MTs MIFTAHUL HUDA KARANGANYAR, KECAMATAN GEYER, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008
Perpustakaan STAIN Salatiga
Hlllllllllllini
07TD1011128.01
S K R I P S I
Oleh Nur Hayati NIM: 11405047
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA
M l's M IPTAHUL HUDA KARANGANYAR, KECAlVtATAN GEYER,
Ka b u p a t e n g r o b o g a n t a h Li n p e l a j a r a n 2007 / 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Dan M elengkapi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
N U R HAYATI
NIM : 11405047
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706,323433. Fax. 323433 Kode Pos 50721
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 1 (satu) naskah 1 September 2007
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Yth. Ketua STAIN di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Nur Hayati
NIM : 11405047
Program Studi: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG
TUA DENGAN KEPEDULIAN TERHADAP BELAJAR ANAK KELAS VIII MTs MIFTAHUL HUDA KARANGANYAR, KECAMATAN GEYER, KABUPATEN GRO B OGAN TAHUN PELAJARAN 2007/2008.
Untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah Skripsi. Demikian untuk dijadikan periksa.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb Pembimbing,
Judul
Nama NIM
Program Studi
Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul” Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang tua dengan Kepedulian Terhadap Belajar Anak Kelas Vlli MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2007 / 2008” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Hal yang sama dan dengan hati yang tulus, Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah memberi ijin dan kemudahan selama Penulis menempuh studi
2. Bapak Drs. H. Sa’adi, M.Ag , selaku Ketua Jurusan, yang telah menggugah semangat berfikir dalam pelaksanaan penelitian serta membentuk kemandirian dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan semangat sehingga menambah motivasi Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Sunarto, S.Pd.I selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Miftahul Huda Karanganyar yang telah berkenan memberi ijin penelitian serta membantu kelancaran proses penelitian.
5. Bapak dan Ibunda serta Bapak dan Ibu Mertua yang selalu memberikan doa untuk studi ini, begitu juga buat Suami tercinta dan anakku, yang selalu
6. Semua pihak yang berkenan membantu dan mendorong kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
l%lu dimaklumi juga bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi dan teknik penulisannya. Maka sangat diharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dan mudah - mudahan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan almamater serta masyarakat pada umumnya.
Penulis
Kepedulian Terhadap Belajar Anak Kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2007/2008
Kata Kunci Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Kepedulian Terhadap Belajar Anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua, untuk mengetahui tingkat kepedulian orang tua terhadap belajar anak dan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2007/2008.
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu mulai Juli sampai Agustus 2007 dengan mengambil jumlah subyek 60 orang. Statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Koefisien Korelasi Product Moment yaitu dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Tingkat Pendidikan Orang Tua, sedangkan variabel terikat (Y) adalah Kepedulian Terhadap Belajar Anak.
Setelah diadakan perhitungan dengan rumus yang ada, maka hasilnya adalah sebagai berikut: (1) Tingkat pendidikan orang tua yang berijasah SD/MI ada 48 orang atau 80%, yang berijasah SMP/MTs ada 9 orang atau 15% serta yang berijasah SMA ada 3 orang atau 5%. Untuk orang tua yang berpendidikan akademi (D3) dan sarjana (SI) tidak ada. (2) Tingkat kepedulian orang tua terhadap belajar anak: yaitu tingkat tinggi ada sebanyak 3 orang, atau 5% tingkat sedang sebanyak 12 orang atau 20%, tingkat rendah ada sebanyak 45 orang atau 75%, sedangkan tingkat sangat rendah adalah 0. (3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak dengan besarnya korelasi r = 0,910 lebih besar dari r tabel = 0,254. Jadi tingkat hubungannya adalah Sangat Kuat.
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI...iii
KATA PENGANTAR...iv
ABSTRAK... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR DIAGRAM... x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah...3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Hasil Penelitian... 4
E. Definisi Operasional... 5
F. Hipotesis...6
G. Metode Penelitian... 6
H. Sistematika Penulisan... 9
B. Kepedulian Terhadap Belajar Anak... 27
C. Telaah Hasil Penelitian berupa Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Kepedulian Terhadap Belajar A n ak ... 43
BAB III LAPORAN PENELITIAN... 46
A. Kondisi Umum dari MTs Miftahul Huda... 46
B. Data tentang Tingkat Pendidikan Orang Tua...50
C. Data tentang Kepedulian Terhadap Belajar Anak...51
BAB IV ANALISIS DATA... 53
A. Tingkat Pendidikan Orang Tua Anak MTs Miftahul Huda Karanganyar... 53
B. Kepedulian Terhadap Belajar Anak... 54
C. Analisis untuk Menguji Hipotesis secara Statistik...55
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP...58
A. Kesimpulan... 58
B. Diskusi... 59
C. Saran... 60
D. Kata Penutup... 61 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2 Daftar Nama Guru dan Karyawan... 48
Tabel 3 Keadaan Siswa MTs Miftahul Huda Tahun Pelajaran 2007/2008... 49
Tabel 4 Keadaan Sarana Prasarana MYs Miftahul H uda... 50
Fabel 5 Tingkat Pendidikan Orang Tua menurut Ijasah... 50
Tabel 6 Skor Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 51
Tabel 7 Skor Kepedulian Terhadap Belajar A nak...52
Tabel 8 Data Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Prosentasenya...53
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Nilai Angket... 54
Tabel 10 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi... 57
Tidak penting mengerjakan apa yang anda sukai
Yang penting adalah menyukai apa yang anda kerjakan
( Hamka )
S k rip si ini aku p ersem b a h k a n k ep a d a :
Ibunda, A n a k dan Suam iku tersay an g , y a n g m en jad i sin ar p en eran g
dalam m en y elesaik an p en u lisan sk rip si ini
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pola proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu
kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat
mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju
pada perubahan - perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun
sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahkluk sosial.
Pendidikan ju g a merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
unsur yaitu orang tua, peserta didik, kurikulum, dana, sarana, guru.
