• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TELAAH PUSTAKA

B. Kepemimpinan Transformasional

Gibson, et al (2007) salah satu situasional yang akan semakin berpengaruh

terhadap efektifitas kepemimpinan dalam dekade mendatang adalah relasi

antara pemimpin dan pengikutnya. Esensi relasi adalah interaksi antar pribadi

yang berbeda motivasi dan potensi kekuasaan, di dalamnya termasuk

ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan bersama. Model kepemimpinan

transformasional menekankan alternatif kepemimpinan yang tepat untuk

mengadakan perubahan. Robbins (2002) mendefinisikan kepemimpinan

transformasional sebagai pemimpin yang memberikan pertimbangan tersendiri,

rangsangan intelektual dan memiliki karisma.

Gibson, et al (2007) mendefinisikan kepemimpinan transformasional

adalah memotivasi bawahan terhadap tujuan, ketimbang keinginan jangka

pendek serta pencapaian dan aktualisasi diri ketimbang kesejahteraan, mampu

mengekspresikan visi yang jelas dan menginspirasi orang untuk mencapai visi

tersebut. Dengan mengekspresikan visinya, pemimpin transformasional

mengajak pengikutnya untuk bekerja mencapai sebuah tujuan. Visi dari

pemimpin memberikan para pengikutnya motivasi untuk melakukan kerja keras

yang memberikan imbalan internal.

Kepemimpinan transformasional melibatkan intelektual, merangsang

pengikut sehingga mendorong bawahan untuk mempelajari cara-cara baru

18

untuk melaksanakan pekerjaan mereka (Bass, dalam Bartram dan Casimir

2007) dan pada akhirnya meningkatkan kinerja bawahan.

1. Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional

Bass dan Avolio (dalam Bass, 1999) menggambarkan bahwa pemimpin

transformasional pada tahap tengah memiliki karakteristik yang

menunjukkan perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspirasional,

memberikan stimulasi intelektual dan memperlakukan kayawan dengan

memberi perhatian terhadap individu. Pillai (dalam Hughes dan Avey,

2008) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki

karakteristik penting yaitu: menampilkan karakteristik yang menunjukkan

perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspirasional, memberikan

stimulasi intelektual dan memperlakukan karyawan dengan memberi

perhatian terhadap individu.

Kepemimpinan transformasional memiliki karakteristik yang

menunjukkan perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspirasional,

memberikan stimulasi intelektual dan memperlakukan karyawan dengan

memberi perhatian terhadap individu. Faktor kepemimpinan

transformasional merupakan kesatuan yang saling tergantung

(interdependence) untuk membangun visi organisasi. Bass dan Avolio

(dalam Bass, 1999), mengemukan bahwa faktor-faktor gaya kepemimpinan

19

transformasional adalah sebagai berikut:

a. Menunjukkan perilaku karismatik.

1) Mendapatkan rasa hormat untuk dipercaya.

2) Kepercayaan kepada yang lain.

3) Menyampaikan rasa pengertian memiliki misi yang kuat terhadap

pengikutnya.

4) Menampilkan standar moral yang tinggi.

5) Membangun tujuan-tujuan yang menantang bagi pengikutnya.

6) Menjadi model pada pengikutnya.

b. Memunculkan motivasi inspirasional.

1) Mengacu pada cara pemimpin transformasional dalam memotivasi.

2) Memberi inspirasi yang ada di sekitar mereka dengan menyampaikan

Visi dengan lancar.

3) Percaya diri.

4) Meningkatkan optimisme.

5) Semangat kelompok.

6) Antusias.

c. Memberikan stimulasi intelektual.

1) Menunjukkan usaha pemimpin yang mendorong pengikut menjadi

inovatif.

2) Kreatif dalam memimpin untuk mendorong pengikut agar

20

menanyakan asumsi-asumsi.

3) Membuat kembali kerangka permasalahan.

4) Mendekati pengikut dengan cara baru.

d. Memperlakukan pengikut dengan memberi perhatian kepada individu.

1) Memberikan perhatian secara personal pada semua individu.

2) Membuat semua individu merasa dihargai.

3) Mendelegasikan tugas sebagai cara pengembangan pengikutnya.

Karakteristik bagian dalam pemimpin transformasional yang

menghasilkan perilaku yang efektif. Dapat ditunjukan bahwa percaya diri

(’saya dapat membuat perbedaan’), integritas dari dalam, kejujuran dan nilai

pribadi mempengaruhi perilaku pemimpin. Kunci dalam performa yang

efektif adalah bagi pemimpin yang menghubungkan pengalaman hidupnya

dengan perilaku transformasional (Bass, 1999). Hubungan dari dalam perilaku

yang dihasilkan mengarah pada perilaku eksternal yang mengubah organisasi.

