• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Kepedulian Terhadap Belajar Anak

1. Pengertian Kepedulian Terhadap Belajar Anak

Proses belajar mengajar di sekolah akan beijalan dengan lancar jika ditunjang kepedulian orang tua yang berhubungan dengan sarana belajar yang memadai, baik jum lah, keadaan, maupun kelengkapannya. Jumlah yang dimaksud adalah keberadaan dan banyak sedikitnya sarana yang dimiliki, khususnya sarana yang dimiliki oleh para pelajar / siswa.

Agar lebih jelas memahami pengertian dari kepedulian terhadap belajar anak, maka didalam tulisan ini akan diuraikan makna kepedulian, makna belajar, serta beberapa hal yang berhubungan dengan belajar.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti dari kepedulian adalah sikap mengindahkan ( memperhatikan ). Belajar artinya merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi terkadang mengarah pada yang lebih jelek ( Ngalim Purwanto,2002: 85 ). Menurut penulis yang dimaksud dengan belajar adalah merupakan suatu perubahan yang ada pada diri seseorang yaitu dari belum bisa menjadi bisa atau dari belum tahu menjadi tahu dengan melalui beberapa latihan.

Lebih luasnya sesuatu yang disebut kepedulian terhadap belajar anak adalah perhatian orang tua untuk memberi fasilitas belajar yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha anak untuk belajar yang dapat berupa benda - benda maupun uang. Jadi dalam hal ini fasilitas belajar disamakan dengan sarana. Menurut Suharsimi Arikunto, fasilitas atau sarana dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibedakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan suatu usaha.

2. Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekeijanya nilai uang.

Untuk fasilitas belajar yang dimaksud dalam tulisan ini adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kebutuhan siswa dalam belajar yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kalau kita perhatikan secara cermat, terdapat beberapa fasilitas belajar yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang antara lain (a) fasilitas tempat adalah tempat belajar di rumah yang berisi penerangan, meja, kursi, situasi tempat yang tenang (b) peralatan belajar seperti buku tulis, bolpoin, buku sumber pelajaran, penggaris, penghapus pensil, tas. (c) dana / uang yaitu sedikit uang yang berasal dari orang tua yang dipakai sebagai uang saku, uang untuk membeli alat tulis, uang sekolah, (d) fasilitas transport yaitu berupa sepeda, sepeda motor atau uang transport yang dipakai siswa untuk pergi kesekolah atau aktivitas belajar yang lain.

Menurut Penulis kepedulian terhadap belajar anak adalah perhatian orang tua terhadap aktivitas / kegiatan anak yang berhubungan dengan belajar. Demikian pula hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah orang tua selalu mengikuti serta mengawasi anak - anaknya dalam segala kehidupan dan pendidikan yang universal.

Seperti dalam firman Allah dalam QS. At - Tahrim: 6, yang

berbunyi:

^ u i

{ ■\

.b'

j y ' j !

C.

b ' J k u j

C,

^ |

“ Hai orang - orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah batu, penjaganya malaikat - malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan - Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Sebagai orang tua sekaligus pendidik di rumah, khususnya ayah, ada kewajiban untuk selalu memberi fasilitas yang antara lain makan dan pakaianh disamping fasilitas untuk belajar. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:

o* *^33

•* D a n s e o r a n g l a k i - l a k i a d a l a h p e m i m p i n d a l a m k e l u a r g a n y a , d a n b e r t a n g g u n g j a w a b a t a s k e p e m i m p i n a n n y a , d a n w a n i t a a d a l a h p e m i m p i n d i r u m a h s u a m i n y a d a n b e r t a n g g u n g j a w a b a t a s k e p e m i m p i n a n n y a . ” 2 . P e n g e r t i a n B e l a j a r U n t u k m e m p e r o l e h p e n g e r t i a n y a n g o b j e k t i f t e n t a n g b e l a j a r t e r u t a m a b e l a j a r d i s e k o l a h , p e r l u d i r u m u s k a n s e c a r a j e l a s p e n g e r t i a n b e la j a r . P e n g e r t i a n b e l a j a r s u d a h b a n y a k d i k e m u k a k a n o l e h p a r a a h l i p s i k o l o g i t e r m a s u k a h l i p s i k o l o g i p e n d i d i k a n . M e n u r u t p e n g e r t i a n s e c a r a p s i k o l o g i s , b e l a j a r m e r u p a k a n s u a t u p r o s e s p e r u b a h a n y a i t u p e r u b a h a n t i n g k a h l a k u s e b a g a i h a s i l d a r i i n t e r a k s i d e n g a n l i n g k u n g a n n y a d a l a m m e m e n u h i k e b u t u h a n h i d u p n y a . P e r u b a h a n -p e r u b a h a n t e r s e b u t a k a n n y a t a d a l a m s e l u r u h a s -p e k t i n g k a h l a k u . P e n g e r t i a n b e l a j a r d a p a t d i d e f i n i s i k a n s e b a g a i b e r i k u t : “ B e l a j a r i a la h s u a t u p r o s e s u s a h a y a n g d i l a k u k a n s e s e o r a n g u n t u k m e m p e r o l e h s u a t u p e r u b a h a n t i n g k a h l a k u y a n g b a r u s e c a r a k e s e l u r u h a n , s e b a g a i h a s i l p e n g a l a m a n n y a s e n d i r i d a l a m i n t e r a k s i d e n g a n l i n g k u n g a n n y a ” . P e r u b a h a n y a n g t e r j a d i d a l a m d i r i s e s e o r a n g b a n y a k s e k a l i b a i k s i f a t m a u p u n j e n i s n y a k a r e n a it u s u d a h t e n t u t i d a k s e t i a p p e r u b a h a n d a l a m d ir i s e s e o r a n g m e r u p a k a n p e r u b a h a n d a l a m a r t i b e l a j a r .

3. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing saling mempengaruhi. Komponen- komponen itu misalnya tujuan pembelajaran, materi, guru, siswa dan sarana prasarana.

Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan kompeks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda.

Mengenai tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan

memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki

kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.

Adapun jenis interaksi atau cara yang dipergunakan untuk kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berfikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya,

b. Penanaman konsep dan ketrampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasm ani maupun rohani. Ketrampilan jasm aniah adalah ketrampilan-ketrampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah teknik dan pengulangan. Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak menyangkut persoalan penghayatan dan ketrampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan masalah atau konsep.

Ketrampilan itu memang dapat dididik yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga mengungangkapkan perasaan dengan bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosakata atau tata bahasa semua memerlukan banyak latihan.

c. Pembentukan Sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.

Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi mungkin ju g a menirukan itu diharapkan terjadi proses internalisasi sehingga menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak sekedar pengajar tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Cara berinteraksi atau metode-metode yang dapat digunakan misalnya dengan diskusi, demonstrasi, sosiodrama dan bermain peran.

Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai (Sardinian, 2003, 29).

Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Relevan dengan uraian tujuan belajar tersebut, maka hasil belajar itu meliputi: (1) Hal ikhwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)- (2) Hal ikhwal personal,kepribadian atau sikap (afektif). (3) Hal ikhwal kelakuan, ketrampilan atau penampilan (psikomotorik).

Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar mengajar, masing- masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran. Karena semua itu bermuara pada anak didik, aka setelah terjadi proses internalisasi terbentuklah suatu kepribadian yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem lingkungan yang mendukung.

4. Jenis - Jenis Belajar

Ada beberapa jenis belajar yang dipaparkan dalam tulisan ini yaitu

a. Belajar bagian ( part learning, fractioned learning )

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan - gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian - bagian yang stu sama lain berdiri sendiri.

Sebagai lawan dari acara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.

b. Belajar dengan W awasan ( learning by in sig h t)

Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu

konsep, wawasan ( insight ) ini merupakan pokok utama dalam

pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Dan meskipun W. Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku ( perkembangan yang lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba - tiba teijadi reorganisasi tingkah laku ) namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prinsipiil ditentang oleh wawasan merupakan proses mengorganisasikan pola - pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan

penyelesaian suatu persoalan. Sedangkan sebagai kaum neo

-behaviorisme (antara lain C. E. Osgood ) menganggap wawasan

sebagai salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus - respons

( S - R ) .

c. Belajar Diskriminatif ( dicrim inatif learning )

Belajar diskrim inatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi / stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka

dalam eksperimen, subjek diminta untuk berespon secara berbeda - beda terhadap stimulus yang berlainan.

d. Belajar Global / Keseluruhan ( global whole lea rn in g)

Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajaran menguasainya; lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.

e. Belajar Insidental (incidental learning)

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah - tujuan ( intensional ). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.

f. Belajar Instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi - reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda - tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat

diatur dengan jalan memberikan penguat ( reinforcement ) atas dasar

tingkat - tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “ pembentukan tingkah laku ”. Di sini individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan

tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu.

g. Belajar Intensional ( intentional learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.

h. Belajar Laten ( latent learning )

Dalam belajar laten, perubahan - perubahan tingkah laku yang terlihat tidak teijadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di

kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan foktor

penguat ( reinforcem ent) dalam belajar.

i. Belajar Mental ( mental learning)

Perubahan kemungkinan tingkah laku yang teijadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas - tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan - gerakan orang lain dan lain - lain.

j. Belajar Produktif ( productive learning )

R. Berguis ( 1964 ) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang meksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.

k. Belajar Verbal ( verbal learning )

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.

5. Prinsip - Prinsip Belajar

Terdapat beberapa prinsip belajar yang antara lain : a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1) . Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif , meningkatkan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan instruksional;

2 ) . Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang

3) . Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif;

4) . Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya b. Sesuai hakikat belajar

1) . Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;

2) . Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;

3) . Belajar adalah proses kontinguitas ( hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain ) sehingga mendapatkan

pengertian yang diharapkan. Stimulasi yang diberikan

menimbulkan respons yang diharapkan. c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari

1) . Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;

2) . Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1). Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat

2). Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali - kali agar pengertian / keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.

1. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor item dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

a. Faktor - faktor Intern

Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasm aniah, factor psikologi, dan faktor kelelahan.

1). Faktor Jasmaniah

a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian - bagiannya / bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada

gangguan-angguan / kelainan - kelainan fungsi alat indera serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap teijamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan - ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh / badan.

Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain - lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2). Faktor Psikologis

Sekurang - kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor - faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

3). Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorangwalaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasm ani dan kelelahan rohani ( bersifat psikis ).

Kelelahan jasm ani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasm ani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak / kurang lancar pada bagian - bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing - pusing sehingga sulit untuk berkosentrasi, seolah- olah otak kehabisan daya untuk bekarja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus - menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal - hal yang selalu sama / konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya,

b. F a k to r-fa k to r Ekstem

Faktor ekstem yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor tersebut.

1) . Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

2) . Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) . Faktor Masyarakat

M asyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Beberapa hal yang termasuk di dalamnya antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

C. Telaah Hasil Penelitian berupa Hubungan Antara Tingkat Pendidikan

Dokumen terkait