• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Paparan Data

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data, peneliti memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek peneliti secara umum, yaitu untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang obyek penelitian yang peneliti maksud.

a. Sejarah Singkat Berdirinya Sanggar

Berdirinya Sanggar Belajar Margosari berawal dari beberapa rombongan pemuda remaja Masjid Baitul Rahman Margosari yang sedang berkunjung di suatu tempat yang bernama kampung Jogokariyan yang berada di daerah Jogjakarta pada tanggal 1 Muharam 1434 H/ 15 November 2012 dalam acara study banding.

Sesampainya di kampung tersebut para pemuda merasakan perbedaan di dalam suatu kehidupan sosial yang telah diterapkan di kampung tersebut dan dari beberapa pemuda tersebut mengamati dan bertanya-tanya mengenai bagaimana cara menerapkan dan

39

membentuk suatu tatanan kehidupan sosial yang baik yang sudah berjalan di kampung Jogokariyan tersebut.

Kemudian dari salah satu pemuda itu terinspirasi pada sistem pengelolaan tatanan kehidupan sosial di kampung jogokariyan yang bisa membuat masyarakatnya kompak dan rajin- rajin ke masjid, serta kedamaian di dalam masyarakat sangat tinggi dalam menjunjung tali persaudaran yang saling toleransi,tolong menolong, dan ramah tamah.

Setelah usai berkunjung dari kampung Jogokariyan salah satu pemuda yang bernama Indra Apriyanto memiliki gagasan lalu merundingkannya bersama-sama dengan beberapa temenya di dalam bus mengenai pengalaman yang sudah didapatkan dari kampung jogokariyan tersebut, supaya sesampainya di kampung halaman ilmu dan pengalaman yang sudah didapatkan bisa di terapkan dan dikembangkan di kampungnya yaitu Margosari. Setelah sampai di rumah, satu hari kemudian pemuda yang bernama Indra Apriyanto tersebut mengumpulkan beberapa pemuda-pemudi yang ada di kampung Margosari untuk merundingkan inspirasi pengalaman yang didapatkan dari kampung Jogokariyan, agar dapat terkonsep dengan baik, dapat di terapkan dan dapat diterima oleh warga dengan mudah.

Adapun sistem tatanan pengelolaan yang ada di Margosari dengan di kampung Jogokariyan tidak sama persis karena sudah

40

sedikit di modifikasi tujuannya memodifikasi adalah agar warga mudah menyesuaikan, mudah menerimanya dan bisa merasakan manfaatnya. Karena di masyarakat Margosari masih mengalami kendala dalam bersosialisasi antar sesama yang mana kepedulian sosial di situ masih minim di miliki oleh masyarakat terutama di kalangan pemuda-pemudi dan anak-anak.

Pemuda tersebut memulai merintis Sanggar pada tanggal 6 Muharam 1434H/ 20 November 2012 berawal mengajak keluarganya terlebih dahulu, lanjut dia menarik anak-anak dan pemuda untuk megarahkan dan membimbing supaya bisa terwujud sesuai dengan cita-citanya yang dia rujuk dari pengalaman yang sudah dia lihat di jogokariyan bersama beberapa pemuda-pemudi.

Adapun awal cara untuk menarik para anak-anak supaya tertarik ke dalam Sanggar pemuda tersebut menggunakan berbagai cara, dengan cara memberikan alat tulis pada anak-anak yang datang ke Sanggar, sering ngadakan jalan santai kepada anak-anak, dan ada juga cara semisal mengiming-imingi hadiah kepada anak-

anak yang rajin ke Sanggar serta berjama’ah di masjid setiap hari

dengan menggunakan absensi kehadiran yang menjadi tolak ukur keaktifan anak-anak maka di puncaknya yaitu di setiap akhir bulan anak-anak yang rajin akan mendapatkan doorprize.

