmu pengetahuan sebagai kekuatan serta senantiasa menuntut ilmu serta mengamalkan atau mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. (Yunus,2003)

Menurut Green (1980) pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang atau kelompok orang untuk bertindak, selain sikap, keyakinan, nilai dan persepsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan yang cukup dan bersifat lebih langgeng daripada perilaku yang tanpa didasari pengetahuan. Pengetahuan yang mengikat tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan perilaku, tetapi kedua hal ini saling berhubungan secara sinergis.

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:

1) Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

(45)

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus (hal yang baru).

5) Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Long lasting). Sebaliknya apabila perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama (Notoatmojdo, 2007). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplications)

(46)

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2003 a)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang prosedur kerja adalah seluruh informasi yang diketahui oleh seseorang khususnya pekerja tentang prosedur kerja yang diterapkan sesuai dengan proses pengamatan dan praktek melalui panca indera.

(47)

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengetahuan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Millah (2009) diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku dengan p value sebesar 0,010. Kemudian penelitian lain oleh Hayati (2004) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP, dengan p value sebesar 0,535. Selanjutnya penelitian oleh Riyadi (2005) diperoleh hasil yang sama bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan terhadap prosedur operasi dengan p value sebesar 0,393.

b.Motivasi

Motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive, diartikan sebagai gerakan atau sesuatu yang bergerak, yaitu dalam hal ini adalah gerakan yang dilakukan manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Sedangkan dalam psikologi diartikan sebagai rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi mereka yang melakukan suatu tingkah laku. (Azwar, 1996).

Disamping istilah motif terdapat juga motivation yakni istilah yang lebih umum menunjuk kepada seluruh proses gerakan yang termasuk situasi yang mendorong, atau dorongan yang timbul dari diri sendiri. Tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dengan tujuan menimbulkan tindakan atau perbuatan. Jadi motivasi dapat dikatakan sebagai dorongan, gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku (Notoatmodjo,2003).

(48)

dengan motivasi. Motivasi dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu sebagai pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan (Saleh, 2006). Menurut M. Usman Najati dalam Saleh Abdul Rahman mengatakan bahwa motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.

Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu:

1) Menggerakkan, motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

2) Mengarahkan, motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan dan tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.

3) Menopang, artinya motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan dan kekuatan individu.

(49)

organisasi dan merupakan kondisi yang diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

Menurut Maslow (1994) dalam Saleh (2006) terdapat lima tingkatan kebutuhan yang akan mempengaruhi motivasi seseorang, yaitu:

1) Kebutuhan akan aktualisasi diri, untuk mewujudkan (mengaktualisasi) potensi seseorang secara penuh, untuk menjadi lebih dari sesuatu karena adanya perasaan tidak puas akan hasil atau kemampuan yang telah diperoleh, sehingga membutuhkan aplikasi untuk mencapai perwujudan diri menjadi lebih bernilai dan berkualitas.

2) Kebutuhan akan harga diri (self esteem) memiliki tingkatan kebutuhan dari yang tertinggi menuju tingkatan terendah adlah merasa kuat, pencapaian, yakin, independen, dan bebas juga mengandung perhatian, penghargaan, kepentingan, dan apresiasi dari orang lain. mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian yang mantap, berdasar dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri dan penghargaan dari orang lain.

3) Kebutuhan dari rasa memiliki dan rasa cinta (love). Untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk mendapatkan pengalaman rasa memiliki dan dimiliki. Keduanya member dan menerima. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, sehingga membutuhkan kebutuhan sosial seperti:

(a) kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana ia hidup (b) Kebutuhan akan perasaan dihormati

(c) kebutuhan untuk berprestasi

(50)

4) Kebutuhan akan rasa aman (safety), untuk merasa bebas dari bahaya melibatkan penghindaran dari kecemasan. Keselamatan terdiri dari keselamatan, keamanan, kemantapan ketergantungan, perlindungan bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas kekuatan pada diri pelindung.

5) Kebutuhan fisiologis (faal) untuk kepuasan terhadap kebutuhan dasar tubuh, seperti makanan, tidur, ait, seks, dan aktivitas fisik lainnya. Karena dalam kehidupan perlu adanya sandang, pangan, dan tempat berlindung, seks, dan kesejahteraan individu.

Motivasi adalah kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan rangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan sedangkan motivasi kerja adalah sesuatu hal yang biasa dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja keras. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. (Saleh, 2006)

(51)

Pandangan islam mengenai motivasi kerja lebih menekankan bahwa seseorang diperbolehkan melakukan aktivitas yang baik untuk dirinya, agamanya, dan orang-orang disekitarnya. Motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan kesadaran untuk bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mendapatkan hasil yang baik. (Syamsuri, 2003).

