• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat.

Kepedulian Sosial merupakan sikap memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan orang lain, siap membantu orang yang membutuhkan pertolongan, tidak pernah berbuat kasar, dan tidak menyakiti hati orang lain.

Kepedulian sosial itu perlu diajarkan sejak kecil, karena kepedulian seseorang tidak tumbuh begitu saja tanpa adanya rangsangan baik itu berupa pendidikan ataupun pembiasaan. Setiap manusia dengan hati nuraninya sesungguhnya memiliki kepekaan sosial, manusia memiliki perasaan dan emosi yang mudah trenyuh, terharu, prihatin dan sebagainya, bila melihat sekelilingnya membutuhkan bantuan atau pertolongan.

Persoalannya, tidak semua perasaan trenyuh melihat penderitaan atau kekurangan di sekitarnya. Seseorang mengetahui penderitaan orang lain maupun merasa prihatin terhadap sebuah masalah sosial yang orang ketahui langsung maupun lewat media, namun keprihatinan hanya tersimpan dalam hati karena berbagai alasan ketidak mampuan, jarak dan waktu atau alasan situasi lainnya.

62

Seseorang akan peka terhadap kondisi sosial yang ada pada lingkungan sekitarnya apabila ketika seseorang itu sudah menanamkan jiwa sosialnya dan seseorang tersebut akan lebih mudah dalam bersosialisasi serta akan lebih dihargai di masyarakat. Bentuk-bentuk kepedulian sosial itu dapat dimulai dengan hal yang kecil semisal membantu mengerjakan PR teman, membantu tetangga ketika kesusaha mencari air bersih dengan cara mengasihkan air bersih kepada tetangga tersebut. Mengenai hal tersebut peneliti melakukan wawancara di Sanggar Belajar Margosari untuk mengetahui bagaimana kepedulian sosial anak di lingkungan masyarakat.

Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti dengan pimpinan dan 6 anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga penulis dapat menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak Sanggar di lingkungan masyarakat ada 3 point yaitu sebagai berikut:

1. Tolong menolong

Tolong menolong dalam bahasa arabnya adalah ta‟awun, sedangkan menurut istilah pengertian ta‟awun adalah sifat tolong menolong diantara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa. Dalam ajaran Islam tolong menolong merupakan kewajiban setiap muslim, sudah semestinya konsep tolong menolong ini dikemas sesuai dengan syariat Islam, dalam artian tolong-menolong yang kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan.

63

Dalam artian tolong menolong hanya diperbolehkan tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, dan tidak diperbolehkan tolong menolong dalam hal dosa atau permusuhan.

Sikap ta‟awun atau tolong menolong ini terdapat pada firman Allah SWT dalam Q.S Al-Maidah ayat ke 2 sebagai berikut:

َعَت َلَ َو ۖ ٰى َوْقَّتلا َو ِّرِبْلا ىَلَع اوُن َواَعَت َو

ۚ ِنا َوْدُعْلا َو ِمْثِ ْلْا ىَلَع اوُن َوا

ِ اَقِعْلا ُدٌِدَد َ َّاللَّ َّنِإ ۖ َ َّاللَّ اوُقَّتا َو

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhya Allah amat berat siksa-Nya (Kemenag RI, 2013:106).

Ayat tersebut sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong menolong dalam kebaikan dan takwa serta dilarang tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.

Tolong menolong perlu diajarkan kepada anak-anak sejak masih kecil sebab kita hidup bermasyarakat itu tidak bisa lepas dari bantuan orang lain, untuk itu sikap tolong menolong atau ta‟awun perlu dimiliki oleh seseorang, karena suatu apapun yang kita kerjakan tentu membutuhkan pertolongan dari orang lain.

Kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari dalam kegiatan tolong menolong tersebut sangat baik karena sudah sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat ke 2 dan

64

pendapat Yunahar ilyas dalam pemaparannya di buku Kuliah Akhlak yang menerangkan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan tolong menolong dalam kejahatan, tolong-menolong yang kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan.

Bentuk kegiatan tersebut sangat baik karena sudah sesuai ajaran Islam akan tetapi realita di lapangan saya menemukan sisi buruknya yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari waktu menjalankan tolong menolong di lingkungan masyarakat. Seperti contohnya waktu pembagian sembako gratis buat warga muslim margosari disitu saya melihat kalo pembagian sembakonya masih belum merata ke warga. Kondisi tersebut dikarenakan anggaran yang ada untuk pembagian sembako tidak memenuhi semua warga, jadi anak-anak sanggar tersebut meroling atau bergilir dalam pembagian sembako kepada warga agar warga akhirnya merasakan semua.

