• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN KEPEDULIAN TERHADAP BELAJAR ANAK KELAS VIII MTs MIFTAHUL HUDA KARANGANYAR, KECAMATAN GEYER, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN KEPEDULIAN TERHADAP BELAJAR ANAK KELAS VIII MTs MIFTAHUL HUDA KARANGANYAR, KECAMATAN GEYER, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 2008"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

MTs MIFTAHUL HUDA KARANGANYAR, KECAMATAN GEYER, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

Perpustakaan STAIN Salatiga

Hlllllllllllini

07TD1011128.01

S K R I P S I

Oleh Nur Hayati NIM: 11405047

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA

(2)

M l's M IPTAHUL HUDA KARANGANYAR, KECAlVtATAN GEYER,

Ka b u p a t e n g r o b o g a n t a h Li n p e l a j a r a n 2007 / 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Dan M elengkapi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh

N U R HAYATI

NIM : 11405047

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(3)

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706,323433. Fax. 323433 Kode Pos 50721

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 1 (satu) naskah 1 September 2007

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Yth. Ketua STAIN di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Nur Hayati

NIM : 11405047

Program Studi: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG

TUA DENGAN KEPEDULIAN TERHADAP BELAJAR ANAK KELAS VIII MTs MIFTAHUL HUDA KARANGANYAR, KECAMATAN GEYER, KABUPATEN GRO B OGAN TAHUN PELAJARAN 2007/2008.

Untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah Skripsi. Demikian untuk dijadikan periksa.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb Pembimbing,

(4)

Judul

Nama NIM

Program Studi

(5)

Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul” Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang tua dengan Kepedulian Terhadap Belajar Anak Kelas Vlli MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2007 / 2008” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Hal yang sama dan dengan hati yang tulus, Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah memberi ijin dan kemudahan selama Penulis menempuh studi

2. Bapak Drs. H. Sa’adi, M.Ag , selaku Ketua Jurusan, yang telah menggugah semangat berfikir dalam pelaksanaan penelitian serta membentuk kemandirian dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan semangat sehingga menambah motivasi Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Sunarto, S.Pd.I selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Miftahul Huda Karanganyar yang telah berkenan memberi ijin penelitian serta membantu kelancaran proses penelitian.

5. Bapak dan Ibunda serta Bapak dan Ibu Mertua yang selalu memberikan doa untuk studi ini, begitu juga buat Suami tercinta dan anakku, yang selalu

(6)

6. Semua pihak yang berkenan membantu dan mendorong kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

l%lu dimaklumi juga bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi dan teknik penulisannya. Maka sangat diharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dan mudah - mudahan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan almamater serta masyarakat pada umumnya.

Penulis

(7)

Kepedulian Terhadap Belajar Anak Kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2007/2008

Kata Kunci Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Kepedulian Terhadap Belajar Anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua, untuk mengetahui tingkat kepedulian orang tua terhadap belajar anak dan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2007/2008.

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu mulai Juli sampai Agustus 2007 dengan mengambil jumlah subyek 60 orang. Statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Koefisien Korelasi Product Moment yaitu dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Tingkat Pendidikan Orang Tua, sedangkan variabel terikat (Y) adalah Kepedulian Terhadap Belajar Anak.

Setelah diadakan perhitungan dengan rumus yang ada, maka hasilnya adalah sebagai berikut: (1) Tingkat pendidikan orang tua yang berijasah SD/MI ada 48 orang atau 80%, yang berijasah SMP/MTs ada 9 orang atau 15% serta yang berijasah SMA ada 3 orang atau 5%. Untuk orang tua yang berpendidikan akademi (D3) dan sarjana (SI) tidak ada. (2) Tingkat kepedulian orang tua terhadap belajar anak: yaitu tingkat tinggi ada sebanyak 3 orang, atau 5% tingkat sedang sebanyak 12 orang atau 20%, tingkat rendah ada sebanyak 45 orang atau 75%, sedangkan tingkat sangat rendah adalah 0. (3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak dengan besarnya korelasi r = 0,910 lebih besar dari r tabel = 0,254. Jadi tingkat hubungannya adalah Sangat Kuat.

(8)

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR...iv

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR DIAGRAM... x

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Hasil Penelitian... 4

E. Definisi Operasional... 5

F. Hipotesis...6

G. Metode Penelitian... 6

H. Sistematika Penulisan... 9

(9)

B. Kepedulian Terhadap Belajar Anak... 27

C. Telaah Hasil Penelitian berupa Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Kepedulian Terhadap Belajar A n ak ... 43

BAB III LAPORAN PENELITIAN... 46

A. Kondisi Umum dari MTs Miftahul Huda... 46

B. Data tentang Tingkat Pendidikan Orang Tua...50

C. Data tentang Kepedulian Terhadap Belajar Anak...51

BAB IV ANALISIS DATA... 53

A. Tingkat Pendidikan Orang Tua Anak MTs Miftahul Huda Karanganyar... 53

B. Kepedulian Terhadap Belajar Anak... 54

C. Analisis untuk Menguji Hipotesis secara Statistik...55

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP...58

A. Kesimpulan... 58

B. Diskusi... 59

C. Saran... 60

D. Kata Penutup... 61 DAFTAR PUSTAKA

(10)

Tabel 2 Daftar Nama Guru dan Karyawan... 48

Tabel 3 Keadaan Siswa MTs Miftahul Huda Tahun Pelajaran 2007/2008... 49

Tabel 4 Keadaan Sarana Prasarana MYs Miftahul H uda... 50

Fabel 5 Tingkat Pendidikan Orang Tua menurut Ijasah... 50

Tabel 6 Skor Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 51

Tabel 7 Skor Kepedulian Terhadap Belajar A nak...52

Tabel 8 Data Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Prosentasenya...53

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Nilai Angket... 54

Tabel 10 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi... 57

(11)
(12)

Tidak penting mengerjakan apa yang anda sukai

Yang penting adalah menyukai apa yang anda kerjakan

( Hamka )

S k rip si ini aku p ersem b a h k a n k ep a d a :

Ibunda, A n a k dan Suam iku tersay an g , y a n g m en jad i sin ar p en eran g

dalam m en y elesaik an p en u lisan sk rip si ini

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pola proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu

kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat

mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju

pada perubahan - perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun

sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahkluk sosial.

Pendidikan ju g a merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

unsur yaitu orang tua, peserta didik, kurikulum, dana, sarana, guru.

