• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengajuan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram dan motto.

Bagian isi skripsi terdiri atas lima bab, yaitu : Pada Bab I berisi pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Pada Bab II berisi tentang tinjauan pustaka yang meliputi: telaah teoritik dan telaah hasil penelitian.

Pada Bab III berisi tentang laporan penelitian. Bab IV berisi tentang analisis data sedangkan Bab V berisi tentang kesimpulan dan penutup yang meliputi: kesimpulan, diskusi, saran dan kata penutup.

Bagian akhir berisi tentang daftar pustakan, lampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan dimulai dengan penjelasan tentang pengertian pendidikan orang tua, pengertian kepedulian terhadap belajar dan telaah hasil penelitian berupa hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap belajar anak.

Uraian selengkapnya tentang kedua variabel tersebut di atas adalah sebagai b e rik u t:

A. Pengertian Pendidikan Orang Tua

Sebelum menguraian pengertian pendidikan orang tua, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai hal - hal yang berhubungan dengan pendidikan.

1. Pengertian Pendidikan

Banyak pandangan tentang arti pendidikan. Hal tersebut wajar saja dan sangat tergantung pada sisi mana garapan pendidikan itu akan dikaji. Terlepas dari sisi mana seorang memandang, namun ada kesamaan fokus yang menjadi ciri hakiki garapan pendidikan, yaitu bahwa pendidikan merupakan usaha manusia dalam memanusiakan manusia.

Istilah pendidikan merupakan padanan kata dari istilah peda gogi.

Kata peda gogi ( paedagogie ) berasal dari dua patah kata bahasa Latin

yaitu “ paes ” artinya “ anak ” dan “ again ” artinya “ membimbing ”.

Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang

dilakukan untuk membimbing anak atau membimbing yang diberikan kepada anak ( Depdiknas, 2005 : 7 ).

Dalam wacana umum pendidikan dapat diartikan sebagai lembaga

dan sekaligus proses. Dalam konteks lembaga, pendidikan dibedakan

berdasarkan jalur, jenjang, jenis, dan satuan pendidikan. Sedangkan proses pendidikan diartikan sebagai proses untuk mengajar, melatih, dan membimbing anak. Dalam konteks sebagai institusi, pendidikan dipandang sebagai lembaga atau institusi, baik yang bernama keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini sering disebut sebagai tripusat pendidikan.

Dalam kajian yuridis formal, pengertian pendidikan, seperti tersurat dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diungkapkan sebagai berikut “ Pendidikan adalah sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

Pendidikan adalah merupakan suatu kegiatan yang kompleks, berdemensi luas dan banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis, pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dari perspektif mengajar, pelakunya adalah guru / pendidik ataupun pihak yang mendidik. Sedangkan dari perspektif belajar, pelakunya adalah peserta didik / siswa yang melakukan aktivitas belajar.

Dengan demikian, pendidikan adalah proses interaksi pendidik dan peserta didik yang memiliki tujuan tertentu. Pendidikan sebagai suatu proses pada dasarnya membimbing peserta didik menuju pada tahap kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah ataupun luar sekolah, termasuk di dalamnya pendidikan keluarga serta lingkungan.

Pendidikan sebagai proses maksudnya adalah garapan pendidikan akan senantiasa dinamis, sistemik (berdasarkan sistem tertentu), sistematis ( berdasarkan cara tertentu ), serta berkelanjutan, seirama dan sejalan

dengan dinamika dan perubahan masyarakat yang dilayani ( Dinn

Wahyudin, 2006: 33 ).

Pendidikan sebagai suatu proses memberikan indikasi bahwa garapan pendidikan merupakan merupakan interaksi fungsional antar

komponen pendidikan. Komponen - komponen pendidikan tersebut

adalah sebagai b e rik u t:

a. Komponen Arah dan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan berkaitan erat dengan hal yang ingin dicapai dalam program pendidikan. Oleh sebab itu tujuan sangat erat dengan filsafat. Tujuan pendidikan nasional berkaitan erat dengan filsafat negara yang dianut, bagi Indonesia adalah Pancasila.

b. Komponen Isi atau Materi Program

Materi program pada dasarnya lebih merupakan sebaran kurikulum yang akan dilaksanakan dalam proses pendidikan. Sedangkan sebaran isi kurikulum lebih merupakan pengorganisasian pengalaman belajar.

Salah satu cara untuk membagi rumusan pengalaman belajar adalah dengan menggunakan taksonomi Bloom yang antara lain : Ranah kognitif yang meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan pada hasil intelektual dan pengetahuan yang diperoleh; Ranah afektif yang meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan pada perasaan emosi; sedangkan ranah psikomotorik meliputi berbagai jenis keterampilan. Dalam konteks nasional, UUSPN N om or 20 tahun 2003 disebutkan bahwa : “ Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”,

c. Kemampuan Strategi atau Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan. Sedangkan strategi lebih merupakan perencanaan atau taktik yang dirancang sedemikian rupa intuk tujuan pembelajaran yang lebih khusus. Terdapat tiga pendekatan yang bisa digunakan dalam penyusunan strategi pembelajaran yaitu :

1) Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran artinya materi atau

topik pembelajaran bersumber dari mata pelajaran tersebut. Posisi guru sebagai penyampai pesan. Siswa sebagai penerima pesan, sedangkan bahan pelajaran sebai isi pesan itu sendiri.

2) Pendekatan yang berpusat pada siswa artinya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.

3) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat artinya

pendekatan ini berupaya mengintegrasikan sekolah dan

masyarakat. d. Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanaan pendidikan. Hasil evaluasi dapat dipandang sebagai petunjuk apakah soal itu tercapai atau tidak. Sasaran evaluasi pada dasarnya ditujukan pada tiga hal yang antara lain : peserta didik, guru dan program. Menurut penulis tingkat pendidikan orang tua adalah taraf pendidikan yang pernah diikuti oleh orang tua dengan berdasarkan pada ijasah terakhir yang mereka punyai.

Sebagai umat Islam tentunya harus pernah bersekolah dan menuntut ilmu sebab Islam memberikan perhatian sangat besar terhadap ilmu pengetahuan. Banyak ayat dan hadis yang memerintah > “

kaum muslimin untuk mencari ilmu. Diantaranya seperti tersebut di

bawah ini: . * ' . y & ' ' f

.U J O j l { C y „ J J . / - j f i

“ Katakanlah: Adakah sama orang - orang yang mengetahui ( berilmu pengetahuan ) dengan orang - orang yang tidak mengetahui ( tidak berilmu pengetahuan)?” ( QS. Az - Zumar : 9 ).

Juga dalam firman Allah yang berbunyi:

»o > f/ 9 / 1

J U J U 3 I 1 ^- - - J j l — j j J l j p- - - - !> w « 1 ^ 1

(Nn :2J^U-1) . o U

“ Allah akan meninggikan orang - orang yang beriman diantaramu dan orang - orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” ( QS. Al - Mujadalah: 11 ).

Demikian pula dengan sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:

l L;> si

% \

ilU

&

il;> iiL ^3

f » y

(pLv^pljj) J)\

“ Barang siapa berjalan mencari ilmu pengetahuan niscaya Allah memudahkan baginya jalan ke s u r g a ( HR. Muslim ).

2. Jalur Pendidikan

Seperti yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 tahun 2003, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

a. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah merupakan jenjang pendidikan yang

berbentuk Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) dan Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) atau bentuk lain yang sederajat.

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan

menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas ( SMA ), Madrasah

Aliyah ( MA ), Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) dan

Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK ) atau bentuk lain yang sederajat.

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, saijana, magistar, spesialis dan dokter yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi, b. Pendidikan N on Formal

Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penembah dan / atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,

pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, c. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

3. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia dan yang sesuai dengan UUSPN Nomor 20 tahun 2003 adalah jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Uraian mengenai jenjang pendidikan dapat dilihat pada bagian sebelumnya.

4. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.

Berdasarkan dari uraian di atas, yang dimaksud dengan latar belakang pendidikan orang tua adalah pendidikan terakhir yang dimiliki oleh orang tua

atau wali murid kelas VIII MTs Miftahul Huda Karanganyar, Geyer,

Grobogan pada Tahun Pelajaran 2007 / 2008 ; baik itu yang berijasah terakhir SD / MI, SMP / MTs, SMA, SMK / MA ataupun Akademik dan Perguruan Tinggi.

Dalam Konteks lain pendidikan adalah sebagai suatu sistem artinya pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks dan meliputi berbagai komponen yang berkaitan erat satu sama lainnya. Istilah sistem menurut Ryans

dalam Dinn Wahyudin (2006) adalah “ any identifiable assemblage o f elements ( objects, persons, activities, information record,etc. ) which are interrelated processor structure and which are presum ed to function as organizational entity generating an observable ( or sometimes merely inferable) pro d u cts”. (Sistem adalah suatu kumpulan elemen yang bisa dikenali seperti: obyek, orang, kegiatan, rekaman, informasi, dan sebagainya, yang saling berhubungan dan berkaitan erat satu sama lain dalam suatu proses atau struktur yang memiliki fungsi organisasi guna membuahkan hasil). Dengan melihat pengertian di atas dapat diidentifikasikan bahwa sistem juga mengandung komponen yang saling berkaitan baik komponen mikro maupun makro yang merupakan satu kesatuan dan bertujuan.

Adapun komponen mikro dalam pendidikan sebagai suatu sistem yaitu terdiri dari tujuan, bahan, pendidik, peserta didik, proses, hasil dan balikan.

Dalam kajian mikro ini, unsure pendidik dan peserta didik, serta interaksi keduanya merupakan isu utama dalam suatu program pendidikan. Polanya lebih merupakan pendidik, sebagai upaya mencerdaskan peserta didik

melalui proses interaksi dan komunikasi, yaitu ada pesan ( messages ) yang

akan disampaikan dalam bentuk bahan belajar. Isi pesan tersebut dirancang

sedemikian rupa sesuai dengan tujuan ( objectives ) yang diharapkan.

Kemudian fungsi pendidik lebih merupakan sebagai pengirim pesan (senders )

melalui kegiatan pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Sedangkan

peserta didik lebih merupakan penerima pesan ( receivers ) mengenai bahan

dirasakan efektif bila terjadi proses komunikasi dua arah melalui berbagai

saluran ( channels ) dalam bentuk ragam sumber belajar dan media belajar

yang digunakan.

Secara lebih jelasnya tinjauan pendidikan secara mikro dapat ditampilkan dalam diagram berikut.

Diagram 1: Sistem pendidikan secara mikro

Dalam kajian makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih luas lagi, yaitu :

1. Masukan ( input ). Ada empat jenis masukan pendidikan, yaitu terdiri dari: (a), sistem nilai dan pengetahuan, misalnya: falsafah negara, tujuan pendidikan nasional, dan sebagainya. (b) sumber daya manusia, termasuk di dalamnya masyarakat, peserta didik, pendidik, dan sebagainya. (c) masukan instrumental seperti: perangkat kurikulum, panduan, silabi, dan sebagainya dan (d) masukan sarana termasuk di dalamnya fasilitas dan sarana pendidikan yang harus disiapkan.

2. Proses yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar atau proses pembelajaran di sekolah ataupun di luar sekolah. Dalam

komponen proses ini termasuk di dalamnya telaah kegiatan belajar dengan segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta telaah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pendidik dalam kerangka memberi kemudahan kepada peserta didik untuk terjadinya proses pembelajaran. 3. Keluaran ( output ). Hasil yang diperoleh pendidikan bukan hanya

terbentuknya pribadi lulusan / pesrta didik yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan yang ingin dicapai. Namun juga keluaran pendidikan mencakup segala hal yang dihasilkan oleh garapan pendidikan berupa: kemampuan peserta didik ( human behavior ), produk jasa ( services ) dalam pendidikan seperti misalnya hasil penelitian, serta produk barang berupa karya intelektual ataupun karya yang sifatnya fisik material.