Agar tujuan pendidikan pada umumnya serta tujuan pembelajaran pada
khususnya tercapai maka diperlukan beberapa komponen dasar yaitu : tujuan
intruksional, materi pelajaran, metode, sarana, dan evaluasi.
Pelaksanaan pembelajaran di MTs Miftahul Huda beijalan sesuai
dengan kalender pendidikan dan kualitas siswa dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Dari hasil yang semakin meningkat tersebut, nampaknya faktor
komponen pembelajaran yang dominan adalah peran orang tua dan kepedulian
terhadap belajar anak. Peran orang tua antara lain : faktor tingkat pendidikan
dan kepedulian terhadap belajar anak, baik berupa penyediaan tempat belajar,
pemberian uang, alat transport, seragam maupun buku pelajaran dan alat tulis
menulis lainnya yang masih rendah.
Dalam proses pembelajaran setiap hari yang penulis amati dalam
penelitian selama dua bulan di sekolah tersebut ternyata kepedulian orang tua
terhadap belajar anak masih rendah, hal ini terbukti dengan adanya sarana
pembelajaran yang dimiliki oleh siswa masih rendah atau sedikit., misalnya
buku paket sebagai sumber belajar belum dimiliki oleh setiap siswa. Mereka
hanya menggunakan LKS ( Lembar Keija Siswa ) saja dengan tambahan
materi pelajaran dari guru mata pelajaran masing-masing, yang
penyampaiannya dengan mencatatkan di papan tulis.
Apabila kepedulian orang tua terhadap belajar anak rendah atau belum
baik, maka akan berakibat pada sukarnya peningkatan kualitas atau mutu
pembelajaran sehari-hari, yang akhirnya akan bermuara terhadap rendahnya
kualitas lulusan, padahal pemerintah telah menargetkan pencapaian nilai
minimal untuk mata pelajaran yang diujikan nasional semakin meningkat dari
tahun ke tahun.
Dengan melihat kenyataan yang demikian seperti yang telah diuraikan
di atas, tentunya orang tua lebih peduli terhadap belajar anak. Kepedulian
tersebut tidak mungkin dating begitu saja, hal ini jelas membutuhkan
keijasama dengan sekolah, khususnya komite sekolah untuk saling ketemu dan
Penelitian ini dilakukan oleh penulis di sekolah tersebut karena ada
beberapa hal yang sangat menarik dan beberapa pertimbangan yang antara
lain: (1) Sekolah MTs Miftahul Huda sangat dekat dengan rumah penulis
sehingga tidak membutuhkan waktu dan biaya yang banyak bagi penulis untuk
pergi ketempat tersebut guna mengadakan penelitian. (2) Penulis ingin
mencari pandangan atau pengalaman di tempat lain yang lebih tinggi, sebab
selama ini penulis hanya menjadi guru wiyata bakti di sekolah dasar di
lingkungan tempat tinggal penulis. (3) MTs Miftahul Huda adalah sekolah
madrasah swasta yang masih banyak memerlukan masukan dari pihak luar
khususnya mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang mempunyai ciri
keagamaan yaitu Islam yang nantinya bisa digunakan untuk pengembangan
lembaga tersebut sehingga peneliti merasa terpanggil untuk membesarkan dan
ingin memajukannya.
Berpangkal tolak pada latar belakang masalah tersebut maka penulis
tertarik untuk meneliti seberapa besar hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul
Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran
2007 / 2008.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian yang ada pada latar belakang, maka rumusan
masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai b e rik u t:
1. Bagaimanakah tingkat pendidikan orang tua anak kelas VIII MTs
Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan
2. Bagaimanakah tingkat kepedulian orang tua terhadap belajar anak kelas
VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2007 / 2008 ?
3. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul Huda
Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran
2 0 0 7 /2 0 0 8 ?
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian dapat
dituliskan sebagai b e rik u t:
1. Untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua anak kelas VIII MTs
Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan
Tahun Pelajaran 2007 / 2008.
2. Untuk mengetahui tingkat kepedulian orang tua terhadap belajar anak kelas
VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, , Kecamatan Geyer, Kabupate Grobogan Tahun Pelajaran 2007 / 2008.
3. Untuk mengetahui ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua
dengan kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul Huda
Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran
2 0 0 7 /2 0 0 8 ..
D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini nantinya secara teoritis bisa bermanfaat untuk
pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII
MTs Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2007 / 2008, sehingga dapat digunakan sebagai
dasar untuk melakukan penelitian lanjutan bagi peneliti lain dan
stakeholder pendidikan yang ada di madrasah tersebut serta kantor
Departemen Agama Kabupaten Grobogan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang
antara lain :
a. Bagi Peneliti adalah dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
peningkatan kemajuan MTs Miftahul Huda Karanganyar.
b. Bagi MTs Miftahul Huda Karanganyar atau lembaga adalah bisa
menentukan berbagai macam kebijakan yang akan diambil guna
peningkatan pembelajaran.
c. Bagi Pengambil Kebijakan yaitu Kepala Kantor Departemen Agam
Kabupaten Grobogan adalah bisa memberikan bantuan beberapa hal
yang dibutuhkan oleh siswa.
E. Difinisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam persepsi terhadap variable pelitian
maka berikut ini diberi penjelasan mengenai variable-variabel yang ada: 1. Tingkat Pendidikan Orang tua
Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang
pernah diperoleh oleh orang tua / wali anak kelas VIII MTs Miftahul
pendidikan di sini adalah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA ataupun
Perguruan Tinggi. Data tingkat pendidikan orang tua diperoleh penulis dari
dokumen yang ada di sekolah ataupun yang tertulis di angket yang disebarkan oleh penulis.
2. Kepedulian Terhadap Belajar anak
Kepedulian terhadap belajar anak adalah perhatian orang tua terhadap
segala aktivitas atau kegiatan anak yang berhubungan dengan belajar yang
dilakukan baik belajar di sekolah atau belajar yang dilakukan di rumah.
Kepedulian orang tua terhadap belajar anak diwujudkan dalam bentuk
pemberian : tempat belajar, uang, alat transport, seragam sekolah maupun
buku pelajaran dan alat tulis menulis lainnya.
