KEPEDULIAN SOSIAL ANAK
DI LINGKUNGAN MASYARAKAT MARGOSARI
STUDI DESKRIPTIF ANAK-ANAK SANGGAR BELAJAR
MARGOSARI, SIDOREJO, SALATIGA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
NUR IKHWANI
NIM 111-13-192
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
v
MOTTO HIDUP
ِسانلِل ْمُهُعَفْنَأ ِسانلا ُرْيَخ
“Sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di
dalam Shahihul Jami‟ no:3289)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak Ibuku yang tercinta Bapak Sukarmin (alm) dan Ibu Suparti yang selalu memberiku nasihat, kasih sayang, bimbingan dan do’a yang tak pernah putus untuk anak-anaknya.
2. Kakak-kakakku yang tersayang mbak Sulis, mas Mahbub, mas Hamid, mbak Karti, mas Syarif, dan mbak Prapti yang selalu memberikan dorongan motivasi dan nasehat yang membangun.
vi
KATA PENGANTAR
Segenap rasa puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang dengan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, skripsi dengan judul Kepedulian Sosial
Anak di Lingkungan Masyarakat (Studi Kasus Anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga) ini bisa terselesaikan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad
SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan syafa’atnya
di hari kiamat. Tidak lupa shalawat dan salam juga disampaikan kepada keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istikomah di jalan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang
senantiasa memberikan wejangan inspirasinya.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd., selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam proses
vii
5. Bapak Drs. Nasafi, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang
dengan kesabarannya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.
6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.
7. Mas Indra Apriyanto Selaku pimpinan Sanggar Belajar Margosari yang telah
memberikan ijin dalam penelitian ini.
8. Anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
9. Sahabat perjuangan di masjid Baiturrahman Margosari yang telah
membersamai dalam setiap waktu.
10. Sahabat perjuangan di GEMAS (Generasi Masjid) Margosari. Tetaplah dalam
semangat nafas perjuangan.
11. Sahabat perjuangan di IMADISA. Tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.
12. Sahabat perjuangan teman-teman PAI angkatan 2013. Terima kasih kawan dan
tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.
13. Teman inspiratif di masa senang dan sedih yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima
kasih atas dorongan, semangat, motivasi, dan inspirasinya.
Terima kasih atas kebersamaan selama ini, penulis hanya bisa turut do’a
semoga Allah Swt meridloi setiap langkah dan mencatatnya sebagai amal sholeh. Jazakumullahu bi ahsanil jaza‟.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan, baik secara substantif ataupun teknis. Oleh
viii
menjadi evaluasi dan perbaikan untuk ke depannya. Semoga skripsi ini bisa
memberikan manfaat kepada pembaca semua khususnya kepada pribadi penulis.
Salatiga, 11 September 2017
ix ABSTRAK
Ikhwan, Nur. 2017. Kepedulian Sosial Anak di Lingkungan Masyarakat Margosari Studi Deskriptif Anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri. Dosen Pembimbing; Imam Mas Arum M.Pd.
Kata Kunci: Kepedulian Sosial, Dukungan masyarakat.
Latar belakang penelitian ini yaitu Kehidupan masyarakat sekarang bergeser menjadi individualis, kebersamaan dan tolong menolong yang dulu menjadi ciri khas masyarakat kita semakin menghilang. Kepedulian kepada sesamapun semakin menipis, pergeseran kehidupan ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor arus moderenitas menjadi faktor pendukung utama perubahan sosial. Kepedulian sosial perlu diajarkan sejak kecil karena kepedulian seseorang tidak tumbuh begitu saja tanpa adanya rangsangan baik itu berupa pendidikan ataupun pembiasaan. Salah satu upaya dalam mengajarkan anak-anak pentingnya mempunyai kepedulian sosial dalam berteman dan bermasyarakat yang baik, seperti yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Objek penelitian ini yaitu anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin peneliti jawab adalah: (1) Bagaimana kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat? (2) Bagaimana dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga? dan (3) Bagaimana problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat?
x DAFTAR ISI
Sampul i
Persetujuan Pembimbing ii
Pengesahan Naskah Skripsi iii
Pernyataan Keaslian Tulisan iv
Motto dan Persembahan v
Kata Pengantar vi
Abstrak ix
Daftar Isi x
Daftar Tabel xii
Daftar Lampiran xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Penelitian 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Kegunaan Penelitian 5
E. Batasan operasional 6
F. Metode Penelitian 7
G. Sistematika Penulisan 14
BAB II KAJIAN TEORI 17
A. Kajian Yang terdahulu 16
B. Kajian pustaka 29
xi
A. Paparan Data 38
B. Temuan Penelitian 46
BAB IV PEMBAHASAN 61
A. Kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat 61
B. Dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga 71
C. Problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatigadi lingkungan masyarakat 73
BAB V PENUTUP 76
A. Kesimpulan 76
B. Saran 77
Daftar Pustaka 78
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 - Struktur Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga 43
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing Skripsi
2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
3. Daftar SKK(Satuan Kredit Kegiatan)
4. Lembar Konsultasi
5. Pedoman Wawancara
6. Hasil Wawancara
7. Triangulasi Data
8. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memang tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut sosial.
Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial, makhluk yang
memerlukan orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar pikiran,
tolong-menolong. Dalam pandangan Islam seseorang tidak akan dikatakan
sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri. Meskipun pandangan Islam sudah demikian benar, namun
kenyataannya masih banyak orang yang kurang peka terhadap permasalahan
sosial sekarang ini. Sehingga tatanan sosial menjadi kurang seimbang yang
akhirnya terjadilah banyak kekacauan seperti pencurian, perampokan,
pembunuhan, yang mungkin saja hal ini terjadi yang disebabkan salah satunya
karena faktor kurang peduli terhadap permasalahan sosial. Hal tersebut dapat
dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti saling menolong, memberi,
mengasihi akan tetapi dalam kenyataanya masih banyak muslim yang apatis
terhadap tanggung jawab sosial tersebut.
Kehidupan masyarakat sekarang bergeser menjadi individualis,
kebersamaan dan tolong menolong yang dulu menjadi ciri khas masyarakat
kita semakin menghilang. Kepedulian kepada sesamapun semakin menipis.
2
adalah faktor arus moderenitas menjadi faktor pendukung utama perubahan
sosial. interaksi antara satu orang dengan yang lainnya didasari atas
kepentingan, baik itu kepentingan karir, politik, bisnis, ekonomi dan
kepentingan lainnya. Setiap manusia dengan hati nuraninya sesungguhnya
memiliki kepekaan sosial, manusia memiliki perasaan dan emosi yang mudah
trenyuh, terharu, prihatin dan sebagainya, bila melihat sekelilingnya
membutuhkan bantuan atau pertolongan.
