• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepercayaan Investor Reksa Dana Pada Perbankan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR REKSA DANA PERBANKAN

A. Kepercayaan Investor Reksa Dana Pada Perbankan

Dalam perekonomian suatu negara terdapat sistem keuangan, salah satunya adalah industri perbankan yang berfungsi sebagai penunjang perekonomian negara tersebut. Fungsi industri perbankan sebagai penunjang perekonomian dapat berbentuk penghimpunan dan penyaluran dana, dan dapat pula dalam bentuk memperlancar pembayaran transaksi perdagangan domestik maupun internasional. Fungsi yang demikian itu disebut sebagai perantara keuangan (financial intermediaries). Perantara keuangan maksudnya adalah lembaga yang menghimpun dana dari investor, mengumpulkannya dan menginvestasikan dana tersebut pada perusahaan lain. Disebut sebagai perantara karena posisi lembaga ini berada diantara investor dan perusahaan yang menerima investasi.149 Fungsi lain industri perbankan adalah sebagai salah satu sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan serta sebagai pelaksana pengalihan sumber pembiayaan dari investor kepada perusahaan, atau sebagai pelaksana transfer dana dari sumber dana ke pihak yang memerlukan. Baik buruknya sektor keuangan, salah satu indikatornya ditentukan oleh indistri perbankan yang dapat terorganisir secara efisien dan efektif.150

Untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan tercermin dari keinginan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan perbankan seperti menyimpan atau menginvestasikan uang, mendepositokan dan meminjam uang untuk memulai dan memperluas usaha. Peran dan partisipasi dari kalangan masyarakat luas ini

149 Zulkarnain Sitompul, Op.Cit., hlm.23 150 Ibid. hlm.24

merupakan sesuatu yang vital bagi industri perbankan itu sendiri maupun kesejahteraan masyarakat umum secara luas, yang akhirnya berkepentingan bagi pembangunan. Membangun sebuah kepercayaan suatu hal yang tak mudah, ia bisa diperoleh apabila bank bisa membuktikan dirinya sebagai bank yang sehat lewat kemampuan ganda yang dimilikinya, yakni sebagai penyedia likuiditas dan penyandang dana bagi penyediaan aset jangka panjang.151

Peranan yang juga sangat penting dimainkan oleh industri perbankan adalah sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana, dimana perbankan melalui Bank Kustodian menjalankan peranannya dalam hal ini. Tingkat Kepercayaan masyarakat, terutama investor Reksa Dana pada perbankan dapat dilihat dalam Tabel-tabel berikut ini, yaitu:152

Tabel 2

Perkembangan Jumlah Reksa Dana (1996-2007)

Tahun Jumlah Reksa Dana

1996 28 1997 77 1998 81 1999 81 2000 94 2001 108 2002 131 2003 186 2004 246 2005 331 2006 355 2007 408 151 Ibid. hlm.25

Sumber Data: Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di EraModern, Edisi Revisi 2, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009 ) hlm.111.

Dari Tabel 2 tentang Perkembangan Jumlah Reksa Dana di atas memperlihatkan bahwa jumlah reksa dana dari tahun 1996-2007 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hanya tahun 1998-1999 yang jumlah reksa dananya tetap atau stabil. Hal ini menandakan bahwa reksa dana memang merupakan bentuk produk investasi yang sangat beragam (diversifikasi), selain itu pula, tabel di atas memperlihatkan bahwa reksa dana memang telah menjadi produk investasi yang sangat diminati masyarakat pemodal atau para investor.

Tabel 3

Jumlah Investor Reksa Dana (1995-2007)

Tahun Jumlah Investor

1995 2.441 1996 20.234 1997 15.482 1998 14.860 1999 24.127 2000 39.478 2001 51.723 2002 125.820 2003 171.712 2004 299.063 2005 251.132 2006 202.991 2007 256.665

Sumber Data: Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di EraModern, Edisi Revisi 2, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009 ) hlm.112.