F. Hipotesis
Di dalam penelitian ini diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
kepedulian terhadap belajar anak kelas VIII MTs Miftahul Huda
Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2007
/ 2008.
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis adalah termasuk penelitian deskriptif korelasional yang artinya penelitian ini dilakukan untuk mencari
hubungan dua variabel ( Nana Sudjana, 2001 : 77 ). Kedua variabel yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu variabel tingkat pendidikan orang tua
Penelitian korelasional yang telah diadakan oleh peneliti digunakan untuk
menguji hipotesis dan untuk melihat besar kecilnya derajat hubungan. 2. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian ( Suharsimi Arikunto, 2002
: 108 ). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang
tua siswa/anak kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar yang
berjumlah 60 orang.
3. W aktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam waktu dua bulan yaitu bulan Juli sampai
Agustus 2007. Penelitian yang telah dilakukan mengambil tempat di MTs
Miftahul Huda Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.
4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel X dan variabel Y.
Adapun yang menjadi variabel X adalah Tingkat Pendidikan Orang Tua,
sedangkan yang menjadi variabel Y adalah Kepedulian terhadap Belajar Anak.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau metode yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan
data yaitu angket dan dokumentasi,
a. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui anak
kelas VIII yang harus dijawab / diisi oleh orang tua / wali di rumah
selanjutnya dikumpulkan kembali. Angket digunakan untuk
tempat tinggalnya karena penulis tidak bisa ketemu muka secara
pribadi dengan responden ( Nasution, 2003: 128 ). Agar angket yang
digunakan valid, maka penulis membuat kisi-kisi angket yang disusun
berdasarkan definisi operasional variabel Y yaitu kepedulian terhadap
belajar anak dan indikatornya. Adapun bentuk kisi-kisinya seperti yang
tampak pada table berikut ini.
Variabel Definisi Operasional Indikator Nom or Soal
Tabel 1. Kisi-Kisi Angket
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa
catatan , transkrip, buku, notulen rapat, agenda dan lain-lain (
Suharsimi Arikunto, 2002 : 206 ). Dalam penelitian ini, dokumen
digunakan untuk mengumpulkan data tentang sejarah madrash, struktur
organisasi, data guru, data siswa, dan data tentang tingkat pendidikan
orang tua.
6. Analisa Data
Agar rumusan masalah yang ada pada nomor 1 dan nomor 2 terjawab,
maka data yang ada diklasifikasikan atau ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi, sehingga bisa dilihat dan dicari rata-rata hitung ( mean
), median, dan modus seperti yang tampak pada lampiran 6, yang
kesemuanya itu menggunakan statistic deskriptif. Selanjutnya untuk
hipotesis penelitian, peneliti menggunakan korelasi Product Moment
Person yang rumusnya terdapat dalam Bab IV laporan penelitian ini.
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halaman persetujuan,
halaman pengajuan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
diagram dan motto.
Bagian isi skripsi terdiri atas lima bab, yaitu : Pada Bab I berisi
pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, hipotesis, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Pada Bab II berisi tentang tinjauan pustaka yang meliputi: telaah
teoritik dan telaah hasil penelitian.
Pada Bab III berisi tentang laporan penelitian. Bab IV berisi tentang
analisis data sedangkan Bab V berisi tentang kesimpulan dan penutup yang
meliputi: kesimpulan, diskusi, saran dan kata penutup.
Bagian akhir berisi tentang daftar pustakan, lampiran, dan daftar
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan dimulai dengan penjelasan tentang pengertian pendidikan
orang tua, pengertian kepedulian terhadap belajar dan telaah hasil penelitian
berupa hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak.
Uraian selengkapnya tentang kedua variabel tersebut di atas adalah sebagai b e rik u t:
A. Pengertian Pendidikan Orang Tua
Sebelum menguraian pengertian pendidikan orang tua, dalam tulisan
ini akan dibahas mengenai hal - hal yang berhubungan dengan pendidikan.
1. Pengertian Pendidikan
Banyak pandangan tentang arti pendidikan. Hal tersebut wajar saja
dan sangat tergantung pada sisi mana garapan pendidikan itu akan dikaji.
Terlepas dari sisi mana seorang memandang, namun ada kesamaan fokus
yang menjadi ciri hakiki garapan pendidikan, yaitu bahwa pendidikan
merupakan usaha manusia dalam memanusiakan manusia.
Istilah pendidikan merupakan padanan kata dari istilah peda gogi.
Kata peda gogi ( paedagogie ) berasal dari dua patah kata bahasa Latin
yaitu “ paes ” artinya “ anak ” dan “ again ” artinya “ membimbing ”.
Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang
dilakukan untuk membimbing anak atau membimbing yang diberikan
kepada anak ( Depdiknas, 2005 : 7 ).
Dalam wacana umum pendidikan dapat diartikan sebagai lembaga
dan sekaligus proses. Dalam konteks lembaga, pendidikan dibedakan
berdasarkan jalur, jenjang, jenis, dan satuan pendidikan. Sedangkan proses
pendidikan diartikan sebagai proses untuk mengajar, melatih, dan
membimbing anak. Dalam konteks sebagai institusi, pendidikan dipandang
sebagai lembaga atau institusi, baik yang bernama keluarga, sekolah dan
masyarakat. Hal ini sering disebut sebagai tripusat pendidikan.
Dalam kajian yuridis formal, pengertian pendidikan, seperti tersurat
dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
diungkapkan sebagai berikut “ Pendidikan adalah sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara
Pendidikan adalah merupakan suatu kegiatan yang kompleks,
berdemensi luas dan banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai
suatu proses psikologis, pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dari perspektif mengajar, pelakunya adalah guru /
pendidik ataupun pihak yang mendidik. Sedangkan dari perspektif belajar,
Dengan demikian, pendidikan adalah proses interaksi pendidik dan peserta
didik yang memiliki tujuan tertentu. Pendidikan sebagai suatu proses pada
dasarnya membimbing peserta didik menuju pada tahap kedewasaan,
dengan melalui program pendidikan sekolah ataupun luar sekolah,
termasuk di dalamnya pendidikan keluarga serta lingkungan.