Berjalanya waktu berputar akhirnya Sanggar tersebut dapat respon positif dari masyarakat dan mendapatkan suatu fasilitas

41

yaitu berupa tempat gedung dari suatu yayasan yang berada di Margosari yang bernama Yayasan Nururl Iman yang dipimpin oleh Bapak H. Drs. Ismail Djuenaidi yang telah memberikan wewenang untuk dapat memanfaatkan fasilitas gedung atau tempat untuk berkumpul, berinteraksi dan belajar, letaknya berada di bawah gedung Masjid Baitul Rahman. Anak-anak yang ada di dalam Sanggar tersebut berbagai jenjang usia pendidikan ada yang masih SMP, SMA, Mahasiswa perguruan tinggi dan ada juga remaja yang sudah berwirausaha yang masih tetap andil dalam Sanggar tersebut. b. Keadaan Geografis Sanggar Belajar

Keberadaan tata letak gedung Sanggar Belajar ini terletak di Jl. Margosari II No 26 Salatiga. Tepatnya berada di antara tengah-tengah pemukiman warga masyarakat Margosari Rt 05 Rw 01. Gedung Sanggar ini masih satu gedung dengan Masjid Baitul Rahman Margosari letaknya di bawah masjid atau lebih tepatnya di lantai satu menghadap ke utara yang berdampingan dengan gedung Islamic Center Margosari.

c. Keadaan Masyarakat di sekitar Sanggar Belajar

Keadaan masyarakat yang ada di dekat Sanggar rata-rata muslim walaupun ada juga warga yang nonmuslim, akan tetapi ketika dalam menjalani kehidupan bermasyarakat warga disini cukup baik, bertoleransi dan saling membantu satu sama lain dalam menjalin kerukunan bermasyarakat dan beragama.

42

Masyarakat di sini juga sangat antusias mendukung program-program yang berjalan di Sanggar, baik dukungan fisik maupun material.

d. Visi dan Misi Sanggar Belajar Margosari 1) Visi

Sanggar Belajar merupakan wadah pembinaan dan pengembangan kreativitas generasi muda yang berkelanjutan untuk menjalin persaudaraan dan rasa kebersamaan dalam pengembangan kreatifitas.

Kemampuan dibidang religi dan kesejahteraan sosial baik untuk masyarakat dilingkungan sekitar ataupun diwilayah lain.

2) Misi

(a) Meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam giat

berjama’ah dan membaca Al-Qur’an.

(b) Meningkatkan SDM demi masa depan yang lebih baik melalui bidang masyarakat dan menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah ataupun pihak lain.

(c) Terwujudnya pemuda dan pemudi yang bertakwa kepada Allah SWT penuh perhatian dan peka terhadap masalah

43

dengan daya fisik dan mental yang kuat, tegas dan teguh pendirian serta mampu berkreasi, berkarya dan jujur sebagai acuan dimasyarakat.

(d) Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semkain meningkat bagi warga desa pada umumnya dan khususnya generasi muda yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah sosial dilingkungannya.

e. Struktur Sanggar

Tabel 3.1

Struktur Sanggar Belajar Margosari Sidorejo Salatiga

Ketua Indra Apriyanto

Wakil Ketua Adib Bintang Samudra

Sekertaris 1. Wahyu Safitri

2. Adimas Bramantya

Bendahara 1. Nany Nur Cahyani

2. Sabrina Putri Fajarani

Seksi Dakwah & Si’ar 1. Dwi Sarwanto

2. Ahmad Muhlisin

Seksi Seni Kreatif & Budaya 1. Setyawan cristianto 2. Aulia Fitria Ningrum Seksi Olahraga 1. Feri Rusadi Saputra

2. Altika Pardiana Seksi Kegiatan Kreatif 1. Ari Probowati

2. Sabila Wahyu Sagita Seksi Komunikasi & 1. Fajar Rusadi Saputro

44

Informatika 2. Ahmad Jauhari.M

Seksi Pendidikan 1. Ria Endri Nur Handayani 2. Hida Maftukhatul

3. Dinda Ayu Octaviana

f. Program-program acara Sanggar

Tabel 3.2

Acara kegiatan Sanggar No Kegiatan

1 Santunan warga muslim kurang mampu

2 Infaq mandiri

3 Pasar murah

4 Kajian Ahad pagi

5 Kajian pengajian paramida(para pemudi dan pemuda)

6 Santunan untuk anak yang rajin di Sanggar

45

Berdasarkan jumlah beberapa responden yang diteliti masing- masing subjek terdiri dari anak-anak Sanggar, Masyarakat, pimpinan Sanggar dan ketua Yayasan Nururl Iman. Berikut ini penjelasan mengenai profil masing-masing anak-anak yang di jadikan responden oleh peneliti, sebagai berikut :

a. Anak-anak Sanggar

1) Isnadila Wahyu sagita lahir di Salatiga, usia 14 tahun, sekarang masih dalam taraf pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), mulai aktif dalam Sanggar Belajar Margosari sejak tahun 2015.

