DAFTAR KEPUSTAKAAN
A. Dari Buku-buku
Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Reksadana Solusi Perencanaan investasi di Era Modern, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001 )
Widoatmodjo Sawidji, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, ( Jakarta: PT. Jurnalindo Aksara Grafika,1996 )
Marzuki Usman, Bunga RampaiReksa Dana, ( Jakarta: Penerbit Balai Pustaka,1999 ) M. Irsan Nasaruddin, Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, ( Jakarta: Penerbit Prenada Media,2004 )
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, ( Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006)
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank ( Suatu Gagasan Tentang
Pendirian LPS diIndonesia ), Cet.1, ( Jakarta: Penerbit FH-UI, 2002 )
Yulius S.,dkk, Kamus Baru Bahasa Indonesia, ( Surabaya: Usaha Nasional,1984 )
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet.4, ( Jakarta: Rajawali Press, 1995 ),
Salim HS., Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 )
Tri Kurnia Nurhayati, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Eska Media Press, 2005 )
Frank K. Really dan Keith C. Brown, Investment Analysis and Portofolio Management, Edisi ke-6, ( Amerika Serikat: Thompson Learning,Inc., 2000 )
James C. Van Horne, Lihat dalam Salim Basalamah, dkk, Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal, ( Yogyakarta: UGM Press, 1994 )
Med Press Team Work, Kiat Investasi dan Penyelamatan Aset, ( Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000 )
Iwan P. Pontjowinoto, Bunga Rampai Reksa Dana, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2000 )
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, ( Jakarta: Salemba Empat, 2001 )
Adler Haymans Manurung, Reksa Dana Investasiku, ( Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2007 )
Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di EraModern, Edisi Revisi 2, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009 )
Irfan Iskandar, Pengantar Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian, ( Jakarta: Penerbit Djambatan, 2001 )
Gunawan Widjaja, Aspek Hukum Dalam Pasar Modal: Penitipan Kolektif, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 )
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, ( Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006 )
Tb. Irman S., Anatomi Kejahatan Perbankan, ( Bandung: Penerbit MQS Publishing, 2006 ),
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2006 ) Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, ( Jakarta: PT. Tata Nusa, 2006 ), Imam Sjahputra Tunggal, Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia ( Jakarta: Harvarindo, 2008 )
Setiyono, Kejahatan Korporasi : Analisis Viktimologi dan Pertanggungjawaban
Korporasi dalamHukum Pidana Indonesia, ( Malang: Bayumedia Publishing, 2005 )
Gunawan Widjaja, Almira Prajna Ramaniya, Reksa Dana dan Peran Serta Tanggung
Jawab Manajer Investasi Dalam Pasar Modal, ( Jakarta: Kencana, 2006 ).
B. Dari Internet
http://www.sinar harapan.co.id.
http://www.Investor Daily Indonesia.co.id.
http://www.okezone.com.
http://www.detikfinance.co.id.
http://www.Vibiznews.com
151
http://www.hukumonline.com.
www.google.com
http://www.suaramerdeka.com.
http://www.kompas.com.
http://www.bisnis.com.
C. Dari Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/19/DPNP tanggal 14 juni 2005 tentang Manajemen Risiko Bagi Bank Yang Menyelenggarakan Reksa Dana
Peraturan Bapepam No. IX.C.6-Keputusan Ketua Bapepam No. Kep22/PM/ 2004 tentang pedoman dan isi prospektus dalam rangka penawaran umum reksa dana
Peraturan Bapepam No.IV.B.1-Keputusan Ketua Bapepam No.Kep 03/PM/ 2004 tentang pedoman pengelolaan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif
Peraturan BapepamV.D.10 mengenai kewajiban dari lembaga-lembaga yang ada di pasar modal untuk menerapkan prinsip-prinsip melakukan pengenalan nasabah
Peraturan BAPEPAM No.II.F.14 tentang Pedoman Uji Kepatuhan Reksa Dana
Peraturan BAPEPAM V.D.4 mengatur mengenai bagaimana perusahaan efek memperlakukan efek nasabah
Peraturan BAPEPAM NO.IV.A.3 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan.