Pendidikan sebagai proses maksudnya adalah garapan pendidikan
akan senantiasa dinamis, sistemik (berdasarkan sistem tertentu), sistematis
( berdasarkan cara tertentu ), serta berkelanjutan, seirama dan sejalan
dengan dinamika dan perubahan masyarakat yang dilayani ( Dinn
Wahyudin, 2006: 33 ).
Pendidikan sebagai suatu proses memberikan indikasi bahwa
garapan pendidikan merupakan merupakan interaksi fungsional antar
komponen pendidikan. Komponen - komponen pendidikan tersebut
adalah sebagai b e rik u t:
a. Komponen Arah dan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan berkaitan erat dengan hal yang ingin dicapai dalam
program pendidikan. Oleh sebab itu tujuan sangat erat dengan filsafat.
Tujuan pendidikan nasional berkaitan erat dengan filsafat negara yang
dianut, bagi Indonesia adalah Pancasila.
b. Komponen Isi atau Materi Program
Materi program pada dasarnya lebih merupakan sebaran kurikulum
yang akan dilaksanakan dalam proses pendidikan. Sedangkan sebaran
Salah satu cara untuk membagi rumusan pengalaman belajar adalah
dengan menggunakan taksonomi Bloom yang antara lain : Ranah
kognitif yang meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan pada
hasil intelektual dan pengetahuan yang diperoleh; Ranah afektif yang
meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan pada perasaan
emosi; sedangkan ranah psikomotorik meliputi berbagai jenis
keterampilan. Dalam konteks nasional, UUSPN N om or 20 tahun 2003
disebutkan bahwa : “ Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”,
c. Kemampuan Strategi atau Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan.
Sedangkan strategi lebih merupakan perencanaan atau taktik yang
dirancang sedemikian rupa intuk tujuan pembelajaran yang lebih
khusus. Terdapat tiga pendekatan yang bisa digunakan dalam
penyusunan strategi pembelajaran yaitu :
1) Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran artinya materi atau
topik pembelajaran bersumber dari mata pelajaran tersebut. Posisi
guru sebagai penyampai pesan. Siswa sebagai penerima pesan,
2) Pendekatan yang berpusat pada siswa artinya pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan
siswa.
3) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat artinya
pendekatan ini berupaya mengintegrasikan sekolah dan
masyarakat.
d. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
pelaksanaan pendidikan. Hasil evaluasi dapat dipandang sebagai
petunjuk apakah soal itu tercapai atau tidak. Sasaran evaluasi pada
dasarnya ditujukan pada tiga hal yang antara lain : peserta didik, guru
dan program. Menurut penulis tingkat pendidikan orang tua adalah
taraf pendidikan yang pernah diikuti oleh orang tua dengan
berdasarkan pada ijasah terakhir yang mereka punyai.
Sebagai umat Islam tentunya harus pernah bersekolah dan
menuntut ilmu sebab Islam memberikan perhatian sangat besar
terhadap ilmu pengetahuan. Banyak ayat dan hadis yang memerintah > “
kaum muslimin untuk mencari ilmu. Diantaranya seperti tersebut di
bawah ini: . * ' t® . y & ' ' f
.U J O j l { C y „ J J . / - j f i
“ Katakanlah: Adakah sama orang - orang yang mengetahui ( berilmu
pengetahuan ) dengan orang - orang yang tidak mengetahui ( tidak
Juga dalam firman Allah yang berbunyi:
»o > f s» / 9 / 1 ✓
J U J U 3 I 1 ^- - - J j l — j j J l j p- - - - !> w « 1 ^ 1
(Nn :2J^U-1) . o U
“ Allah akan meninggikan orang - orang yang beriman diantaramu dan orang - orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” ( QS. Al - Mujadalah: 11 ).
Demikian pula dengan sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:
l
L;>
si
% \ilU
&il;> iiL ^3
f » y
(pLv^pljj)
J)\
“ Barang siapa berjalan mencari ilmu pengetahuan niscaya Allah memudahkan baginya jalan ke s u r g a ( HR. Muslim ).
2. Jalur Pendidikan
Seperti yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 tahun 2003, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
a. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah merupakan jenjang pendidikan yang
berbentuk Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah Ibtidaiyah ( MI )
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
( SMP ) dan Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) atau bentuk lain yang
sederajat.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah merupakan lanjutan pendidikan
dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas ( SMA ), Madrasah
Aliyah ( MA ), Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) dan
Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK ) atau bentuk lain yang
sederajat.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, saijana, magistar, spesialis dan dokter yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi,
b. Pendidikan N on Formal
Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penembah dan / atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non formal
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik,
c. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga
dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
3. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia dan yang sesuai dengan
UUSPN Nomor 20 tahun 2003 adalah jenjang pendidikan dasar, jenjang
pendidikan menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Uraian mengenai
jenjang pendidikan dapat dilihat pada bagian sebelumnya.
4. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
Berdasarkan dari uraian di atas, yang dimaksud dengan latar belakang
pendidikan orang tua adalah pendidikan terakhir yang dimiliki oleh orang tua
atau wali murid kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Geyer,
Grobogan pada Tahun Pelajaran 2007 / 2008 ; baik itu yang berijasah terakhir
SD / MI, SMP / MTs, SMA, SMK / MA ataupun Akademik dan Perguruan
Tinggi.
Dalam Konteks lain pendidikan adalah sebagai suatu sistem artinya
pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks dan meliputi berbagai
dalam Dinn Wahyudin (2006) adalah “ any identifiable assemblage o f
elements ( objects, persons, activities, information record,etc. ) which are
interrelated processor structure and which are presum ed to function as
organizational entity generating an observable ( or sometimes merely
inferable) pro d u cts”. (Sistem adalah suatu kumpulan elemen yang bisa
dikenali seperti: obyek, orang, kegiatan, rekaman, informasi, dan sebagainya,
yang saling berhubungan dan berkaitan erat satu sama lain dalam suatu proses
atau struktur yang memiliki fungsi organisasi guna membuahkan hasil).