Persoalannya, tidak semua perasaan trenyuh melihat penderitaan atau
kekurangan di sekitar kita. Empati itu lebih banyak dilokalisasi pada
partisipasi pribadi. Kita mengetahui penderitaan orang lain maupun merasa
prihatin terhadap sebuah masalah sosial yang kita ketahui langsung maupun
lewat media, namun keprihatinan hanya tersimpan dalam hati karena berbagai
alasan ketidak mampuan, jarak dan waktu atau alasan situasi lainnya.
Kepedulian sosial perlu diajarkan sejak kecil karena kepedulian
seseorang tidak tumbuh begitu saja tanpa adanya rangsangan baik itu berupa
pendidikan ataupun pembiasaan. Seseorang akan peka terhadap kondisi sosial
yang ada pada lingkungan sekitarnya apabila ketika seseorang itu sudah
menanamkan jiwa sosialnya dan seseorang tersebut akan lebih mudah dalam
bersosialisasi serta akan lebih dihargai di masyarakat. Dimulai dengan hal
yang kecil seperti membantu teman sebayanya untuk belajar bersama semisal
mengerjaka PR(pekerjaan rumah) atau membantu temannya ketika temannya
mendapatkan kesuliatan memahami materi pelajaran yang sudah diajarkan
3
temannya atau di sumbangkan ke tempat yang menampung buku bacaan
semisal perpustakaan, menjenguk temannya yang sakit, aktif dalam kegiatan
yang ada di masyarakat semisal kegiatan gotong royong membersihkan
lingkungan, meramaikan masjid dan suka berinfaq.
Salah satu upaya untuk melatih anak supaya bisa bersosialisasi dalam
masyarakat dengan baik sebagaimana yang ada di Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga. Setiap hari anak-anak datang melakukan berbagai aktifitas
kegiatan. Sanggar ini mengajarkan anak-anak pentingnya mempunyai rasa
kepedulian dalam berteman dan bermasyarakat seperti perilaku anak-anak di
Sanggar tersebut perilakunya waktu memperlakukan teman seumuran atau
lebih muda darinya tersebut saling menghormati, berbicara sopan, tanggung
jawab, dan saling membantu meringankan kesusahan temannya.
Anak-anak di Sanggar juga aktif dalam kegiatan di masyarakat seperti
kegiatan infaq mandiri, kerja bakti, dan di Sanggar tersebut ada sebuah
kegiatan yang sampai sekarang masih aktif berjalan yaitu santunan warga
muslim yang kurang mampu, pengajian akbar satu tahun dua kali, pengajian
satu bulan dua kali pada hari minggu pagi, pengajian remaja di hari Jum’at selepas maghrib setiap minggunya dan infaq keluarga mandiri. Dalam semua
program tersebut, anak-anak Sanggar bertugas untuk menghendel semua.
Keadan anak yang ada di Sanggar tersebut ada yang masih dalam taraf
belajar dan ada juga yang sudah berwirausaha. Anak yang sudah dewasa atau
remaja memiliki peran untuk selalu membimbing anak-anak yang masih muda
4
tersebut sangat berpengaruh dalam kontribusinya di Sanggar terutama dalam
memberikan contoh dan menuntun anak-anak yang masih muda dalam
menjalankan kegiatan atau program-program yang sudah di sepakati bersama.
Berdasarkan uraian di atas, maka saya tertarik untuk mengadakan
penelitian kualitatif dengan judul kepedulian sosial anak di lingkungan
masyarakat Margosari studi deskriptif anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga Tahun 2017.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat?
2. Bagaimana dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga?
3. Bagaimana problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian dan rumusan masalah di atas, tujuan dari
5
1. Untuk mengetahui kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat.
2. Untuk mengetahui dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar
Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga.
3. Untuk mengetahui problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar
Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat.
D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat teoritik
Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan
pengembangan khazanah terkait dalam pelaksanaan kepedulian sosial
anak, khususnya bagi anak-anak Sanggar Belajar Margosari Sidorejo
Salatiga supaya lebih bisa meningkatkan kepedulian sosialnya.
2. Secara praktis
a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Sanggar bahwa
kepedulian sosial sangat diperlukan untuk dipertahankan dan
dikembangkan untuk anak-anak dan masyarakat.
b. Bagi pimpinan Sanggar Belajar bisa dijadikan sebagai bahan acuan
untuk terus berkarya dalam meningkatkan kepedulian sosial.
E. Batasan operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul di atas,
maka perlu adanya batasan pada beberapa istilah yang ada dalam judul skripsi
6 1. Kepedulian Sosial
Kepedulian Sosial merupakan sikap memperlakukan orang lain
dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan orang
lain, siap membantu orang yang membutuhkan pertolongan, tidak pernah
berbuat kasar, dan tidak menyakiti hati orang lain (Samani, 2013:56)
2. Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
Sanggar adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh
suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan.
Sanggar Belajar Margosari adalah suatu tempat berkumpul anak-anak
Margosari, letaknya berada di tengah-tengah lingkungan pemukiman
masyarakat Margosari, Sidorejo, Salatiga. Sanggar ini berdiri dari gagasan
beberapa pemuda setempat yang awalnya melihat konsep kehidupan sosial
di Jogokaryan letaknya di daerah kota Jogjakarta yang membuatnya
termotivasi dan ingin menciptakan suasana di lingkungannya seperti apa
yang sudah di lihat dan dirasakan selama berada di Jogokaryan. Kemudian
konsep tersebut di bawa ke kampungnya dengan melibatkan bantuan dan
dukungan berbagai pihak untuk membentuk suatu Sanggar. Sanggar
tersebut terbentuk pada tanggal 5 Muharam 1434H/ 19 November 2012.
Sanggar Belajar Margosari ini dapat naungan dari Yayasan Nururl Iman
letaknya yang berada di Jl. Margosari II No.26 RT 05/01 Salatiga tepatnya
7 F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu
penelitian yang mempunyai maksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, sikap,
motivasi, dll dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (moelong, 2009:6).
Menurut bogdan dan Biklen (1992, 22) teori pendekatan kulaitatif
ada 5 yaitu: pendekatan fenomenologis, interaksi simbolis, kebudayaan
dan etnometodologi. Dari 5 teori pendekatan tersebut, maka jenis
penelitian ini termasuk pendekatan etnometodologi, yaitu berupaya
memahai bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan
menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha
memahami bagaimana orang-orang mulaimelihat, menerangkan, dan
menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup.
2. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti mutlak diperlukan.
Hal ini dikarenakan instrument penelitian dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri. Moleong (2009:168) mengemukakan
8
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran
data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian atau tempat dimisalkan seperti penelitian di suatu
perusahaan, lembaga, organisasi, program studi. Peneliti tidak sulit
mencari, menetapkan dan mengidentifikasikan responden yang memenuhi
kriteria (Hamidi, 2010:78). Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini
untuk mendapatkan data adalah di Sanggar Belajar Anak-anak di
Margosari Sidorejo Salatiga. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data
mengenai kepedulian sosial anak di lingkungan masyarakat.