Agar tujuan pendidikan pada umumnya serta tujuan pembelajaran pada

khususnya tercapai maka diperlukan beberapa komponen dasar yaitu : tujuan

intruksional, materi pelajaran, metode, sarana, dan evaluasi.

Pelaksanaan pembelajaran di MTs Miftahul Huda beijalan sesuai

dengan kalender pendidikan dan kualitas siswa dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Dari hasil yang semakin meningkat tersebut, nampaknya faktor

komponen pembelajaran yang dominan adalah peran orang tua dan kepedulian

(14)

terhadap belajar anak. Peran orang tua antara lain : faktor tingkat pendidikan

dan kepedulian terhadap belajar anak, baik berupa penyediaan tempat belajar,

pemberian uang, alat transport, seragam maupun buku pelajaran dan alat tulis

menulis lainnya yang masih rendah.

Dalam proses pembelajaran setiap hari yang penulis amati dalam

penelitian selama dua bulan di sekolah tersebut ternyata kepedulian orang tua

terhadap belajar anak masih rendah, hal ini terbukti dengan adanya sarana

pembelajaran yang dimiliki oleh siswa masih rendah atau sedikit., misalnya

buku paket sebagai sumber belajar belum dimiliki oleh setiap siswa. Mereka

hanya menggunakan LKS ( Lembar Keija Siswa ) saja dengan tambahan

materi pelajaran dari guru mata pelajaran masing-masing, yang

penyampaiannya dengan mencatatkan di papan tulis.

Apabila kepedulian orang tua terhadap belajar anak rendah atau belum

baik, maka akan berakibat pada sukarnya peningkatan kualitas atau mutu

pembelajaran sehari-hari, yang akhirnya akan bermuara terhadap rendahnya

kualitas lulusan, padahal pemerintah telah menargetkan pencapaian nilai

minimal untuk mata pelajaran yang diujikan nasional semakin meningkat dari

tahun ke tahun.

Dengan melihat kenyataan yang demikian seperti yang telah diuraikan

di atas, tentunya orang tua lebih peduli terhadap belajar anak. Kepedulian

tersebut tidak mungkin dating begitu saja, hal ini jelas membutuhkan

keijasama dengan sekolah, khususnya komite sekolah untuk saling ketemu dan

(15)

Penelitian ini dilakukan oleh penulis di sekolah tersebut karena ada

beberapa hal yang sangat menarik dan beberapa pertimbangan yang antara

lain: (1) Sekolah MTs Miftahul Huda sangat dekat dengan rumah penulis

sehingga tidak membutuhkan waktu dan biaya yang banyak bagi penulis untuk

pergi ketempat tersebut guna mengadakan penelitian. (2) Penulis ingin

mencari pandangan atau pengalaman di tempat lain yang lebih tinggi, sebab

selama ini penulis hanya menjadi guru wiyata bakti di sekolah dasar di

lingkungan tempat tinggal penulis. (3) MTs Miftahul Huda adalah sekolah

madrasah swasta yang masih banyak memerlukan masukan dari pihak luar

khususnya mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang mempunyai ciri

keagamaan yaitu Islam yang nantinya bisa digunakan untuk pengembangan

lembaga tersebut sehingga peneliti merasa terpanggil untuk membesarkan dan

ingin memajukannya.

Berpangkal tolak pada latar belakang masalah tersebut maka penulis

tertarik untuk meneliti seberapa besar hubungan antara tingkat pendidikan

orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul

Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran

2007 / 2008.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian yang ada pada latar belakang, maka rumusan

masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai b e rik u t:

1. Bagaimanakah tingkat pendidikan orang tua anak kelas VIII MTs

Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

(16)

2. Bagaimanakah tingkat kepedulian orang tua terhadap belajar anak kelas

VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten

Grobogan Tahun Pelajaran 2007 / 2008 ?

3. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan

kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul Huda

Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran

2 0 0 7 /2 0 0 8 ?

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian dapat

dituliskan sebagai b e rik u t:

1. Untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua anak kelas VIII MTs

Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

Tahun Pelajaran 2007 / 2008.

2. Untuk mengetahui tingkat kepedulian orang tua terhadap belajar anak kelas

VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, , Kecamatan Geyer, Kabupate Grobogan Tahun Pelajaran 2007 / 2008.

3. Untuk mengetahui ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua

dengan kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul Huda

Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran

2 0 0 7 /2 0 0 8 ..

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini nantinya secara teoritis bisa bermanfaat untuk

(17)

pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII

MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten

Grobogan Tahun Pelajaran 2007 / 2008, sehingga dapat digunakan sebagai

dasar untuk melakukan penelitian lanjutan bagi peneliti lain dan

stakeholder pendidikan yang ada di madrasah tersebut serta kantor

Departemen Agama Kabupaten Grobogan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang

antara lain :

a. Bagi Peneliti adalah dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

peningkatan kemajuan MTs Miftahul Huda Karanganyar.

b. Bagi MTs Miftahul Huda Karanganyar atau lembaga adalah bisa

menentukan berbagai macam kebijakan yang akan diambil guna

peningkatan pembelajaran.

c. Bagi Pengambil Kebijakan yaitu Kepala Kantor Departemen Agam

Kabupaten Grobogan adalah bisa memberikan bantuan beberapa hal

yang dibutuhkan oleh siswa.

E. Difinisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam persepsi terhadap variable pelitian

maka berikut ini diberi penjelasan mengenai variable-variabel yang ada: 1. Tingkat Pendidikan Orang tua

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang

pernah diperoleh oleh orang tua / wali anak kelas VIII MTs Miftahul

(18)

pendidikan di sini adalah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA ataupun

Perguruan Tinggi. Data tingkat pendidikan orang tua diperoleh penulis dari

dokumen yang ada di sekolah ataupun yang tertulis di angket yang disebarkan oleh penulis.

2. Kepedulian Terhadap Belajar anak

Kepedulian terhadap belajar anak adalah perhatian orang tua terhadap

segala aktivitas atau kegiatan anak yang berhubungan dengan belajar yang

dilakukan baik belajar di sekolah atau belajar yang dilakukan di rumah.

Kepedulian orang tua terhadap belajar anak diwujudkan dalam bentuk

pemberian : tempat belajar, uang, alat transport, seragam sekolah maupun

buku pelajaran dan alat tulis menulis lainnya.