Dengan melihat pengertian di atas dapat diidentifikasikan bahwa sistem juga
mengandung komponen yang saling berkaitan baik komponen mikro maupun
makro yang merupakan satu kesatuan dan bertujuan.
Adapun komponen mikro dalam pendidikan sebagai suatu sistem yaitu
terdiri dari tujuan, bahan, pendidik, peserta didik, proses, hasil dan balikan.
Dalam kajian mikro ini, unsure pendidik dan peserta didik, serta
interaksi keduanya merupakan isu utama dalam suatu program pendidikan.
Polanya lebih merupakan pendidik, sebagai upaya mencerdaskan peserta didik
melalui proses interaksi dan komunikasi, yaitu ada pesan ( messages ) yang
akan disampaikan dalam bentuk bahan belajar. Isi pesan tersebut dirancang
sedemikian rupa sesuai dengan tujuan ( objectives ) yang diharapkan.
Kemudian fungsi pendidik lebih merupakan sebagai pengirim pesan (senders )
melalui kegiatan pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Sedangkan
peserta didik lebih merupakan penerima pesan ( receivers ) mengenai bahan
dirasakan efektif bila terjadi proses komunikasi dua arah melalui berbagai
saluran ( channels ) dalam bentuk ragam sumber belajar dan media belajar
yang digunakan.
Secara lebih jelasnya tinjauan pendidikan secara mikro dapat
ditampilkan dalam diagram berikut.
Diagram 1: Sistem pendidikan secara mikro
Dalam kajian makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau
komponen yang lebih luas lagi, yaitu :
1. Masukan ( input ). Ada empat jenis masukan pendidikan, yaitu terdiri dari:
(a), sistem nilai dan pengetahuan, misalnya: falsafah negara, tujuan
pendidikan nasional, dan sebagainya. (b) sumber daya manusia, termasuk
di dalamnya masyarakat, peserta didik, pendidik, dan sebagainya. (c)
masukan instrumental seperti: perangkat kurikulum, panduan, silabi, dan
sebagainya dan (d) masukan sarana termasuk di dalamnya fasilitas dan
sarana pendidikan yang harus disiapkan.
2. Proses yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
komponen proses ini termasuk di dalamnya telaah kegiatan belajar dengan
segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta telaah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pendidik dalam kerangka memberi
kemudahan kepada peserta didik untuk terjadinya proses pembelajaran.
3. Keluaran ( output ). Hasil yang diperoleh pendidikan bukan hanya
terbentuknya pribadi lulusan / pesrta didik yang memiliki pengetahuan,
sikap, dan keterampilan sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan yang
ingin dicapai. Namun juga keluaran pendidikan mencakup segala hal yang
dihasilkan oleh garapan pendidikan berupa: kemampuan peserta didik
( human behavior ), produk jasa ( services ) dalam pendidikan seperti
misalnya hasil penelitian, serta produk barang berupa karya intelektual
ataupun karya yang sifatnya fisik material.
Dalam telaah lainnya, P. H. Coombs ( 1968: 78 ) mengungkapkan ada
12 komponen pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain.
Adapun kedua belas komponen tersebut adalah sebagai b e rik u t:
1. Tujuan dan prioritas: komponen yang mengungkapkan ke arah mana
garapan pendidikan akan dilaksanakan, dan kegiatan apa yang menjadi
fokus garapan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Peserta didik: komponen yang menjadi subjek dan sekaligus objek
pendidikan. Sebagai subjek pendidikan maksudnya peserta didik sebagai pihak yang secara langsung terlibat dalam perencanaan ataupun
didik juga merupakan pihak yang menjadi sasaran layanan mengapa pendidikan itu dilaksanakan.
3. Manajemen: komponen pendidikan yang mempunyai fungsi
merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan menilai sistem
pendidikan.
4. Struktur dan jadwal: komponen ini memiliki fungsi untuk mengatur
struktur pelaksanaan dan jadwal waktu pendidikan.
5. Isi bahan belajar: komponen yang merupakan isi bahan yang akan
dipelajari dalam sebaran kurikulum. Fungsinya untuk menggambarkan luas
dan kedalaman isi bahan yang akan diajarkan.
6. Pendidik: komponen sumber daya insani yang melaksanakan garapan
pendidikan. Fungsinya memberi layanan untuk kelancaran proses
pembelajaran kepada peserta didik. Termasuk kelompok ini adalah tenaga
kependidikan lainnya, seperti: pustakawan, petugas laboratorium, dan
sebagainya.
7. Alat bantu mengajar: komponen yang berfungsi memberi kemudahan
belajar kepada peserta didik melalui alat / bahan yang dirancang untuk
memberi kemudahan belajar.
8. Fasilitas: komponen ini lebih merupakan sarana dan prasarana pendukung
teijadinya proses belajar mengajar.
9. Teknologi: komponen yang berfungsi melancarkan dan meningkatkan cara
10. Pengawasan mutu: komponen pokok yang mengatur terbinanya kualitas
hasil pendidikan sesuai dengan harapan dan cita - cita. Melalui komponen
ini, program pendidikan dapat lebih ditingkatkan terutama yang berkaitan
dengan kualitas produk yang dihasilkan.
11. Penelitian: komponen yang bersumber pada pengetahuan ilmiah ke arah
pengembangan sistem pendidikan.
12. Ongkos pendidikan: komponen ini lebih merupakan kajian biaya (cost)
atas pelaksanaan pendidikan, yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas program pendidikan yang dilaksanakan.
Secara lebih lengkap tentang kajian makro sistem pendidikan ini, dapat
dilihat pada diagram berikut ini.
Pendidikan merupakan suatu sistem ju g a terbuka dalam menerima sistem sosial atau menerima masukan dari lingkungan masyarakat. Apabila
hasil pendidikan yang diberikan sistem pendidikan itu memuaskan masyarakat
eksistensi dan kelangsungan hidup sistem pendidikan itu sendiri. Sebagai
contoh misalnya apabila lulusan suatu sekolah mempunyai kualitas yang
sangat menggembirakan dunia usaha, maka sebagai umpan baliknya akan
dirasakan oleh sekolah tersebut berupa banyaknya peminat untuk mengikuti
pendidikan di sekolah tersebut dengan seleksi yang ketat.