4. Sumber Data
a. Data utama atau data primer
Data primer atau utama adalah data yang diperoleh langsung
dari tempat penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong,
2009:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan. Sumber data utama di catat melalui catatan tertulis
atau melalui perekaman video/audio recorder. Sumber data utama
dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan
data dari ketua Yayasan Nururl Iman yang menaungi Sanggar Belajar
anak-anak Margosari Sidorejo Salatiga, pimpinan Sanggar Belajar
Margosari Sidorejo Salatiga, anak-anak Sanggar yang aktif, dan warga
9 b. Data kedua atau data sekunder
Data kedua atau data sekunder adalah data tambahan yang
berasal dari sumber tertulis dan berbagai sumber lainnya yang
berkaitan dengan kepedulian sosial anak dalam masyarakat di Sanggar
Belajar anak-anak Margosari Sidorejo Salatiga.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Sugiyono (2011:309) mengatakan bahwa data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Pada
penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan dengan natural setting
(kondisi alamiah), dan sumber data primer. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Penjelasan dan penggunaan dari macam-macam teknik
pengumpulan data tersebut dipaparkan dalam uraian berikut ini.
a. Teknik observasi
Nasution (Sugiyono, 2011:310) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Lalu Moleong, lexy (2002:126)
menyatakan bahwa pengamatan atau observasi mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi kepercayaan, perhatian, perilaku
taksadar, kebiasaan sehingga memungkinkan pengamat untuk melihat
dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian. Dan Suharsimi
10
dilakukan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Maka dalam penelitian ini data dikumpulkan berdasarkan fakta
kenyataan dengan mengoptimalkan dari segi kepercayaan, perilaku,
perhatian, terhadap sesuatau objek dengan seluruh alat panca indra.
b. Teknik wawancara
Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu”
(Moleong, 2009:186). Deddy Mulyana (2010:180) mengemukakan
wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperolech informasi dari seorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu. Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data yang didapat
baik dari sumber data primer maupun data sekunder. Penulis dalam
penelitian ini akan melakukan wawancara dengan pimpinan Sanggar,
Ketua Yayasan Nururl Iman, anak-anak Sanggar dan masyarakat
setempat.
c. Teknik dokumentasi.
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan melalui penelusuran dokumen yang dapat berupa
benda-benda yang tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian (Arikunto, 2013:201)
11
pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek
penelitian, namun melalui dokumen-dokumen. Teknik dokumentasi ini
peneliti mencari dokumen-dokumen penting atau arsip-arsip yang
mendukung data yang berkaitan dengan penelitian dan untuk
memperkuat data-data yang didapat.
6. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248)
mendenifisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang
lain.
Analisis data penelitian ini dijabarkan sebagaimana uraian berikut:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode atau teknik
pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:240). Hal ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa penelitian ini penting untuk
12 b. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polannya
(Sugiyono, 2012:247). Reduksi data ini berguna untuk meninjau
kembali data-data yang kurang atau data-data yang sekiranya tidak
perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah data tersebut perlu tidak
dicantumkan dalam penulisan penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data ini diatasi sebagai sekumpulan informasi yang
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya.
Penyajian data diharapkan agar pembaca lebih cepat memahami isi
dalam penelitian ini.
d. Penarikan Kesimpulan
Kegiatan analisis selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya
(Sugiyono, 2012:252). Penarikan kesimpulan ini digunakan peneliti
untuk menarik suatu masalah yang ada.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini peneliti berusaha
memperoleh keabsahan temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji
13
dengan tujuan untuk mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul,
agar tidak terjadi salah memasukkan data yang terkumpul.
Teknik triangulasi Menurut Lexy J. Moleong (2009:330-331)
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data. Sama seperti pendapat Sugiyono (2012:273)
bahwa triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulangi yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :
a. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data berarti, untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan mengecek data yang teleh diperoleh melalui
beberapa sumber (Sugiyono, 2012:274). Triangulasi sumber data
berarti membandingkan data-data yang diperoleh dari informasi satu
dengan informan yang lainnya dan juga mengecek kebenaran dan
kepercayaan suatu informasi.
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono,
2012:274). Metode ini digunakan untuk pengecekan keabsahan data
untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar hasil temuan sendiri
14 8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap sebelum ke lapangan
Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok
pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada
pembimbing dalam penyusunan surat ataupun proposal penelitian,
dilanjutkan penyelesaian perizinan lokasi penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan
wawanacara, observasi, dan dokumentasi penelitian. Pada tahap ini
penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian tersebut
dilakukan.
c. Tahap analisis data
Penulis melakukan analisis data yang diperoleh melalui
wawancara mendalam dan dokumentasi dengan anak anak Sanggar
dan masyarakat sekitar Margosari.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh maka penulis membuat
sistematika yang terbagi dalam beberapa bab:
Bab I Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan operasional,
15
Bab II landasan teori yaitu berisi :kajian terdahulu dan kajian pustaka
yang berupa pengertian kepedulian sosial faktor-faktor dan bentuk-bentuk
kepedulian sosial
Bab III paparan data dan temuan penelitian yang berisi tentang :
Gambaran Lokasi Penelitian,Sejarah Singkat tentang Sanggar Belajar,
Keadaan Geografis Sanggar Belajar, Keadaan Masyarakat di sekitar Sanggar
Belajar, Sarana dan Prasarana, Visi dan Misi, Struktur Sanggar, Gambaran
Informan dan temuan
Bab IV pembahasan yaitu berisi tentang : bentuk-bentuk kepedulian
sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga dilingkungan
masyarakat, dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga, dan problematika anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan Masyarakat
Bab V penutup yang merupakan bab terakhir yang berupa : Kesimpulan
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian yang terdahulu
Berdasarkan penelusuran terhadap berbagai penelitian yang telah
ada, ditemukan berbagai penelitian karya ilmiah (skripsi) terdahulu yang
sealur dengan tema kajian ini. Berikut hasil penelusuran tentang skripsi
yang berkaitan dengan tema penelitian ini, diantaranya:
Pertama: Lita Ayu Sofiana, Program Studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjudul: “Implementasi
Karakter Kepedulian Sosial Melalui Kegiatan Gotong Royong (Studi
Kasus Pembangunan Jalan Di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren
Kabupaten Ngawi)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan implementasi karakter kepedulian sosial melalui kegiatan
gotong royong di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten
Ngawi, mendeskripsikan hambatan-hambatan yang mempengaruhi
implementasi karakter kepedulian sosial melalui kegiatan gotong royong
di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi,
mendeskripsikan solusi untuk mengatasi implementasi karakter kepedulian
sosial melalui kegiatan gotong royong di Desa Widodaren Kecamatan
Widodaren Kabupaten Ngawi. Hasil dari penelitian ini yaitu: Hasil
17
Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi memiliki karakter
kepedulian sosial yaitu mampu bekerja sama, mau terlibat dalam kegiatan
masyarakat, dan cinta damai dalam menghadapi persoalan. (2) hambatan
yang mempengaruhi adalah kurangnya semangat warga dalam melakukan
pembangunan jalan, rendahnya sarana prasarana, dan ada warga yang tidak
mengikuti kegiatan. (3) solusi untuk mengatasi hambatan adalah tidak ada
warga yang marah karena ada yang tidak mengikuti kegiatan, memberikan
denda berupa uang atau makanan, dan membangun semangat gotong
royong dalam pembangunan jalan (http://eprints.ums.ac.id 18.38,
20-07-2017).
