• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BIREUEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BIREUEN"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BIREUEN

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Bireuen terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan Undang- Undang Nomor 48 Tahun 1999, yang kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2000. Daerah kabupaten yang terletak diwilayah pesisir Provinsi Aceh ini sebelumnya merupakan wilayah dari Kabupaten Aceh Utara, yang kemudian dimekarkan pada tahun 1999 melalui peraturan undang-undang tersebut.

Secara geografis, posisi Kabupaten Bireuen berada pada titik koordinat antara 40 54’ - 50 21’ Lintang Utara (LU) dan 960 20’ - 970 21’ Bujur Timur (BT).

Luas wilayah Kabupaten Bireuen adalah 1.796,31 kilometer persegi (km2) atau seluas 179.631 hektar (Ha). Luas wilayah Kabupaten Bireuen tersebut adalah sekitar 3,13 persen dari total luas wilayah Provinsi Aceh secara keseluruhan (57.365,57 km2). Secara administrasi, wilayah daerah Kabupaten Bireuen secara langsung berbatasan pada masing-masing sisi sebagai berikut :

- Sebelah Utara dengan Selat Malaka;

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Utara;

- Sebelah Tenggara dengan Kabupaten Bener Meriah;

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Tengah;

- Sebelah Barat Daya dengan Kabupaten Pidie; dan - Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie Jaya;

Selanjutnya, pembagian wilayah administrasi pemerintahan dalam lingkup pemerintah Kabupaten Bireuen saat ini terdiri dari sebanyak 17 (tujuh belas) wilayah kecamatan, meliputi : Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunib, Peulimbang, Peudada, Juli, Jeumpa, Kota Juang, Kuala, Jangka, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Makmur, Gandapura, dan Kuta Blang. Diantara seluruh kecamatan tersebut, Kecamatan Peudada dan

(2)

Kecamatan Juli merupakan kecamatan dengan luas wilayah paling dominan diantara kecamatan lainnya. Kecamatan terluas dalam hal ini adalah Kecamatan Peudada, dengan wilayah seluas 31.283,90 Ha atau 17,42 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen. Berikutnya adalah Kecamatan Juli dengan wilayah seluas 23.118,35 Ha atau 12,87 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Sementara itu, kecamatan dengan luas wilayah paling kecil di daerah ini adalah Kecamatan Kota Juang (1.690,87 Ha) dan Kecamatan Kuala (1.724,56 Ha), dengan proporsi luas wilayah masing-masing sebesar 0,94 dan 0,96 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen secara keseluruhan.

Gambaran distribusi luas wilayah Kabupaten Bireun dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Bireuen Menurut Kecamatan Tahun 2012 No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase (%)

1 2 3 4

1 Samalanga 14.087,19 7,84

2 Simpang Mamplam 15.772,05 8,78

3 Pandrah 11.396,78 6,34

4 Jeunieb 11.237,49 6,26

5 Peulimbang 12.774,66 7,11

6 Peudada 31.283,90 17,42

7 Jeumpa 10.886,02 6,06

8 Kota Juang 1.690,87 0,94

9 Juli 23.118,35 12,87

10 Kuala 1.724,56 0,96

11 Peusangan 5.907,63 3,29

12 Jangka 3.748,92 2,09

13 Peusangan Selatan 9.414,70 5,24

14 Peusangan Siblah Krueng

11.205,35 6,24

15 Kuta Blang 3.870,13 2,15

16 Makmur 6.857,36 3,82

17 Gandapura 4.655,82 2,59

Jumlah 179.631,77 100,00

Sumber : Bappeda Kab. Bireun, 2012

(3)

Berikutnya, letak geografis Kabupaten Bireuen di kawasan perlintasan jalan nasional lintas pulau Sumatera juga merupakan nilai strategis yang perlu dimanfaatkan sebagai peluang bagi daerah ini untuk dapat lebih mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimilikinya. Dalam posisi tersebut, Kabupaten Bireuen diharapkan menjadi suatu kawasan pertumbuhan ekonomi di kawasan sentral pantai timur Aceh. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memanfaatkan letak strategis daerah ini diantara sejumlah daerah lain di sekitarnya, terutama Kabupaten Pidie Jaya, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. Posisi Kabupaten Bireuen dalam hal ini juga memungkinkan kemitraan lintas daerah dalam bentuk transaksi perdagangan, pariwisata, maupun jasa-jasa lainnya.

Gambar 2.1

Peta Administratif Kabupaten Bireuen

Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, 2012

Karena itu pula, upaya untuk menjadikan Kabupaten Bireuen sebagai suatu kawasan pertumbuhan ekonomi kiranya perlu didukung oleh keberadaan sejumlah

(4)

prasarana dan sarana infrastruktur penunjang bagi aktifitas sektor perdagangan, pariwisata maupun jasa lainnya, yang dapat memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Peningkatan aktifitas usaha sektor perdagangan, pariwisata dan jasa ini pula yang diharapkan dapat memberikan manfaat serta dampak secara lebih luas (multiplier effect) bagi peningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bireuen, serta semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah ini nantinya.

Letak geografis dari sebagian besar wilayah Kabupaten Bireuen pada sisi utara yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka, merupakan wujud potensi sekaligus peluang pada sektor perikanan yang dapat dimanfaatkan secara lebih potensial. Potensi tersebut didukung oleh keberadaan dari sejumlah aliran sungai di daerah ini, yang hampir seluruhnya bermuara ke Selat Malaka. Selain menjadi sumber air yang mengairi lahan pertanian maupun kebutuhan masyarakat lainnya, keberadaan aliran sungai yang bermuara (kuala) di sejumlah kawasan di Kabupaten Bireuen juga dimanfaatkan oleh masyarakat yang bermata pencaharian nelayan sebagai jalur keluar masuk mereka menuju perairan saat akan mencari dan menangkap ikan di laut. Meskipun demikian selama ini sejumlah muara sungai atau kuala di sejumlah kawasan telah mengalami pendangkalan, sehingga untuk itu diperlukan perhatian pemerintah untuk melakukan pengerukan dan upaya pemeliharaan secara berkala, agar pemanfaatan dari kebaradaan muara aliran sungai ataupun kuala tersebut dapat lebih dirasakan oleh masyarakat bagi peningkatan taraf perekonomiannya.

Potensi sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Bireuen selama ini juga telah didukung dengan keberadaan fasilitas tempat pendaratan ikan (TPI) yang ada di sejumlah wilayah kecamatan, serta pelabuhan pendaratan ikan (PPI) yang terdapat di Kecamatan Peudada, beserta infrastruktur penunjang operasional lainnya, termasuk dalam hal pengelolaan hasil tangkapan para nelayan di daerah ini. Namun demikian, upaya mendorong peningkatan aktivitas ekonomi di sektor perikanan tersebut masih memerlukan keseriusan dan komitmen dari semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat itu sendiri, untuk dapat menggali

(5)

potensi sektor kelautan secara lebih maksimal, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip dan nilai kearifan lokal (local wisdom), terutama menyangkut dengan konsep pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (sustainable development).

Bentuk upaya yang sangat penting dalam hal ini adalah adanya kesadaran di kalangan masyarakat, terutama masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan untuk tidak melakukan metode ataupun teknik penangkapan ikan yang dapat merusak ekosistem laut itu sendiri, misalnya dengan tidak menggunakan bom ikan, pukat harimau, maupun jenis alat tangkap lainnya yang dapat mengancam kelestarian ekosistem laut tersebut. Terkait hal tersebut masyarakat juga harus dapat bekerjasama dengan pemerintah, untuk menjaga dan mengawal wilayah laut dan perairan di daerah ini dari ancaman penjarahan dan pengrusakan oleh nelayan asing, yang pada umumnya menggunakan teknologi peralatan tangkap yang dapat mengancam serta menyebabkan kerusakan ekosistem laut tersebut secara masif. Untuk itu diperlukan peran dan dukungan semua pihak, karena jika hal ini tidak dilakukan maka keberadaan potensi kekayaan alam hasil laut yang ada, hanya akan dirasakan manfaatnya oleh generasi sekarang, tapi tidak akan dapat dinikmati lagi oleh generasi penerus bangsa ini dimasa yang akan datang.

