• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kerangka Teori

3. Motivasi Kerja

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi mempersoalkan bagaimana dapat memberikan dorongan kepada pengikutnya atau bawahan, agar dapat bekerja bersungguh-sungguh, serta menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama (Indryani dan Budiarti, 2016: 4).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1995: 138).

Menurut Hasibuan dalam Sutrischastini (2015: 124),

“motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan

kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah

ditentukan”.

b. Tujuan Motivasi Kerja

Tujuan motivasi kerja menurut Hasibuan dalam Permatasari, dkk (2015: 3)adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan moral dan juga kepuasaan kerja diantara para karyawan.

2) Meningkatkan produktivitas.

3) Mempertahankan kestabilan di dalam perusahaan. 4) Meningkatkan sikap disiplin para karyawan. 5) Pengadaan karyawan yang efektif.

6) Menciptakan suasana dan juga hubungan kerja yang baik antar atasan dengan karyawan maupun antar sesama karyawan. 7) Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, serta partisipasi karyawan. 8) Meningkatkan kesejahteraan hidup karyawan.

9) Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugas yang diberikan.

10)Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan juga bahan baku.

c. Teori mengenai Motivasi

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklarifikasikan sebagai berikut (Siagian, 1995: 146-158):

1) Kebutuhan Fisiologis.

Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisologis ialah kebutuhan-kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan dan perumahan. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar bukan saja karena setiap orang membutuhkannya terus menerus sejak lahir hingga ajalnya, akan tetapi juga karena tanpa pemuasan berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat dikatakan hidup secara normal. Berbagai kebutuhan fisiologis itu berkaitan dengan status manusia sebagai insane ekonomi.

2) Kebutuhan Keamanan.

Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dalam arti keamanan fisik meskipun hal ini aspek yang sangat penting, akan tetapi juga keamanan yang bersifat psikologis termasuk perlakuan adil dalam pekerjaan seseorang. Karena pemuasan kebutuhan ini terutama dikaitkan dengan tugas pekerjaan seseorang, kebutuhan seseorang itu sangat penting untuk mendapat perhatian. Artinya, keamanan dalam

arti fisik mencakup keamanan di tempat pekerjaan dan keamanan dari dan ke tempat pekerjaan.

3) Kebutuhan Sosial.

Telah umum diterima sebagai kebenaran universal bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan organisasional manusia sebagai insan sosial mempunyai berbagai kebutuhan yang berkisar pada pengakuan akan keberadaan seseorang dan penghargaan atas harkat dan martabatnya. Biasanya kebutuhan sosial tersebut tercermin dalam empat bentuk perasaan, yaitu:

a) Perasaan diterima oleh orang lain dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi dalam organisasi.

b) Harus diterima sebagai kenyataan bahwa setiap orang mempunyai jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

c) Kebutuhan akan perasaan maju.

d) Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan atau “sense of participation

4) Kebutuhan Esteem.

Salah satu cirri manusia ialah bahwa dia mempunyai harga diri. Karena itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Keberadaan dan status seseorang biasanya tercermin pada berbagai lambang

yang penggunaannya sering dipandang sebagai hak seseorang, di dalam dan di luar organisasi.

5) Aktualisasi Diri.

Dewasa ini semakin disadari oleh berbagai kalangan yang semakin luas bahwa dalam diri setiap orang terpendam potensi kemampuan yang belum seluruhnya dikembangkan. Adapun hal yang normal apabila dalam meneliti karier, seseorang ingin agar potensinya itu dikembangkan secara sistematik sehingga menjadi kemampuan efektif. Dengan pengembangan demikian, seseorang dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi kepentingan organisasi dan meraih kemajuan professional yang pada gilirannya memungkinkan yang bersangkutan memuaskan berbagai jenis kebutuhannya.

d. Jenis-jenis Motivasi Kerja

Menurut Hasibuan dalam Indryani (2016: 4) ada dua jenis motivasi kerja yaitu:

1) Motivasi Positif

Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi bawahan

dengan memberikan hadiah kepada mereka yang

berproduktivitas di atas produktivitas standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat

karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.

2) Motivasi Negatif

Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman kepada mereka yang pekerjannya kurang baik. Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. e. Prinsip-prinsip dalam Memotivasi Karyawan

Menurut Rivai dalam Permatasari, dkk (2015: 4) prinsip-prinsip dalam memotivasi karyawan adalah sebagai berikut:

1) Prinsip Partisipasi

Atasan sebaiknya memberikan kesempatan kepada bawahan untuk ikut berpartisipasi di dalam menentukan tujuan kerja yang ingin dicapai.

2) Prinsip Komunikasi

Bawahan sebaiknya diberi informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. 3) Prinsip mengakui andil bawahan

Motivasi kerja bawahan dapat ditingkatkan apabila atasan selalu bersedia untuk mengakui bawahan mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan.

4) Prinsip pendelegasian wewenang

Manajer perlu memberikan otoritas kepada bawahan untuk memutuskan sesuatu yang mempengaruhi hasil kerja. Lebih banyak atasan mengizinkan bawahan untuk membuat keputusan-keputusan sendiri, sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Lebih banyak bawahan akan merasa sangat terlibat secara emosional dengan tujuan yang akan dicapai. 5) Prinsip memberikan perhatian timbal balik

Dengan menunjukkan perhatian yang tulus terhadap keinginan dan tujuan yang ingin dicapai bawahan, maka atasan telah berusaha menaikkan keinginan bawahan untuk menunjukkan pula perhatiannya dalam menolong perusahaan untuk mencapai tujuan.

Dokumen terkait