D. Dari Majalah
Majalah Investor Edisi Maret 2009
BAB III
REKSA DANA YANGDISELENGGARAKAN PERBANKAN
A. Kegiatan Bank Yang Berkaitan Dengan Reksa Dana
Berkaitan dengan bank yang melakukan kegiatan yang terkait dengan Reksa Dana,
terdapat dua macam kegiatan, yaitu bank sebagai sponsor dan atau investor reksa dana dan
bank sebagai agen penjual reksa dana. Penjelasannya sebagai berikut:104
1. Bank sebagai Sponsor dan atau Investor Reksa Dana
Dalam melakukan kegiatan sebagai sponsor atau menjadi investor reksa dana pada
prinsipnya bank harus mengacu pada ketentuan yang berlaku pada UU. Perbankan, juga
pedoman pengelolaan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif, ketentuan tentang
kualitas aktiva produktif, dan lain-lain.
Sementara itu, prinsip kehati-hatian (prudence) yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:105
a. Bank dapat menjadi sponsor (melakukan penempatan dana awal) atau
membeli unit penyertaan hanya dari suatu reksa dana, berbentuk kontrak
investasi kolektif dengan jenis reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana
pasar uang.
b. Sesuai peraturan Bapepam, penempatan dana awal pada reksa dana tidak
dapat diperjualbelikan minimal selama 1 (satu) tahun sejak dinyatakan
efektifnya reksa dana tersebut. Jumlah penempatan dana awal minimum
adalah sebesar 1% dan maksimum 20% dari jumlah nilai unit penyertaan reksa
dana.
c. Penempatan dana awal atau investasi dalam bentuk unit penyertaan reksa dana
oleh bank digolongkan sebagai surat berharga/efek yang tersedia untuk dijual
(available for sale) atau portofolio perdagangan (trading portofolio) sesuai
kepemilikan/investasicbank dan pencatatannya mengacu pada standar
akuntansi yang berlaku.
d. Dalam melakukan penempatan dana awal atau membeli unit penyertaan reksa
dana, bank hendaknya memperhatikan persyaratan agar penempatan dana
awal atau investasi pada reksa dana dapat digolongkan lancar. Penggolongan
kualitas penempatan dana awal atau investasi pada reksa dana mengacu pada
pasal 9 SK Dir BI No. 31/147/KEP/DIR/1998 tentang Kualitas Aktiva
Produktif, yaitu tergolong lancar untuk sertifikat Reksa dana yang memiliki
prospek pengembalian serta diperingkat (mengikuti ketentuan untuk surat
berharga komersial). Oleh karena itu, dalam rangka pengendalian risiko dan
mengoptimalkan pengelolaan aktiva produktif, bank perlu menempatkan
dananya secara selektif dengan melakukan analisis yang memadai terhadap
reksa dana dan manajemen investasi (MI), yang antara lain meliputi kualitas
sertifikat reksa dana (peringkat), kinerja, komposisi dan diversifikasi
portofolio reksa dana, serta reputasi dan keahlian MI. Selanjutnya, bank perlu
pula untuk terus memantau konsistensi kebijakan portofolio reksa dana
dengan prospektus, pengelolaan likuiditas, pengendalian internal, profil risiko,
prinsip keterbukaan kepada publik, dan penerapan prinsip kehati-hatian sesuai
ketentuan Bapepam.
e. Keputusan bank untuk melakukan penempatan dana awal sebagaimana
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi keuangan, strategi, kebijakan,
dan pedoman investasi internal serta memperhatikan BMPK (Batas
Maksimum Pemberian Kredit). Dalam hal penempatan dana awal dan atau
investasi tersebut dilakukan pada suatu reksa dana yang termasuk pengertian
pihak terkait dengan bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan BMPK
yang berlaku, maka bank harus memperhitungkan penempatan dana atau
investasi tersebut dalam BMPK pihak terkait. Suatu reksa dana termasuk
dalam pengertian pihak terkait dengan bank apabila reksa dana tersebut
dikelola oleh MI yang termasuk dalam pengertian pihak terkait dan atau reksa
dana yang portofolionya mengandung efek-efek dari emiten yang merupakan
pihak terkait dengan bank. Perhitungan BMPK pihak terkait atas penempatan
dana awal dan atau investasi pada reksa dana yang merupakan pihak terkait
tersebut adalah sebesar seluruh penempatan dana awal/investasi pada reksa
dana untuk reksa dana yang dikelola oleh MI yang merupakan pihak terkait
atau secara proporsional dan jumlah penempatan dana awal/investasi sesuai
dengan komposisi portofolio yang mengandung efek-efek dari emiten yang
merupakan pihak terkait dengan bank.