2.1.2 Topografi, Hidrologi, dan Klimatologi A. Topografi

Dari sisi topografi lahan, secara umum wilayah Kabupaten Bireuen terdiri dari wilayah yang datar, landai, bergelombang dan berbukit. Kelerengan yang bervariasi antara 0-2 persen dan yang paling tinggi tingkat kelerengannya adalah dengan kemiringan di atas 40% yang tersebar di beberapa kecamatan.

Penjabaran kelerengan pada tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

(6)

Tabel 2.2

Kemiringan Lereng Kabupaten Bireuen Tahun 2011

KEMIRINGAN

LERENG KECAMATAN LUAS (HA) 0 - 2 % Gandapura 1.487,52

0 - 2 % Jangka 1.089,59

0 - 2 % Jeumpa 1.742,88

0 - 2 % Jeunib 2.334,71

0 - 2 % Juli 491,78

0 - 2 % Kota Juang 840,23

0 - 2 % Kuala 1.122,25

0 - 2 % Kuta Blang 1.516,48

0 - 2 % Makmur 131,38

0 - 2 % Pandrah 999,15

0 - 2 % Peudada 2.872,79

0 - 2 % Peulimbang 1.067,17 0 - 2 % Peusangan 2.259,19 0 - 2 % Peusangan Selatan 596,09 0 - 2 % Peusangan Siblah Krueng 37,23 0 - 2 % Samalanga 1.972,52 0 - 2 % Simpang Mamplam 3.154,17 0 - 2 % Simpang Mamplam 0,00 2 - 5 % Gandapura 2.117,23

2 - 5 % Jangka 1.303,24

2 - 5 % Jeumpa 466,26

2 - 5 % Jeunib 638,87

2 - 5 % Juli 883,31

2 - 5 % Kota Juang 776,34

2 - 5 % Kuta Blang 691,84

2 - 5 % Makmur 682,87

2 - 5 % Pandrah 680,90

2 - 5 % Peudada 256,08

2 - 5 % Peulimbang 745,28

2 - 5 % Peusangan 1.680,10 2 - 5 % Peusangan Selatan 1.135,87 2 - 5 % Peusangan Siblah Krueng 270,16

2 - 5 % Samalanga 453,71

2 - 5 % Simpang Mamplam 1.193,87 5 - 15 % Gandapura 1.051,06

5 - 15 % Jangka 1.356,09

5 - 15 % Jeumpa 3.546,04

5 - 15 % Jeunib 1.477,06

(7)

KEMIRINGAN

LERENG KECAMATAN LUAS (HA)

5 - 15 % Juli 10.510,60

5 - 15 % Kota Juang 74,31

5 - 15 % Kuala 602,31

5 - 15 % Kuta Blang 1.661,81

5 - 15 % Makmur 6.043,10

5 - 15 % Pandrah 1.093,50

5 - 15 % Peudada 9.516,78

5 - 15 % Peulimbang 1.912,49 5 - 15 % Peusangan 1.650,48 5 - 15 % Peusangan Selatan 2.679,14 5 - 15 % Peusangan Siblah Krueng 7.744,42 5 - 15 % Samalanga 1.570,47 5 - 15 % Simpang Mamplam 2.570,56 5 - 15 % Simpang Mamplam 0,00

15 - 40 % Jeumpa 4.627,17

15 - 40 % Jeunib 4.669,19

15 - 40 % Juli 11.193,43

15 - 40 % Pandrah 5.682,51 15 - 40 % Peudada 16.815,23 15 - 40 % Peulimbang 6.219,20 15 - 40 % Peusangan 317,86 15 - 40 % Peusangan Selatan 5.003,60 15 - 40 % Peusangan Siblah Krueng 3.153,54 15 - 40 % Samalanga 5.332,35 15 - 40 % Simpang Mamplam 6.575,80

> 40 % Jeumpa 503,67

> 40 % Jeunib 2.117,66

> 40 % Juli 39,24

> 40 % Pandrah 2.940,72

> 40 % Peudada 1.823,02

> 40 % Peulimbang 2.830,52

> 40 % Samalanga 4.758,13

> 40 % Simpang Mamplam 2.277,64 Jumlah (Ha) 179.631,77

Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, 2012

B. Geologi

Geologi wilayah Kabupaten Bireuen dapat di bagi atas beberapa jenis bebatuan yang menjadi tumpukan dan penampang pembentukan permukaan tahan. Hal ini didukung juga oleh penampang geologi permukaan sebagai sebaran

(8)

bebatuan baik lateral maupun vertikal hingga sampai pada kedalaman batuan dasar. Sebaran geologi diantaranya adalah Aluvium, Batuan Sendimen, Batuan Gunungapi, dan Batuan Sendimen-meta sendimen.

C. Hidrologi

Dalam menunjang berbagai kegiatan seperti pertanian, industri, rumah tangga dan lain sebagainya, sumber daya air yang dapat dimanfaatkan di wilayah Kabupaten Bireuen yaitu :

1. Perairan Terbuka

Perairan terbuka yang dapat dimanfaatkan di wilayah ini adalah sungai, yang semuanya berhulu di dataran tinggi bukit barisan dan bermuara ke Selat Malaka. Terdapat 1 buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang cukup besar yaitu DAS Krueng Peusangan sedangkan sub das lainnya, diantaranya Krueng Peudada, Krueng Pandrah, dan Krueng Jeunieb. Jika dilihat bentuk pola alirannya, maka sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini berbentuk sub pararel di bagian hulu hal ini karena wilayah yang bergunung sehingga pola aliran yang terbentuk mengikuti lereng dari suatu jalur pegunungan, sedangkan pada bagian hilir berbentuk linier. Keadaan sungai-sungai tersebut sebagian ada yang sudah terkena erosi yang mengakibatkan lingkungan rusak dan rawan bahaya banjir.

Banjir ini disebabkan karena terjadinya penggundulan hutan di wilayah hulu sungai.

2. Daerah Resapan Air

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara generik adalah suatu daerah aliaran sungai dan anak-anaknya sungainya dalam banyak literatur si sebut juga daerah tangkapan air atau basin (cekungan, lembah) sungai (river basin) atau satuan wilayah sungai dengan batasan bahwa semua air yang jatuh dari hujan atau keluar dari sumber air akan mengalir dalam suatu aliran pembuangan air (drainase) dan berkumpul di suatu outlet di wilayah pesisir yang dapat berupa estuari atau muara atau delta dan lahan basah. Daerah resapan air di Kabupaten Bireuen meliputi DAS Peusangan dan DAS Meuredu yang berhulu di dataran tinggi bagian selatan yang merupakan lembah-lembah atau punggung bukit yang

(9)

berfungsi untuk menangkap air hujan (Cachtment Area). Terdapat 16 (enam belas) sungai yang mengaliri wilayah ini dengan luas 1.842 ha, yang terbesar adalah sungai peusangan di samping sungai, daerah rawa – rawa ( Paya ) termasuk daerah resapan air yang perlu di jaga kelestariannya. Di Kabupaten Bireuen terdapat 29 (dua puluh sembilan) daerah rawa dengan luas 310 ha.

3. Daerah Rawa

Di Kabupaten Bireuen daerah berrawa tersebar di beberapa kecamatan, dari Kecamatan Samalanga sampai Gandapura, daerah-daerah tersebut merupakan sumber daya air dan daerah resapan yang perlu dijaga kelestariannya. Adapun daerah rawa ( Paya ) yang paling besar adalah Paya Nie seluas 150 ha yang berada di Kecamatan Gandapura. Luas keseluruhan daerah rawa di wilayah ini adalah 310 ha. Adapun rawa – rawa tersebut, yaitu di : Kecamatan Samalanga, Cot Mane (5 ha), Batee Glungku (6 ha), Glee Mudang (3 ha), Pigan (1 ha). Kecamatan Pandrah, Alie Iguih (3 ha), Kapula (1 ha), Cot Nase (2 ha), Kubang Tujoh (1 ha), Reudeu (1 ha). Kecamatan Jeunib, Rusab (1 ha), Jambo dalam (5 ha), Alue Syueng (1,5 ha). Kecamatan Peudada, Paya Kameng (7 ha), Pinto Rimba (3,5 ha). Kecamatan Jeumpa, Paya Jagat (14 ha). Kecamatan Juli, Paya Geudeubang (16 ha). Kecamatan Peusangan, Paya Cut (3 ha), Krueng Panjo (7 ha), Paya Lipah (5 ha), Paya Kura (3 (ha), Paya Beusalok (5 ha), Paya Umpung (8 ha). Kecamatan Jangka, Paya Bieng (5 ha), Paya Krueng mate (15 Ha), Paya Krueng Nie (8 ha). Kecamatan Makmur, Paya Leubu (7 ha), Paya Meuseujid (8 ha). Kecamatan Gandapura, Paya Nie (150 ha), Paya Geurogok (15 ha).