Berdasarkan wawancara peneliti terhadap anak-anak Sanggar yang ikut berpartisipasi langsung di lingkungan masyarakat yang tergolong dalam bentuk tolong menolong, anak tersebut mengatakan bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat Margosari yaitu pemberian sembako gratis buat warga dan membagikan makanan berbuka untuk orang-orang yang bekerja yang tidak sempat berbuka di rumah, seperti tukang becak, pedagang- pedagang di pasar pada waktu bulan ramadhon. Hal yang serupa

65

peneliti dapatkan dari salah satu warga yang peneliti wawancarai beliau mengatakan bahwa kegiatan anak-anak di lingkungan masyarakat berupa kegiatan bakti sosial.

Dari data tersebut dapat saya simpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari sudah cukup baik walaupun ada sedikit kendala yang dialami anak-anak, meskipun mengalami kendala kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar tersebut tetap berjalan dengan sukses.

2. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah totalitas pengerjaan tugas hingga tuntas dan berkualitas. Jadi individu yang bertanggung jawab itu akan

melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh, bila

melakukan kesalahan berani mengakuinya dan ketika mengalami kegagalan tidak mencari kambing hitam. Tanggung jawab ini terbagi atas; niilai rasa memiliki, empati, disiplin. Berikut pemaparannya: a. Nilai Rasa Memiliki

Pendidika nilai membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang tahu sopan santun, memiliki cita rasa, dan mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, bersikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia.

Dalam hal ini anak-anak Sanggar Belajar Margosari sudah dapat menjalankan dengan baik, contohnya sikap anak-anak

66

sanggar di saat mendapatkan tanggung jawab untuk menghendel acara kegiatan pengajian ahad pagi.

Saya melihat ketika waktu pengamatan bahwa perilaku yang mereka tunjukan sudah mencerminkan sopan santun yang baik dalam menghormati tamu yang datang tanpa pilih kasih siapapun yang datang anak-anak berjabat tangan dan mengucapkan salam terlebih dahulu setelah itu tamu yang datang dipersilahkan dan di arahkan menuju tempat duduk yang kosong yang sudah di persediakan, dari perilaku tersebut dapat dinilai kalo anak-anak sanggar sudah dapat memposisikan dirinya, bisa menghormati orang lain, dan bertanggung jawab sesuai posisi yang di jalankan. b. Empati

Kata empati adalah keadaan yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan pikiran yang sama dengan orang atau kelompok. Sama seperti apa yang di kemukakan oleh Saleem Harja Sumarna dalam bukunya yang berjudul Kepribadian Yang Super mengatakan bahwa Empati adalah suatu sikap atau kepribadian yang memposisikan diri kita dalam keadaan yang sama dengan yang dialami orang lain.

Adapun sikap empati yang dilakukan anak-anak Sanggar yang saya ketahui saat melakukan penelitian yaitu ketika anak- anak Sanggar mendengar ada teman atau warga masyarakat Margosari yang kena musibah atau sakit anak-anak segera

67

menjenguk kerumahnya atau ketika di rumah sakit anak-anak Sanggar langsung bergegas berangkat bersama-sama.

Perilaku yang seperti itu termasuk perilaku yang terpuji menurut kaidah Islam, karena dalam Islam senantiasa mengajarkan kita untuk berempati, baik kepada sesama manusia, dan kepada semua makhluk ciptaan Allah. Sikap empati yang sudah tertanam dalam diri anak-anak Sanggar tersebut merupakan bentuk-bentuk kepedulian sosial terhadap sesama manusia yang dia rasakan melalui kemampuannya dalam mengenali, mempersepsi, dan merasakan keadaan yang sedang dirasakan oleh orang lain.

c. Disiplin

Disiplin disini dimaksud yaitu cara kita mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya adalah memberitahu dan menanamkan pengertian dalam diri anak tentang perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, dan untuk mendorognya memiliki perilaku yang sesuai dengan standar ini. Alam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik.

Dalam ranah disiplin ini yang tertanam dalam diri anak- anak Sanggar Belajar Margosari sudah berjalan sesuai dengan keterangan di atas tersebut contohnya seperti kegiatan meramaikan

68

masjid anak-anak Sanggar diajarkan untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang positif.