Terdapat beberapa penelitian mengenai motivasi, diantaranya adalah penelitian oleh Hayati (2004) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara motivasi pekerja dengan kepatuhan terhadap standar prosedur kerja dengan p value sebesar 0,096. Kemudian penelitian oleh Riyadi (2005) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kepatuhan terhadap prosedur operasi, dengan p value sebesar 0,001.

c. Sikap

Menurut Mar'at (1981) bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang berarti bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Menurut Notoatmojo (2003 a) sikap diklasifikasikan menjadi empat tingkatan yaitu penerimaan, penangkapan, penghargaan, dan pertanggungjawaban. Menurut Allport dijelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen yaitu :

(52)

Selain itu sikap memiliki 4 komponen lain, yaitu :

1) Menerima (receiving), orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan 2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila dirinya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Keterlibatan (involving), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilih dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Adriyanto (1985) sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen sebagai berikut: 1) Komponen kognitif

Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu. Fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek.

2) Komponen afektif

Komponen ini menyangkut kehidupan emosional seseorang terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek terutama penilaian.

3) Komponen perilaku

Terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak atau bertingkah laku terhadap objek.

(53)

perasaan tidak mendukung (unfavorable) objek tersebut. Ilmuwan sosial membahas sedikitnya terdapat empat pokok bahasan dalam persoalan sikap dan perilaku yaitu 1) sikap dan perilaku tanpa adanya hubungan sebab akibat

2) sikap yang menyebabkan perilaku 3) perilaku menyebabkan sikap

4) ada akibat timbal balik antara sikap dan perilaku, misalnya sikap yang menyebabkan perilaku dan perilaku yang menyebabkan sikap.

Dalam pandangan islam, sikap manusia dapat dilihat dari tingkah laku yang dihasilkannya. Manusia dapat memiliki sikap positif terhadap objek jika melaksanakan suatu hal sesuai dengan objek tersebut, namun jika memiliki sikap yang negatif maka cenderung akan meninggalkan hal yang ada dari objek tersebut. Sebagai contoh sikap sesorang dalam bekerja, setiap orang dianjurkan untuk memiliki sikap kerja keras terhadap usahanya. Dalam hal ini sikap kerja keras dengan mengikuti segala peraturan yang bermanfaat untuk dirinya, agama dan orang lain. Firman Allah yang menjelaskan tentang tuntunan untuk memiliki sikap kerja keras, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”. (QS. Al Qashash, 77). (Yunus,2003)

(54)

dengan p value sebesar 0,000. Selanjutnya penelitian lain oleh Riyadi (2005) diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan pekerjaterhadap prosedur operasi dengan p value sebesar 0, 576.

d.Lama Kerja

Lama kerja adalah lamanya seseorang bekerja atau mempunyai pengalaman di bidang pekerjaannya. Lama bekerja akan berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Seseorang yang sudah lama bekerja mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak sehingga memegang peranan dalam pembentukan perilaku pekerja. (Notoatmodjo, 2003).

Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui seluk beluk mengenai pekerjaannya Selain itu, mereka sering mementingkan dahulu selesainya segera pekerjaan tertentu yang diberikan sehingga keselamatan tidak cukup mendapat perhatian. (Suma’mur 1998)

(55)

bekerja dengan masa kerja tersebut belum merasa berpengalaman dan ingin mengerjakan segala sesuatunya dengan cepat, tepat dan melupakan keselamatan dirinya sendiri. Sedangkan pekerja dengan masa kerja lebih lama, maka semakin memahami pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja sehingga kualitas dan kuantitas mereka dapat bertambah (Suma’mur, 1996).

Sedangkan menurut Peterson (1994) dalam Riyadi (2005) berdasarkan laporan investigasi kecelakaan, pengalaman kerja seorang pekerja dapat dibedakan menjadi distribusi lama kerja di perusahaan tertentu. Distribusi lama kerja tersebut adalah pekerja bekerja 1-5 bulan, 6 bulan -5 tahun, dan lebih dari 5 tahun.

Menurut Saleh (2006) perusahaan menetukan masa kerja dari setiap pekerjanya. Perusahaan yang telah lama berdiri biasanya akan memiliki pekerja dengan lama kerja yang lama dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri.

Beberapa penelitian tentang lama kerja yang dihubungkan dengan kepatuhan pekerja diantaranya adalah penelitian oleh Riyadi (2005) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kepatuhan pekerja terhadap prosedur operasi dengan p value yang diperoleh sebesar 0,684. Kemudian penelitian lain yang dilakukan oleh Utomy (2007) diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kepatuhan pekerja dengan p value sebesar 0,533.

e. Persepsi

(56)

seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat dikatakan persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan oleh panca indera. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuannya. (Mar’at, 1981)

Semua rangsangan/stimulus yang diterima oleh panca indera secara tidak seluruhnya masuk dalam perceptual process. Ada suatu proses rangsangan terhadap stimulus yang masuk. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan keadaan mental manusia dalam menerima semua informasi (Saleh, 2006)

Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi adalah adanya perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan dari kita pada salah satu indera. Kata dan mengedepankan masukan-masukan melalui indera yang lain. Terdapat perbedaan persepsi pada tiap individu, diantaranya adalah manusia bukan saja menunjukkan betapa lemahnya alat indera manusia tetapi juga menunjukkan perhatian yang selektif.