D. Klimatologi

Iklim merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk pertumbuhan tanaman. Kondisi iklim di Kabupaten Bireuen sebagaimana pada umumnya di Indonesia, Kabupaten Bireuen merupakan daerah tropis dengan tipe iklim muson, dengan klasifikasi menurut sistem mohr,schimidt dan ferguson termasuk dalam tipe C. Kondisi iklim di wilayah kabupaten Bireuen relatip lebih kering di banding dengan bagian lain di Provinsi Aceh. Hal ini di pengaruhi oleh adanya pegunungan

(10)

Bukit Barisan, yang mana secara umum wilayah Timur dan Utara merupakan wilayah yang lebih kering di bandingkan dengan wilayah sebelah Barat dan Selatan.Keadaan iklim secara umum di wilayah Kabupaten Bireuen dengan suhu rata-rata 30 0C dan kelembaban udara berkisar 84 – 89 %, bila di rata – rata dalam sepuluh tahun berkisar 86,6 %.

Curah hujan rata – rata tahunan di wilayah Kabupaten Bireuen berdasarkan pantauan dari 4 ( empat ) BPP adalah berkisar 1.447 mm pertahun, dengan rata- rata hari hujan adalah sebesar 120 hari pertahun. Pada bulan Agustus sampai Desember, curah hujan bulanan mencapai maksimal dengan rata-rata berkisar antara 9 – 19 hari dalam satu bulan. Pada bulan Juni curah hujan paling rendah dengan rata-rata curah hujan berkisar 84 mm dengan hari hujan sebanyak empat hari.

Tabel 2.3

Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rata Dirinci Menurut Bulan Di Kabupaten Bireuen,

Tahun 2010-2011

No. Bulan

Tahun

2010 2011

Curah Hujan

(mm) Hari

Hujan Curah Hujan

(mm) Hari

Hujan 1.

2.

3. 4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

168 207 131 96 122 45 64 112

57 291 126 120

19 9 11 12 15 12 9 11 13 16 12 19

112 380 262 135 99 39 30 82 46 234 267 23

17 18 19 15 9 8 8 10 10 24 16 5

Jumlah/Rata-rata 128.25 158 142.42 159

Sumber : Stat, BMKG Iskandar Muda.2012

2.1.3 Penggunaan Lahan

Berdasarkan sebarannya, pola penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen terbagi atas tiga wilayah yaitu wilayah pantai, wilayah tengah dan wilayah

(11)

pedalaman. Wilayah pantai di dominasi kegiatan tambak dan sawah, wilayah tengah kegiatan perdagangan dan jasa serta sawah dan wilayah pedalaman kegiatan dominan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan.

Penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen terbagi dalam 12 jenis penggunaan lahan, dengan luas terbesar 59.525,16 Ha yaitu pertanian lahan kering campur, dan luas terkecil dengan peruntukan rawa seluas 101,56 Ha.

Gambaran lebih rinci terkait rencana penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4

Rencana Penggunaan Lahan di Kabupaten Bireuen

KELAS GUNA LAHAN LUAS (HA) Tanah Terbuka/kosong 950,47

Tambak 4.814,43

Sungai 925,06

Semak/Belukar 22.313,63

Sawah 13.990,00

Rawa 101,56

Pertanian Lahan Kering Campur 59.525,16 Pertanian Lahan Kering 1.717,75

Permukiman 1.146,62

Hutan Primer 18.694,49

Hutan Lahan Kering Sekunder 55.034,42

Air 418,18

179.631,77

Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, Tahun 2012

2.1.4 Potensi Pengembangan Wilayah A. Struktur Ruang

Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting Kabupaten Bireuen Tahun 2011, kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi yang menempatkan Bireuen sebagai PKW, Hirarki pusat-pusat permukiman saat ini (eksisting) berada pada 17 Kecamatan. Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi pertumbuhan pembangunan yang

(12)

terkonsentrasi pada pusat kota (ibu kota kabupaten) atau pada kawasan tertentu saja. Hal ini juga berkenaan dengan penciptaan sistem pusat-pusat kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistem perkotaan yang efektif dan efisien.

Oleh karena itu, terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu didorong pertumbuhannya dan ada pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan mungkin dibatasi.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Matang Geulumpang Dua Ibukota Kecamatan Peusangan merupakan pusat kegiatan pendukung dari PKW Bandar Bireuen sebagai pengembangan dengan berfungsi utama dalam bidang pendidikan, perdagangan, perindustrian, simpul transportasi bagian timur, pertanian lahan basah, perikanan, pertahanan keamanan, pertambangan danpermukiman dengan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

B. Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota, mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang, sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun dan sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.

Pola ruang dirumuskan dengan klasifikasi yang terdiri atas kasawan lindung dan kawasan budidaya.

1. Kawasan Lindung

Peruntukan Rencana Kawasan Lindung di Kabupaten Bireuen didasari dengan ketentuan Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2009 adalah Kawasan Hutan Lindung, Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya, Kawasan Perlindungan Setempat, Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya, dan Kawasan Rawan Bencana Alam.

(13)

a. Kawasan Hutan Lindung

Pengelolaan Kawasan Lindung, dengan tujuan untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan hidup sebagai dampak dari pembangunan itu sendiri. Luas Kawasan Lindung di Kabupaten Bireuen adalah seluas 31.555,53Hektar atau 80,56

% dari luas wilayah sebagian besar tersebar di wilayah selatan, antara lain:

 Kecamatan Samalanga seluas 8.388,73 Ha;

 Kecamatan Simpang Mamplam seluas 5.074,09Ha;

 Kecamatan Pandrah seluas 6.256,83 Ha;

 Kecamatan Jeunieb seluas 3.058,36 Ha;

 Kecamatan Peulimbang seluas 5.203,72 Ha; dan

 Kecamatan Peudada seluas 3.573,77 Ha.

b. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya (Kawasan Berawa)

Kabupaten Bireuen memiliki daerah berawa tersebar di beberapa kecamatan, dari Kecamatan Samalanga sampai Gandapura dengan luas keseluruhan daerah berawa di wilayah Kabupaten Bireuen adalah 101 ha. Daerah- daerah tersebut merupakan sumber daya air dan daerah resapan yang perlu dijaga kelestariannya.

c. Kawasan Perlindungan Setempat

 Sempadan Pantai

Sempadan Pantai merupakan kawasan disepanjang pantai yang berfungsi mempertahankan kelestarian fungsi pantai dari gerusan, abrasi dan intrusi air laut.

Di wilayah Kabupaten Bireuen, kawasan sempadan pantai membentang di sepanjang pantai utara yang ditetapkan sebesar 200 meter dari titik selisih antara pasang surut air laut ke darat. Luas kawasan sempadan pantai yang ditetapkan sebagai bagian dari kawasan lindung adalah seluas 70.742 m2.

Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Bireuen di rencanakan seluas 649,81Ha. Adapun penetapan sempadan pantai ini ditekankan kepada pertimbangan karakteristik pantai. Pada daerah tertentu dimana terdapat arus pasang tinggi, baik yang disebabkan oleh pasang surut maupun long shore

(14)

current, yang ditimbulkan oleh gelombang pecah, usaha reboisasi harus dilakukan dengan tahapan yang berbeda.

 Sempadan Sungai

Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai yang berfungsi mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Luas kawasan sempadan sungai di wilayah Kabupaten Bireuen adalah sebesar 6.565,24 Hektar.

Luas sempadan sungai yang dimaksudkan diatas hanya sungai-sungai besar saja.