Kedua: Skripsi Cahyo Waskito Adi, Fakultas Tarbiyah Ilmu
Keguruan, Program studi Ilmu Pendidikan Agama Islam, yang berjudul: “Penanaman Kepedulian Sosial Di Mts Satu Atap Hidayatul Mubtadi‟in
Kalitapen Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses penanaman kepedulian
sosial di MTs Satu Atap Hidayatul Mubtadi’in Kalitapen, Kecamatan
Purwojati Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
penanaman nilai kepedulian sosial di MTs Satu Atap Hidayatul
Mubtadi’in Kalitapen terdapat beberapa tahapan sebagai berikut: Tahap
Transformasi, tahap transaksi nilai dan tahap traninternalisasi. untuk
menunjang dalam menanamkan kepedulian sosial pada siswa guru
18
pengkondisian lingkungan (http://repository.iainpurwokerto.ac.id 18.38,
20-07-2017).
Ketiga: Galing Faizar Rahman, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta, yang berjudul: “Pendidikan Nilai
Kepedulian Sosial Pada Siswa Kelas Tinggi Di Sekolah Dasar Negeri
Muarareja 2 Kota Tegal Tahun Ajaran 2013/2014”. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pendidikan nilai kepedulian sosial pada siswa
kelas tinggi di Sekolah Dasar Negeri Muarareja 2 Kota Tegal. Hasil
penelitian tersebut yaitu guru sudah menanamkan nilai kepedulian sosial
di SD N Muarareja 2 Kota Tegal. Penanaman tersebut meliputi; (1) cara
verbal melalui motivasi, nasihat, cerita, teguran, hukuman, pujian, dan cara
non verbal melalui pembiasaan perilaku, teladan; (2) strategi keteladanan,
kegiatan spontan teguran, pengondisian lingkungan, dan kegiatan rutin
belum dilaksanakan dengan baik dan maksimal; (3) guru menggunakan
model gabungan dengan mengintegerasikan penanaman nilai melalui
pelajaran dan luar pelajaran (http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14410 18.38,
20-07-2017).
Dari ketiga karya ilmiah di atas memiliki kesamaan yaitu
sama-sama membahas mengenai kepedulian sosial, akan tetapi dari tiga karya
ilmiah di atas memiliki perbedaan dengan karya ilmiah yang saya teliti
sekarang ini.
Perbedaan dari skripsi yang pertama dari saudari Lita Ayu Sofiana
19
kepedulian sosial, sedangkan skripsi yang kedua dari saudara Cahyo
Waskito Adi skripsi tersebut membahas tentang tahapan penanaman nilai
kepedulian sosial, dan skripsi yang terakhir atau ketiga dari saudara Galing
Faizar Rahman skripsinya tersebut juga membahas tentang penanaman
pendidikan nilia kepedulian sosial.
Dari tiga kajian karya Ilmiah yang relevan di atas tersebut dengan
penelitian yang sekarang saya teliti, tidak memiliki kesamaan sama sekali,
karena yang saya teliti adalah kepedulian sosial dan dukungan masyarakat
yang berjudul kepedulian sosial anak di lingkungan masyarakat Margosari
studi deskriptif anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
tahun 2017.
B. Kajian pustaka 1. Dukungan sosial
Dukungan sosial yaitu suatu kenyamanan perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang
atau kelompok lain (maslihah 2011, 106)
2. Problematika
pengertian problematika istilah problema atau problematika
berasal dari bahasa inggris yaitu Problematic yang artinya persoalan
atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti
hal yang belum dapat dipecahkan yang menimbulkan permasalahan
20 3. Kepedulian Sosial
Kepedulian Sosial merupakan sikap memperlakukan orang lain
dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan
orang lain, siap membantu orang yang membutuhkan pertolongan,
tidak pernah berbuat kasar, dan tidak menyakiti hati orang lain
(Samani, 2013:56). Darmiyati Zuchdi (2011: 170) menjelaskan
bahwa, kepedulian sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa, kepedulian sosial merupakan sikap selalu ingin membantu
orang lain yang membutuhkan dan dilandasi oleh rasa kesadaran.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial
Abu Ahmadi (1999: 172) mengemukakan pendapat dalam
bukunya Psikologi Sosial bahwa faktor yang mempengaruhi sikap
sosial ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Sama apa yang
di kemukakan oleh Sarwono (1997: 89 ) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap sosial seseorang ada dua; pertama faktor
intern yaitu faktor pada diri anak itu sendiri, adapun faktor intern
ini seperti faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan yang
kedua adalah faktor ekstern yaitu faktor faktor yang berasal dari
luar, adapun faktor ini seperti faktor lingkungan keluarga,
21
Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah
sebagai berikut; pertama faktor intern yaitu faktor yang muncul
dari dirinya sendiri seperti faktor sugesti, identifikasi, dan imitasi.
Selanjutnya yang kedua adalah faktor ekstern faktor ini berasal dari
luar seperti lingkunga keluarga, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan sekolah.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai masing-masing faktor
yang mempengaruhi sikap sosial trsebut.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi sikap
sosial anak yang datang dari dalam dirinya sendiri. faktor ini
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: faktor sugesti, faktor
imitasi dan faktor identifikasi.
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor
tersebut.
a) Faktor Sugesti
Sugesti adalah suatu proses mempengaruhi dari
individu terhadap individu lain, sehingga ia dapat menerima
norma atau pedoman tingkah laku tertentu
22
Sehubungan dengan hal ini pula dalam buku
Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Baik tidaknya sikap
sosial anak dipengaruhi oleh sugestinya, artinya apakah
individu tersebut mau menerima tingkah laku maupun
perilaku orang lain, seperti perasaan senang, kerjasama” (Sarwono, 1997 : 65).
Dari pendapat ahli tersebut di atas, dapat dikatakan
sugesti dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang
sedangkan anak yang tidak mampu bersugesti cenderung
untuk tidak mau menerima keadaan orang lain, seperti tidak
merasakan penderitaan orang lain, tidak bisa bekerjasama
dengan orang lain dan sebagainya.
b) Faktor Imitasi
Imitasi berasal dari bahasa latin Imitari yang artinya
meniru atau mencontoh. Imitasi yaitu setiap individu
memiliki sifat kecendrungan untuk melakukan seperti yang
dilakukan oleh orang lain (http://choirul_umam.02 Mei 17.
22.30WIB. Hal 21).
Purwanto menjelaskan dalam buku Psikologi
Pendidikan karyanya bahwa, Sikap seseorang yang
berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan keadaan
orang lain maka ia berusaha meniru bagaimana orang yang
23
penting di dalam membentuk rasa kepedulian sosial
seseorang (Purwanto, 1999 : 65).