2) Claudia Indah Mawarni lahir di Salatiga, usia 20 tahun, sekarang masih dalam proses kuliah di salah satu kampus suwasta yang ada di Salatiga, aktif andil di Sanggar Belajar Margosari sejak 2014 di bulan-bulan akhir.

3) Sabila Wahyu Sagita lahir di salatiga, usia 16 tahun, tempat tinggal di Rt 02 Rw 01, sekarang masih dalam taraf pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK), andil dalam Sanggar sejak pertengahan tahun 2014.

4) Wahid Palguna Bayu Sena lahir di Grobogan, usia 18 tahun, tempat tinggal di Rt 05 Rw 01, pendidikan terakhir MAN, andil di Sanggar sejak tahun 2015.

46

5) Moh Minan Sadzali lahir di Pati, Usia 18 tahun, tempat tinggal di Rt 05 Rw 01, Pendidikan terakhir SMA, andil di Sanggar pada tahun 2015.

b. Masyarakat

1) Ibu Siswaningsih lahir di Salatiga, usia beliau 56 tahun, pekerjaan sebagai pedagang klontong di rumah, pendidikan terakhir SMP, berdomisili di Margosari Rt 05 Rw 01.

2) Dwi Sarwanto lahir di Kab. Sragen, usia beliau 37 tahun, pekerjaan sebagai Guru, pendidikan terakhir S1 pendidikan Agama Islam, berdomisili di Margosari Rt 05 Rw 01.

3) Paidi Murwanto lahir di salatiga, usia beliau 70 tahun, beliau pensiunan PNS, pendidikan terakhir SMA, berdomisili di Margosari Rt 04 Rw 12.

4) Ibu Tri Wahyuni lahir di salatiga, usia 37 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMK.

c. Pimpinan Sanggar dan Ketua Yayasan Nururl Iman

1) Indra Apriyanto (Pimpinan Sanggar) lahir di Salatiga, Usia 37 tahun, pendidikan terakhir D3, pekerjaan wirausaha.

2) Drs. K.H. Ismail Djoenaidi (Ketua Yayasan Nururl Iman) lahir di Kab. Semarang, usia 62 Tahun, pensiunan dari PNS, pendidikan terakhir S1(strata satu)

47 B. Temuan Penelitian

Sesuai dengan hasil wawancara, dan dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Peneliti mendapatkan beberapa hal di antaranya :

1. Bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat.

Kepedulian sosial merupakan sikap selalu ingin membantu orang lain yang membutuhkan dan dilandasi oleh rasa kesadaran. Kegiatan yang ada di Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama manusia, sebab di Sanggar tersebut anak-anak diajarkan supaya memiliki rasa kepedulian kepada orang lain, merasakan kesusahan orang lain, dan bertanggung jawab.

Berdasarakan wawancara yang dilakukan peneliti kepada pimpinan Sanggar Belajar, Margosari, Salatiga bahwa anak-anak di Sanggar diajarkan untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya, seperti yang diungkapkan oleh Mas Indra selaku pimpinan Sanggar sebagai berikut:

“Iya mas, saya mengajarkan anak Sanggar untuk peduli pada

lingkungan di sekitarnya. Seperti, membantu teman ketika ada teman yang mengalami kesusahan Belajar, berinfaq dari sisa uang saku, dan tidak lupa mengajarkan sopan santun selalu menghormati orang

lain”(20 Juli 2017).

Diperkuat dengan jawaban dari anak-anak Sanggar bahwa di Sanggar anak-anak diajarkan untuk saling membantu seperti hasil

48

wawancara peneliti ketika menanyakan apakah di Sanggar diajarkan untuk saling membantu atau peduli terhadap teman atau kepada masyarakat, inilah data jawaban dari anak-anak Sanggar:

Menurut anak Sanggar yang bernama Isnadilla waktu peneliti wawancara mengatakan tentang apakah di Sanggar anak-anak diajarkan untuk peduli atau saling membantu terhadap teman atau kepada masyarakat, seperti ini jawabanya:

“Iya mas, di beberapa acara di Sanggar semisal bantu belajar teman ketika kesulitan belajar” (24 Juli 2017).