 Kawasan Sekitar Danau atau Waduk

Kawasan Sekitar Waduk di Kabupaten Bireuen yang direncanakan untuk peningkatan dan rehabilitasi seluas 1.340 Ha adalah:

- Waduk Padang Kasab seluas 60 Ha, terletak di Kec. Peulimbang;

- Waduk Paya Laotseluas 965 Ha, terletak di Kec. Peudada;

- Waduk Paya Peuradenseluas 300 Ha, terletak di Kec. Juli; dan - Waduk Paya Kareuengseluas 15 Ha, terletak di Kec. Peusangan.

Waduk akan di fungsikan nantinya sebagai sumber air irigasi, sumber air bersih, pembangkit tenaga listrik serta pariwisata, maka perlu dipertegas batas lapangan kawasan perlindungan.

d. Kawasan Lindung Spiritual

Kawasan lindung spiritual yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Bireuen akan direncanakan penetapan untuk perlindungan lokasi objek, antara lain:

 Museum Panglima Teungku Hamzah seluas 0,5 Ha, Makam Tun Sri Lanang seluas 1,5 Ha, dan Tugu Perjuangan Batee Iliek (Kuta Glee) seluas 0,5 Ha terletak di Kecamatan Samalanga;

 Makam Syuhada Teungku Kubu Lapan seluas 0,5 Ha, terletak di Kecamatan Simpang Mamplam;

 Makam Syuhada 44seluas 1,5 Ha, terletak di Kecamatan Jeunieb;dan

 Rumah Adat dan Makam Teungku Cik Awe Geutah seluas 2 Ha, terletak di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng.

(15)

2. Kawasan Budidaya

Peruntukan Rencana Kawasan Budidaya di Kabupaten Bireuen didasari dengan ketentuan Peraturan Menteri Nomor 16 tahun 2009 adalah Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Rakyat, Kawasan Peruntukan Pertanian, Kawasan Peruntukan Perkebunan, Kawasan Peruntukan Perikanan, Kawasan Peruntukan Pertambangan, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Peruntukan Pariwisata, Kawasan Peruntukan Permukiman, dan Kawasan Peruntukan Lainnya.

a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

 Hutan Produksi Terbatas

Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Bireuen telah direncanakan sebagai Hutan Lindung (HL) seluas 3.749,29Ha.

 Hutan Produksi

Kawasan Hutan Produksi Tetap yang direncanakan di Kabupaten Bireuen seluas 33.695,37 Ha

 Kawasan Hutan Rakyat

Kabupaten Bireuen mencakup areal seluas 2.302,27Ha atau 1,77 % dari luas kabupaten. Kawasan Hutan Rakyat tersebar dibeberapa kecamatan.

 Kawasan Peruntukan Pertanian - Pertanian Lahan Basah

Rencana pengembangan lahan sawah di Kabupaten Bireuen berada hampir di setiap kecamatan yang terletak di kawasan pantai dan kawasan tengah.

Luas areal persawahan yang direncanakan adalah seluas 17.138,68 Ha atau 12,37 % dari luas keseluruhan wilayah kabupaten

- Pertanian Lahan Kering

Pertanian lahan kering di Kabupaten Bireuen yang dominan adalah tanaman kedelai dan jagung yang secara umum sesuai dikembangkan pada daerah bagian utara dan tengah wilayah Kabupaten Bireuenseluas 14.702,81 ha. Lokasi lahan pertanian ini tersebar pada seluruh Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bireuen.

(16)

 Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan Perternakan yang akan direncanakan pengembangannya dalam wilayah Kabupaten Bireuenseluas 6.530,41 ha, meliputi:

- Kawasan sentra peternakan terpadu seluas 20,41 ha;

- Kawasan sentra pakan ternak berupa potensi kebun rumput seluas 845 ha,dan lahan pengembalaan seluas 5.665 ha, tersebar diseluruh kecamatan;

- Pengembangan sentra peternakan ternak kecil tersebar di seluruh kecamatan; dan

- Pengembangan sentra peternakan unggas berada tersebar di seluruh kecamatan.

 Kawasan Peruntukan Perkebunan

Dengan melihat hasil analisis kesesuaian lahan, luas lahan perkebunan yang ada, izin lokasi kawasan perkebunan, serta rencana pengembangan kawasan permukiman dan peruntukan lainnya, maka luas lahan perkebunan di Kabupaten Bireuen direncanakan seluas 55.219,09, antara lain:

- Peruntukan Perkebunan skala besar seluas 9.735,59 Ha; dan - Peruntukan perkebunan rakyat seluas 45.279,50 Ha.

Lahan perkebunan yang sangat potensial untuk dilakukan pengembangan dan peningkatan adalah kelapa dalam, pinang dan kakao. Sedangkan perkebunan sawit dan karet merupakan sektor komoditi yang harus disetarakan pengembangannya, sehingga dapat melayani bahan baku pengolahan minyak ke industri CPO.

 Kawasan Peruntukan Perikanan (Budidaya Perikanan)

Beberapa jenis ikan yang dihasilkan dari budidaya tersebut adalah Udang, Bandeng, Kepiting Bakau, Kerapu, Kakap Putih, Kepiting, Ikan Nila dan lain- lain. Disamping itu juga terdapat tempat-tempat pembenihan ikan. Budidaya Perikanan di Kabupaten Bireuen memiliki luasan 5.702,59 Ha.

 Kawasan Peruntukan Pertambangan

- Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam, meliputi:

(17)

o Potensi Emas berada di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng yang berlokasi di Buket Sudan dan Pante Karya; dan

o Potensi Pasir Besi berada pada kawasan pesisir pantai, meliputi: Kecamatan Jangka dan Kecamatan Gandapura.

- Kawasan peruntukan pertambangan non-logam berupa: Potensi Lempung seluas 1.250.000 m2, Potensi Pasir Sungai seluas 22.430.000 m2, Potensi Sirtu atau Pasir Batu seluas 21.450.000 m2, Tanah Timbunan seluas 4.950.000 m2, Batu Andesit seluas 2.430.000 m2, Batu Gunung seluas 12.500.000 m2

- Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi, meliputi:

Kecamatan Peusangan, Kec. Jeumpa dan Kec. Makmur

- Potensi Minyak Lepas Pantai berada di kawasan pesisir Kecamatan Samalanga dan Kecamatan Simpang Mamplam.

 Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan Industri yang terdapat di wilayah Kabupaten Bireuen, dilakukan di seluruh wilayah kabupaten yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan Industri, meliputi:

- Peruntukan Industri Besar

Industri Besar yang terdapat di wilayah Kabupaten Bireuen, berupa Kawasan Cot Batee Geulungku seluas 626,80 Ha, meliputi: Kecamatan Simpang Mamplam dan Pandrah.

- Peruntukan Industri Menengah

Industri menengah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bireuen, meliputi:

o Kecamatan Kuta Blang berupa pengembangan industri alat-alat pertanian dan koraseri;

o Kecamatan Juli berupa Pengembangan industri bio diesel;

o Pengembangan industri CPO, meliputi:Kecamatan Juli dan Kecamatan Gandapura seluas 20 Ha;

o Pengembangan industri produksi garam, meliputi: Kecamatan Jeunieb, Peulimbang, Jangka;

(18)

o Pengembangan industri perabotan dan industri alat pertanian berada di Kecamatan Peusangan;

- Industri Rumah Tangga

o Pengembangan dan peningkatan industri rumahan berupa produksi keripik pisang, singkong dan sukun, meliputi: Kecamatan Jeumpa, Kota Juang, Peusangan;

o Pengembangan dan peningkatan industri berupa kerajinan rotan dan bamboo, meliputi:Kecamatan Kota Juang, Gandapura;

o Pengembangan dan peningkatan industri berupa produksi pengolahan ikan, meliputi: Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Jeunieb, Peudada, Jeumpa, Kuala dan Jangka.

 Kawasan Peruntukan Pariwisata - Pariwisata Budaya/Sejarah

Rencana peningkatan obyek wisata budaya berupa makam, tugu, rumah adat dan mesjid yang mempunyai nilai historis yang tersebar di seluruh Kecamatan, meliputi:

o Mesjid Kuno Samalanga berada di Gampong Keude Aceh terletak di Kecamatan Samalanga;

o Goa Kurok Kurok Jepang terletak di Kecamatan Simpang Mamplam;

o Makam Meureudom Ratna terletak di Kecamatan Jeumpa; dan

o Pendopo Bupati/Batee Kureng dan Tugu Perjuangan terletak di Kecamatan Kota Juang.