Hal-hal yang harus diperhatikan bank dalam rangka bank sebagai agen penjualan
reksa dana adalah sebagai berikut:106
a. Bank dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung yang
mengakibatkan reksa dana memiliki karakteristik seperti produk bank, misalnya
tabungan atau deposito. Tindakan-tindakan yang dilarang tersebut antara lain,
meliputi memberikan jaminan atas :
- Pelunasan (redemption) reksa dana dan kepastian besarnya imbal hasil reksa dana termasuk nilai bersih, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
- Membuat komitmen untuk membeli sewaktu-waktu (stand by buyer) asset
yang mendasari reksa dana, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Melakukan intervensi pengelolaan portofolio efek reksa dana yang
dilakukan oleh manajer investasi.
b. Bank harus bersikap transparan kepada nasabah dengan memberikan
informasi secara lisan dan tertulis. Selain itu, dalam setiap brosur, form,
pendaftaran, term and conditions, dan marketing kit reksa dana lainnya harus
dicantumkan nama dan logo MI secara jelas serta sebaiknya dilakukan pada
window tersendiri sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa reksa dana dimaksud
merupakan produk bank. Informasi yang disampaikan dalam sarana tersebut harus
dapat dipahami dan disepakati oleh nasabah sebelum melakukan investasi pada
reksa dana. Dalam penyampaian informasi, hal-hal penting yang harus
disampaikan mencakup pada:
- Penjelasan secara jelas dan tegas bahwa reksa dana tersebut produk pasar
modal, bukan merupakan simpanan pihak ketiga dan tidak termasuk
cakupan objek program penjaminan pemerintah;
- Jenis risiko yang melekat pada reksa dana tersebut termasuk kemungkinan
kerugian akibat fluktuatif nilai aktiva bersih (NAB) sesuai kondisi pasar
dan kualitas efek portofolio reksa dana;
- Informasi mengenai manajer investasi yang mengelola reksa dana;
- Informasi mengenai bank kustodian serta penjelasan bahwa konfirmasi atas
investasi nasabah akan diterbitkan oleh bank kustodian tersebut;
- Jenis reksa dana dan risiko yang melekat pada produk reksa dana termasuk
kemungkinan kerugian nilai investasi yang akan diderita oleh nasabah
akibat berfluktuasinya nilai aktiva bersih sesuai kondisi pasar dan kualitas
asset yang mendasari;
- Komposisi portofolio dan kualitas hasil pemeringkatan atas efek dari reksa
dana;
- Biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan investasi pada reksa dana.
c. Sesuai ketentuan Bapepam, kegiatan sebagai agen penjual reksa dana hanya dapat
dilakukan oleh pegawai yang telah memperoleh izin/sertifikasi sebagai wakil agen
penjual efek reksa dana (waperd).
d. Agen penjual hanya sebagai pihak yang memasarkan efek reksa dana, tidak
diperkenankan menjalankan fungsi wakil penjamin emisi efek atau wakil perantara
pedagang efek atau wakil manajer investasi. Oleh karena itu, bank dilarang untuk
menjanjikan suatu hasil tertentu yang akan dicapai nasabah atau menjamin
e. Dalam hal portofolio reksa dana terdiri atas obligasi pemerintah atau asset lain
yang dijual oleh bank kepada MI, maka dalam rangka pengelolaan risiko likuiditas
transaksi penjualan harus dilakukan secara wajar dan jual putus (out right)
sehingga memenuhi persyaratan sebagai suatu transaksi true sale. Bank tidak
diperkenankan menjadi standby buyer atau terlibat dalam back to back transaction atau transaksi sejenis atas obligasi pemerintah atau asset lainnya yang telah dijual
bank kepada MI.
f. Dalam hal bank melakukan kegiatan sebagai agen penjual reksa dana yang
dikelola oleh MI yang merupakan anak perusahaan/pihak terkait bank, maka bank
harus memperhatikan hal-hal yang merupakan anak perusahaan/pihak terkait dan
bank harus memperhatikan hal berikut:
- Memperhatikan prinsip transparansi.