Hal yang sama peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan anak Sanggar yang bernama Bayu, dia mengatakan:

“Pernah. Seperti dicontohkan waktu di Sanggar, semisal

berinfak hasil sisa uang saku jajan” (21 Juli 2017).

Sedangkan menurut Claudia bahwa kegiatan yang diajarkan di Sanggar yaitu:

“Di saat membantu mempersiapkan jamuan makan pada saat

acara pengajian atau acara yang diselenggarakan oleh Sanggar”( 24 Juli 2017).

Hampir sama yang dikatakana anak Sanggar yang bernama Minan dan kaffa, dia mengatakan:

“Pernah mas, di ajak gotong royong bantu-bantu membersihkan masjid bersama-sama teman” (21-24 Juli 2017).

Agak berbeda dengan yang dikatakan anak Sanggar bernama Sabila, dia mengatakan:

49

“Pernah, salah satu contohnya adalah pembagian sembako

gratis dan penjualan sembako murah untuk warga Margosari

khususnya”(24 Juli 2017).

Berdasarkan beberapa pendapat anak-anak tentang apakah di Sanggar anak-anak diajarkan tentang kepedulian atau saling membantu kepada sesama teman atau masyarakat, penulis dapat menyimpulkan bahwa di Sanggar telah diajarkan tentang kepedulian atau saling membantu kepada sesama teman atau masyarakat, ini di cerminkan dari berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak beserta pimpinan Sanggar yang langsung andil di masyarakat yang di wujudkan dalam berbagai kegiatan seperti, membantu teman, berinfaq, gotong royong membersihkan masjid, pembagian sembako gratis, membantu mensukseskan acara pengajian.

Adapun bentuk-bentuk kepedulian sosial yang dilakukan anak-anak dan pimpinan Sanggar di lingkungan masyarakat yaitu sebagai berikut:

Menurut pimpinan Sanggar yaitu mas Indra, beliau mengatakan bahwa kegiatan yang dia lakukan dengan anak-anak di lingkungan masyarakat seperti berikut:

“Kegiatan yang sampai saat ini masih jalan seperti,

menghendel acara kegiatan pengajian warga, santunan sembako buwat warga yang kurang mampu, ikut gotong royong di kampung,

berinfaq”(20 juli 2107).

Sedangkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara terhadap anak Sanggar yang bernama Claudia tentang bentuk-bentuk

50

kepedulian sosial yang dilakukan di lingkungan masyarakat, dia mengatakan sebagai berikut:

“Kegiatan yang pernah saya lakukan di masyarakat yaitu

kerja bakti membersihkan lingkungan rumah”( 24 Juli 2017).

Hal yang sama peneliti dapat dari wawancara dengan anak yang bernama Minan, mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat yaitu:

“gotong royong membersihkan kampung Margosari dan

membersihkan masjid baiturrahman”( 21 Juli 2017).

Data tersebut diperkuat dari peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan masyarakat yang bernama Ibu siswaningsih bahwa dia merasakan bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak di lingkungan masyarakat seperti berikut ini kata beliau:

“ikut gotong royong di lingkungan”(28 Juli 2017).

Ungkapan yang sama diungkapkan oleh Bapak Dwi Sarwanto seperti ini:

“kegiatan anak-anak membersihkan masjid” (28 Juli 2017). Dari data di atas tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Bapak H. Ismail Djoenaidi seperti yang beliau katakana pada peneliti sebagi berikut:

“Mendidik anak-anak kecil seperti Belajar, ketika masyarakat mengadakan gotong royong anak-anak ikut membantu. Jadi kegiatan anak-anak dapat meringankan beban masyarakat”(8 Agustus 2017).

51

Sedangkan wawancara peneliti dengan anak Sanggar yang bernama Bayu, dia mengatakan seperti ini:

“Kalo saya pribadi yang sering saya lakukan itu mas,

membantu mempersiapkan dan menghendel acara pengajian rutinan

di Islamic Center buat warga Margosari”(21 Juli 2017).

Hal yang sama diungkapkan oleh kaffa, dia mengatakan:

“sebagai penggerak dalam kegiatan di masyarakat seperti pengajian”(24 Juli 2017)

Jawaban di atas tersebut diperkuat dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Paidi Murwanto yang mengatakan tentang kegiatan yang dilakukan anak-anak di lingkungan masyarakat seperti ini, kata beliau:

”Kegiatan dalam meramaikan masjid” (28 Juli 2017).