Dari pengertian tersebut di atas sudah jelas bahwa
imitasi dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang, di mana
seseorang yang berusaha meniru (imitasi) keadaan orang
lain akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain,
apakah orang sekitarnya itu dalam keadaan susah, senang
ataupun gembira.
c) Faktor Identifikasi.
Identifikasi adalah suatu kecendrungan yang tanpa
disadari untuk menyamakan diri atau bertingkah laku yang
sama seperti yang dilakukan pihak lain
(http://choirul_umam. 02 Mei 17. 22.30WIB. Hal 22).
Selanjutnya dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan
bahwa; anak yang menggangap keadaan dirinya seperti
persoalan orang lain ataupun keadaan orang lain seperti
keadaan dirinya akan menunjukkan perilaku sikap sosial
yang positif, mereka lebih mudah merasakan keadaan orang
di sekitarnya, sedangkan anak yang tidak mau
mengidentifikasikan dirinya lebih cenderung menarik diri
dalam bergaul sehingga lebih sulit untuk merasakan
24
Menurut pendapat para ahli di atas sudah jelas
bahwa seseorang yang berusaha mengidentifikasikan diri
dengan keadaan orang lain akan lebih mampu merasakan
keadaan orang lain, dari pada seorang anak yang tidak mau
mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain yang
cenderung mampu merasakan keadaan orang lain.
2) Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang yang terdapat di luar
pribadi anak. Dalam pembentukan dan perubahan sikap ini
lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan sehari-hari
banyak memiliki peranan. Lingkungan yang dimaksud
merupakan lingkungan di mana seseorang hidup dan
berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut lingkungan
sosial. Menurut Elly M. Setiadi, dkk (2012: 66), lingkungan
sosial merujuk pada lingkungan di mana seseorang melakukan
interaksi sosial, baik dengan anggota keluarga, teman, dan
kelompok sosial lain yang lebih besar. Buchari Alma, dkk
(2010: 205-208) membagi faktor yang mepengaruhi sikap
kepedulian sosial berdasarkan lingkungan ada tiga yaitu:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
Dari tiga lingkungan di atas akan di jelaskan sebagai berikut.
25
Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak,
keluarga merupakan lingkungan yang pertama dari anak
dan dari keluarga anak menerima pendidikan, maka dari itu
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan
sosial terkecil yang dialami oleh seorang manusia,
lingkungan inilah yang pertama kali mengajarkan manusia
bagaimana berinteraksi.
Abu Ahmadi (1991: 278) menjelaskan bahwa
interaksi tersebut dapat diwujudkan dengan air muka,
gerak-gerik dan suara lalu anak akan belajar memahami
gerak-gerik dan air muka orang lain tersebut. Hal ini
penting sekali untuk perkembangan anak, dengan belajar
memahami gerak-gerik dan air muka seseorang anak
tersebut telah belajar memahami keadaan orang lain.
Keluarga yang baik akan memberikan pengaruh
yang baik terhadap perkembangan anak demikian pula
sebaliknya, “Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang,
perhatian, keluarga yang tidak harmonis, yang tidak
memanjakan anak-anaknya dapat mem-pengaruhi sikap
sosial bagi anak-anaknya” (Purwanto, 1999 : 89).
Sedangkan pandangan Abuddin nata dalam bukunya
26
orang tua pada anak tidak hanya bersifat duniawi,
melainkan ukhrawi dan teologis untuk itu lingkungan
keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh
pada pembentukan kepribadian anak (2010:299).
Sama seperti pendapat Sarwono (1997 : 66) bahwa
Keluarga adalah bagian dari keperibadian anak sejak saat
dilahirkan, pengaruh orangtua sangatlah besar, didikan
orangtua yang terlallu keras, terlalu memberikan kebebasan
akan mempengaruhi timbulnya permasalahan pada anak
dan anak lebih mudah merasakan keadaan orang lain.
Dari pendapat para tokoh tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa keharmonisan dalam lingkungan
keluarga, sebab tanggung jawab otang tua ke anak sangat
besar dan anak yang mendapatkan kasih sayang serta
keluarga yang selalu memberikan perhatian yang lebih
kepada anak-anaknya merupakan sebuah peluang yang
cukup besar di dalam mempengaruhi dan membentuk
timbulnya sikap kepedulian sosial anak, karena anak-anak
akan mempelajari mimik muka dari lingkungan
keluarganya.
Sudah jelas bahwa lingkungan keluarga sangat besar
pengaruhnya di dalam membentuk sikap kepedulian sosial
27
dengan kasih sayang, akan lebih mudah dalam membentuk
sikap sosial pada anak.
b) Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk belajar
meningkatkan kemampuan intelektual akan tetapi juga
membantu anak untuk dapat mengembangkan emosi,
berbudaya, bermoral, bermasyarakat, dan kemampuan
fisiknya.
Menurut Abuddin nata lingkungan sekolah adalah
tempat seorang anak mendapatkan berbagai informasi
tentang ilmu pengetahuan serta keterampilan yang
diperlukan dalam kehidupannya (2010:300).
Berbeda dengan pandangan Ahmadi bahwa ketika
lingkungan sekolah cara penyajian materi yang kurang
tepat serta antara guru dengan murid mempunyai hubungan
yang kurang baik akan menimbulkan gejala kejiwaan yang
kurang baik bagi anak yang akhirnya mempengaruhi sikap
sosial seorang anak (1996 : 65).
Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka faktor
lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial
anak adalah cara penyajian materi, perilaku maupun sikap
28
sekolah yang didapat oleh anak itu juga dapat
mempengaruhi sikap kepedulian sosial anak.
c) Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat berpijak
para remaja sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat.
Anak dibentuk oleh lingkungan masyarakat dan dia juga
sebagai anggota masyarakat, kalau lingkungan sekitarnya
itu baik maka akan membantu di dalam pembentukkan
kepribadian dan mental seorang anak, begitu pula
sebaliknya kalau lingkungan sekitarnya kurang baik maka
akan berpengaruh kurang baik pula terhadap sikap sosial
seorang anak, seperti tidak mau merasakan keadaan orang
lain.
Menurut Sarwono lingkungan masyarakat sangat
berpengaruh pada anak-anak karena “Lingkungan
masyarakat yang dapat mempengaruhi timbulnya berbagai
sikap sosial pada anak seperti cara berperilaku yang baik
atau sebaliknya berperilaku yang kurang baik” (1997 : 59). Sedangkan menurut Abuddin nata (2010:301) dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa
29
peluang bagi manusia untuk memperoleh pengalaman yang
kelak akan berguna bagi kehidupannya di masa depan.