- Dalam hal memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku, bank
wajib mengkonsolidasikan laporan keuangannya dengan laporan MI dalam
laporan keuangan yang dipublikasikan.
- Dalam kegiatan sebagai agen penjual, bank tidak diperkenankan
melakukan intervensi pengelolaan reksa dana oleh MI.
- Mengungkap transaksi dengan MI.
- Memperhitungkan risiko MI dalam pemantauan profil risiko bank.
g. Dalam rangka melindungi kepentingan nasabah, bank yang menjadi agen penjual
reksa dana perlu melakukan analisis terhadap calon MI dan reksa dana yang akan
dijual bank. Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan MI dan
dikelola MI, reputasi dan kemampuan MI, komposisi dan kualitas portofolio, serta
hasil peringkatan atas sertifikat reksa dana serta efek dalam portofolio reksa dana.
h. Dalam kegiatan sebagai agen penjual reksa dana, bank harus selalu menerapkan
prinsip know your customers. Berkaitan dengan fungsi bank sebagai agen
penjualan reksa dana ini perlu ditegaskan bahwa produk yang ditawarkan adalah
reksa dana yang dimiliki oleh perusahaan sekuritas yang bekerja sama dengan
bank. Reksa Dana bukan produk bank. Apabila terdapat bank yang menjual
produk reksa dana, pada dasarnya bank yang bersangkutan hanya sebagai mediator
pembelian atau distributor atau agen yang memperoleh fee dan sekaligus dalam
rangka selling mix.
Berdasarkan UU. No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, perusahaan reksa dana
Dapat berbentuk perseroan terbatas dan kontrak investasi kolektif. Dalam hal bentuk reksa
dana berupa KIK, maka tidak menerbitkan saham, tetapi menerbitkan unit penyertaan.
Dengan memiliki unit penyertaan tersebut, berarti investor mempunyai kepemilikan atas
Kekayaan bersih reksa dana KIK. Kedua bentuk reksa dana tersebut sebelum melakukan
Pernyataan pendaftaran di Bapepam wajib terlebih dahulu membuat kontrak dengan bank
Kustodi.107
Perbankan sudah mulai masuk ke sektor penjualan atau agen penjual Reksa Dana.
Semaraknya penjualan tersebut merupakan angin baru bagi Reksa Dana dan para manajer
Investasi merasakan titik terang atas industri Reksa Dana. Sebelumnya, para manajer
investasi merasa kewalahan untuk menjual reksa dana tersebut, bahkan ada sebuah
perusahaan manajer investasi terselamatkan dari penutupan perusahaan karena mendapat
berkah dari bank yang mau menawarkan produk reksa dananya.108
107 Ibid. hlm.244
Penjualan Reksa Dana melalui bank pertama kali dilakukan oleh sebuah bank dan
Selanjutnya diikuti oleh bank yang lain. Bank lain yang tidak mempunyai produk
penjualan Reksa Dana akan ketinggalan sehingga nasabahnya akan lari ke bank lain
karena para deposan merasakan hasil yang diperoleh lebih tinggi. Saat ini bank-bank besar
sudah ikut menjual Reksa Dana tersebut. Dengan adanya penjualan Reksa Dana oleh
perbankan, maka produk perbankan yang ditawarkan kepada masyarakat mengalami
peningkatan. Produk Reksa Dana ini dianggap sebagai produk investasi yang berjangka
panjang dan sesuai dengan konsep reksa dana, tidak seperti selama ini Reksa Dana
dianggap sebagai produk saingan deposito.109
Selanjutnya, penjualan Reksa Dana oleh bank menjadi keharusan karena produk
yang ditawarkan harus semakin luas dan bervariasi. Dengan berkembangnya Wealth Management di perbankan, mau tidak mau bank dan manajer investasi harus bekerjasama dalam rangka menaikkan fee base income. Bahkan, telah terjadi sebuah sebuah fenomena baru bahwa manajer investasi menjadi tangan perpanjangan bank sebagai administrasi
dalam rangka menjual produknya. Sebuah treasuri bank menciptakan produk investasi
dengan berbagai struktur dan instrumennya dimiliki dan diciptakan melalui Reksa Dana