Dalam telaah lainnya, P. H. Coombs ( 1968: 78 ) mengungkapkan ada 12 komponen pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain. Adapun kedua belas komponen tersebut adalah sebagai b e rik u t:

1. Tujuan dan prioritas: komponen yang mengungkapkan ke arah mana garapan pendidikan akan dilaksanakan, dan kegiatan apa yang menjadi fokus garapan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Peserta didik: komponen yang menjadi subjek dan sekaligus objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan maksudnya peserta didik sebagai pihak yang secara langsung terlibat dalam perencanaan ataupun pelaksanaan pendidikan. Sedangkan sebagai objek, maksudnya peserta

didik juga merupakan pihak yang menjadi sasaran layanan mengapa pendidikan itu dilaksanakan.

3. Manajemen: komponen pendidikan yang mempunyai fungsi

merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan menilai sistem pendidikan.

4. Struktur dan jadwal: komponen ini memiliki fungsi untuk mengatur struktur pelaksanaan dan jadwal waktu pendidikan.

5. Isi bahan belajar: komponen yang merupakan isi bahan yang akan dipelajari dalam sebaran kurikulum. Fungsinya untuk menggambarkan luas dan kedalaman isi bahan yang akan diajarkan.

6. Pendidik: komponen sumber daya insani yang melaksanakan garapan pendidikan. Fungsinya memberi layanan untuk kelancaran proses pembelajaran kepada peserta didik. Termasuk kelompok ini adalah tenaga kependidikan lainnya, seperti: pustakawan, petugas laboratorium, dan sebagainya.

7. Alat bantu mengajar: komponen yang berfungsi memberi kemudahan belajar kepada peserta didik melalui alat / bahan yang dirancang untuk memberi kemudahan belajar.

8. Fasilitas: komponen ini lebih merupakan sarana dan prasarana pendukung teijadinya proses belajar mengajar.

9. Teknologi: komponen yang berfungsi melancarkan dan meningkatkan cara keija proses pendidikan.

10. Pengawasan mutu: komponen pokok yang mengatur terbinanya kualitas hasil pendidikan sesuai dengan harapan dan cita - cita. Melalui komponen ini, program pendidikan dapat lebih ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan.

11. Penelitian: komponen yang bersumber pada pengetahuan ilmiah ke arah pengembangan sistem pendidikan.

12. Ongkos pendidikan: komponen ini lebih merupakan kajian biaya (cost)

atas pelaksanaan pendidikan, yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pendidikan yang dilaksanakan.

Secara lebih lengkap tentang kajian makro sistem pendidikan ini, dapat dilihat pada diagram berikut ini.

P R O S E S P E N D I D I K A N 1. T u j u a n / P r io r it a s 2 . P e s e r t a D i d i k 3 . M a n a j e m e n 4 . S t r u k t u r / J a d w a l 5 . I s i M A S U K A N ... » 6 . P e n d i d i k a n H A S I L 7 . A l a t B a n t u P e n d i d i k a n 8 . F a s i l i t a s 9 . T e k n o l o g i 1 0 . P e n g a w a s a n M u t u 1 1 . P e n e l i t i a n 1 2 . B i a y a D i a g r a m 2 : S i s t e m p e f i d i d i k . a u s e c a i ? .

Pendidikan merupakan suatu sistem ju g a terbuka dalam menerima sistem sosial atau menerima masukan dari lingkungan masyarakat. Apabila hasil pendidikan yang diberikan sistem pendidikan itu memuaskan masyarakat maka akan memberikan umpan balik yang positif juga akan turut mendukung

eksistensi dan kelangsungan hidup sistem pendidikan itu sendiri. Sebagai contoh misalnya apabila lulusan suatu sekolah mempunyai kualitas yang sangat menggembirakan dunia usaha, maka sebagai umpan baliknya akan dirasakan oleh sekolah tersebut berupa banyaknya peminat untuk mengikuti pendidikan di sekolah tersebut dengan seleksi yang ketat.

Pendidikan ju g a sebagai usaha sadar. Hal tersebut memiliki makna bahwa pendidikan diselenggarakan dengan rencana yang matang, mantap, sistemik, menyeluruh, berjenjang berdasarkan pemikiran yang rasional obyektif disertai dengan kaidah untuk kepentingan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya.

Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan di tanah air

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sedangkan fungsinya untuk

mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan dalam undang-undang mengungkapkan suatu sistem yang:

1. Berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional.

3. Mencakup, baik pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. 4. Mengatur, bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas 3 jenjang utama

5. Mengatur, bahwa kurikulum, peserta didik dan tenaga kependidikan terutama guru, dosen atau tenaga pengajar merupakan tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar.

6. M engatur secara terbuka (sentralisasi), namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi). 7. Menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai tanggung

jaw ab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

8. M engatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat berkedudukan serta diperlukan dengan menggunakan ukuran yang sama.

9. M engatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat memiliki kebebasan untuk menyelenggarakannya sesuai dengan ciri atau kekhususan masing-masing sepanjang cirri itu tidak bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi bangsa dan Negara.

10. Memudahkan peserta didik memperoleh pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat dan tujuan yang hendak dicapai serta memudahkannya menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

Dalam konteks yang lain, pendidikan adalah digunakan untuk mempersiapkan peserta didik. Maksudnya, pendidikan lebih merupakan suatu proses berkesinambungan dalam upaya menyiapkan peserta didik yang pada awalnya bercirikan belum siap menuju kepada kesiapan dan kematangan pribadi. Kematangan atau kesiapan pribadi menyangkut tiga pengalaman

belajar pokok yaitu: aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap atau perilaku (afektif) dan aspek yang berkaitan dengan ketrampilan (psikomotorik).

Penyiapan tersebut dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan yang sistematik, berkesinambungan dan beijenjang, tidak hanya terbatas di jalur pendidikan sekolah, tetapi juga pada jalur pendidikan luar sekolah termasuk di dalamnya pendidikan dalam keluarga. Dalam konteks pendidikan nasional sistem pendidikan yang dianut harus dapat memberikan pendidikan dasar (basic education) bagi setiap warga Negara Indonesia, agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar yang meliputi: kemampuan membaca, kemampuan menulis dan berhitung dan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia.

Perolehan pengetahuan dan kemampuan ini merupakan bekal dasar bagi setiap warga Negara dalam mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupannya sebagai makhluk pribadi maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban pokoknya sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, ikut serta dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperkuat kesatuan dan persatuan serta upaya pembelaan negara.

Pendidikan juga dilaksanakan dalam pelaksanaannya melalui berbagai bentuk kegiatan yang antara lain: kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan. Secara sederhana bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan, arahan, nasehat, penyuluhan agar peserta didik dapat mengatasi dan

memecahkan masalah yang dialaminya. Sedangkan pengajaran adalah bentuk interaksi antara tenaga kependidikan dengan peserta didik dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran pada dasarnya diperoleh dalam bentuk perubahan tingkah laku baru dari peserta didik, sebagai akibat dari proses belajar mengajar yang dilakukan. Gagne dalam Dinn Wahyudin (2006 hal. 219) menyebutkan hasil belajar tersebut adalah keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.

Dilain pihak Benyamin Bloom menyebutkan aspek hasil belajar tersebut bisa dibedakan dalam tiga ranah yaitu: (1) Ranah kognitif yang meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan kepada hasil intelektual dan pengetahuan yang diperoleh, misalnya pengertian, pemahaman, dan kecakapan berfikir. (2) Ranah afektif (sikap) yang meliputi pengalaman belajar yang menitik beratkan pada perasaan emosi, seperti: sikap, minat, apresiasi dan upaya penyesuaian diri. (3) Ranah psikomotorik (ketrampilan) yaitu meliputi berbagai jenis ketrampilan.

Garapan pendidikan seharusnya berpijak ke masa kini dan berorientasi ke masa depan. Hasil yang ingin dicapai oleh proses pendidikan adalah terbinanya sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan pembangunan yaitu sosok manusia Indonesia seutuhnya yang bisa memecahkan persoalan hari ini dan masa mendatang. Orientasi masa depan ini menjadi sangat penting, karena masa depan syarat dengan ketidakpastian. Oleh sebab itu, garapan pendidikan sepatutnya berkaca pada masa lampau, berpijak pada masa kini dan

berorientasi pada masa depan. Disini berarti pendidikan diyakini sebagai bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dilepaskan dari proses pembangunan itu sendiri termasuk pembangunan menuju masa depan yang lebih baik.

Dokumen terkait