Uraian pendapat para tokoh tersebut di atas dapat di
simpulkan bahwa lingkungan masyarakat sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukkan sikap sosial seorang
anak, begitu pula sebaliknya lingkungan masyarakat yang
kurang baik akan menimbulkan sikap sosial yang kurang
baik pula terhadap anak, karena lingkungan masyarakat
menjadi faktor memperoleh pengalaman yang akan
digunakan di masa depan.
b. Bentuk-bentuk kepedulian sosial
Dalam bukunya Zubaedi (2006:13) yang berjudul
pendidikan bebasis masyarakat, kepedulian sosial terdiri atas
beberapa hal di antaranya yaitu:
1) Loves (kasih sayang)
Kasih sayang ini terdiri atas; pengabdian, kekeluargaan,
tolong menolong, dan kesetiaan di bawah ini penjelasannya.
a) Pengabdian
Memilih diantara dua alternatife yaitu merefleksikan
sifat-sifat Tuhan yang mengarah menjadi pengabdi-pihak-lain
(Ar-rahman dan Ar-rahim) atau pengabdi diri sendiri.
Pengabdi pihak lain bukan berarti tidak ada perhatian sama
30
sama arti bunuh diri. Tapi senantiasa berusaha mencintai
orang lain sepert mencintai diri sendiri. Perhatiannya sama
besar baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain. Apa yang
tidak patut diperlakukan terhadap dirinya tidak patut pula
diperlakukan terhadap pihak lain.
Senantiasa memberi dengan kecintaan tanpa pamrih
dan membalas kebaikan pihak lain dengan yang lebih baik
hanya karena kecintaan.
b) Kekeluargaan
Kekeluargaan kalau di dalam anggota keluarga sendiri
memang hal ini mudah didapatkan dan dirasakan sebab
dalam kekeluargaan “saling memberi jaminan yang
menimbulkan rasa aman tidak ada rasa kekhawatiran dan
kecemasan dalam menghadapi hidup karena ada jaminan dari
sesama saudara” (Ilyas, 2007: 224). Tetapi ketika sudah berada di luar lingkup keluarga sendri rasanya akan sedikit
sulit untuk mendapatkannya. Kekeluargaan sangat
dibutuhkan bagi setiap indvidu, dengan adanya kekeluargaan
kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan.
c) Tolong Menolong
Menurut Yunahar ilyas dalam bukunya yang berjudul
kuliah akhlak menerangkan tolong menolong dalam bahasa
31
pengertian ta’awun adalah sifat tolong menolong diantara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa. Dalam ajaran
Islam tolong menolong merupakan kewajiban setiap muslim,
sudah semestinya konsep tolong menolong ini dikemas sesuai
dengan syariat Islam, dalam artian tolong-menolong yang
kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan
menolong yang kekurangan (Ilyas, 2007:224).
Firman Allah swt dalam potongan dalam Q.S.
Al-Maidah ayat 2, sebaagai berikut:
ۚ ِنا َوْدُعْلا َو ِمْثِ ْلْا ىَلَع اوُن َواَعَت َلَ َو ۖ ٰى َوْقَّتلا َو ِّرِبْلا ىَلَع اوُن َواَعَت َو
ََّاللَّ َّنِإ ۖ َ َّاللَّ اوُقَّتا َو
ِ اَقِعْلا ُدٌِدَد
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhya Allah ama berat siksa-Nya (Kemenag RI, 2013:106).
Ayat ini sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong
menolong dalam kebaikan dan takwa serta dilarang
tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Dalam ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan seluruh
manusia agar tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan
dan takwa yakni sebagian kita menolong sebagian yang
lainnya dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan saling
32
beramal dengannya. Sebaliknya, Allah melarang kita tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran (Ilyas,
2007:224).
Artinya: Katakanlah sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah Allah, Tuhan semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali mnyerahkan diri kepada Allah(Kemenag RI, 2013:150).
Rangkaian kata-kata tersebut sering kita ucapkan
langsug kepada Allah dalam setiap shalat kita. Sebagai bukti
kesetiaan dan kepasrahan diri kita seutuhnya kepada Allah
SWT. Setia dan rela hanya Allah lah Tuhan kita. Dengan
begitu kita sudah menyatakan segalanya untuk Allah, shalat,
ibadah, hidup, bahkan mati pun hanya untuk Allah semata.
Betapa setianya kita setiap kali itu diucapkan dalam shalat.
Kesetiaan yang sekaligus perwujudan kepasrahan kepada
33
Allah lah yang berhak dan wajib disembah dan ditaati segala
perintah dan larangan-Nya.
Sebagai seorang muslim yang berusaha untuk taat dan
bertakwa, kita senantiasa dituntut untuk berbuat yang benar
dan baik dalam hidup ini. Jangan sampai ucapan kesetiaan
dan kepasrahan kita kepada Allah dalam setiap shalat hanya
sebagai lipstick alias penghias bibir saja. sementara hati kita
dan perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari bertolak
belakang dengan apa yang kita ucapkan dalam sholat.
2) Responsibility (tanggung jawab)
Tanggung jawab adalah totalitas pengerjaan tugas
hingga tuntas dan berkualitas (Sumarna, 2014:70). Jadi individu
yang bertanggung jawab itu akan melaksanakan kewajibannya
dengan sungguh-sungguh, bila melakukan kesalahan berani
mengakuinya dan ketika mengalami kegagalan tidak mencari
kambing hitam.
Tanggung jawab ini ter bagi atas; niilai rasa memiliki,
empati, disiplin. Berikut pemaparannya:
a) Nilai Rasa Memiliki
Pendidika nilai membuat anak tumbuh menjadi
pribadi yang tahu sopan santun, memiliki cita rasa, dan
34
hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita
rasa oral dan rohani.
b) Empati
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata empati
adalah keadaan yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan pikiran
yang sama dengan orang atau kelompok (2008:369). Sama
seperti apa yang di kemukakan oleh Saleem Harja Sumarna
(2014:43) dalam bukunya yang berjudul Kepribadian Yang
Super mengatakan bahwa Empati yaitu suatu sikap atau
kepribadian yang memposisikan diri kita dalam keadaan
yang sama dengan yang dialami orang lain.
Dari pengertian di atas dapat saya tangkap makna
empati adalah seperti kemampuan kita dalam meyelami
perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di dalamnya,
kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain
tanpa harus larut, dan kemampuan kita dalam merespon
keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini
dapat dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan
kedalaman hubungan kita dengan orang lain.
c) Disiplin
Disiplin disini dimaksud yaitu cara kita mengajarkan
35
kelompok. Tujuan utamanya adalah memberitahu dan
menanamkan pengertian dalam diri anak tentang perilaku
mana yang baik dan mana yang buruk, dan untuk
mendorognya memiliki perilaku yang sesuai dengan standar
ini. Alam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum
atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian,
sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan
hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik.
3) Life Harmony (keserasian hidup)
Life Harmony ini terdiri dari; Toleransi, kerjasama,
keadilan. Berikut penjelasannya:
a) Toleransi
Toleransi artinya menahan diri, bersikap sabar,
membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang
terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda.
Sikap toleransi ini di dalam masyarakat dipergunakan
untuk saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan
dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam
bentuk kesalahpahaman dapat dihindari (Ilyas, 2007:223).