F. Hipotesis

Di dalam penelitian ini diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan

kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul Huda

Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2007

/ 2008.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis adalah termasuk penelitian deskriptif korelasional yang artinya penelitian ini dilakukan untuk mencari

hubungan dua variabel ( Nana Sudjana, 2001 : 77 ). Kedua variabel yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu variabel tingkat pendidikan orang tua

(19)

Penelitian korelasional yang telah diadakan oleh peneliti digunakan untuk

menguji hipotesis dan untuk melihat besar kecilnya derajat hubungan. 2. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian ( Suharsimi Arikunto, 2002

: 108 ). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang

tua siswa/anak kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar yang

berjumlah 60 orang.

3. W aktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu dua bulan yaitu bulan Juli sampai

Agustus 2007. Penelitian yang telah dilakukan mengambil tempat di MTs

Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel X dan variabel Y.

Adapun yang menjadi variabel X adalah Tingkat Pendidikan Orang Tua,

sedangkan yang menjadi variabel Y adalah Kepedulian terhadap Belajar Anak.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan

data yaitu angket dan dokumentasi,

a. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui anak

kelas VIII yang harus dijawab / diisi oleh orang tua / wali di rumah

selanjutnya dikumpulkan kembali. Angket digunakan untuk

(20)

tempat tinggalnya karena penulis tidak bisa ketemu muka secara

pribadi dengan responden ( Nasution, 2003: 128 ). Agar angket yang

digunakan valid, maka penulis membuat kisi-kisi angket yang disusun

berdasarkan definisi operasional variabel Y yaitu kepedulian terhadap

belajar anak dan indikatornya. Adapun bentuk kisi-kisinya seperti yang

tampak pada table berikut ini.

Variabel Definisi Operasional Indikator Nom or Soal

Tabel 1. Kisi-Kisi Angket

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa

catatan , transkrip, buku, notulen rapat, agenda dan lain-lain (

Suharsimi Arikunto, 2002 : 206 ). Dalam penelitian ini, dokumen

digunakan untuk mengumpulkan data tentang sejarah madrash, struktur

organisasi, data guru, data siswa, dan data tentang tingkat pendidikan

orang tua.

6. Analisa Data

Agar rumusan masalah yang ada pada nomor 1 dan nomor 2 terjawab,

maka data yang ada diklasifikasikan atau ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi, sehingga bisa dilihat dan dicari rata-rata hitung ( mean

), median, dan modus seperti yang tampak pada lampiran 6, yang

kesemuanya itu menggunakan statistic deskriptif. Selanjutnya untuk

(21)

hipotesis penelitian, peneliti menggunakan korelasi Product Moment

Person yang rumusnya terdapat dalam Bab IV laporan penelitian ini.

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halaman persetujuan,

halaman pengajuan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar

diagram dan motto.

Bagian isi skripsi terdiri atas lima bab, yaitu : Pada Bab I berisi

pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, hipotesis, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Pada Bab II berisi tentang tinjauan pustaka yang meliputi: telaah

teoritik dan telaah hasil penelitian.

Pada Bab III berisi tentang laporan penelitian. Bab IV berisi tentang

analisis data sedangkan Bab V berisi tentang kesimpulan dan penutup yang

meliputi: kesimpulan, diskusi, saran dan kata penutup.

Bagian akhir berisi tentang daftar pustakan, lampiran, dan daftar

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan dimulai dengan penjelasan tentang pengertian pendidikan

orang tua, pengertian kepedulian terhadap belajar dan telaah hasil penelitian

berupa hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak.

Uraian selengkapnya tentang kedua variabel tersebut di atas adalah sebagai b e rik u t:

A. Pengertian Pendidikan Orang Tua

Sebelum menguraian pengertian pendidikan orang tua, dalam tulisan

ini akan dibahas mengenai hal - hal yang berhubungan dengan pendidikan.

1. Pengertian Pendidikan

Banyak pandangan tentang arti pendidikan. Hal tersebut wajar saja

dan sangat tergantung pada sisi mana garapan pendidikan itu akan dikaji.

Terlepas dari sisi mana seorang memandang, namun ada kesamaan fokus

yang menjadi ciri hakiki garapan pendidikan, yaitu bahwa pendidikan

merupakan usaha manusia dalam memanusiakan manusia.

Istilah pendidikan merupakan padanan kata dari istilah peda gogi.

Kata peda gogi ( paedagogie ) berasal dari dua patah kata bahasa Latin

yaitu “ paes ” artinya “ anak ” dan “ again ” artinya “ membimbing ”.

Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang

(23)

dilakukan untuk membimbing anak atau membimbing yang diberikan

kepada anak ( Depdiknas, 2005 : 7 ).

Dalam wacana umum pendidikan dapat diartikan sebagai lembaga

dan sekaligus proses. Dalam konteks lembaga, pendidikan dibedakan

berdasarkan jalur, jenjang, jenis, dan satuan pendidikan. Sedangkan proses

pendidikan diartikan sebagai proses untuk mengajar, melatih, dan

membimbing anak. Dalam konteks sebagai institusi, pendidikan dipandang

sebagai lembaga atau institusi, baik yang bernama keluarga, sekolah dan

masyarakat. Hal ini sering disebut sebagai tripusat pendidikan.

Dalam kajian yuridis formal, pengertian pendidikan, seperti tersurat

dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

diungkapkan sebagai berikut “ Pendidikan adalah sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara

Pendidikan adalah merupakan suatu kegiatan yang kompleks,

berdemensi luas dan banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai

suatu proses psikologis, pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dari perspektif mengajar, pelakunya adalah guru /

pendidik ataupun pihak yang mendidik. Sedangkan dari perspektif belajar,

(24)

Dengan demikian, pendidikan adalah proses interaksi pendidik dan peserta

didik yang memiliki tujuan tertentu. Pendidikan sebagai suatu proses pada

dasarnya membimbing peserta didik menuju pada tahap kedewasaan,

dengan melalui program pendidikan sekolah ataupun luar sekolah,

termasuk di dalamnya pendidikan keluarga serta lingkungan.

Pendidikan sebagai proses maksudnya adalah garapan pendidikan

akan senantiasa dinamis, sistemik (berdasarkan sistem tertentu), sistematis

( berdasarkan cara tertentu ), serta berkelanjutan, seirama dan sejalan

dengan dinamika dan perubahan masyarakat yang dilayani ( Dinn

Wahyudin, 2006: 33 ).