Pendidikan ju g a sebagai usaha sadar. Hal tersebut memiliki makna
bahwa pendidikan diselenggarakan dengan rencana yang matang, mantap,
sistemik, menyeluruh, berjenjang berdasarkan pemikiran yang rasional
obyektif disertai dengan kaidah untuk kepentingan masyarakat dalam arti yang
seluas-luasnya.
Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan di tanah air
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sedangkan fungsinya untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan dalam
undang-undang mengungkapkan suatu sistem yang:
1. Berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
2. Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha
mencapai tujuan nasional.
3. Mencakup, baik pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
4. Mengatur, bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas 3 jenjang utama
5. Mengatur, bahwa kurikulum, peserta didik dan tenaga kependidikan
terutama guru, dosen atau tenaga pengajar merupakan tiga unsur yang
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar.
6. M engatur secara terbuka (sentralisasi), namun penyelenggaraan satuan dan
kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi).
7. Menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai tanggung
jaw ab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
8. M engatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan masyarakat berkedudukan serta diperlukan dengan
menggunakan ukuran yang sama.
9. M engatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat memiliki kebebasan untuk menyelenggarakannya sesuai
dengan ciri atau kekhususan masing-masing sepanjang cirri itu tidak
bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar Negara, pandangan hidup
bangsa dan ideologi bangsa dan Negara.
10. Memudahkan peserta didik memperoleh pendidikan yang sesuai dengan
bakat, minat dan tujuan yang hendak dicapai serta memudahkannya menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Dalam konteks yang lain, pendidikan adalah digunakan untuk
mempersiapkan peserta didik. Maksudnya, pendidikan lebih merupakan suatu proses berkesinambungan dalam upaya menyiapkan peserta didik yang pada
awalnya bercirikan belum siap menuju kepada kesiapan dan kematangan
belajar pokok yaitu: aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap atau perilaku
(afektif) dan aspek yang berkaitan dengan ketrampilan (psikomotorik).
Penyiapan tersebut dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan yang
sistematik, berkesinambungan dan beijenjang, tidak hanya terbatas di jalur
pendidikan sekolah, tetapi juga pada jalur pendidikan luar sekolah termasuk di
dalamnya pendidikan dalam keluarga. Dalam konteks pendidikan nasional
sistem pendidikan yang dianut harus dapat memberikan pendidikan dasar (basic education) bagi setiap warga Negara Indonesia, agar masing-masing
memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar yang
meliputi: kemampuan membaca, kemampuan menulis dan berhitung dan
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia.
Perolehan pengetahuan dan kemampuan ini merupakan bekal dasar
bagi setiap warga Negara dalam mengembangkan sikap, pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupannya sebagai makhluk pribadi
maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan
demikian, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban pokoknya sebagai
warga negara serta memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri, ikut serta dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperkuat
kesatuan dan persatuan serta upaya pembelaan negara.
Pendidikan juga dilaksanakan dalam pelaksanaannya melalui berbagai bentuk kegiatan yang antara lain: kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
pelatihan. Secara sederhana bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan,
memecahkan masalah yang dialaminya. Sedangkan pengajaran adalah bentuk
interaksi antara tenaga kependidikan dengan peserta didik dalam suatu
kegiatan belajar mengajar untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan
tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran pada dasarnya diperoleh dalam bentuk
perubahan tingkah laku baru dari peserta didik, sebagai akibat dari proses
belajar mengajar yang dilakukan. Gagne dalam Dinn Wahyudin (2006 hal.
219) menyebutkan hasil belajar tersebut adalah keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.
Dilain pihak Benyamin Bloom menyebutkan aspek hasil belajar
tersebut bisa dibedakan dalam tiga ranah yaitu: (1) Ranah kognitif yang
meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan kepada hasil intelektual
dan pengetahuan yang diperoleh, misalnya pengertian, pemahaman, dan
kecakapan berfikir. (2) Ranah afektif (sikap) yang meliputi pengalaman belajar
yang menitik beratkan pada perasaan emosi, seperti: sikap, minat, apresiasi
dan upaya penyesuaian diri. (3) Ranah psikomotorik (ketrampilan) yaitu
meliputi berbagai jenis ketrampilan.
Garapan pendidikan seharusnya berpijak ke masa kini dan berorientasi
ke masa depan. Hasil yang ingin dicapai oleh proses pendidikan adalah
terbinanya sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan pembangunan yaitu
sosok manusia Indonesia seutuhnya yang bisa memecahkan persoalan hari ini
dan masa mendatang. Orientasi masa depan ini menjadi sangat penting, karena
masa depan syarat dengan ketidakpastian. Oleh sebab itu, garapan pendidikan
berorientasi pada masa depan. Disini berarti pendidikan diyakini sebagai
bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dilepaskan
dari proses pembangunan itu sendiri termasuk pembangunan menuju masa
depan yang lebih baik.
B. Kepedulian Terhadap Belajar Anak
1. Pengertian Kepedulian Terhadap Belajar Anak
Proses belajar mengajar di sekolah akan beijalan dengan lancar jika ditunjang kepedulian orang tua yang berhubungan dengan sarana belajar
yang memadai, baik jum lah, keadaan, maupun kelengkapannya. Jumlah
yang dimaksud adalah keberadaan dan banyak sedikitnya sarana yang
dimiliki, khususnya sarana yang dimiliki oleh para pelajar / siswa.