Sedikit berbeda dengan ungkapan dari Isnadilla anak Sanggar ini mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat yaitu:

“Acara ramadhan berbagi dan acara sembako murah, sembako

gratis” (24 Juli 2017)

Sama seperti data yang peneliti dapatkan dari anak Sanggar yang bernama sabila dia mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat yaitu:

“Beberapa diantaranya adalah ramadhan berbagi yaitu

membagi makanan berbuka untuk orang-orang yang bekerja yang tidak sempat berbuka di rumah, seperti tukang becak, pedagang- pedagang di pasar, contoh lain adalah pemberian sembako gratis di saat kajian ahad pagi di setiap dua bulan sekali, masih banyak contoh-

52

Argument tersebut di atas diperkuat dari warga masyarakat yang bernama Ibu Tri Wahyuni, bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan anak-anak di lingkungan masyarakat seperti:

“Anak-anak mengikuti kegiatan bakti sosial”(8 Agustus 2017). Jadi dari uraian data di atas tersebut yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan anak-anak dan pimpinan Sanggar serta warga masyarakat mengenai bagaimana bentuk-bentuk kegiatan kepedulian sosial anak-anak Sanggar di lingkungan masyarakat, peneliti dapat simpulkan bahwa anak-anak Sanggar menjalankannya dengan bentuk-bentuk kegiatan sosial seperti membersihkan lingkungan kampunng dan masjid, meramaikan masjid seperti kegiatan pengajian, dan bakti sosial membagikan sembako pada masyarakat secara gratis.

Dari bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak Sanggar tersebut, peneliti akan mencari apakah masyarakat juga merasakan manfaatnya dari semua kegiatan-kegiatan yang dilakuka anak-anak Sanggar tersebut.

Peneliti akan menanyakan kepada warga yang peneliti tanyakan kepada Bapak H. Ismail Djoenaidi selaku ketua Yayasan Nururl Iman di masjid baiturrahman yang peneliti tanyakan tentang apakah Bapak merasakn manfaat dari bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar, beliau berkata sebagai berikut:

53

“Terus terang saya bisa merasakan dari pengaruh anak-anak di sini, pertama anak-anak yang kecil sekarang sudah pandai membaca Al-Qur’an, kedua adap sopan santun anak-anak makin baik, ketiga ketika masyarakat mengadakan kerja bakti anak-anak ikut, ikut andil meramaikan dalam kegiatan takmir masjid baiturrahman seperti mengisi kultum, dan ketika ada warga yang sakit anak-anak bergegas

menjenguknya”(8 Agustus 2017).

Data yang sama saya dapat peneliti dapat dari Ibu siswaningsih beliau mengatakan manfaat dari kegiatan-kegiatan anak Sanggar yang beliau rasakan:

”Merasa terbantu dan meringankan beban saya mas,

menguntungkan” (28 Juli 2017).

Hampir sama seperti yang dikatakan oleh Bapak Dwi Sarwanto bahwa manfaat yang beliau rasakan adalah:

“Manfaatnya lingkungan tidak sepi, kegiatan-kegiatannya

positif” (28 Juli 2017).

Sedangkan menurut Ibu Tri Wahyuni mengenai manfaat yang beliau rasakan dari bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan ank-anak yaitu:

“Anak-anak jadi tau bagaimana cara bersosialisasi di

masyarakat”(8 Agustus 2017).

Hal yang berbeda peneliti dapat dari wawancara Bapak Paidi Murwanto, beliau mengatakan:

“Kegiatan anak-anak Sanggar disini menurut saya belum

optimal, karena belum bisa melibatkan peran orang tua”(28 Juli

54

Jadi dari semua data di atas tersebut dari hasil wawancara peneliti dengan warga tersebut tentang apakah manfaat yang Bapak atau Ibu rasakan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak san ggar di lingkungan masyarakat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa warga sudah merasakan manfaatnya, ada yang merasa terbantu meringankan masyarakat, lingkungan tidak sepi karena kegiatannya positif, sopan santun anak lebih baik, anak juga dapat merasakan bagaimana bersosialisasi di masyarakat, walaupun ada yang mengatakan kalo kegiatannya anak-anak tersebut belum optimal, karena belum bisa melibatkan peran orang tua.