Pendidikan sebagai suatu proses memberikan indikasi bahwa

garapan pendidikan merupakan merupakan interaksi fungsional antar

komponen pendidikan. Komponen - komponen pendidikan tersebut

adalah sebagai b e rik u t:

a. Komponen Arah dan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan berkaitan erat dengan hal yang ingin dicapai dalam

program pendidikan. Oleh sebab itu tujuan sangat erat dengan filsafat.

Tujuan pendidikan nasional berkaitan erat dengan filsafat negara yang

dianut, bagi Indonesia adalah Pancasila.

b. Komponen Isi atau Materi Program

Materi program pada dasarnya lebih merupakan sebaran kurikulum

yang akan dilaksanakan dalam proses pendidikan. Sedangkan sebaran

(25)

Salah satu cara untuk membagi rumusan pengalaman belajar adalah

dengan menggunakan taksonomi Bloom yang antara lain : Ranah

kognitif yang meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan pada

hasil intelektual dan pengetahuan yang diperoleh; Ranah afektif yang

meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan pada perasaan

emosi; sedangkan ranah psikomotorik meliputi berbagai jenis

keterampilan. Dalam konteks nasional, UUSPN N om or 20 tahun 2003

disebutkan bahwa : “ Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”,

c. Kemampuan Strategi atau Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi

pelajaran dalam upaya mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan.

Sedangkan strategi lebih merupakan perencanaan atau taktik yang

dirancang sedemikian rupa intuk tujuan pembelajaran yang lebih

khusus. Terdapat tiga pendekatan yang bisa digunakan dalam

penyusunan strategi pembelajaran yaitu :

1) Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran artinya materi atau

topik pembelajaran bersumber dari mata pelajaran tersebut. Posisi

guru sebagai penyampai pesan. Siswa sebagai penerima pesan,

(26)

2) Pendekatan yang berpusat pada siswa artinya pembelajaran

dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan

siswa.

3) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat artinya

pendekatan ini berupaya mengintegrasikan sekolah dan

masyarakat.

d. Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam

pelaksanaan pendidikan. Hasil evaluasi dapat dipandang sebagai

petunjuk apakah soal itu tercapai atau tidak. Sasaran evaluasi pada

dasarnya ditujukan pada tiga hal yang antara lain : peserta didik, guru

dan program. Menurut penulis tingkat pendidikan orang tua adalah

taraf pendidikan yang pernah diikuti oleh orang tua dengan

berdasarkan pada ijasah terakhir yang mereka punyai.

Sebagai umat Islam tentunya harus pernah bersekolah dan

menuntut ilmu sebab Islam memberikan perhatian sangat besar

terhadap ilmu pengetahuan. Banyak ayat dan hadis yang memerintah > “

kaum muslimin untuk mencari ilmu. Diantaranya seperti tersebut di

bawah ini: . * ' t® . y & ' ' f

.U J O j l { C y „ J J . / - j f i

“ Katakanlah: Adakah sama orang - orang yang mengetahui ( berilmu

pengetahuan ) dengan orang - orang yang tidak mengetahui ( tidak

(27)

Juga dalam firman Allah yang berbunyi:

»o > f/ 9 / 1

J U J U 3 I 1 ^- - - J j l — j j J l j p- - - - !> w « 1 ^ 1

(Nn :2J^U-1) . o U

“ Allah akan meninggikan orang - orang yang beriman diantaramu dan orang - orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” ( QS. Al - Mujadalah: 11 ).

Demikian pula dengan sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:

l

L;>

si

% \

ilU

&

il;> iiL ^3

f » y

(pLv^pljj)

J)\

“ Barang siapa berjalan mencari ilmu pengetahuan niscaya Allah memudahkan baginya jalan ke s u r g a ( HR. Muslim ).

2. Jalur Pendidikan

Seperti yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 tahun 2003, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

a. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah merupakan jenjang pendidikan yang

(28)

berbentuk Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah Ibtidaiyah ( MI )

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama

( SMP ) dan Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) atau bentuk lain yang

sederajat.

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah merupakan lanjutan pendidikan

dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah

umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan

menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas ( SMA ), Madrasah

Aliyah ( MA ), Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) dan

Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK ) atau bentuk lain yang

sederajat.

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, saijana, magistar, spesialis dan dokter yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi,

b. Pendidikan N on Formal

Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penembah dan / atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non formal

(29)

pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,

pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain

yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik,

c. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga

dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

3. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia dan yang sesuai dengan

UUSPN Nomor 20 tahun 2003 adalah jenjang pendidikan dasar, jenjang

pendidikan menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Uraian mengenai

jenjang pendidikan dapat dilihat pada bagian sebelumnya.

4. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,

profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.

Berdasarkan dari uraian di atas, yang dimaksud dengan latar belakang

pendidikan orang tua adalah pendidikan terakhir yang dimiliki oleh orang tua

atau wali murid kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Geyer,

Grobogan pada Tahun Pelajaran 2007 / 2008 ; baik itu yang berijasah terakhir

SD / MI, SMP / MTs, SMA, SMK / MA ataupun Akademik dan Perguruan

Tinggi.

Dalam Konteks lain pendidikan adalah sebagai suatu sistem artinya

pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks dan meliputi berbagai

(30)

dalam Dinn Wahyudin (2006) adalah “ any identifiable assemblage o f

elements ( objects, persons, activities, information record,etc. ) which are

interrelated processor structure and which are presum ed to function as

organizational entity generating an observable ( or sometimes merely

inferable) pro d u cts”. (Sistem adalah suatu kumpulan elemen yang bisa

dikenali seperti: obyek, orang, kegiatan, rekaman, informasi, dan sebagainya,

yang saling berhubungan dan berkaitan erat satu sama lain dalam suatu proses

atau struktur yang memiliki fungsi organisasi guna membuahkan hasil).

Dengan melihat pengertian di atas dapat diidentifikasikan bahwa sistem juga

mengandung komponen yang saling berkaitan baik komponen mikro maupun

makro yang merupakan satu kesatuan dan bertujuan.

Adapun komponen mikro dalam pendidikan sebagai suatu sistem yaitu

terdiri dari tujuan, bahan, pendidik, peserta didik, proses, hasil dan balikan.

Dalam kajian mikro ini, unsure pendidik dan peserta didik, serta

interaksi keduanya merupakan isu utama dalam suatu program pendidikan.

Polanya lebih merupakan pendidik, sebagai upaya mencerdaskan peserta didik

melalui proses interaksi dan komunikasi, yaitu ada pesan ( messages ) yang

akan disampaikan dalam bentuk bahan belajar. Isi pesan tersebut dirancang

sedemikian rupa sesuai dengan tujuan ( objectives ) yang diharapkan.