Berdasarkan wawancara dengan 2 anak Sanggar yang ikut andil terjun langsung di masyarakat mengatakan bahwa bentuk- bentuk kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat Margosari yaitu menjadi penggerak, mempersiapkan dan menghendel acara pengajian rutinan di Islamic Center buat warga Margosari. Salah satu warga juga mengatakan hal yang hampir sama bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang anak-anak lakukan di lingkungan adalah kegiatan dalam meramaikan masjid.

Dalam pertanggung jawaban yang dilakukan anak-anak Sanggar Margosari tersebut memang cukup baik, karena anak-anak tersebut masih muda dan sudah berani berperan di lingkungan dalam menghendel acara di lingkungan kampung, sikap seperti yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari tersebut perlu di contoh dan di kembangkan.

Akan tetapi keadaan yang ada di lapangan saya melihat masih ada kekurangan yang perlu di perbaiki, kekurangan yang peneliti temukan di lapangan yaitu masih ada beberapa anak-anak Sanggar Belajar Margosari yang masih menggantungkan tanggung jawabnya kepada temannya.

Contohnya waktu acara pengajian ahad pagi, satu hari sebelum acara dilaksanakan anak-anak di briefing untuk diberi

69

tanggung jawab sesuai porsi masing-masing, waktu itu penugasan kegiatan di berikan kepada 3 anak dalam satu tugas akan tetapi saya melihat waktu pelaksanaan ada tugas yang di kerjakan oleh dua anak saja, kemudian saya mencari tahu alasan kenapa hanya dikerjakan oleh dua orang saja kepada kedua anak tersebut dan saya mendapatkan jawabannya bahwa anak yang tidak hadir tersebut sering menggantungkan tanggung jawabnya kepada kelompok. Seperti itu salah satu kekurangan dari beberapa anak Sanggar Belajar Margosari yang terdapat dalam hal tanggung jawab.

Meskipun memiliki kekurangan tetapi anak-anak yang lain bisa menutupi kendala yang ada sehingga kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari di lingkungan masyarakat tetap berjalan dengan lancar.

3. Gotong royong

Gotong royong adalah suatu sikap atau kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara kerja sama dan tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan suka rela tanpa adanya imbalan.

Gotong royong memiliki manfaat dan maksud tujuan untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan Negara yaitu: pertama meringankan beban, waktu dan biaya, kedua meningkatkan solidaritas dan ras kekeluargaan dengan sesama, ketiga menambah kokohnya rasa

70

persatuan dan kesatuan, dan ke empat mempertinggi ketahanan bersama.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan 2 anak Sanggar yang mengatakan bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat Margosari termasuk gotong royong yaitu kerjabakti membersihkan lingkungan rumah dan Masjid di kampung Margosari.

Mengenai hal tersebut 2 warga dan ketua Yayasan Nururl Iman juga mengatakan hal yang sama tentang bentuk kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar di masyarakat yaitu ikut gotong royong di kampung dan membersihkan masjid.

Kegiatan gotong royong memang perlu dikembangkan melihat realita jaman sekarang kebudayaan atau tradisi dalam hal gotong royong sulit sekali ditemukan di masyarakat perkotaan khususnya, sebab di kehidupan sekarang ini cukup banyak orang yang mementingkan dirinya sendiri tanpa menghiraukan keadaan di lingkungan sekitarnya karena dia merasa mampu.

Seperti kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margasari tersebut sanggat baik karena mereka hidup di daerah sekitar perkotaan yang masih menjunjung tinggi kebudayaan atau tradisi gotong royong. Kegiatan seperti itu sangat baik dan perlu dilestarikan mengingat jaman sekarang banyak sekali anak-anak yang tidak perduli terhadap kondisi lingkungannya.

71

Tetapi di sisi lain tidak semua anak-anak Sanggar memiliki peran yang baik, karena ada celah sedikit yang kurang baik dari anak- anak Sanggar tersebut ketika di lapangan yaitu ada anak yang tidak hadir dan ada yang datang terlambat.

Dari ketiga point data di atas tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang anak-anak Sanggar Belajar Margosari lakukan di lingkungan masyarakat adalah tolong menolong, tanggung jawab dan gotong royong, kegiatan tersebut sudah sesuai dalam ranah bentuk-bentuk kepedulian sosial.

Meskipun mengalami berbagai kendala, anak-anak Sanggar tersebut dapat mengatasi dan menjalankan kegiatan tersebut dengan solusi yang mereka gunakan dalam menutupi kendala-kendala yang ada. Sehingga kegiatan tersebut dapat dijalankan dengan baik tanpa ada beban pada diri anak-anak sanggar tersebut.

B. Dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar

Dokumen terkait