Dari Tabel 3 tentang Perkembangan Jumlah Investor Reksa Dana di atas memperlihatkan bahwa jumlah investor reksa dana dari tahun 1995-2007 mengalami

fluktuasi (perubahan) dari tahun ke tahun, artinya jumlah investor reksa dana dari tahun 1995-2007 tersebut naik turun. Walaupun demikian, jumlah investor reksa dana pada tahun 2007 menunjukkan angka yang sangat signifikan yaitu sebanyak 256.665 investor, yang berarti menandakan betapa sangat besarnya minat investor terhadap reksa dana ini dan hal ini tidak bisa dibantah oleh pihak mana pun.

Tabel 4

Perkembangan Dana Reksa Dana (1997-2007) (Dalam Milyar Rp)

Tahun Jumlah Dana

1997 4,916 1998 2,992 1999 5,142 2000 5,507 2001 8,058 2002 46,614 2003 69,455 2004 103,616 2005 28,386 2006 50,869 2007 88,400 Sumber Data: Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan

Investasi di EraModern, Edisi Revisi 2, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009 ) hlm.112.

Dari Tabel 4 tentang Perkembangan Dana Reksa Dana di atas memperlihatkan bahwa jumlah dana reksa dana dari tahun 1997-2007 mengalami fluktuasi (perubahan) dari tahun ke tahun, artinya jumlah dana reksa dana dari tahun 1997-2007 tersebut naik- turun. Jumlah dana reksa dana yang mengalami penurunan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2004-2005, hal ini terjadi karena pada tahun 2005 hampir 70 % dari total aset reksa dana adalah kontribusi dari sumbangan Reksa Dana Pendapatan Tetap. Kekhawatiran banyak pihak atas risiko terkonsentrasinya sebagian besar aset pada jenis reksa dana pendapatan terbukti telah memberikan pukulan yang menyakitkan pada industri reksa dana. Misleading informasi dari pemasar reksa dana, terutama yang ada di sektor perbankan, menjadi salah satu imbas terbesar pencairan besar-besaran. Secara total, aset yang terus menerus naik, terakumulasi sampai sempat melebihi angka 100 triliun akhirnya terjun bebas lebih 70 % menjadi hanya 28, 386 milyar pada tahun 2005.

Distribusi Reksa Dana melalui perbankan pada tahun 2007 menunjukkan angka yang sangat signifikan, yaitu sebanyak 85% dari seluruh jumlah investor reksa dana, angka ini mengalahkan distributor melalui manajer investasi, yang hanya 15% dari seluruh jumlah investor reksa dana. Dari angka tersebut, sebanyak 68% Bank lokal mendistribusikan reksa dana tersebut, dan 32% oleh Bank Asing.153

Menurut Penulis, pada tahun 2009 (pembuatan skripsi ini), angka atau tabel-tabel di atas tersebut tidak akan jauh berbeda, karena berinvestasi melalui reksa dana ini, merupakan hal yang selalu menarik bagi investor. Hal ini menunjukkan betapa sangat besarnya kepercayaan investor reksa dana pada perbankan. Dari data-data dan hal diatas, memperlihatkan bahwa reksa dana memang menjadi salah satu produk investasi yang sangat diminati para investor, terutama reksa dana yang didistribusikan oleh perbankan

153 Ibid. hlm.268

melalui Bank Kustodian. Dari data-data diatas juga mengindikasikan sangat besarnya kepercayaan investor reksa dana terhadap perbankan, terutama pada bank lokal (nasional). Untuk dapat menjaga dan mempertahankan kepercayaan nasabah penyimpan dan terutama investor reksa dana perbankan terhadap industri perbankan, maka penulis merasa perlu membuat Faktor-faktor yang dapat memperlemah kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Hal ini diharapkan dapat membuat industri perbankan memperbaiki diri, meningkatkan keadaan dan kondisinya, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan diharapkan bisa stabil.

Secara lebih rinci faktor-faktor yang dapat memperlemah kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, antara lain adalah sebagai berikut:154

1.) Jaminan Terselubung (Implicit Guarantee)

Tidak terdapatnya jaminan secara eksplisit bagi nasabah penyimpan apabila bank dilikuidasi atau bagi investor reksa dana apabila bank kustodian melakukan kesalahan atau kelalaian dalam penitipan dana investor telah mengakibatkan munculnya jaminan terselubung yang pada gilirannya dapat mencipta kan moral hazard, yaitu kecenderungan melakukan kegiatan usaha berisiko tinggi. Pada dasarnya, pemilik bank memiliki insentif untuk melakukan kegiatan usaha berisiko tinggi karena semakin tinggi risiko yang diambil, semakin besar pula potensi keuntungan yang akan diperoleh pemilik bank. Sebaliknya, apabila bank mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung bersama oleh nasabah dan pemilik. Kecenderungan melakukan kegiatan penuh risiko lebih diperbesar dengan adanya anggapan bahwa apabila bank mengalami kesulitan maka pemerintah akan turun tangan membantu. Anggapan bahwa pemerintah akan membantu bank-bank yang mengalami kesulitan timbul karena belum adanya suatu sistem yang jelas

mengenai status dana nasabah apabila bank dilikuidasi dan status dana investor yang terkena dampak dari likuidasi bank tersebut. Ketidakjelasan ini tentunya berdampak sangat buruk bagi bank yaitu akan menimbulkan bank panic. Dalam literature perbankan, anggapan tersebut dikenal dengan jaminan terselubung (implicit guarantee). Jaminan terselubung tersebut muncul dalam bentuk dukungan pemerintah, baik secara tegas maupun tidak, terhadap bank domestik yang mengakibatkan ancaman terhadap ketidakhati-hatian pengurus dalam mengelola bank. Pelanggaran yang dilakukan bank berupa pembelian obligasi atau surat berharga “sampah” (junk bond) atau mengatur secara sistematis produk investasi yang kelihatannya sah dan legal, namun kenyataannya setelah lama berlangsung produk tersebut illegal (fiktif), seperti kasus bank century yang menjual Reksa Dana “bodong”. Pelanggaran yang dilakukan bank ini dilakukan dengan dasar pemikiran pemerintah akan selalu ada untuk membantu mereka atau bank tersebut.

2.) Pengawasan Bank

Secara Fundamental terdapat beberapa alasan tentang tujuan dilakukannya pengawasan terhadap perbankan, yaitu:

a. Berkaitan dengan pemeliharaan kepercayaan masyarakat terhadap integritas sistem perbankan dan individual bank. b. Pemeriksaan langsung secara berkala merupakan langkah terbaik untuk menentukan ketaatan bank terhadap ketentuan yang berlaku. c. Proses pemeriksaan dapat membantu mencegah masalah yang tidak dapat diperbaiki dan yang semakin memburuk. d. Pemeriksaan dapat memberikan masukan kepada pengawas tentang bentuk, tingkat keseriusan dan akibat dari suatu masalah bagi bank dan memberikan fakta dasar bagi langkah-langkah perbaikan yang tepat, rekomendasi dan perintah. Dengan demikian,

pemeriksaan memainkan peranan kunci dalam proses pengawasan itu sendiri.Dalam proses pemeriksaan, hubungan antara pemeriksa dan bank harus didasarkan kepada adanya kerjasama. Yang paling utama dalam kerjasama tersebut adalah bank harus bersikap jujur dan terbuka.. Kerjasama dan keterbukaan dapat mencegah aktivitas kejahatan berskala kecil yang kemudian berkembang menjadi kerugian yang parah. Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang melakukan pengawasan bank.

3.) Lemahnya Kemampuan Manajerial Pengurus Bank

Mudahnya terjadi kejahatan dalam perbankan merupakan salah satu penyebab rapuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Kejahatan orang dalam atau insider pada perbankan sangat sulit diawasi dan alat pengawasannya juga lemah. Adapun bentuk-bentuk kejahatan yang lazim dilakukan oleh pengurus bank antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kecurangan (Fraud) dan self-dealing

Kejahatan yang dilakukan tersebut dapat digolongkan ke dalam dua cara. Pertama,

dilakukan dengan memanfaatkan kedudukannya untuk kepentingan diri sen diri secara melawan hukum. Kedua, mismanagement berat berupa tindakan ceroboh yang oleh hakim pasti dikecualikan dari prinsip business judgement. Kejahatan “orang dalam” sangat erat kaitannya dengan dominasi terhadap kebijakan dan administrasi oleh seorang atau beberapa orang, dan lemahnya pengawasan baik pengawasan yang dilakukan oleh pengawas internal maupun eksternal (penguasa). Tidak adanya insentif bagi nasabah untuk turut mengawasi bank, maka hanya penguasa yang melakukan pengawasan. Dan timbul juga masalah pengawasan yang dilakukan penguasa (pemerintah), yaitu Pemerintah akan melakukan pengawasan apabila biaya pengawasan lebih kecil dibandingkan dengan kerugian yang bakal mereka (bank) derita, serta pemeriksaan yang

dilakukan pemerintah menimbulkan biaya sosial. Karena jumlah bank yang tumbuh begitu pesat, sedangkan jumlah pengawas tidak bertambah secepat pertumbuhan bank, maka kualitas pengawasan menjadi begitu lemah dan hanya dipusatkan pada bank-bank yang diduga telah melakukan pelanggaran.

b. Kecurangan (Fraud)

Ciri khas suatu transaksi perbankan adalah volume transaksi sangat besar, likuid, Mudah dipalsukan dan melibatkan jumlah uang yang besar, serta seringkali melintasi batas negara. Masing-masing faktor ini mempermudah terjadinya pencurian dalam suatu bank.

c. Insider Abuse (Penyalahgunaan Wewenang oleh Orang Dalam)

Pada umumnya masalah ketidakcukupan informasi sangat menyulitkan stakeholder suatu perusahaan, dan hal ini sangat kronis pada perbankan. Suatu keuntungan tinggi yang ditawarkan oleh bank misalnya, mungkin karena bank tersebut memiliki tingkat efisiensi yang tinggi tetapi juga dapat ditawarkan karena bank melakukan kegiatan berisiko tinggi atau mempraktikkan insider abuse.

4.) Liberalisasi Perbankan yang Tidak Berhati-hati.

Liberalisasi (kebebasan) perbankan ini dapat membuat hal-hal seperti ini: pemberian pinjaman yang tidak sehat dan pada gilirannya mendorong ke arah pengambilan risiko yang berlebihan. Liberalisasi juga menfasilitasi pertumbuhan perbankan yang cepat, sehingga memberi peluang untuk masuknya individu yang tidak bermutu ke dalam bisnis perbankan. Liberalisasi perbankan ini memberikan dampak yang negatif pada industri perbankan.

Menurut penulis, dari faktor-faktor yang memperlemah kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan diatas, harus dapat diantisipasi oleh pemerintah, bahkan kalau

bisa dapat diatasi (diselesaikan) oleh pemerintah. Dan lembaga yang berwenang untuk melakukan hal tersebut adalah Bank Indonesia (BI), Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), serta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Apabila tidak dapat diantisipasi oleh lembaga-lembaga tersebut, maka kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan pasti terganggu setiap waktu.

Sebagaimana yang telah dikemukakan pada pengaturan reksa dana yang diselenggarakan perbankan, bahwa bentuk hukum reksa dana yang ada fungsi kustodian adalah reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif. Untuk dapat menjaga dan memelihara kepercayaan nvestor reksa dana pada perbankan, maka para pihak yang terlibat dalam pengelolaan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif, yaitu Bank Kustodian dan manajer investasi perlu untuk memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban yang ada padanya, sehingga investor benar-benar merasa aman dan nyaman untuk berinvestasi melalui reksa dana tersebut. Hak-hak dan kewajiban tersebut adalah:155 a. Hak-hak dan kewajiban Bank Kustodian, Adalah:

- Memberikan jasa penitipan kolektif dan kustodian sehubungan dengan kekayaan reksa dana

- Menghitung Nilai Aktiva Bersih dari Unit Penyertaan setiap hari bursa.

- Membayar sejumlah biaya-biaya yang berkaitan dengan reksa dana atas perintah

manajer investasi. - Menyimpan catatan secara terpisah yang menunjukkan semua perubahan dalam jumlah

unit penyertaan, jumlah unit penyertaan yang dimiliki setiap pemegang unit penyertaan, dan nama, kewarganegaraan, alamat serta identitas lain dari para pemegang unit penyertaan.

- Mengurus penerbitan dan penebusan dari unit penyertaan sesuai dengan kontrak.

- Memastikan bahwa unit penyertaan hanya atas penerimaan dari calon pemegang unit penyertaan.

- Mengasuransikan seluruh portofolio reksa dana dengan biaya sendiri.

- Memisahkan harta kekayaan reksa dana dari harta kekayaan Bank Kustodian. b. Hak-hak dan kewajiban Manajer Investasi, Adalah:156

- Mengelola portofolio termaksud menurut kebijakan investasi yang dicantumkan

dalam kontrak dan prospektus.

- Menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua uang para calon pemegang unit penyertaan disampaikan kepada bank kustodian selambat-lambatnya pada akhir kerja berikutnya.

- Melakukan pembelian kembali unit penyertaan.

- Memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan

pengelolaan reksa dana sebagaimana ditetapkan oleh Bapepam.

- Menyampaikan hal yang sebenarnya kepada masyarakat menyangkut kinerja dan

informasi mengenai reksa dana yang dikelolanya.

- Mematuhi ketentuan kepemilikan unit penyertaan setinggi-tingginya 1% dari jumlah yang ditetapkan dalam kontrak, kecuali untuk kepentingan manajer investasi.

- Dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas sebaik mungkin

semata-mata untuk kepentingan pemegang unit penyertaan reksa dana serta bertanggunggjawab penuh atas kerugian yang timbul karena tidak melaksanakan kewajiban.

- Memisahkan harta kekayaan reksa dana dari harta kekayaan manajer investasi.

156 Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal diIndonesia: Pendekatan Tanya Jawab,

- Terus-menerus meningkatkan sistem pengawasan intern dengan mengevaluasi sistem prosedur kegiatan.

- Mengutamakan dan mendahulukan kepentingan para pemegang unit penyertaan,

sehubungan dengan pengelolaan reksa dana.

- Menjaga kerahasiaan pemegang unit penyertaan, kecuali diwajibkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Terhadap semua kekayaan reksa dana tidak dapat dilakukan sendiri tetapi dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak Bank Kustodian. Dalam melaksanakan fungsi bank kustodian ini bertujuan untuk mengamankan semua kekayaan reksa dana. Di samping juga agar tidak terjadi perbenturan kepentingan antara fungsi pengelolaan dengan fungsi penyimpanan, dengan demikian pihak bank kustodian tidak boleh terafiliasi dengan manajer investasi.157

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai tempat penyimpan kekayaan, sesuai dengan kontrak penyimpanan kekayaan investasi kolektif, maka pihak kustodian melaksanakan fungsinya yang terdiri dari:158

- Pemisahan efek reksa dana dari kustodian. - Pencatatan mutasi kekayaan reksa dana.

- Larangan penghentian kegiatan kustodian sebelum ditunjuk kustodian pengganti. - Pembuatan dan penyampaian laporan kepada Manajer Investasi dan Bapepam.

157 Ibid. hlm.219