Kemudian fungsi pendidik lebih merupakan sebagai pengirim pesan (senders )

melalui kegiatan pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Sedangkan

peserta didik lebih merupakan penerima pesan ( receivers ) mengenai bahan

(31)

dirasakan efektif bila terjadi proses komunikasi dua arah melalui berbagai

saluran ( channels ) dalam bentuk ragam sumber belajar dan media belajar

yang digunakan.

Secara lebih jelasnya tinjauan pendidikan secara mikro dapat

ditampilkan dalam diagram berikut.

Diagram 1: Sistem pendidikan secara mikro

Dalam kajian makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau

komponen yang lebih luas lagi, yaitu :

1. Masukan ( input ). Ada empat jenis masukan pendidikan, yaitu terdiri dari:

(a), sistem nilai dan pengetahuan, misalnya: falsafah negara, tujuan

pendidikan nasional, dan sebagainya. (b) sumber daya manusia, termasuk

di dalamnya masyarakat, peserta didik, pendidik, dan sebagainya. (c)

masukan instrumental seperti: perangkat kurikulum, panduan, silabi, dan

sebagainya dan (d) masukan sarana termasuk di dalamnya fasilitas dan

sarana pendidikan yang harus disiapkan.

2. Proses yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar

(32)

komponen proses ini termasuk di dalamnya telaah kegiatan belajar dengan

segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta telaah kegiatan

pembelajaran yang dilakukan pendidik dalam kerangka memberi

kemudahan kepada peserta didik untuk terjadinya proses pembelajaran.

3. Keluaran ( output ). Hasil yang diperoleh pendidikan bukan hanya

terbentuknya pribadi lulusan / pesrta didik yang memiliki pengetahuan,

sikap, dan keterampilan sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan yang

ingin dicapai. Namun juga keluaran pendidikan mencakup segala hal yang

dihasilkan oleh garapan pendidikan berupa: kemampuan peserta didik

( human behavior ), produk jasa ( services ) dalam pendidikan seperti

misalnya hasil penelitian, serta produk barang berupa karya intelektual

ataupun karya yang sifatnya fisik material.

Dalam telaah lainnya, P. H. Coombs ( 1968: 78 ) mengungkapkan ada

12 komponen pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain.

Adapun kedua belas komponen tersebut adalah sebagai b e rik u t:

1. Tujuan dan prioritas: komponen yang mengungkapkan ke arah mana

garapan pendidikan akan dilaksanakan, dan kegiatan apa yang menjadi

fokus garapan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Peserta didik: komponen yang menjadi subjek dan sekaligus objek

pendidikan. Sebagai subjek pendidikan maksudnya peserta didik sebagai pihak yang secara langsung terlibat dalam perencanaan ataupun

(33)

didik juga merupakan pihak yang menjadi sasaran layanan mengapa pendidikan itu dilaksanakan.

3. Manajemen: komponen pendidikan yang mempunyai fungsi

merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan menilai sistem

pendidikan.

4. Struktur dan jadwal: komponen ini memiliki fungsi untuk mengatur

struktur pelaksanaan dan jadwal waktu pendidikan.

5. Isi bahan belajar: komponen yang merupakan isi bahan yang akan

dipelajari dalam sebaran kurikulum. Fungsinya untuk menggambarkan luas

dan kedalaman isi bahan yang akan diajarkan.

6. Pendidik: komponen sumber daya insani yang melaksanakan garapan

pendidikan. Fungsinya memberi layanan untuk kelancaran proses

pembelajaran kepada peserta didik. Termasuk kelompok ini adalah tenaga

kependidikan lainnya, seperti: pustakawan, petugas laboratorium, dan

sebagainya.

7. Alat bantu mengajar: komponen yang berfungsi memberi kemudahan

belajar kepada peserta didik melalui alat / bahan yang dirancang untuk

memberi kemudahan belajar.

8. Fasilitas: komponen ini lebih merupakan sarana dan prasarana pendukung

teijadinya proses belajar mengajar.

9. Teknologi: komponen yang berfungsi melancarkan dan meningkatkan cara

(34)

10. Pengawasan mutu: komponen pokok yang mengatur terbinanya kualitas

hasil pendidikan sesuai dengan harapan dan cita - cita. Melalui komponen

ini, program pendidikan dapat lebih ditingkatkan terutama yang berkaitan

dengan kualitas produk yang dihasilkan.

11. Penelitian: komponen yang bersumber pada pengetahuan ilmiah ke arah

pengembangan sistem pendidikan.

12. Ongkos pendidikan: komponen ini lebih merupakan kajian biaya (cost)

atas pelaksanaan pendidikan, yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas program pendidikan yang dilaksanakan.

Secara lebih lengkap tentang kajian makro sistem pendidikan ini, dapat

dilihat pada diagram berikut ini.

Pendidikan merupakan suatu sistem ju g a terbuka dalam menerima sistem sosial atau menerima masukan dari lingkungan masyarakat. Apabila

hasil pendidikan yang diberikan sistem pendidikan itu memuaskan masyarakat

(35)

eksistensi dan kelangsungan hidup sistem pendidikan itu sendiri. Sebagai

contoh misalnya apabila lulusan suatu sekolah mempunyai kualitas yang

sangat menggembirakan dunia usaha, maka sebagai umpan baliknya akan

dirasakan oleh sekolah tersebut berupa banyaknya peminat untuk mengikuti

pendidikan di sekolah tersebut dengan seleksi yang ketat.

Pendidikan ju g a sebagai usaha sadar. Hal tersebut memiliki makna

bahwa pendidikan diselenggarakan dengan rencana yang matang, mantap,

sistemik, menyeluruh, berjenjang berdasarkan pemikiran yang rasional

obyektif disertai dengan kaidah untuk kepentingan masyarakat dalam arti yang

seluas-luasnya.

Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan di tanah air

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sedangkan fungsinya untuk

mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan

martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan dalam

undang-undang mengungkapkan suatu sistem yang:

1. Berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

2. Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha

mencapai tujuan nasional.

3. Mencakup, baik pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.

4. Mengatur, bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas 3 jenjang utama

(36)

5. Mengatur, bahwa kurikulum, peserta didik dan tenaga kependidikan

terutama guru, dosen atau tenaga pengajar merupakan tiga unsur yang

tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar.

6. M engatur secara terbuka (sentralisasi), namun penyelenggaraan satuan dan

kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi).

7. Menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai tanggung

jaw ab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

8. M engatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan

oleh pemerintah dan masyarakat berkedudukan serta diperlukan dengan

menggunakan ukuran yang sama.

9. M engatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan

oleh masyarakat memiliki kebebasan untuk menyelenggarakannya sesuai

dengan ciri atau kekhususan masing-masing sepanjang cirri itu tidak

bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar Negara, pandangan hidup

bangsa dan ideologi bangsa dan Negara.

10. Memudahkan peserta didik memperoleh pendidikan yang sesuai dengan

bakat, minat dan tujuan yang hendak dicapai serta memudahkannya menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

Dalam konteks yang lain, pendidikan adalah digunakan untuk

mempersiapkan peserta didik. Maksudnya, pendidikan lebih merupakan suatu proses berkesinambungan dalam upaya menyiapkan peserta didik yang pada

awalnya bercirikan belum siap menuju kepada kesiapan dan kematangan

(37)

belajar pokok yaitu: aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap atau perilaku

(afektif) dan aspek yang berkaitan dengan ketrampilan (psikomotorik).

Penyiapan tersebut dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan yang

sistematik, berkesinambungan dan beijenjang, tidak hanya terbatas di jalur

pendidikan sekolah, tetapi juga pada jalur pendidikan luar sekolah termasuk di

dalamnya pendidikan dalam keluarga. Dalam konteks pendidikan nasional

sistem pendidikan yang dianut harus dapat memberikan pendidikan dasar (basic education) bagi setiap warga Negara Indonesia, agar masing-masing

memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar yang

meliputi: kemampuan membaca, kemampuan menulis dan berhitung dan

kemampuan menggunakan bahasa Indonesia.

Perolehan pengetahuan dan kemampuan ini merupakan bekal dasar

bagi setiap warga Negara dalam mengembangkan sikap, pengetahuan dan

ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupannya sebagai makhluk pribadi

maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan

demikian, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban pokoknya sebagai

warga negara serta memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri

sendiri, ikut serta dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperkuat

kesatuan dan persatuan serta upaya pembelaan negara.

Pendidikan juga dilaksanakan dalam pelaksanaannya melalui berbagai bentuk kegiatan yang antara lain: kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau

pelatihan. Secara sederhana bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan,

(38)

memecahkan masalah yang dialaminya. Sedangkan pengajaran adalah bentuk

interaksi antara tenaga kependidikan dengan peserta didik dalam suatu

kegiatan belajar mengajar untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan

tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran pada dasarnya diperoleh dalam bentuk

perubahan tingkah laku baru dari peserta didik, sebagai akibat dari proses

belajar mengajar yang dilakukan. Gagne dalam Dinn Wahyudin (2006 hal.

219) menyebutkan hasil belajar tersebut adalah keterampilan intelektual,

strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.

Dilain pihak Benyamin Bloom menyebutkan aspek hasil belajar

tersebut bisa dibedakan dalam tiga ranah yaitu: (1) Ranah kognitif yang

meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan kepada hasil intelektual

dan pengetahuan yang diperoleh, misalnya pengertian, pemahaman, dan

kecakapan berfikir. (2) Ranah afektif (sikap) yang meliputi pengalaman belajar

yang menitik beratkan pada perasaan emosi, seperti: sikap, minat, apresiasi

dan upaya penyesuaian diri. (3) Ranah psikomotorik (ketrampilan) yaitu

meliputi berbagai jenis ketrampilan.

Garapan pendidikan seharusnya berpijak ke masa kini dan berorientasi

ke masa depan. Hasil yang ingin dicapai oleh proses pendidikan adalah

terbinanya sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan pembangunan yaitu

sosok manusia Indonesia seutuhnya yang bisa memecahkan persoalan hari ini

dan masa mendatang. Orientasi masa depan ini menjadi sangat penting, karena

masa depan syarat dengan ketidakpastian. Oleh sebab itu, garapan pendidikan

(39)

berorientasi pada masa depan. Disini berarti pendidikan diyakini sebagai

bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dilepaskan

dari proses pembangunan itu sendiri termasuk pembangunan menuju masa

depan yang lebih baik.

B. Kepedulian Terhadap Belajar Anak

1. Pengertian Kepedulian Terhadap Belajar Anak

Proses belajar mengajar di sekolah akan beijalan dengan lancar jika ditunjang kepedulian orang tua yang berhubungan dengan sarana belajar

yang memadai, baik jum lah, keadaan, maupun kelengkapannya. Jumlah

yang dimaksud adalah keberadaan dan banyak sedikitnya sarana yang

dimiliki, khususnya sarana yang dimiliki oleh para pelajar / siswa.

Agar lebih jelas memahami pengertian dari kepedulian terhadap

belajar anak, maka didalam tulisan ini akan diuraikan makna kepedulian,

makna belajar, serta beberapa hal yang berhubungan dengan belajar.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti dari kepedulian adalah

sikap mengindahkan ( memperhatikan ). Belajar artinya merupakan suatu

perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah

kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi terkadang mengarah pada yang

lebih jelek ( Ngalim Purwanto,2002: 85 ). Menurut penulis yang dimaksud

dengan belajar adalah merupakan suatu perubahan yang ada pada diri

seseorang yaitu dari belum bisa menjadi bisa atau dari belum tahu menjadi

(40)

Lebih luasnya sesuatu yang disebut kepedulian terhadap belajar

anak adalah perhatian orang tua untuk memberi fasilitas belajar yang

dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha anak untuk

belajar yang dapat berupa benda - benda maupun uang. Jadi dalam hal ini

fasilitas belajar disamakan dengan sarana. Menurut Suharsimi Arikunto, fasilitas atau sarana dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat

dibedakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau

melancarkan suatu usaha.

2. Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu

kegiatan sebagai akibat bekeijanya nilai uang.

Untuk fasilitas belajar yang dimaksud dalam tulisan ini adalah

segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kebutuhan siswa dalam

belajar yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kalau kita perhatikan secara cermat, terdapat beberapa fasilitas

belajar yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang antara lain (a)

fasilitas tempat adalah tempat belajar di rumah yang berisi penerangan,

meja, kursi, situasi tempat yang tenang (b) peralatan belajar seperti buku

tulis, bolpoin, buku sumber pelajaran, penggaris, penghapus pensil, tas. (c)

dana / uang yaitu sedikit uang yang berasal dari orang tua yang dipakai

sebagai uang saku, uang untuk membeli alat tulis, uang sekolah, (d)

fasilitas transport yaitu berupa sepeda, sepeda motor atau uang transport

(41)

Menurut Penulis kepedulian terhadap belajar anak adalah perhatian

orang tua terhadap aktivitas / kegiatan anak yang berhubungan dengan

belajar. Demikian pula hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah orang

tua selalu mengikuti serta mengawasi anak - anaknya dalam segala

kehidupan dan pendidikan yang universal.

Seperti dalam firman Allah dalam QS. At - Tahrim: 6, yang

berbunyi:

^ u i

{ ■\

.b'

j y ' j !

C

.

b ' J k u j

C,

^ |

“ Hai orang - orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah batu, penjaganya malaikat - malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan - Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.”

Sebagai orang tua sekaligus pendidik di rumah, khususnya ayah,

ada kewajiban untuk selalu memberi fasilitas yang antara lain makan dan

pakaianh disamping fasilitas untuk belajar. Sebagaimana sabda Nabi

(42)

o*

*^33

•*

D a n s e o r a n g l a k i - l a k i a d a l a h p e m i m p i n d a l a m k e l u a r g a n y a , d a n

b e r t a n g g u n g j a w a b a t a s k e p e m i m p i n a n n y a , d a n w a n i t a a d a l a h p e m i m p i n d i

r u m a h s u a m i n y a d a n b e r t a n g g u n g j a w a b a t a s k e p e m i m p i n a n n y a . ”

2 . P e n g e r t i a n B e l a j a r

U n t u k m e m p e r o l e h p e n g e r t i a n y a n g o b j e k t i f t e n t a n g b e l a j a r

t e r u t a m a b e l a j a r d i s e k o l a h , p e r l u d i r u m u s k a n s e c a r a j e l a s p e n g e r t i a n

b e la j a r . P e n g e r t i a n b e l a j a r s u d a h b a n y a k d i k e m u k a k a n o l e h p a r a a h l i

p s i k o l o g i t e r m a s u k a h l i p s i k o l o g i p e n d i d i k a n .

M e n u r u t p e n g e r t i a n s e c a r a p s i k o l o g i s , b e l a j a r m e r u p a k a n s u a t u

p r o s e s p e r u b a h a n y a i t u p e r u b a h a n t i n g k a h l a k u s e b a g a i h a s i l d a r i i n t e r a k s i

d e n g a n l i n g k u n g a n n y a d a l a m m e m e n u h i k e b u t u h a n h i d u p n y a . P e r u b a h a n

-p e r u b a h a n t e r s e b u t a k a n n y a t a d a l a m s e l u r u h a s -p e k t i n g k a h l a k u .

P e n g e r t i a n b e l a j a r d a p a t d i d e f i n i s i k a n s e b a g a i b e r i k u t :

“ B e l a j a r i a la h s u a t u p r o s e s u s a h a y a n g d i l a k u k a n s e s e o r a n g u n t u k

m e m p e r o l e h s u a t u p e r u b a h a n t i n g k a h l a k u y a n g b a r u s e c a r a k e s e l u r u h a n ,

s e b a g a i h a s i l p e n g a l a m a n n y a s e n d i r i d a l a m i n t e r a k s i d e n g a n

l i n g k u n g a n n y a ” .

P e r u b a h a n y a n g t e r j a d i d a l a m d i r i s e s e o r a n g b a n y a k s e k a l i b a i k

s i f a t m a u p u n j e n i s n y a k a r e n a it u s u d a h t e n t u t i d a k s e t i a p p e r u b a h a n d a l a m

(43)

3. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya

sistem lingkungan belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan

dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan

sistem lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses belajar. Sistem

lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai

komponen yang masing-masing saling mempengaruhi. Komponen-

komponen itu misalnya tujuan pembelajaran, materi, guru, siswa dan

sarana prasarana.

Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi

secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang

unik dan kompeks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar

diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda.

Mengenai tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi.

Tujuan-tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat

dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan

berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan

memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki

kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan

(44)

Adapun jenis interaksi atau cara yang dipergunakan untuk

kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi),

pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak didik/siswa

akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan

sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berfikir

dalam rangka memperkaya pengetahuannya,

b. Penanaman konsep dan ketrampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan

suatu ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasm ani maupun

rohani. Ketrampilan jasm aniah adalah ketrampilan-ketrampilan yang

dapat dilihat, diamati sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan

gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

Termasuk dalam hal ini masalah-masalah teknik dan pengulangan.

Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu

berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat

bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak menyangkut

persoalan penghayatan dan ketrampilan berpikir serta kreativitas untuk

menyelesaikan masalah atau konsep.

Ketrampilan itu memang dapat dididik yaitu dengan banyak

melatih kemampuan. Demikian juga mengungangkapkan perasaan dengan bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosakata atau tata bahasa

(45)

c. Pembentukan Sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak

didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.

Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan

berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri

sebagai contoh atau model.

Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa

diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para

siswanya. Dari proses observasi mungkin ju g a menirukan itu

diharapkan terjadi proses internalisasi sehingga menumbuhkan proses

penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan

terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak

sekedar pengajar tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan

memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi

nilai-nilai itu, anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan

kemauannya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah

dipelajarinya. Cara berinteraksi atau metode-metode yang dapat

digunakan misalnya dengan diskusi, demonstrasi, sosiodrama dan bermain peran.

Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

(46)

Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil

belajar. Relevan dengan uraian tujuan belajar tersebut, maka hasil

belajar itu meliputi: (1) Hal ikhwal keilmuan dan pengetahuan, konsep

atau fakta (kognitif)- (2) Hal ikhwal personal,kepribadian atau sikap (afektif). (3) Hal ikhwal kelakuan, ketrampilan atau penampilan

(psikomotorik).

Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga

hal yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam

kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh

dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar mengajar, masing-

masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran. Karena

semua itu bermuara pada anak didik, aka setelah terjadi proses

internalisasi terbentuklah suatu kepribadian yang utuh. Dan untuk itu

semua, diperlukan sistem lingkungan yang mendukung.

4. Jenis - Jenis Belajar

Ada beberapa jenis belajar yang dipaparkan dalam tulisan ini yaitu

a. Belajar bagian ( part learning, fractioned learning )

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia

dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif,

misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan - gerakan motoris seperti

bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi

(47)

Sebagai lawan dari acara belajar bagian adalah cara belajar

keseluruhan atau belajar global.

b. Belajar dengan W awasan ( learning by in sig h t)

Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang

tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu

konsep, wawasan ( insight ) ini merupakan pokok utama dalam

pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Dan meskipun W.

Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data

yang bersifat tingkah laku ( perkembangan yang lembut dalam

menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba - tiba teijadi

reorganisasi tingkah laku ) namun tidak urung wawasan ini merupakan

konsep yang secara prinsipiil ditentang oleh wawasan merupakan

proses mengorganisasikan pola - pola tingkah laku yang telah

terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan

penyelesaian suatu persoalan. Sedangkan sebagai kaum neo

-behaviorisme (antara lain C. E. Osgood ) menganggap wawasan

sebagai salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus - respons

( S - R ) .

c. Belajar Diskriminatif ( dicrim inatif learning )

Belajar diskrim inatif diartikan sebagai suatu usaha untuk

memilih beberapa sifat situasi / stimulus dan kemudian menjadikannya

(48)

dalam eksperimen, subjek diminta untuk berespon secara berbeda -

beda terhadap stimulus yang berlainan.

d. Belajar Global / Keseluruhan ( global whole lea rn in g)

Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan

berulang sampai pelajaran menguasainya; lawan dari belajar bagian.

Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.

e. Belajar Insidental (incidental learning)

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu

selalu berarah - tujuan ( intensional ). Sebab dalam belajar insidental

pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar

ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional

sebagai berikut: belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau

petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang

akan diujikan kelak.

f. Belajar Instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi - reaksi seseorang siswa

yang diperlihatkan diikuti oleh tanda - tanda yang mengarah pada

apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau

gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat

diatur dengan jalan memberikan penguat ( reinforcement ) atas dasar

tingkat - tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk

belajar instrumental yang khusus adalah “ pembentukan tingkah laku ”.

(49)

tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dihukum bila

memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang

dikehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu.

g. Belajar Intensional ( intentional learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar

insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.

h. Belajar Laten ( latent learning )

Dalam belajar laten, perubahan - perubahan tingkah laku

yang terlihat tidak teijadi secara segera, dan oleh karena itu disebut

laten. Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang

mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di

kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan foktor

penguat ( reinforcem ent) dalam belajar.

i. Belajar Mental ( mental learning)

Perubahan kemungkinan tingkah laku yang teijadi di sini

tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif

karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini

sangat jelas terlihat pada tugas - tugas yang sifatnya motoris. Sehingga

perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang

mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan -

(50)

j. Belajar Produktif ( productive learning )

R. Berguis ( 1964 ) memberikan arti belajar produktif

sebagai belajar dengan transfer yang meksimum. Belajar adalah

mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari

satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu

mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu

situasi ke situasi lain.

k. Belajar Verbal ( verbal learning )

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal

dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal

diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat

eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua

kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan

mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus

diungkapkan secara verbal.

5. Prinsip - Prinsip Belajar

Terdapat beberapa prinsip belajar yang antara lain :

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1) . Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif ,

meningkatkan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan

instruksional;

2 ) . Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang

(51)

3) . Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan

efektif;

4) . Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya

b. Sesuai hakikat belajar

1) . Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya;

2) . Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan

discovery;

3) . Belajar adalah proses kontinguitas ( hubungan antara pengertian

yang satu dengan pengertian yang lain ) sehingga mendapatkan

pengertian yang diharapkan. Stimulasi yang diberikan

menimbulkan respons yang diharapkan.

c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari

1) . Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya;

2) . Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1). Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat

(52)

2). Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali - kali agar

pengertian / keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.

1. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi

dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor item dan faktor

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar

individu.

a. Faktor - faktor Intern

Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas

menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasm aniah, factor psikologi, dan

faktor kelelahan.

1). Faktor Jasmaniah

a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan

beserta bagian - bagiannya / bebas dari penyakit. Kesehatan

adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang

berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika

kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika

(53)

gangguan-angguan / kelainan - kelainan fungsi alat indera serta

tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya tetap teijamin dengan

cara selalu mengindahkan ketentuan - ketentuan tentang

bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan

kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh / badan.

Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,

setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain -

lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.

Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini

terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus

atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau

mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2). Faktor Psikologis

Sekurang - kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor -

faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

(54)

3). Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorangwalaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasm ani dan kelelahan rohani ( bersifat psikis ).

Kelelahan jasm ani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan

jasm ani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di

dalam tubuh, sehingga darah tidak / kurang lancar pada bagian -

bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala

dengan pusing - pusing sehingga sulit untuk berkosentrasi, seolah-

olah otak kehabisan daya untuk bekarja. Kelelahan rohani dapat

terjadi terus - menerus memikirkan masalah yang dianggap berat

tanpa istirahat, menghadapi hal - hal yang selalu sama / konstan

tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan

tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya,

b. F a k to r-fa k to r Ekstem

Faktor ekstem yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah

dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah

dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Angket...............................................................................................8
Tabel 1. Kisi-Kisi Angket
Tabel 2. Daftar Nama Guru dan Karyawan
Tabel 3. Keadaan Siswa MTs Miftahul Huda tahun pelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika ibu memanfaatkan pelayanan antenatal maka keadaan keluhan yang dirasakan dapat diatasi terutama rasa cemas ibu terhadap kondisi kehamilan seperti memberikan

Kesimpulan : Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara social engagement dengan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lanjut Usia Mekar Sari RW V

Likuiditas, Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan industri rumah tangga kacang goyang “Prima Jaya”untuk membayar segala kewajiban- kewajiban yang

1) Satuan organisasi (sekolah atau dinas pendidikan) yang mengelola sumber daya manusia yang bertugas mengidentifikasi kebutuhan organisasi secara keseluruhan, baik

Pengukuran overcut yang dilakukan mempunyai tahapan, untuk tahapan pertama yaitu dengan cara uji foto makro di Laboratorium Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin

5.2 Kesesuaian Sistem Transportasi Umum di Kota Surakarta terhadap Konsep Transportasi untuk Kota Layak Huni .... 1 Posisi Penelitian terhadap Penelitian

Sedangkan penelitian di Indonesia oleh Siregar dan Utama (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan

satu dosen wali di STBI Semarang pada tanggal 2 November 2015, terdapat beberapa gejala atau ciri-ciri prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa Prodi