- Pariwisata Alam

Rencana Peningkatan Obyek wisata alam, yang tersebar di wilayah Kabupaten Bireuen, meliputi:

o Krueng Samalanga terletak di Kecamatan Samalanga;

o Pantai Reuleng Manyang terletak di Kecamatan Simpang Mamplam;

o Kecamatan Juli, meliputi: Krueng Simpo, Panorama Cot Panglima dan Air Terjun Km 31 dan Irigasi Pante Lhoong berada di Gampong Beunyot.

- Pariwisata Pantai/Bahari

(19)

Rencana Peningkatan Obyek wisata Pantai/Bahari, yang tersebar dalam wilayah Kabupaten Bireuen, meliputi:

o Kecamatan Simpang Mamplam, meliputi:Pantai Peuneulot Baroh, Pantai Ulee Kareng, dan Pantai Calok.

o Pantai Kuala Jeumpa terletak di Kecamatan Jeumpa;

o Kecamatan Kuala, meliputi: Pantai Kuala Raja, Pantai Ujong Blang, Pantai Krueng Juli Barat dan Pantai Krueng Juli Timu.

o Pantai Kuala Jangka terletak di Kecamatan Jangka.

- Pariwisata Buatan

Rencana Peningkatan Obyek wisata Buatan, yang tersebar dalam wilayah Kabupaten Bireuen, meliputi:

o Wisata Perasan Air tebu tradisional terletak di Kecamatan Simpang Mamplam;

o Wisata Irigasi Lhok Kulam terletak di Kecamatan Jeunieb;

o Wisata Tempat Pemancingan Ikan Waduk Paya Laot terletak di Kecamatan Peudada;

o Wisata Bendungan Air Paya Geudeubang terletak di Kecamatan Jeumpa.

o Wisata Bendungan Teupin Mane terletak di Kecamatan Juli;

o Kecamatan Peusangan, meliputi:Wisata Waduk paya Lipah danWisata Bendungan Karet;

o Paya Nie sebagai Objek wisata fishing (pemancingan) terletak di Kecamatan Kuta Blang;

o Paya Jagat sebagai objek Wisata Pemancingan terletak di Kecamatan Jeumpa;dan

o Wisata Paya Kareueng terletak di Kecamatan Kota Juang.

- Pariwisata Minat Khusus

Rencana Peningkatan Obyek wisata Minat Khusus, yang berada dalam wilayah Kabupaten Bireuen adalah objek wisata arung jeuram pada hulu Krueng Simpo berada di Kecamatan Juli.

 Kawasan Peruntukan Permukiman

- Permukiman Perkotaan memiliki luasan 693,77 Ha, meliputi:

(20)

o Kawasan Kota Samalanga seluas 49,09 ha;

o Kawasan Kota Simpang Mamplam seluas 11,38 ha;

o Kawasan Kota Pandrah seluas 5,88 ha;

o Kawasan Kota Jeunieb seluas 18,04 ha;

o Kawasan Kota Peulimbang seluas 19,60 ha;

o Kawasan Kota Peudada seluas 23,63 ha;

o Kawasan Kota Jeumpa seluas 17,08 ha;

o Kawasan Kota Kota Juang seluas 401,99 ha;

o Kawasan Kota Kuala seluas 4,77 ha;

o Kawasan Kota Jangka seluas 8,17 ha;

o Kawasan Kota Peusangan seluas 74,98 ha;

o Kawasan Kota Peusangan Selatan seluas 0,04 ha;

o Kawasan Kota Peusangan Siblah Krueng seluas 2,59 ha;

o Kawasan Kota Makmur seluas 3,22 ha;

o Kawasan Kota Kuta Blang seluas 5,74 ha; dan o Kawasan Kota Gandapura seluas 47,57 ha.

- Permukiman Pedesaan o Kawasan Pesisir

Dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bireuen, 11 di antaranya secara administrasi berbatasan langsung dengan wilayah laut. Kecamatan tersebut, meliputi: Kecamatan, Simpang Mamplam, PandrahJeunieb, Peulimbang, Peudada,Jeumpa, Kuala, Jangka, Peusangan, Kuta Blang, dan Gandapura.

Di wilayah pesisir Bireuen terdapat 23 muara (Kuala) yang merupakan kawasan hilir dari beberapa sungai yang berhulu di dataran tinggi bagian selatan, yang sebagian besar dimanfaatkan untuk pertanian, pertambakan dan juga keperluan hidup masyarakat setempat.

- Kawasan Pedalaman

Dalam wilayah Kabupaten Bireuen memiliki kawasan yang termasuk dalam Kawasan pedalamam, tersebar pada beberapa kecamatan, antara lain:

Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb, Peulimbang,

(21)

Peudada, Jeumpa, Juli, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Kruengdan Makmur.

Rencana penanganan yang harus segera dilakukan adalah melakukan pemberdayaan masyarakat pedalaman dengan pembekalan kemampuan individu serta mempercepat pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk masyarakat pedalaman.

- Kawasan Transmigrasi Lokal

Dalam wilayah Kabupaten Bireuen memiliki kawasan transmigrasi yang telah direncanakan penempatan lokasi permukimannya yang tersebar di 7 Kecamatan, meliputi:

o Kecamatan Simpang Mamplam, meliputi: Transmigrasi Krueng Meusagoeb seluas 183,71 Ha; dan Transmigrasi Lhok Tanoh seluas 300 Ha.

o Transmigrasi Blang Pohroh seluas 209,87 Haterletak di Kecamatan Jeunieb;

o Transmigrasi Krueng Simpo seluas 168,85 Haterletak di Kecamatan Juli;

o Kecamatan Peudada, meliputi: Transmigrasi Alue Kuta seluas 106,45 Ha; dan Transmigrasi Blang Paya seluas 200 Ha.

o Transmigrasi Blang Mane seluas 397,61 Haterletak di Kecamatan Peusangan Selatan; dan

o Transmigrasi Alue Geulumpang seluas 198,42 Ha, terletak di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng.

 Kawasan Pertahanan dan Keamanan

Dalam upaya pengamanan daerah yang merupakan bagian dari strategi pertahanan dan keamanan daerah. Kawasan militer yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Bireuen antara lain:

- Keberadaan kawasan militer, meliputi:

o Kodim 0111/Bireuenterletak di Kecamatan Jeumpa;

o Kompi Senapan DYonif 113/JS terletak di Kecamatan Pandrah;

o Kompi Ban Yonif 113/JS terletak di Kecamatan Kota Juang;

o Mayonif 113/JS dan Kompi Markas Yonif 113/JS terletak di Kecamatan Juli;

dan

(22)

o Keberadaan Koramil, meliputi;

o Koramil 01/Bireuen terletak di Kecamatan Kota Juang;

o Koramil 02/Samalanga berada di Gampong Meunasah Lueng;

o Koramil 03/Jeunieb berada di Gampong Keude Jeunieb;

o Koramil 04/Peudada berada di Gampong Meunasah Pulo;

o Koramil 05/Juli berada di Gampong Beunyot;

o Koramil 06/Peusangan berada di Gampong Keude Matang Geulumpang Dua;

o Koramil 07/Jangka berada di Gampong Jangka Mesjid;

o Koramil 08/Gandapura berada di Gampong Geurugok;

o Koramil 09/Makmur berada di Gampong Ulee Gle;

o Koramil 10/Pandrah berada di Gampong Pandrah Kandeh;

o Kecamatan Simpang Mamplam berada di Gampong Meunasah Mamplam;

o Kecamatan Peulimbang berada di Gampong Keude Peulimbang;

o Kecamatan Jeumpa berada di Gampong Blang Bladeh;

o Kecamatan Kuala berada di Gampong Cot Batee;

o Kecamatan Peusangan Siblah Krueng berada di Gampong Luen Danun;

o Kecamatan Peusangan Selatan berada di Gampong Geulanggang Labu; dan o Kecamatan Kuta Blang berada di Gampong Kulu Kuta.

- Kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) Marinir terletak di Kecamatan Peudada; dan

- POM (Polisi Militer) terletak di Kecamatan Kota Juang.

 Kawasan Keamanan

- Kantor Polisi Resor berada di berada di Kecamatan Peusangan;

- Kantor Kepolisian Sektor, terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Bireuen.

- Polisi Air (POLAIR) berada di Kecamatan Peudada

(23)

Gambar 2.2

Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bireuen

Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, 2013

2.1.5 Wilayah Rawan Bencana A. Daerah Rawan Gempa

Gempa adalah suatu kejadian dimana lapisan bumi mengalami pergeseran, baik pergeseran arah vertical maupun horizontal. Ini dipengaruhi oleh adanya lapisan/gugusan lempengan sembako yang melintang dari ujung barat Kota Banda Aceh sampai sepanjang pesisir pantai barat, yang mengakibatkan imbasan gerakan lempeng tersebut dapat dirasakan sampai kepesisir pantai timur yang melintasi Kabupaten Bireuen.

Jika ditinjau dari Struktur Tatanan Geologi Tektonik Regional pulau Sumatera dari arah barat laut melalui pulau jawa sampai di Indonesia Bagian Timur merupakan jalur magmatik dan jalur busur luar dari rangkaian gunung berapi aktif dan di bagian pantai barat terdapat Trench (Palung).

(24)

B. Daerah Rawan Abrasi dan Tsunami

Wilayah Kabupaten Bireuen termasuk yang terkena dampak dari hantaman gelombang tsunami yang terjadi tanggal 26 Desember 2004. Wilayah pesisir adalah daerah yang paling terkena dampak abrasi dan tsunami yang merupakan sebagian besar peruntukan lahannya adalah tambak dan pantai. Faktor lain yang memperparah kerusakan adalah tidak adanya kawasan penyangga alamiah (Buffer Zone) yang dapat menahan laju gelombang tsunami ke arah darat.

C. Daerah Potensi Banjir

Kabupaten Bireuen berpotensi banjir ringan atau rendah. Hal ini disebabkan topografi Kabupaten Bireuen dengan kelerengan yang bervariasi dan hanya sebagian kecil pada wilayah pesisir yang memiliki potensi banjir. Faktor terjadinya banjir sangat memungkinkan dikarenakan kondisi curah hujan yang anomali.

Untuk lebih jelas mengenai potensi banjir di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada table berikut.

Table 2.5

Potensi Banjir Kabupaten Bireuen Tinggi Genangan Keterangan Luas (Ha)

No Data Potensi rendah 18.227,72 0.50 - 1.00 m Potensi rendah 5.046,37 1.00 - 1.50 m Potensi rendah 403,32 1.30 - 1.50 m Potensi rendah 16.584,51 1.50 - 2.00 m Potensi rendah 13.648,64

53.910,55

Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, 2013

(25)

Gambar 2.3

Peta Potensi Banjir Kabupaten Bireuen

Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, 2012

D. Daerah Rawan Longsor dan Gerak Tanah

Kawasan rawan gerakan tanah dan/atau longsor di Kabupaten Bireuen seluas 8.379,23 ha, meliputi Kecamatan Samalanga seluas 48,57 ha, Peulimbang seluas 1.047,75 ha dan Juli seluas 8.330,66 ha. Kawasan gerak tanah yang berpotensi rawan secara menyatu terdapat pada jalan nasional Bireuen – Aceh Tengah sekitar km 11 sampai km 30.

Dampak dari gerakan tanah tersebut mengakibatkan hancurnya kawasan permukiman penduduk, rusaknya perkebunan masyarakat, infrastruktur, jaringan listrik dan komunikasi. Kerusakan infrastruktur mengakibatkan putusnya akses dari Kabupaten Bireuen ke Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, sehingga pergerakan orang dan barang antar kabupaten terhambat.

(26)

Gambar 2.4

Peta Potensi Gerak Tanah Kabupaten Bireuen

Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, 2012

2.1.6 Demografi

a. Perkembangan dan Distribusi Penduduk

Kualitas dan produktifitas masyarakat merupakan sasaran dan tujuan utama yang ingin dicapai oleh pemerintah dari proses pembangunan yang dilaksanakannya, termasuk dalam hal ini yang diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bireuen. Kualitas penduduk yang meningkat serta memiliki daya saing yang tinggi diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya ekonomi ataupun sumber daya alam yang dimiliki secara lebih optimal dengan tetap mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang pada akhirnya dapat mewujudkan pencapaian taraf hidup masyarakat yang lebih sejahtera.

Karena itu, potensi sumber daya manusia (SDM) masyarakat Kabupaten Bireuen diharapkan dapat memainkan peran dan fungsi secara lebih maksimal dengan terlibat secara aktif sebagai bagian ataupun pelaku dari proses

(27)

pembangunan daerah itu sendiri. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, maka keberadaan SDM di daerah dikhawatirkan justru dapat menjadi beban bahkan dapat menjadi penghambat dari pembangunan itu sendiri dimasa mendatang.

Perkembangan aktivitas ekonomi yang menunjukkan trend yang terus membaik di Kabupaten Bireuen selama ini, dinilai ikut memilki implikasi terhadap kecenderungan peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 tercatat angka jumlah penduduk Kabupaten Bireuen adalah sebanyak 367.210 jiwa. Angka jumlah penduduk tersebut mengalami peningkatan menjadi 374.703 jiwa pada tahun 2008, atau naik sebesar 2,04 persen. Selanjutnya, jumlah penduduk Kabupaten Bireuen terus meningkat hingga mencapai jumlah sebanyak 398.201 jiwa pada tahun 2011. Hal tersebut kiranya menggambarkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2007-2011) terjadi peningkatan atau pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bireuen sebesar 8,44 persen. Gambaran terkait pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bireuen tersebut dapat dilihat pada tampilan gambar berikut.

Gambar 2.5

Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kabupaten Bireuen Tahun 2007-2011

Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2012 (diolah)

Selama periode tahun 2007–2011, terlihat besaran angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Bireuen secara rata-rata adalah sebesar 2,05 persen

(28)

per-tahun. Peningkatan jumlah penduduk tersebut dapat disebabkan selain oleh karena meningkatnya jumlah/angka kelahiran, juga dimungkinkan oleh adanya trend perpindahan penduduk dari daerah lain ke Kabupaten Bireuen, dalam hal ini untuk tinggal/menetap dan mencoba mencari peruntungan di daerah ini, dengan menjalankan usaha atau bekerja di daerah ini.

Pada prinsipnya pemerintah daerah beserta segenap unsur terkait, terutama masyarakat Kabupaten Bireuen, akan sangat terbuka bagi masyarakat pendatang dari daerah lain, terlebih yang dalam hal ini bermaksud untuk menjadikan daerah ini sebagai pilihan lokasi investasi. Kondisi tersebut tentunya juga harus dapat dimanfaatkan sebagai peluang oleh penduduk setempat (lokal), untuk dapat meningkatkan kualitas hidup diri dan keluarganya, yang sekaligus dapat menjadi bentuk peran sertanya dalam upaya mendorong dan meningkatkan perekonomian daerah.

Pada sisi lain, besaran jumlah/angka pertambahan penduduk tersebut tentunya juga perlu diikuti dengan berbagai langkah dan upaya, maupun kebijakan yang mendorong perluasan dan penyediaan lapangan kerja, terutama bagi masyarakat/penduduk yang tergolong dalam usia angkatan kerja di daerah ini. Selain itu, bagi penduduk usia sekolah juga harus dipastikan mendapat akses kepada fasilitas pelayanan pendidikan yang berkualitas, sesuai dengan jenjang pendidikan dan usia penduduk tersebut. Hal ini sekaligus menjadi wujud investasi sumber daya manusia, yang nantinya akan menghasilkan SDM daerah ini yang lebih berkualitas dalam menyongsong dan mengisi pembangunan daerah yang lebih baik dimasa mendatang.