Menurut Stephen P. Robbins, (1996) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari:

1). Perilaku persepsi, bila seseorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku individual.

(57)

3). Situasi, adalah konteks dalam kita melihat obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa. Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riyadi (2005) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi pekerja dengan kepatuhan terhadap prosedur operasi dengan p value yang diperoleh sebesar 0,430.

f. Kepribadian

Kepribadian individu digolongkan ke dalam faktor internal. Kepribadian seorang individu merupakan suatu kelompok cirri-ciri relatif, tendensi-tendensi, dan temperamen-temperamen yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diwarisi dan oleh faktor social, cultural, dan lingkungan. Hubungan antara perilaku atau kepatuhan dengan kepribadian merupakan salah satu persoalan yang kompleks. Kepribadian sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural sosial. Terdapat pronsip-pinsip kepribadian, yakni :

1). kepribadian merupakan suatu keseluruhan yang terorganisasi, apabila tidak demikian maka individu tidak akan mempunyai arti.

2). Kepribadian terlihat terorganisasi dalam pola-pola, yang hingga tingkat tertentu dapat diobservasi dan dapat diukur.

3). Walaupun kepribadian memiliki suatu landasan biological, pengembangan spesifiknya merupakan sebuah produk dari lingkungan-lingkungan social dan cultural.

(58)

5). Kepribadian mencakup ciri-ciri umum, maupun unik. Setiap orang berbeda dibandingkan dengan orang lain, dalam hal-hal tertentu, walaupun mereka serupandengan orang lain dalam hal-hal lain. (Winardi,2004)

Sifat-sifat kepribadian seseorang sangat berhubungan dengan kesuksesannya dalam bekerja. Pekerjaa yang sesuai dengan kepribadian tenaga kerja, memberikan hasil kerja yang sangat baik. Penyesesuaian kepribadian yang tidak baik (tidak sesuai) mungkin mengalami kesukaran dalam penyesuaian diri didalam latihan atau situasi kerja. (Depnakertrans, 2003).

g. Pelatihan

Kesadaran dalam melaksanakan prosedur sesuai aturan yang ada perlu ditanamkan pada setiap tenaga kerja baik yang masih baru maupun tenaga kerja yang sudah bekerja lama di suatu unit kerja. Pembinaan yang dilakukan secara terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan pekerja mengenai pentingnya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja yang ada sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan training/pelatihan kepada pekerja baik pekerja baru maupun yang sudah bekerja dengan masa kerja cukup lama. Pelatihan ini dilakukan dengan membuat jadwal pelaksanaan dan pekerja yang akan mengikutinya, sehingga dapat dilakukan dengan efektif dan sesuai dengan kebutuhan (Boediono, 2003)

(59)

berkembang, harus memperhatikan pelatihan dan pendidikan bagi karyawannya. Tujuan pelatihan antara lain perubahan pengetahuan, sikap dan kemampuan peserta.

Menurut Hinze (1997) program pembinaan pelatihan terhadap sumber daya manusia bermanfaat jika:

1) Sasaran utamanya mencetak karyawan fungsional

2) Kurikulum dan rangkaian pengalaman yang harus ditempuh sesuai dengan spesifikasi jabatan masing – masing karyawan.

3) Doktrin keselamatan dan kesehatan kerja yang diajarkan adalah perawatan berdasarkan kondisi

4) Seluruh program dan training dilaksanakan dalam situasi industrial

5) Para pekerja sejak awal disadarkan pada kenyataan bahwa industri membutuhkan ahli yang fungsional dan bukan sarjana intelektual.

(60)

h.Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu hal penting dalam rangka memastikan bahwa pekerja mematuhi aturan – aturan kerja yang ada sehingga tercipta keselamatan dan kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan. Pengawas harusnya bertanggung jawab terhadap pemberian instruksi kerja pada karyawan sesuai dengan standar prosedur operasi (SOP). Pengawasan dapat digunakan untuk mengontrol atau memastikan apakah pekerja mengikuti standar prosedur kerja yang ada. (Poernama, 2005)

Pengawasan adalah adanya kontak secara personal dengan setiap pekerja dilakukan oleh petugas. Pengawasan dapat memberi kesempatan untuk lebih dapat menekankan pada aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3), kualitas, produktivita

Gambar

Tabel.1.1
Gambar 2.1 piramida accident ratio study
Gambar 2.2
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait