• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemudaan dan Olahraga

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BIREUEN (Halaman 93-102)

D. Daerah Rawan Longsor dan Gerak Tanah

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib 1. Pendidikan

2.3.1.16 Kepemudaan dan Olahraga

Pemuda adalah pewaris bangsa, yang akan melanjutkan tugas-tugas dan kepemimpinan bangsa dimasa mendatang. Dinamika pemuda dimasa sekarang tidak lagi disamakan dengan masa lalu. Masa lalu, pemuda seakan-akan memiliki ruang gerak yang terbatas. Mereka relatif kurang diperlukan kiprahnya dalam proses pembangunan. Mereka dianggap sebagai generasi yang harus menunggu giliran, tanpa dibekali dan dilibatkan sejak awal dalam segala urusan, sehingga mereka relatif kurang dewasa dalam segala tindakan. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menghendaki perubahan-perubahan yang positif. Untuk itu peranan pemuda semakin diperlukan dalam segala hal.

Seiring dengan perubahan-perubahan tersebut, tuntutan akan kemajuan semakin kompleks dan semakin cepat pula. Untuk menunjang potensi kepemudaan ini, maka diperlukan menjaga kesegaran dan kesehatan baik rohani maupun jasmani, khususnya pemuda, dan masyarakat pada mumnya, maka pembinanaan dan pengembangan olahraga sangat diperlukan. Pembinaan dan pengembangan olahraga tidak hanya diperlukan untuk membentuk fisik manusia, melainkan yang lebih penting adalah untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani yang dapat menghasilkan kemampuan berpikir yang positif dan rasional.

Pembangunan pemuda dan olahraga memiliki peran strategis dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Bireuen. Pemuda sebagai harapan masa depan bangsa harus diberdayakan agar produktif dan berdaya saing sehingga mampu merespon perubahan dengan cepat serta berperan penting di berbagai bidang pembangunan. Pemerintah Kabupaten Bireuen memberikan perhatian sungguh-sungguh untuk memberdayakan pemuda menjadi aset produktif sehingga diharapkan dapat berimplikasi signifikan dalam menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Bireuen. Dalam lima tahun terakhir, perkembangan organisasi kepemudaan di Kabupaten Bireuen terlihat cenderung fluktuatif. Hingga tahun 2011 jumlah organisasi kepemudaan yang tercatat di Kesbangpol & Linmas Kabupaten Bireuen adalah sebanyak 55 organisasi.

Di bidang olahraga, Kabupaten Bireuen selama ini mengalami cukup banyak kemajuan, terutama di cabang olahraga sepakbola yang bahkan sudah mengakar serta menjadi bagian dari kehidupan masyarakat daerah ini sehari-hari. Dari daerah ini banyak dilahirkan bibit-bibit atlet sepakbola, bahkan termasuk atlet-atlet talenta muda binaan pemerintah Provinsi Aceh yang selama hampir 3 tahun mendapat kesempatan menimba ilmu sepakbola di Paraguay, sebagian besar berasal dari daerah ini. Adapun gambaran perkembangan jumlah cabang olahraga di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel di halaman berikut.

Tabel 2.32

Perkembangan Klub Olahraga Kabupaten Bireuen Tahun 2008-2010

No Cabang Jumlah Klub/Tahun

2007 2008 2009

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Bireuen, 2013

Dari tabel diatas diketahui bahwa cabang olahraga yang paling banyak diminati oleh masyarakat daerah ini adalah : sepakbola, bola voli, dan bulutangkis.

Hal tersebut ditunjukkan dari peningkatan jumlah klub pada cabang-cabang olahraga tersebut, sebagaimana data tersaji pada tabel tersebut. Tabel berikut

akan memberi gambaran terkait capaian prestasi atlet olahraga di Kabupaten Bireuen selama beberapa tahun terakhir.

Tabel 2.33

Prestasi Olahraga Kabupaten Bireuen Tahun 2008-2010

No Cabang Peringkat Tingkat Jlh. Kejuaraan/Tahun

2007 2008 2009

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Bireuen, 2013

Banyak prestasi yang sudah diraih oleh atlet-atlet berbagai cabang olahraga yang berasal dari daerah ini, sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebelumnya

tersebut. Meskipun demikian, ke depan tentunya terus diperlukan bentuk-bentuk upaya pembinaan yang dapat menghasilkan bibit-bibit atlet daerah yang lebih tangguh, berprestasi serta dapat diandalkan dalam berabagai kejuaraan maupun event kompetisi. Beberapa permasalahan yang penting untuk diatasi dalam upaya peningkatan dan pengembangan prestasi olahraga daerah ini di masa mendatang, adalah masih terbatasnya keberadaan sarana dan prasarana olahraga yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Selain itu juga rendahnya partisipasi masyarakat di bidang olahraga, upaya pembinaan dan penjaringan bibit atlet cabang olahraga prestasi yang belum optimal, manajemen olahraga yang belum profesional, serta masih rendahnya bentuk pengakuan dan penghargaan bagi olahragawan/atlet berprestasi. Untuk itu, upaya peningkatan capaian prestasi dan pembinaan olahraga di daerah ini ke depan perlu memperhatikan hal-hal yang menjadi permasalahan diatas, sehingga upaya dan pelaksanaannya dapat lebih efektif dan efisien pada akhirnya.

Oleh karena itu, pembangunan pemuda diarahkan agar pemuda mampu beperan aktif serta bertanggungjawab dalam proses dan pelaksanaan pembangunan. Sementara pembangunan olahraga diarahkan agar para pemuda dan masyarakat pada umumnya memiliki kesehatan dan kesegaran jasmani sehingga mampu menyumbang yang tebaik bagi pembangunan daerah.

Berdasarkan arahan tersebut, perlu ditetapkan beberapa kebijakan sebagai berikut :

1. Membina dan membekali pemuda dengan berbagai kemampuan manajerial.

2. Membina sikap dan rasa tanggungjawab dikalangan pemuda.

3. Menghindari munculnya perilaku-perilaku negative.

4. Melibatkan pemuda dalam proses pembangunan daerah.

5. Mengembangkan cabang-cabang olah raga di sekolah-sekolah, dan dalam masyarakat.

2.3.1.17 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Fokus dalam ketertiban dan keamanan adalah kesatuan bangsa, pelindung masyarakat, merupakan target yang ingin dicapai oleh polisi pamong praja dan Wilayatul Hisbah (WH) di kabupaten Bireuen. Setelah penandatanganan perdamaian antara pemerintah dan kelompok GAM di Helsinki – Swedia, stabilitas politik dan keamanan mulai meningkat, hal ini berdampak pada penurunan gangguan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat, munculnya kebebasan berpolitik dan memberikan pendapat di depan umum oleh setiap warga masyarakat. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang berjalan aman, dan damai, terbentuknya polisi pamong praja dan wilayatul hisbah Kabupaten Bireuen.

Dengan lahirnya Undang-Undang Pemerintah Aceh pasca kesepakatan perdamaian antara pemerintah dan kelompok GAM telah membuka peluang bagi masyarakat provinsi pada umumnya dan Kabupaten Bireuen khususnya untuk bebas berpolitik dan memberikan pendapat di muka umum. Demikian pula dengan adanya Undang-Undanga No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, masyarakat dapat menggunakan haknya untuk memberikan aspirasinya dalam pilkada. Hal tersebut berimplikasi pada berkurangnya intervensi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Aceh terhadap penentuan kepala pemerintahan Kabupaten Bireuen. Pemberian tugas yang maksimal kepada polisi pamong praja dan wilayatul hisbah dalam menjalankan kedisplinan dan penegakan hukum syariat. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perdamaian dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran.

Dicapainya kesepakatan damai antara Pemerintah RI dan GAM melalui MoU Helsinki yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 lalu telah merubah kondisi dan situasi daerah ke arah yang kondusif. Situasi ini sangat berbeda dibanding dengan saat konflik bersenjata masih menyelimuti daerah ini dan Aceh pada umumnya.

Pada era berlangsungnya konflik, proses penegakan hukum di daerah ini hampir sulit diterapkan. Kondisi yang sama juga terjadi di daerah-daerah lain di Provinsi Aceh. Keadaan keamanan pada masa itu juga sangat rentan dengan

berbagai gangguan, sehingga suasana kehidupan masyarakat tidak tenteram.

Tindakan-tindakan kriminal sering kali terjadi sehingga sangat mengganggu aktivitas sosial dan transaksi ekonomi.

Pasca dicapainya perjanjian damai antara pihak yang bertikai, membuat suasana kehidupan masyarakat kembali bergairah. Aktivitas ekonomi dan dunia usaha di daerah ini menggeliat secara signifikan. Meningkatnya aktivitas perdagangan yang begitu menggembirakan dapat dilihat dari tingginya kontribusi lapangan usaha perdagangan dalam setahun terakhir ini.

Suasana damai yang tercipta dalam dua tahun terakhir ini juga membuat upaya penegakan hukum di tengah-tengah kehidupan masyarakat di daerah ini menemukan bentuknya kembali. Aparat penegakan hukum mulai berperan di dalam penerapan sanksi-sanksi atas berbagai bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan anggota masyarakat. Kendati demikian, proses ini tidak dapat dengan mudah diterapkan, apalagi tingkat kesadaran hukum masyarakat masih belum tumbuh dengan baik. Sikap yang menjurus pada kebebasan bertindak tanpa peduli pada aturan-aturan dan norma yang berlaku masih sering ditemui di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Walau bagaimanapun, pelbagai gangguan keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat telah jauh berkurang dalam setahun terakhir ini. Aktivitas-aktivitas sosial kemasyarakatan telah berlangsung normal hingga dini hari. Oleh karena itu, diperlukan peran dan partisipasi semua pihak untuk memelihara keamanan dan ketertiban ini agar proses pembangunan daerah dapat berlangsung dengan baik, tanpa hambatan.

Situasi Kabupaten Bireuen yang kondusif dan harmonis turut mendorong berkiprahnya lembaga swadaya masyarakat (LSM), partai politik, dan organisasi kemasyarakatan di berbagai bidang pembangunan. Lahirnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh sebagai implementasi butir-butir yang termaktub didalam Nota Kesepahaman (MoU) antara Pemerintah RI-GAM di Helsinki, telah membuka ruang lebih luas bagi masyarakat Aceh, termasuk masyarakat Kabupaten Bireuen untuk mengaktualisasikan segenap potensi dan

aspirasi serta berperan secara aktif dalam politik. Akses politik semakin terbuka tersebut ditandai diperkenankannya pendirian Partai Politik Lokal. Kondisi tersebut tentunya jauh berbeda dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota Lainnya di Tanah Air.

Selain itu, penyelenggara Pemilu adalah Komisi Independen Pemilihan (KIP), berbeda dengan daerah lain yang dilaksanakan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum).

Pembentukan partai politik lokal tersirat secara jelas didalam UU No.11/2006, khususnya Pasal 75, ayat (1-8). Pada ayat (1) disebutkan, bahwa penduduk di Aceh dapat membentuk partai politik lokal. Selanjutnya ayat (2) dinyatakan, bahwa partai politik lokal didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) orang Warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dan telah berdomisili tetap di Aceh dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen).

Pada tahun 2009, tercatat partai politik yang berkiprah di Kabupaten Bireuen sebanyak 29 parpol. Diantaranya terdiri dari partai politik nasional sebanyak 23 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal. Partai politik lokal tersebut meliputi : Partai Aceh (PA), Partai Daulat Atjeh (PDA), Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA), Partai Rakyat Aceh (PRA), Partai Aceh Aman Sejahtera (PAAS), dan Partai Bersatu Aceh (PBA). Sementara pada tahun 2011 yang lalu, jumlah partai yang tercatat aktif di Kabupaten Bireuen adalah sebanyak 21 parpol, yang terdiri dari 18 parpol nasional dan 3 parpol lokal, yaitu : Parta Aceh (PA), Partai Nasionalis Aceh (PNA), dan Partai Daulat Aceh (PDA).

Selain itu, beberapa kemajuan lain di bidang politik telah dicapai yang juga dinilai dapat menjadi salah satu pendorong yang mendukung pembangunan Kabupaten Bireuen ke depan. Diantaranya, adalah telah berlangsungnya pemilihan langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi Aceh secara demokratis, aman dan damai (kondusif), serta tidak dinodai oleh bentuk-bentuk tindakan anarkis dari masing-masing pendukung partai dan calon. Demikian halnya dengan pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bireuen beberapa waktu lalu, yang juga telah

berlangsung dengan suasana yang sangat demokratis dan harmonis. Hal ini kiranya mencerminkan bahwa proses pendidikan politik di kalangan masyarakat Kabupaten Bireuen saat ini sudah semakin menggembirakan, disamping juga kecenderungan meningkatnya peran serta dan partisipasi politik masyarakat dalam menyalurkan keinginan dan aspirasinya guna membawa pembangunan daerah kearah yang dicita-citakan. Kemajuan yang dicapai dalam hal ini juga dinilai dapat memberikan sumbangan besar bagi perkembangan demokrasi dan perwujudan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Kegiatan pembinaan politik lain yang dilaksanakan di daerah ini terus dilaksanakan, dimana hingga tahun 2011 tercatat sejumlah kegatan seperti forum-forum diskusi politik dan fasilitasi serta koordinasi forum diskusi partai politik, telah dilaksanakan di daerah ini.

Sebagai salah satu upaya pembinaan kesadaran politik dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam menyuarakan pendapat dan haknya melalui forum-forum organisasi, seperti ormas dan OKP. Data yang ada menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah ormas dari sebanyak 42 organisasi (ormas) pada tahun 2007, menjadi sebanyak 62 ormas di tahun 2011. Namun tidak demikian halnya dengan keberadaan organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP) di daerah ini. Data yang ada menunjukkan terjadi penurunan yang cukup signifikan dari jumlah OKP di daerah ini, dari sebanyak 21 OKP pada tahun 2007, menjadi hanya 2 OKP pada tahun 2011 yang lalu.

Hal ini kiranya juga dimungkinkan seiring telah berakhirnya keberadaan sejumlah organisasi/lembaga yang sebelumnya berada di Aceh menjalankan program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca musibah gempa dan tsunami tahun 2004 yang lalu. Meskipun demikian, kiranya ke depan perlu terus dilakukan upaya pembinaan dan pengembangan dari keberadaan organisasi kemasyarakatan (Ormas dan OKP) yang ada di Kabupaten Bireuen, sehingga diharapkan lebih mampu memberikan manfaat dari keberadaannya secara positif bagi masyarakat dan juga bermanfaat bagi kemajuan daerah ini secara lebih luas dimasa mendatang.

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BIREUEN (Halaman 93-102)

Dokumen terkait