Jika dilihat berdasarkan distribusi sebaran penduduk di wilayah Kabupaten Bireuen, selama ini terlihat kecenderungan sebaran jumlah penduduk yang relatif belum cukup merata. Terdapat sebagian wilayah kecamatan di daerah ini yang memiliki penduduk dengan jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sejumlah kecamatan lainnya. Pada tahun 2011, tercatat sebanyak 45.625 jiwa atau 11,46 persen penduduk Kabupaten Bireuen berdomisili di Kecamatan Kota Juang, yang sekaligus merupakan wilayah ibukota Kabupaten Bireuen. Disusul

(29)

kemudian oleh kecamatan Jeumpa yang letaknya bersebelahan langsung dengan kecamatan yang menjadi wilayah ibukota kabupaten tersebut, dengan jumlah penduduk sebanyak 32.926 jiwa atau 8,27 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Sementara kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Pandrah, dengan jumlah penduduk 7,844 jiwa atau sebesar 1,97 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Kondisi terkait sebaran/distribusi jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Bireuen dapat dilihat secara lebih rinci pada tabel berikut.

Tabel 2.6

Distribusi dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kab. Bireuen Tahun 2011

No. Kecamatan Luas

Wilayah (Km2)

Jlh.

Penduduk (Jiwa)

Jlh. RT

(KK) Kepadatan per-Km2

1 Samalanga 138,84 27.832 5.785 200

2 Simp. Mamplam 157,47 25.030 5.992 159

3 Pandrah 113,98 7.844 2.164 69

4 Jeunib 112,46 22.820 5.815 203

5 Peulimbang 127,79 10.477 2.516 82

6 Peudada 312,63 24.545 5.781 79

7 Juli 232,48 29.397 7.133 126

8 Jeumpa 108,93 32.926 7.108 302

9 Kota Juang 16,91 45.625 10.143 2.698

10 Kuala 16,87 16.539 3.710 980

11 Jangka 37,43 26.287 5.893 702

12 Peusangan 53,95 48.582 11.097 901

13 Peusangan Selatan 94,78 13.379 3.286 141

14 Peusangan Sb. Krueng 114,95 10.686 2.625 93

15 Makmur 70,10 14.205 3.320 203

16 Gandapura 47,06 21.359 4.965 454

17 Kuta Blang 38,70 20.668 4.664 534

Kab. Bireun 1.795,34 398.201 91.997 222

Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2012

Data pada tabel tersebut juga memberikan gambaran bahwa tingkat kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan dalam Kabupaten Bireuen selama ini juga masih belum cukup merata. Terdapat sejumlah kecamatan dengan wilayah yang relatif luas, namun tidak diimbangi dengan kuantitas

(30)

ataupun jumlah penduduk di kecamatan tersebut. Kondisi demikian antara lain terlihat di Kecamatan Peudada, dengan luas wilayah 312,63 Km2 serta jumlah penduduk pada tahun 2011 tercatat sebanyak 24.545 jiwa, maka rata-rata kepadatan penduduk di kecamatan Peudada adalah 79 jiwa/km2. Fenomena luas wilayah yang tidak diimbangi dengan jumlah penduduk ini, juga dinilai dapat berakibat tidak optimalnya pemanfaatan dan pemberdayaan potensi sumber daya ekonomi lokal, seperti sumber daya lahan yang ada di wilayah tersebut.

Kondisi sebaliknya justru terlihat di Kecamatan Kota Juang dengan luas wilayah 16,916 Km2 dan jumlah penduduk tahun 2011 tercatat sebanyak 45.625 jiwa, maka tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Kota Juang mencapai 2.698 jiwa/km2. Gambaran tingkat kepadatan penduduk dengan jumlah yang cukup tinggi juga dinilai berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan, seperti kelestarian lingkungan maupun berbagai permasalahan sosial ekonomi lainnya. Apabila dilihat secara menyeluruh, rata-rata tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Bireuen tahun 2011 tercatat 222 jiwa/km2, masih diatas rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Aceh yaitu sebesar 78 jiwa/km2. b. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sebagaimana kondisi yang dirasakan di daerah lain pada umumnya, dominasi jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan dalam struktur kependudukan Kabupaten Bireuen selama ini juga merupakan suatu bentuk tantangan, yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai suatu wujud peluang tersendiri bagi upaya pembangunan daerah yang dijalankan dimasa mendatang.

Hal tersebut disebabkan karena pada hakikatnya kaum perempuan sehari-hari lebih memiliki keluangan waktu setelah menjalankan tugas dan kewajiban utamanya mengurus rumah tangga, sebagaimana yang menjadi kelaziman dalam kehidupan masyarakat Aceh selama ini. Waktu luang tersebut tentunya dapat dimanfaatkan untuk melakukan berbagai bentuk kegiatan yang bersifat produktif yang dapat membantu perekonomian keluarganya. Karena itu, kebijakan pembangunan daerah yang terkait dengan upaya pemberdayaan peran kaum

(31)

perempuan dalam menggerakkan perekonomian keluarga di daerah ini perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Selain mengantisipasi dampak daripada disparitas gender secara umum, upaya pemberdayaan kaum perempuan tersebut perlu lebih diarahkan pada upaya-upaya untuk dapat lebih memberdayakan peran kaum perempuan agar lebih produktif, berkualitas dan memiliki daya saing yang lebih tinggi, baik dalam wujud aktifitas maupun kegiatan-kegiatan ekonomi, pemerintahan, politik, dan sosial kemasyarakatan lainnya.

Selama kurun waktu antara tahun 2007–2011, struktur penduduk Kabupaten Bireuen berdasarkan jenis kelamin masih didominasi oleh kaum perempuan. Pada tahun 2007 tercatat jumlah penduduk laki-laki sebanyak mencapai 174.860 jiwa atau 49,12 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Bireuen, sedangkan jumlah penduduk perempuan tercatat sebanyak 181.129 jiwa atau 50,88 persen. Berikutnya pada tahun 2008, tercatat jumlah penduduk perempuan sebanyak 181.754 jiwa (50,88 persen), sedangkan laki-laki berjumlah sebanyak 171.464 jiwa (49,12 persen). Pada tahun-tahun berikutnya komposisi jumlah penduduk perempuan masih terus mendominasi meskipun dengan besaran perbandingan yang mengalami peningkatan sangat kecil dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2010 tercatat jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Bireuen sebanyak 198.269 jiwa (50,93 persen), sedangkan laki-laki berjumlah 191.019 (49,07). Kecenderungan yang sama terjadi pada tahun 2011, dimana jumlah penduduk perempuan sebanyak 202.808 jiwa, dengan besaran perbandingan yang sama dari tahun sebelumnya yaitu 50,93 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Sementara jumlah penduduk laki-laki di tahun 2011 tercatat sebanyak 195.393 jiwa (49,07 persen).

(32)

Gambar 2.6

Perkembangan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Bireuen Tahun 2007-2011

Sumber : Bireuen Dalam Angka Tahun 2008 – 2012, BPS Kab. Bireuen

Gambaran data pada grafik tersebut kiranya dapat menunjukkan bahwa selama kurun waktu antara tahun 2007–2011, terlihat pertumbuhan jumlah penduduk perempuan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk laki-laki. Rata-rata angka pertumbuhan penduduk perempuan secara keseluruhan dalam kurun waktu tersebut adalah 2,73 persen, sementara rata-rata angka pertumbuhan penduduk laki-laki dalam periode waktu yang sama tercatat sebesar 2,69 persen.

c. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Berdasarkan struktur usia penduduk, tantangan yang dihadapi dalam hal ini adalah masih relatif tingginya angka ketergantungan (dependency ratio) antara penduduk kelompok usia produktif, dengan penduduk kelompok usia belum/tidak produktif. Selama kurun waktu tahun 2007–2010 rasio angka ketergantungan ini di Kabupaten Bireuen dinilai masih cukup tinggi, meskipun sudah terlihat tren penurunan dalam hal ini. Tingginya angka ketergantungan dalam struktur kependudukan suatu daerah dinilai dapat berimplikasi pada pengelolaan sumber- sumber daya ekonomi lokal yang kurang optimal, mengingat sebagian sumber daya yang ada lebih tersita pemanfaatannya bagi pemenuhan tuntutan kebutuhan

(33)

hidup penduduk kategori usia belum produktif (0-14 tahun) dan penduduk usia non produktif (65+ tahun).

Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa pada tahun 2007, angka beban ketergantungan penduduk Kabupaten Bireuen tercatat sebesar 50,33.

Ini bermakna bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif yang ada di Kabupaten Bireuen, menanggung beban penduduk non produktif sedikitnya 50 orang. Berikutnya pada tahun 2008, terlihat adanya peningkatan angka ketergantungan menjadi sebesar 54,30. Namun di tahun 2009 terjadi penurunan besaran angka ketergantungan penduduk Kabupaten Bireuen menjadi 48,57, atau yang berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif yang ada di Kabupaten Bireuen menanggung beban penduduk usia belum/tidak produktif sekitar 48 atau 49 orang.

Secara keseluruhan dari jumlah penduduk Kabupaten Bireuen pada tahun 2011, 65,34 persen di antaranya merupakan penduduk yang termasuk dalam kategori usia produktif. Angka tersebut juga cenderung meningkat dibanding tahun 2007, dimana komposisi penduduk usia produktif berjumlah 64,5 persen.

Sebaliknya, penduduk yang tergolong belum dan non produktif (anak-anak/remaja dan lanjut usia) mengalami penurunan menjadi 34,70 persen di tahun 2011, dari sebelumnya pada tahun 2007 sebanyak 35,4 persen.

Jumlah penduduk usia produktif semestinya perlu disikapi dengan menempuh kebijakan yang mengarah pada upaya untuk dapat membuka akses lebih luas bagi masyarakat untuk berpartisipasi, terlibat dan berperan aktif di semua sektor pembangunan. Penduduk usia produktif merupakan komponen angkatan kerja yang membutuhkan ketersediaan lapangan kerja maupun kesempatan dan akses untuk berusaha. Apabila penduduk usia produktif yang ada tidak terserap sepenuhnya pada lapangan kerja yang tersedia, maka akan menimbulkan masalah pada jumlah pengangguran beserta sejumlah penyakit sosial. Bahkan terbatasnya kesempatan kerja tersebut dapat menyebabkan pengalihan potensi sumber daya manusia yang ada ke daerah lain, karena pada hakikatnya manusia butuh pekerjaan untuk memperoleh pendapatan (income)

(34)

yang dapat mereka gunakan untuk bertahan hidup (survive). Gambaran terkait hal tersebut dapat dilihat pada tampilan grafik berikut.

Gambar 2.7

Perkembangan Penduduk Kabupaten Bireuen

Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 – 2011 (dalam persen)

Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2012

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

Perekonomian Kabupaten Bireuen dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang relatif cukup pesat. Hal tersebut antara lain tentu ikut didorong oleh berbagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bireuen, dengan dukungan peran serta masyarakat dan pelaku dunia usaha/swasta, melalui berbagai wujud kontribusi yang cukup berarti dalam tatanan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat bagi peningkatan kinerja ekonomi daerah secara lebih luas. Kondisi ini juga dapat menggambarkan bahwa usaha ekonomi yang dijalankan oleh warga masyarakat Kabupaten Bireuen selama ini semakin berkembang. Gambaran secara lebih nyata dari realita tersebut

(35)

juga terlihat dari kecenderungan peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bireuen selama kurun waktu beberapa tahun terakhir.

Dari tahun 2007–2011, trend pertumbuhan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Bireuen terus mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan, dengan angka pertumbuhan rata-rata sebesar 12,97 persen per-tahun.

Pada tahun 2007, PDRB ADHB Kabupaten Bireuen tercatat sebesar Rp. 3.78 triliun, yang kemudian meningkat sebesar 15,72 persen menjadi sebesar Rp. 4,49 triliun pada tahun berikutnya (2008). Nilai PDRB ADHB tersebut terus meningkat menjadi Rp. 5,24 triliun di tahun 2009 atau naik sebesar 14,31 persen dari tahun sebelumnya. Selanjutnya di tahun 2010 PDRB ADHB Kabupaten Bireuen adalah sebesar Rp. 6,02 triliun yang juga naik sebesar 13,25 persen dari tahun sebelumnya. Namun di tahun 2011, meskipun nilai PDRB ADHB mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 6,61 triliun, namun bila dibandingkan dari besaran peningkatan tahun sebelumnya terjadi penurunan, dimana pada tahun 2011 PDRB ADHB Kabupaten Bireuen hanya meningkat sebesar 9,01 persen dari besaran tahun sebelumnya.

Tanpa memasukkan perhitungan angka inflasi, nilai PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) Kabupaten Bireuen selama periode 2008–2011 juga menunjukkan trend peningkatan. Besaran rata-rata peningkatan nilai PDRB ADHK Kabupaten Bireuen selama kurun waktu tersebut adalah 4,97 persen per-tahun. Secara absolut, nilai PDRB ADHK pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp. 2.78 triliun, yang meningkat bila dibandingkan dengan nilai PDRB ADHK tahun 2008 sebesar Rp. 2,38 triliun. Trend peningkatan nilai PDRB ADHB dan PDRB ADHK tersebut selama ini juga harus diakui sebagai bagian dari buah upaya kerja keras pemerintah daerah melalui implementasi bebrbagai program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini, serta upaya dan peran serta masyarakat dan pelaku dunia usaha/swasta dalam menggerakkan roda perekonomian daerah.

Gambaran perkembangan nilai PDRB Kabupaten Bireuen dalam kurun waktu tahun 2008–2011 tersebut dapat dilihat pada tampilan gambar berikut ini.

(36)

Gambar 2.8

Perkembangan PDRB Kabupaten Bireuen Tahun 2008-2011 (Rp. Juta)

Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2012

Jika dilihat lebih jauh berdasarkan peran sektoral dalam pembentukan nilai PDRB ADHB, terlihat bahwa sektor pertanian selama ini masih terus memiliki peran yang paling dominan diantara sektor-sektor lain dalam struktur perekonomian daerah Kabupaten Bireuen. Secara absolut nilai tambah produksi sektor pertanian dalam PDRB ADHB terus meningkat selama kurun waktu tahun 2008-2011. Pada tahun 2008 nilai tambah sektor pertanian masih tercatat sebesar Rp. 1,87 triliun, sementara pada tahun 2011 nilai tambah sektor ini telah tercatat sebesar 2,42 triliun. Artinya memang selama kurun waktu antara tahun 2008–

2011, besaran nilai tambah sektor pertanian dalam PDRB ADHB Kabupaten Bireuen mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,15 persen per-tahun.

Namun demikian jika dilihat berdasarkan kontribusi sektor pertanian tersebut terhadap pembentukan PDRB ADHB Kabupaten Bireuen secara keseluruhan, terlihat kecenderungan menurunnya peran kontribusi sektor pertanian, dimana pada tahun 2008 tercatat kontribusi sebesar 41,76 persen, sedangkan dalam PDRB ADHB tahun 2011 yang lalu, secara keseluruhan peran sektor pertanian turun menjadi sebesar 36,64 persen. Fenomena tersebut kiranya

Referensi

Dokumen terkait

A.. terlambat datang ke sekolah. Siswa itu terlambat sekitar 15 menit setelah pagar sekolah ditutup. Namun petugas penjaga gerbang masih membolehkan masuk. Hal ini

Dalam melengkapi penulisan sampai dengan saat ini ini beberapa pihak telah memberikan masukan serta memberikan konstribusi yang positif, sehingga di dalam

Hasil dari perhitungan algoritma gajah mada dinyatakan stroke hemoragik (perdarahan intraserebral) jika didapatkan ketiganya (+)/2 dari 3 kriteria (+), jika

Hal tersebut terbukti dengan rendahnya tingkat pendidikan/ pengetahuan yang umumnya adalah SD bahkan tidak tamat dan terbatasnya peralatan khususnya alat takar/timbangan, dari

Pada unsur kemampuan adaptasi terlihat bahwa aspek sosial (kriteria hubungan yang harmonis diantara masyarakat) mempunyai nilai bobot paling tinggi, sebesar 12.5%.. Diikuti

Jumlah pembiayaan piutang murabahah yang disalurkan oleh Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah (KUM) selaku kuasa dari PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta

Berbagai wacana yang populer di kalangan masyarakat modern terkait dengan perkembangan teknologi informasi, komunikasi, perhubungan dan bidang lainnya, memiliki

Uraian mengenai strategi pengembangan bisnis antara lain memuat informasi langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan usaha Bank yang telah ditetapkan,