Agar lebih jelas memahami pengertian dari kepedulian terhadap
belajar anak, maka didalam tulisan ini akan diuraikan makna kepedulian,
makna belajar, serta beberapa hal yang berhubungan dengan belajar.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti dari kepedulian adalah
sikap mengindahkan ( memperhatikan ). Belajar artinya merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi terkadang mengarah pada yang
lebih jelek ( Ngalim Purwanto,2002: 85 ). Menurut penulis yang dimaksud
dengan belajar adalah merupakan suatu perubahan yang ada pada diri
seseorang yaitu dari belum bisa menjadi bisa atau dari belum tahu menjadi
Lebih luasnya sesuatu yang disebut kepedulian terhadap belajar
anak adalah perhatian orang tua untuk memberi fasilitas belajar yang
dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha anak untuk
belajar yang dapat berupa benda - benda maupun uang. Jadi dalam hal ini
fasilitas belajar disamakan dengan sarana. Menurut Suharsimi Arikunto, fasilitas atau sarana dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat
dibedakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau
melancarkan suatu usaha.
2. Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu
kegiatan sebagai akibat bekeijanya nilai uang.
Untuk fasilitas belajar yang dimaksud dalam tulisan ini adalah
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kebutuhan siswa dalam
belajar yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kalau kita perhatikan secara cermat, terdapat beberapa fasilitas
belajar yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang antara lain (a)
fasilitas tempat adalah tempat belajar di rumah yang berisi penerangan,
meja, kursi, situasi tempat yang tenang (b) peralatan belajar seperti buku
tulis, bolpoin, buku sumber pelajaran, penggaris, penghapus pensil, tas. (c)
dana / uang yaitu sedikit uang yang berasal dari orang tua yang dipakai
sebagai uang saku, uang untuk membeli alat tulis, uang sekolah, (d)
fasilitas transport yaitu berupa sepeda, sepeda motor atau uang transport
Menurut Penulis kepedulian terhadap belajar anak adalah perhatian
orang tua terhadap aktivitas / kegiatan anak yang berhubungan dengan
belajar. Demikian pula hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah orang
tua selalu mengikuti serta mengawasi anak - anaknya dalam segala
kehidupan dan pendidikan yang universal.
Seperti dalam firman Allah dalam QS. At - Tahrim: 6, yang
berbunyi:
^ u i
{ ■\
.b'
j y ' j !C
.
b ' J k u jC,
^ |“ Hai orang - orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah batu, penjaganya malaikat - malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan - Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Sebagai orang tua sekaligus pendidik di rumah, khususnya ayah,
ada kewajiban untuk selalu memberi fasilitas yang antara lain makan dan
pakaianh disamping fasilitas untuk belajar. Sebagaimana sabda Nabi
o*
*^33
•*
D a n s e o r a n g l a k i - l a k i a d a l a h p e m i m p i n d a l a m k e l u a r g a n y a , d a n
b e r t a n g g u n g j a w a b a t a s k e p e m i m p i n a n n y a , d a n w a n i t a a d a l a h p e m i m p i n d i
r u m a h s u a m i n y a d a n b e r t a n g g u n g j a w a b a t a s k e p e m i m p i n a n n y a . ”
2 . P e n g e r t i a n B e l a j a r
U n t u k m e m p e r o l e h p e n g e r t i a n y a n g o b j e k t i f t e n t a n g b e l a j a r
t e r u t a m a b e l a j a r d i s e k o l a h , p e r l u d i r u m u s k a n s e c a r a j e l a s p e n g e r t i a n
b e la j a r . P e n g e r t i a n b e l a j a r s u d a h b a n y a k d i k e m u k a k a n o l e h p a r a a h l i
p s i k o l o g i t e r m a s u k a h l i p s i k o l o g i p e n d i d i k a n .
M e n u r u t p e n g e r t i a n s e c a r a p s i k o l o g i s , b e l a j a r m e r u p a k a n s u a t u
p r o s e s p e r u b a h a n y a i t u p e r u b a h a n t i n g k a h l a k u s e b a g a i h a s i l d a r i i n t e r a k s i
d e n g a n l i n g k u n g a n n y a d a l a m m e m e n u h i k e b u t u h a n h i d u p n y a . P e r u b a h a n
-p e r u b a h a n t e r s e b u t a k a n n y a t a d a l a m s e l u r u h a s -p e k t i n g k a h l a k u .
P e n g e r t i a n b e l a j a r d a p a t d i d e f i n i s i k a n s e b a g a i b e r i k u t :
“ B e l a j a r i a la h s u a t u p r o s e s u s a h a y a n g d i l a k u k a n s e s e o r a n g u n t u k
m e m p e r o l e h s u a t u p e r u b a h a n t i n g k a h l a k u y a n g b a r u s e c a r a k e s e l u r u h a n ,
s e b a g a i h a s i l p e n g a l a m a n n y a s e n d i r i d a l a m i n t e r a k s i d e n g a n
l i n g k u n g a n n y a ” .
P e r u b a h a n y a n g t e r j a d i d a l a m d i r i s e s e o r a n g b a n y a k s e k a l i b a i k
s i f a t m a u p u n j e n i s n y a k a r e n a it u s u d a h t e n t u t i d a k s e t i a p p e r u b a h a n d a l a m
3. Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya
sistem lingkungan belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan
dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan
sistem lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses belajar. Sistem
lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai
komponen yang masing-masing saling mempengaruhi. Komponen-
komponen itu misalnya tujuan pembelajaran, materi, guru, siswa dan
sarana prasarana.
Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi
secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang
unik dan kompeks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar
diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda.
Mengenai tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi.
Tujuan-tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan
berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan
memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki
kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan
Adapun jenis interaksi atau cara yang dipergunakan untuk
kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi),
pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak didik/siswa
akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan
sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berfikir
dalam rangka memperkaya pengetahuannya,
b. Penanaman konsep dan ketrampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan
suatu ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasm ani maupun
rohani. Ketrampilan jasm aniah adalah ketrampilan-ketrampilan yang
dapat dilihat, diamati sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan
gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Termasuk dalam hal ini masalah-masalah teknik dan pengulangan.
Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu
berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat
bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak menyangkut
persoalan penghayatan dan ketrampilan berpikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan masalah atau konsep.
Ketrampilan itu memang dapat dididik yaitu dengan banyak
melatih kemampuan. Demikian juga mengungangkapkan perasaan dengan bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosakata atau tata bahasa
c. Pembentukan Sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak
didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.
Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan
berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri
sebagai contoh atau model.
Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa
diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para
siswanya. Dari proses observasi mungkin ju g a menirukan itu
diharapkan terjadi proses internalisasi sehingga menumbuhkan proses
penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan
terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak
sekedar pengajar tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan
memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi
nilai-nilai itu, anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan
kemauannya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah
dipelajarinya. Cara berinteraksi atau metode-metode yang dapat
digunakan misalnya dengan diskusi, demonstrasi, sosiodrama dan bermain peran.
Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan
Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil
belajar. Relevan dengan uraian tujuan belajar tersebut, maka hasil
belajar itu meliputi: (1) Hal ikhwal keilmuan dan pengetahuan, konsep
atau fakta (kognitif)- (2) Hal ikhwal personal,kepribadian atau sikap (afektif). (3) Hal ikhwal kelakuan, ketrampilan atau penampilan
(psikomotorik).
Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga
hal yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam
kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh
dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar mengajar, masing-
masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran. Karena
semua itu bermuara pada anak didik, aka setelah terjadi proses
internalisasi terbentuklah suatu kepribadian yang utuh. Dan untuk itu
semua, diperlukan sistem lingkungan yang mendukung.
4. Jenis - Jenis Belajar
Ada beberapa jenis belajar yang dipaparkan dalam tulisan ini yaitu
a. Belajar bagian ( part learning, fractioned learning )
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia
dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif,
misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan - gerakan motoris seperti
bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi
Sebagai lawan dari acara belajar bagian adalah cara belajar
keseluruhan atau belajar global.
b. Belajar dengan W awasan ( learning by in sig h t)
Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang
tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu
konsep, wawasan ( insight ) ini merupakan pokok utama dalam
pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Dan meskipun W.
Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data
yang bersifat tingkah laku ( perkembangan yang lembut dalam
menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba - tiba teijadi
reorganisasi tingkah laku ) namun tidak urung wawasan ini merupakan
konsep yang secara prinsipiil ditentang oleh wawasan merupakan
proses mengorganisasikan pola - pola tingkah laku yang telah
terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan
penyelesaian suatu persoalan. Sedangkan sebagai kaum neo
-behaviorisme (antara lain C. E. Osgood ) menganggap wawasan
sebagai salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus - respons
( S - R ) .
c. Belajar Diskriminatif ( dicrim inatif learning )
Belajar diskrim inatif diartikan sebagai suatu usaha untuk
memilih beberapa sifat situasi / stimulus dan kemudian menjadikannya
dalam eksperimen, subjek diminta untuk berespon secara berbeda -
beda terhadap stimulus yang berlainan.
d. Belajar Global / Keseluruhan ( global whole lea rn in g)
Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan
berulang sampai pelajaran menguasainya; lawan dari belajar bagian.
Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.
e. Belajar Insidental (incidental learning)
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu
selalu berarah - tujuan ( intensional ). Sebab dalam belajar insidental
pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar
ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional
sebagai berikut: belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau
petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang
akan diujikan kelak.
f. Belajar Instrumental (instrumental learning)
Pada belajar instrumental, reaksi - reaksi seseorang siswa
yang diperlihatkan diikuti oleh tanda - tanda yang mengarah pada
apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau
gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat
diatur dengan jalan memberikan penguat ( reinforcement ) atas dasar
tingkat - tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk
belajar instrumental yang khusus adalah “ pembentukan tingkah laku ”.
tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dihukum bila
memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang
dikehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu.
g. Belajar Intensional ( intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar
insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.
h. Belajar Laten ( latent learning )
Dalam belajar laten, perubahan - perubahan tingkah laku
yang terlihat tidak teijadi secara segera, dan oleh karena itu disebut
laten. Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang
mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di
kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan foktor
penguat ( reinforcem ent) dalam belajar.
i. Belajar Mental ( mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang teijadi di sini
tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif
karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini
sangat jelas terlihat pada tugas - tugas yang sifatnya motoris. Sehingga
perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang
mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan -
j. Belajar Produktif ( productive learning )
R. Berguis ( 1964 ) memberikan arti belajar produktif
sebagai belajar dengan transfer yang meksimum. Belajar adalah
mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari
satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu
mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu
situasi ke situasi lain.
k. Belajar Verbal ( verbal learning )
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal
dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal
diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat
eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua
kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan
mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus
diungkapkan secara verbal.
5. Prinsip - Prinsip Belajar
Terdapat beberapa prinsip belajar yang antara lain :
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) . Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif ,
meningkatkan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan
instruksional;
2 ) . Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
3) . Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif;
4) . Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya
b. Sesuai hakikat belajar
1) . Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya;
2) . Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery;
3) . Belajar adalah proses kontinguitas ( hubungan antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain ) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulasi yang diberikan
menimbulkan respons yang diharapkan.
c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari
1) . Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya;
2) . Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1). Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
2). Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali - kali agar
pengertian / keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.
1. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor item dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar
individu.
a. Faktor - faktor Intern
Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas
menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasm aniah, factor psikologi, dan
faktor kelelahan.
1). Faktor Jasmaniah
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian - bagiannya / bebas dari penyakit. Kesehatan
adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
gangguan-angguan / kelainan - kelainan fungsi alat indera serta
tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap teijamin dengan
cara selalu mengindahkan ketentuan - ketentuan tentang
bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh / badan.
Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,
setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain -
lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.
Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini
terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus
atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2). Faktor Psikologis
Sekurang - kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor -
faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
3). Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorangwalaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasm ani dan kelelahan rohani ( bersifat psikis ).
Kelelahan jasm ani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
jasm ani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di
dalam tubuh, sehingga darah tidak / kurang lancar pada bagian -
bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala
dengan pusing - pusing sehingga sulit untuk berkosentrasi, seolah-
olah otak kehabisan daya untuk bekarja. Kelelahan rohani dapat
terjadi terus - menerus memikirkan masalah yang dianggap berat
tanpa istirahat, menghadapi hal - hal yang selalu sama / konstan
tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan
tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya,
b. F a k to r-fa k to r Ekstem
Faktor ekstem yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah
dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor