• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kerangka Teori

1. Kepemimpinan Islam

Pemimpin adalah seseorang yang diberi kedudukan tertentu dan bertindak sesuai dengan kedudukannya tersebut (Patimah, 2015: 37).

Locke et al. mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama (Fakih, 2001: 3).

Menurut Griffin dan Ebert dalam Harahap (2016: 254), kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Tangkilisan dalam Saira (2016: 15) kepemimpinan dimaknai sebagai rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan atau kegagalan sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi itu. Lebih jauh ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahannya.

Kepemimpinan menurut pandangan Islam ada perbedaan dengan pandangan barat yang hanya mengunggulkan pengetahuan, kreativitas, dan kemampuan untuk mengendalikan manusia. Kepemimpinan dalam pandangan Islam menonjolkan sifat

tawadhu’, kebaikan dan perbaikan, amal soleh, serta berjihad di jalan Allah SWT. Amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT (Syarqawi dalam Saira, 2016: 13).

Menurut Saira (2016: 13) dalam menjalankan Bisnis Perbankan Syariah sebagaimana juga dalam lembaga bisnis lainnya, diperlukan pemimpin yang paham tentang hukum Ilahi, benar-benar taat kepada ajaran Islam, dan menjalankan amanah kepemimpinannya.

Dari pengertian di atas, kepemimpinan Islam berarti suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, dan adanya usaha kerja sama sesuai dengan Al Quran dan hadits untuk mencapai tujuan yang

diinginkan bersama dengan menonjolkan sifat tawadhu’, kebaikan dan perbaikan, amal soleh, serta berjihad di jalan Allah SWT. Serta amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

b. Sifat Ideal Pemimpin dalam Perspektif Islam

Sifat ideal pemimpin dalam perspektif Islam adalah sebagai berikut (Fakih dan Wijayanto, 2001: 33-34):

1) Harus mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain.

2) Memiliki kemampuan manajerial yang baik karena seorang pemimpin itu harus dipilih dari orang-orang dengan kualitas yang terbaik.

3) Memiliki konsep relasi yang baik karena seorang pemimpin harus mampu menjembatani berbagai perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakatnya.

4) Visinya adalah Al-Qur’an, misinya adalah menegakkan

kebenaran.

5) Memiliki sikap tawadhu’ dan mawas diri dalam mengemban amanah Allah, karena pada prinsipnya kepemimpinan itu bukan saja harus dipertanggungjawabkan di depan lembaga formal tapi yang lebih penting lagi di hadapan Allah SWT.

6) Memiliki sifat Siddiq (benar), Amanah (terpercaya), Tabligh (menyampaikan apa adanya), Fathonah (pandai) serta menyadari sepenuhnya bahwa Allah memberikan kemampuan yang berbeda-beda bagi setiap orang (Q.S: Al-Jumlah: 4) serta menerimanya dengan rasa syukur dan ikhlas.

c. Ciri-ciri Pemimpin Islam

Pemimpin adalah orang yang berada di depan, yang mempunyai otoritas dan memiliki kekuasaan untuk mengatur dan memberikan arahan pada pengikutnya ke arah yang diridhai Allah SWT. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki kompetensi, berilmu, dan memiliki sifat jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Disamping itu, seorang pemimpin senantiasa tenang dan sabar dalam pengendalian pikiran, perkataan, dan

perbuatan, karena apa yang dilakukannya menjadi sorotan orang lain. Adapun ciri-ciri pemimpin Islami adalah:

1) Taat kepada Allah dan rasul-Nya. 2) Beriman dan beramal shaleh. 3) Mempunyai ilmu.

4) Berpegang pada hukum Allah SWT (Al Qur’an dan hadits).

5) Menjalankan amanah.

6) Memutuskan perkara dengan adil. 7) Mencintai bawahan.