Terdapat efek yang mengalir ke bawah dari pemimpin tingkat lebih tinggi

menuju pemimpin tingkat lebih rendah karena pembuatan model perilaku

yang efektif dengan memperkerjakan orang lain dengan perilaku yang sama,

dan perilaku yang diperkuat oleh organisasi. Perilaku pemimpin memotivasi

dan menciptakan sebuah kesan dimana pemimpin memiliki kompetensi dan

visi untuk dicapai keberhasilannya. Perubahan pada perilaku diperlihatkan

untuk mengubah budaya. Dengan demikian perilaku relasional pemimpin

21

mempengaruhi organisasi.

Setiap orang dapat belajar untuk mengembangkan berpikir kreatif dan

mengintegrasikan kemampuan tersebut dengan keterampilan-keterampilan

berpikir tingkat tinggi lain sehingga mampu menyelesaikan berbagai

permasalahan. Belajar mengeksplorasi mimpi dan berbagai kemungkinan

dengan mengembangkan kepekaan terhadap petualangan, kejutan,

kenyamanan dan kesenangan sehingga memfasilitasi ide-ide baru dan

pemecahan masalah secara inovatif sesuai kebutuhan. Ide-ide tersebut berbeda

dan menunjukkan kualitas yang tinggi. Saat ini perubahan kehidupan

berlangsung sangat cepat dan kompleks dengan berbagai permasalahan dan

tantangan. Setiap orang dituntut untuk fleksibel, kritis dan terampil berpikir

kreatif sehingga mampu menangani permasalahan dan menemukan solusi

yang melibatkan lingkungan sosial maupun fisik.

2. Empat Hal Terlaksananya Kepemimpinan Transformasional

Ada 4 hal yang perlu dilakukan agar kepemimpinan transformasional

dapat terlaksana Bass (1990), yaitu :

a. Mengidealisasikan pengaruh dengan standar etika dan moral yang

cukup tinggi dengan tetap mengembangkan dan memelihara rasa

percaya diantara pimpinan dan pengikutnya sebagai landasannya.

b. Inspirasi yang menumbuhkan motivasi seperti tantangan dalam tugas

dan pekerjaan.

22

c. Stimulasi intelektual dengan tujuan untuk menumbuhkan kreativitas,

terutama kreativitas di dalam memecahkan masalah dan mencapai

suatu tujuan bersama yang besar

d. Pertimbangan individual dengan menyadari bahwa setiap pengikutnya

memiliki keberadaan dan karakteristik yang unik yang berdampak pula

pada perbedaan perlakuan ketika melakukan coaching, karena pada

hakikatnya setiap individu membutuhkan aktualisasi diri, penghargaan

diri dan pemenuhan berbagai keinginan pribadi. Pendekatan ini selain

berdampak positif pada pertumbuhan individu dan optimalisasi

pencapaian hasil, juga akan berdampak pula pada pembentukan

generasi kepemimpinan selanjutnya. Di dalam suatu organisasi yang

sehat, masalah regenerasi kepemimpinan adalah hal penting lainnya

yang juga perlu kita pikirkan dan kita antisipasi.

Bass (1990) juga mengaris bawahi beberapa hal mengenai bagaimana

seorang pemimpin transformasional dapat mentransformasi para

pengikutnya dan bagaimana kepemimpinan transformasional itu dapat

terjadi, yaitu dengan:

a. Meningkatkan kesadaran atas pentingnya suatu tugas pekerjaan dan

nilai dari tugas pekerjaan tersebut

23

b. Menekankan kepada pengembangan tim atau pencapaian tujuan

organisasi dari pada hanya sekedar kepentingan masing-masing

pribadi

c. Mengutamakan kebutuhan-kebutuhan dari tingkatan kebutuhan

yang paling tinggi

3. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional

Paradigma baru dari kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh

prinsip untuk menciptakan kepemimpinan transformasional yang sinergis

sebagaimana di bawah ini (Erik Rees, 2001) :

a. Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah

visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama.

b. Motivasi, kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang

yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua

yang perlu kita lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat

menciptakan suatu sinergitas di dalam organisasi, berarti seharusnya

dia dapat pula mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi

kepada setiap pengikutnya. Praktisnya dapat saja berupa tugas atau

pekerjaan yang betul-betul menantang serta memberikan peluang bagi

mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses kreatif baik dalam hal

memberikan usulan ataupun mengambil keputusan dalam pemecahan

24

masalah, sehingga hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi

mereka sendiri.

c. Fasilitasi, dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif

memfasilitasi “pembelajaran” yang terjadi di dalam organisasi secara

kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak

pada semakin bertambahnya modal intektual dari setiap orang yang

terlibat di dalamnya.

d. Inovasi, yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab

melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu

tuntutan dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang

efektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantisipasi

perubahan dan seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan

tersebut. Dalam kasus tertentu, pemimpin transformasional harus

sigap merespon perubahan tanpa mengorbankan rasa percaya dan tim

kerja yang sudah dibangun.

e. Mobilitas, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk

melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya

dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpin transformasional akan

selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggung jawab.

25

f. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri

mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru

yang positif.

g. Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat

untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu

perlu pula didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi,

dan fisik serta komitmen.

Dokumen terkait