Sikap toleran tidak berarti membenarkan pandangan yang
36 b) Kerja sama
Semangat kerja sama ini haruslah diajarkan secara
berkesinambungan. Jangan melakukan aktifitas-aktifias yang
mendorong adanya semangat kompetisi. Tapi gunakan
bentuk-bentuk aktifitas dan permainan yang bersifat saling
membantu. Tunjukkan bahwa usaha-usaha setiap individu fit
dalam kehidupan ini.
c) Keadilan
Istilah keadilan berasal dari kata „adl (dalam bahasa
arab), yang mempunyai arti antara lain sama dan seimbang.
Keadilan dapat di artikan menjadi dua bagian (Ilyas,
2007:235) yaitu;
(1) Pertama keadialan adalah membagi sama banyak, atau
memberikan hak yang sama kepada orang-orang atau
kelompok dengan status yang sama.
(2) Yang kedua keadilan dapat diartikan memberikan hak
seimbang dengan kewajiban, atau memberi seseorang
sesuai dengan kebutuhannya.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-a’raf ayat 29 sebagai berikut:
ِطْسِقْلاِب ًِّبَر َرَمَأ ْلُق
Artinya: Katakanlah Tuhanku menyuruh
37
Dan ada ayat lagi yang menjelaskan mengenai keadilan
yaitu dalam Surat An- nahl ayat 90 berikut ini:
ٰىَهْنٌَ َو ٰىَب ْرُقْلا يِذ ِءاَتٌِإ َو ِناَسْحِ ْلْا َو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأٌَ َ َّاللَّ َّنِإ
ْمُكَّلَعَل ْمُكُظِعٌَ ۚ ًِْغَبْلا َو ِرَكْنُمْلا َو ِءاَدْحَفْلا ِنَع
َنوُرَّكَذَت
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
38
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data,
peneliti memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek peneliti
secara umum, yaitu untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang
obyek penelitian yang peneliti maksud.
a. Sejarah Singkat Berdirinya Sanggar
Berdirinya Sanggar Belajar Margosari berawal dari
beberapa rombongan pemuda remaja Masjid Baitul Rahman
Margosari yang sedang berkunjung di suatu tempat yang bernama
kampung Jogokariyan yang berada di daerah Jogjakarta pada
tanggal 1 Muharam 1434 H/ 15 November 2012 dalam acara study
banding.
Sesampainya di kampung tersebut para pemuda merasakan
perbedaan di dalam suatu kehidupan sosial yang telah diterapkan di
kampung tersebut dan dari beberapa pemuda tersebut mengamati
39
membentuk suatu tatanan kehidupan sosial yang baik yang sudah
berjalan di kampung Jogokariyan tersebut.
Kemudian dari salah satu pemuda itu terinspirasi pada
sistem pengelolaan tatanan kehidupan sosial di kampung
jogokariyan yang bisa membuat masyarakatnya kompak dan
rajin-rajin ke masjid, serta kedamaian di dalam masyarakat sangat tinggi
dalam menjunjung tali persaudaran yang saling toleransi,tolong
menolong, dan ramah tamah.
Setelah usai berkunjung dari kampung Jogokariyan salah
satu pemuda yang bernama Indra Apriyanto memiliki gagasan lalu
merundingkannya bersama-sama dengan beberapa temenya di
dalam bus mengenai pengalaman yang sudah didapatkan dari
kampung jogokariyan tersebut, supaya sesampainya di kampung
halaman ilmu dan pengalaman yang sudah didapatkan bisa di
terapkan dan dikembangkan di kampungnya yaitu Margosari.
Setelah sampai di rumah, satu hari kemudian pemuda yang
bernama Indra Apriyanto tersebut mengumpulkan beberapa
pemuda-pemudi yang ada di kampung Margosari untuk
merundingkan inspirasi pengalaman yang didapatkan dari kampung
Jogokariyan, agar dapat terkonsep dengan baik, dapat di terapkan
dan dapat diterima oleh warga dengan mudah.
Adapun sistem tatanan pengelolaan yang ada di Margosari
40
sedikit di modifikasi tujuannya memodifikasi adalah agar warga
mudah menyesuaikan, mudah menerimanya dan bisa merasakan
manfaatnya. Karena di masyarakat Margosari masih mengalami
kendala dalam bersosialisasi antar sesama yang mana kepedulian
sosial di situ masih minim di miliki oleh masyarakat terutama di
kalangan pemuda-pemudi dan anak-anak.
Pemuda tersebut memulai merintis Sanggar pada tanggal 6
Muharam 1434H/ 20 November 2012 berawal mengajak
keluarganya terlebih dahulu, lanjut dia menarik anak-anak dan
pemuda untuk megarahkan dan membimbing supaya bisa terwujud
sesuai dengan cita-citanya yang dia rujuk dari pengalaman yang
sudah dia lihat di jogokariyan bersama beberapa pemuda-pemudi.
Adapun awal cara untuk menarik para anak-anak supaya
tertarik ke dalam Sanggar pemuda tersebut menggunakan berbagai
cara, dengan cara memberikan alat tulis pada anak-anak yang
datang ke Sanggar, sering ngadakan jalan santai kepada anak-anak,
dan ada juga cara semisal mengiming-imingi hadiah kepada
anak-anak yang rajin ke Sanggar serta berjama’ah di masjid setiap hari
dengan menggunakan absensi kehadiran yang menjadi tolak ukur
keaktifan anak-anak maka di puncaknya yaitu di setiap akhir bulan
anak-anak yang rajin akan mendapatkan doorprize.
Berjalanya waktu berputar akhirnya Sanggar tersebut dapat
41
yaitu berupa tempat gedung dari suatu yayasan yang berada di
Margosari yang bernama Yayasan Nururl Iman yang dipimpin oleh
Bapak H. Drs. Ismail Djuenaidi yang telah memberikan wewenang
untuk dapat memanfaatkan fasilitas gedung atau tempat untuk
berkumpul, berinteraksi dan belajar, letaknya berada di bawah
gedung Masjid Baitul Rahman. Anak-anak yang ada di dalam
Sanggar tersebut berbagai jenjang usia pendidikan ada yang masih
SMP, SMA, Mahasiswa perguruan tinggi dan ada juga remaja yang
sudah berwirausaha yang masih tetap andil dalam Sanggar tersebut.
b. Keadaan Geografis Sanggar Belajar
Keberadaan tata letak gedung Sanggar Belajar ini terletak
di Jl. Margosari II No 26 Salatiga. Tepatnya berada di antara
tengah-tengah pemukiman warga masyarakat Margosari Rt 05 Rw
01. Gedung Sanggar ini masih satu gedung dengan Masjid Baitul
Rahman Margosari letaknya di bawah masjid atau lebih tepatnya di
lantai satu menghadap ke utara yang berdampingan dengan gedung
Islamic Center Margosari.
c. Keadaan Masyarakat di sekitar Sanggar Belajar
Keadaan masyarakat yang ada di dekat Sanggar rata-rata
muslim walaupun ada juga warga yang nonmuslim, akan tetapi
ketika dalam menjalani kehidupan bermasyarakat warga disini
cukup baik, bertoleransi dan saling membantu satu sama lain dalam
42
Masyarakat di sini juga sangat antusias mendukung
program-program yang berjalan di Sanggar, baik dukungan fisik
maupun material.
d. Visi dan Misi Sanggar Belajar Margosari
1) Visi
Sanggar Belajar merupakan wadah pembinaan dan
pengembangan kreativitas generasi muda yang berkelanjutan
untuk menjalin persaudaraan dan rasa kebersamaan dalam
pengembangan kreatifitas.
Kemampuan dibidang religi dan kesejahteraan sosial
baik untuk masyarakat dilingkungan sekitar ataupun diwilayah
lain.
2) Misi
(a) Meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam giat
berjama’ah dan membaca Al-Qur’an.
(b) Meningkatkan SDM demi masa depan yang lebih baik
melalui bidang masyarakat dan menjalin kerjasama dengan
instansi pemerintah ataupun pihak lain.
(c) Terwujudnya pemuda dan pemudi yang bertakwa kepada
43
dengan daya fisik dan mental yang kuat, tegas dan teguh
pendirian serta mampu berkreasi, berkarya dan jujur
sebagai acuan dimasyarakat.
(d) Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semkain meningkat
bagi warga desa pada umumnya dan khususnya generasi
muda yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya
sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi
masalah sosial dilingkungannya.
e. Struktur Sanggar
Tabel 3.1
Struktur Sanggar Belajar Margosari Sidorejo Salatiga
Ketua Indra Apriyanto
Wakil Ketua Adib Bintang Samudra
Sekertaris 1. Wahyu Safitri
2. Adimas Bramantya
Bendahara 1. Nany Nur Cahyani
2. Sabrina Putri Fajarani
Seksi Dakwah & Si’ar 1. Dwi Sarwanto
2. Ahmad Muhlisin
Seksi Seni Kreatif & Budaya 1. Setyawan cristianto 2. Aulia Fitria Ningrum Seksi Olahraga 1. Feri Rusadi Saputra
2. Altika Pardiana Seksi Kegiatan Kreatif 1. Ari Probowati
44
Informatika 2. Ahmad Jauhari.M
Seksi Pendidikan 1. Ria Endri Nur Handayani 2. Hida Maftukhatul
3. Dinda Ayu Octaviana
f. Program-program acara Sanggar
Tabel 3.2
Acara kegiatan Sanggar No Kegiatan
1 Santunan warga muslim kurang mampu
2 Infaq mandiri
3 Pasar murah
4 Kajian Ahad pagi
5 Kajian pengajian paramida(para pemudi dan pemuda)
6 Santunan untuk anak yang rajin di Sanggar
45
Berdasarkan jumlah beberapa responden yang diteliti
masing-masing subjek terdiri dari anak-anak Sanggar, Masyarakat, pimpinan
Sanggar dan ketua Yayasan Nururl Iman. Berikut ini penjelasan
mengenai profil masing-masing anak-anak yang di jadikan responden
oleh peneliti, sebagai berikut :
a. Anak-anak Sanggar
1) Isnadila Wahyu sagita lahir di Salatiga, usia 14 tahun, sekarang
masih dalam taraf pendidikan sekolah menengah pertama
(SMP), mulai aktif dalam Sanggar Belajar Margosari sejak
tahun 2015.
2) Claudia Indah Mawarni lahir di Salatiga, usia 20 tahun,
sekarang masih dalam proses kuliah di salah satu kampus
suwasta yang ada di Salatiga, aktif andil di Sanggar Belajar
Margosari sejak 2014 di bulan-bulan akhir.
3) Sabila Wahyu Sagita lahir di salatiga, usia 16 tahun, tempat
tinggal di Rt 02 Rw 01, sekarang masih dalam taraf pendidikan
sekolah menengah kejuruan (SMK), andil dalam Sanggar sejak
pertengahan tahun 2014.
4) Wahid Palguna Bayu Sena lahir di Grobogan, usia 18 tahun,
tempat tinggal di Rt 05 Rw 01, pendidikan terakhir MAN, andil
46
5) Moh Minan Sadzali lahir di Pati, Usia 18 tahun, tempat tinggal
di Rt 05 Rw 01, Pendidikan terakhir SMA, andil di Sanggar
pada tahun 2015.
b. Masyarakat
1) Ibu Siswaningsih lahir di Salatiga, usia beliau 56 tahun,
pekerjaan sebagai pedagang klontong di rumah, pendidikan
terakhir SMP, berdomisili di Margosari Rt 05 Rw 01.
2) Dwi Sarwanto lahir di Kab. Sragen, usia beliau 37 tahun,
pekerjaan sebagai Guru, pendidikan terakhir S1 pendidikan
Agama Islam, berdomisili di Margosari Rt 05 Rw 01.
3) Paidi Murwanto lahir di salatiga, usia beliau 70 tahun, beliau
pensiunan PNS, pendidikan terakhir SMA, berdomisili di
Margosari Rt 04 Rw 12.
4) Ibu Tri Wahyuni lahir di salatiga, usia 37 tahun, pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMK.
c. Pimpinan Sanggar dan Ketua Yayasan Nururl Iman
1) Indra Apriyanto (Pimpinan Sanggar) lahir di Salatiga, Usia 37
tahun, pendidikan terakhir D3, pekerjaan wirausaha.
2) Drs. K.H. Ismail Djoenaidi (Ketua Yayasan Nururl Iman) lahir
di Kab. Semarang, usia 62 Tahun, pensiunan dari PNS,
pendidikan terakhir S1(strata satu)
47 B. Temuan Penelitian
Sesuai dengan hasil wawancara, dan dokumentasi di lokasi
penelitian yaitu di Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Peneliti
mendapatkan beberapa hal di antaranya :
1. Bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat.
Kepedulian sosial merupakan sikap selalu ingin membantu
orang lain yang membutuhkan dan dilandasi oleh rasa kesadaran.
Kegiatan yang ada di Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama manusia, sebab
di Sanggar tersebut anak-anak diajarkan supaya memiliki rasa
kepedulian kepada orang lain, merasakan kesusahan orang lain, dan
bertanggung jawab.
Berdasarakan wawancara yang dilakukan peneliti kepada
pimpinan Sanggar Belajar, Margosari, Salatiga bahwa anak-anak di
Sanggar diajarkan untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya,
seperti yang diungkapkan oleh Mas Indra selaku pimpinan Sanggar
sebagai berikut:
“Iya mas, saya mengajarkan anak Sanggar untuk peduli pada
lingkungan di sekitarnya. Seperti, membantu teman ketika ada teman yang mengalami kesusahan Belajar, berinfaq dari sisa uang saku, dan tidak lupa mengajarkan sopan santun selalu menghormati orang
lain”(20 Juli 2017).
Diperkuat dengan jawaban dari anak-anak Sanggar bahwa di