8) Lemah lembut. 9) Bersikap tegas.

d. Model Kepemimpinan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW merupakan figur pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya, pemikirannya sangat jernih, Rasulullah memerintah dirinya sendiri sebelum memerintah orang lain. Rasulullah adalah pemimpin yang disukai rakyatnya dan disegani lawannya. Karena pada dasarnya Rasulullah adalah utusan terakhir untuk seluruh umat manusia yang menjadi teladan dalam segenap hal (uswah hasanah). Rasulullah SAW sangatlah mencintai umatnya, sangat belas kasihan dan beliau menginginkan umatnya mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat. Terdapat enam hal penting akhlak yang melekat dalam kepemimpinan Nabi Muhammad SAW di antaranya:

1) Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang mampu meresapkan rasa keadilan yang merata kepada semua pihak tanpa kecuali. 2) Nabi Muhammad SAW memimpin dengan sentuhan rasa cinta,

empati dan simpatik yang dipersembahkan kepada seluruh umatnya. Begitu cintanya Nabi kepada rakyatnya sampai sampai kata-kata yang keluar dari mulutnya ketika hendak mengembuskan nafasnya pun adalah simbol dari kecintaannya,

“ummati… ummati… ummati” (bagaimana nasib umatku

kelak). Bahkan lebih dari itu, kecintaan juga beliau alokasikan untuk binatang dan alam sebagaimana tergambar dari kebijakannya yang membuat kawasan hima (cagar alam) di Madinah dan tanah haram di seputar Mekah di mana di tanah ini siapa pun tidak diperkenankan membunuh binatang bahkan mencabut sehelai rumput. Sebuah gambaran akan kesadaran ekologis yang sangat mengagumkan.

3) Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang selalu berkata benar (shiddiq). Beliau sangat paham bahwa kata-kata itu bukan hanya akan membawa pengaruh bagi lingkungan tapi juga dapat membawa akibat kelak di akhirat. Beliau senantiasa

berpedoman kepada prinsip, “Apabila tidak bisa berkata benar

dan jujur maka lebih baik diam”.

4) Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang selalu menjunjung tinggi amanah. Beliau tidak pernah berjanji kecuali

janji itu ditepati. Al-aminatau orang yang terpercaya jauh-jauh hari merupakan atribut yang melekat dalam dirinya. Sikap amanah yang diakui bukan hanya oleh sahabat-sahabatnya sendiri bahkan oleh mereka yang berbeda keyakinan sekali pun. Karena amanahnya setiap keputusan yang diambil selalu memuaskan semua pihak.

5) Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata (fathanah). Kata-kata yang keluar dari mulutnya dan kebajikan yang diambilnya menjadi bukti ihwal kecerdasan Nabi. Ketika Nabi berbicara walaupun sebentar misalnya, maka kata-kata tersebut menyimpan makna yang mendalam.

6) Nabi Muhammad SAW selalu bersikap transparan (Tabligh). Beliau sampaikan setiap kebenaran dan diluruskannya segala hal yang dianggap keliru. Di tangannya tidak ada kebenaran yang disembunyikan. Lebih dari itu, dalam menyampaikan kebenarannya pun, Nabi melakukannya dengan cara-cara yang bijaksana (al-hikmah) tutur kata yang santun (al-mauidzhah alhasanah) diiringi alasan dan logika yang kokoh (al-mujadalah).

e. Hakikat Kepemimpinan dalam Pandangan Islam

Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan

jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup (Patimah, 2015: 41-45).

1) Tanggung Jawab

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagaiseorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya. Bukan hanya di hadapan manusia tapi juga di hadapan Allah SWT.

2) Pengorbanan

Pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi yang sangat sulit.

3) Kerja Keras

Seorang pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya. Selanjutnya,

mengarahkan kehidupan masyarakat untuk menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme.

4) Kewenangan Melayani

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin

sebelumnya, Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka” (HR. Abu Na’im). Oleh karena

itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup.

5) Keteladanan dan Kepeloporan

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.

f. Karakteristik Kepemimpinan Islami

Menurut Rivai dan Arifin dalam Wijayanti dan Wajdi (2012: 109) kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang selalu berpegang kepada Al-Qur’an dan Hadist. Para pakar setelah

menelusuri Al-Qur’an dan hadist menetapkan empat dasar sifat

yang harus dipenuhi oleh para nabi yang pada hakikatnya adalah pemimpin umatnya, yaitu:

1) Ash-Shidq, yakni kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap serta berjuang melaksanakan tugasnya.

2) Al-amanah atau kepercayaan, yang menjadikan dia memelihara sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya baik dari Tuhan maupun dari orang-orang yang dipimpinnya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua pihak.

3) Al-Fathanah, yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun.

4) At-Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, atau dapat diistilahkan dengan keterbukaan.

Dokumen terkait