2. Bagaimana dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar, Margosari, Sidorejo, Salatiga.

Kontribusi adalah sumbangsih atau peran yang dilakukan untuk membantu menghasilkan atau pencapaian seseorang dalam suatu kegiatan tertentu. Individu atau kelompok bisa menyumbangkan pikirannya, tenaganya dan materinya demi mengsukseskan kegiatan yang direncanakan demi untuk mencapai tujuan bersama.

Bentuk kontribusi yang bisa diberikan oleh masyarakat harus sesuai dengan kapasitas atau kemampuan masing-masing orang tersebut. Dari hal tersebut peneliti akan mencari data dengan wawancara kepada warga Margosari dan anak-anak Sanggar.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Paidi Murwanto dari hasil wawancara peneliti di rumahnya mengenai tentang apakah Bapak

55

mendukung kegiatan anak-anak Sanggar dan seperti apa dukungan yang bapak lakukan, beliau mengatakan sebagai berikut:

“Kalo mendukung pasti mendukung mas, saya selalu

memberikan arahan atau saran ke anak-anak, dan kalo itu yang di butuhkan berupa material atau uang maka saya bantu, hampir setiap bulan pasti saya bantu, walaupun wujudnya tidak seberapa mas, langsung saya kasihkan kepada mas indra(pimpinan Sanggar) sendiri

mas”(28 Juli 2017).

Hal yang sama peneliti dapatkan dari Bapak H. Ismail Djoenaidi ketua Yayasan Nururl Iman, mengatakan:

“Memberi fasilitas, membiyayai kegiatan yang direncanakan,

ikut membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi anak-anak, kemudian memberikan pengarahan atau pengajaran ke anak-anak

mas”(8 Agustus 2017).

Ungkapan di atas diperkuat dari pernyataan anak Sanggar yang peneliti dapat dari anak yang bernama Sabila, Bayu, dan Minan bahwa masyarakat sangat berkontribusi terhadap anak-anak, sebagai berikut pernyataanya:

“Respon masyarakat sangat baik, beberapa warga ikut

mensuport acara-acara kami baik tenaga maupun uang atau

barang”(21-14 Juli 2017).

Respon yang sama dirasakan oleh pimpinan Sanggar yaitu mas Indra yang mengatakan:

“Masyarakat berantusias mendukung kegiatan kami,

dukungannya seperti memberikan bantuan berupa barang dan uang”(20 Juli 2017).

56

Sedangkan menurut Bapak Dwi Sarwanto dan Ibu

siswaningsih, tentang apakah Bapak atau Ibu mendukung kegiatan anak-anak Sanggar dan seperti apa dukungan yang bapak lakukan, beliau mengatakan sebagai berikut:

“Saya berikan motivasi kepada anak-anak dan kegiatan yang

lain saya mengikuti alurnya”(28 Juli 2017).

Sama seperti yang diungkapkan oleh anak yang bernama Isnadilla, Kaffa dan Claudia sebagai berikut:

“Respon masyarakat sangat baik, beberapa warga ikut

mensuport acara-acara kami dengan saran dan kritik yang

membangun”(24 Juli 2017).

Adapun menurut Ibu Tri wahyuni yang peneliti dapat dari wawancara mengenai apakah Ibu mendukung kegiatan anak-anak Sanggar dan seperti apa dukungannya, beliau berkata seperti ini:

“Memberikan mereka kesempatan untuk datang dikegiatan yang telah ditentukan, mengingatkan belajar tanggung jawab dengan

semua tugas yang telah diberikan(amanat)”(8 Agustus 2017).

Dari berbagai data hasil wawancara peneliti tersebut di atas tentang bagaimana kontribusi masyarakat terhadap anak-anak Sanggar, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, masyarakat sangat mendukung atau berkontribusi di kegiatan-kegiatan anak-anak Sanggar. Adapun bentuk-bentuk kontribusinya itu berupa motivasi, memberikan arahan ke anak-anak dan meberikan bantuan material atau uang.

57

Sehingga tujuan dalam menjalankan semua kegiatan-kegiatan tersebuti berjalan bersama-sama.

3. Problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat

Problematika adalah suatu persoalan masalah atau kendala dalam pencapaian tujuan yang dijalankan oleh individu atau kelompok. Problematika dapat di atasi dengan baik apabila individu atau kelompok tersebut menemukan titik permasalahannya, karena suatu masalah tidak akan mudah dipecahkan apabila letak permasalahannya belum ditemukan, dengan menemukan permasalahan tersebut individu

Dokumen terkait