dan disetujui Bapepam. Kemudian, manajer investasi menawarkan produk tersebut ke
bank yaitu lain atau banknya sendiri untuk dijual. Sebenarnya, bank tersebut
membutuhkan lembaga yaitu Reksa Dana yang dikelola manajer investasi. Dalam kasus
ini manajer investasi sebagai administrator saja. Kepiawaian manajer investasi tidak
terlihat karena produknya sudah dibuat dan tidak bisa dicairkan yang dikenal dengan
Reksa Dana terproteksi. Produk ini saya sebut Discretionary Fund yang dilegalkan.110
109 Ibid. hlm.152
Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) atau Discretionary Fund merupakan produk pribadi, yang kontraknya hanya melibatkan dua pihak, yaitu Manajer Investasi (MI)
dengan individu atau lembaga tertentu. Bedanya dengan reksa dana, MI membatasi
jumlah investor maksimal 49 orang. Kontrak bentuk ini tidak dikenal dalam
Undang-undang Pasar Modal, namun dalam kenyataannya banyak terjadi dan telah banyak
merugikan investor. Oleh karena itu, Bapepam wajib mengeluarkan suatu aturan tegas
untuk mengatur kontrak semacam ini, agar para investor yang mengalami kerugian tidak
bertambah banyak ke depan ini. Walaupun agak terlambat, Bapepam telah meresponnya
dengan mengeluarkan rancangan peraturan tentang KPD ini, dan dalam waktu yang tidak
lama lagi akan berlaku. Berikut rangkuman aturan produk KPD ini, antara lain: MI tidak
boleh menjual KPD melalui agan atau bank, Setiap nasabah harus mengetahui secara
detail tentang produk investasi itu, Kontrak KPD harus dibuat satu persatu investor dan
dilaporkan kepada Bapepam LK minimal dalam tempo 10 hari kerja, KPD wajib disimpan
atas nama nasabah pada custodian yang tidak terafiliasi, Pengelola KPD wajib
menerapkan Know Your Customer (KYC), serta investasi minimal pada produk KPD ini
sebesar Rp. 5 Milyar.111 Menurut Penulis, Bapepam harus segera mensahkan aturan di
atas mengenai KPD ini yang tujuan akhirnya adalah untuk melindungi para investor.
Dalam Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan beberapa
Lembaga profesi yang berkaitan dengan pasar modal yang dapat bertindak sebagai
kustodian (terdapat dalam pasal 43 UU. Pasar Modal), di antaranya adalah:112
- Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
- Perusahaan Efek
111 Dikutip dari Majalah Kontan, Edisi Minggu I April 2009,
Baru Turun Tangan Setelah Korban Berjatuhan, hlm.9
- Bank Umum yang sudah mendapat persetujuan Bapepam.
Terhadap ketiga lembaga tersebut di atas yang dapat menjalankan fungsi kustodian,
Khusus hanya Bank Umum saja yang perlu mendapatkan izin usaha untuk dapat
menjalankan kegiatan bidang kustodian. Hal ini disebabkan terhadap kedua lembaga
profesi lain selain dari Bank Umum dalam izin usaha yang telah diberikan oleh Bapepam
di dalamnya sudah mencakup kegiatan kustodian. Pembuat undang-undang mempunyai
alasan sebagai berikut: kegiatan penitipan adalah sebagian dari kegiatan yang dilakukan
oleh Bank Umum sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang Perbankan,
sehingga Bank Umum tidak lagi memerlukan izin untuk melakukan penitipan. Namun
untuk dapat melakukan kegiatan kustodian yang merupakan kegiatan lebih luas dari
kegiatan penitipan dan terkait dengan lembaga lainnya seperti Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, Perusahaan Efek dan Reksa Dana, maka Bank Umum tetap memerlukan
persetujuan dari Bapepam.113
Tata cara pendirian Bank Umum untuk dapat bertindak sebagai kustodian, Dengan
cara mengajukan permohonan serta dengan melampirkan dokumen-dokumen yang di
antaranya terdiri:114
- Anggaran dasar.
- Nomor Pokok Wajib Pajak.
- Izin usaha sebagai Bank Umum
- Laporan Keuangan terakhir yang telah diperiksa oleh akuntan yang terdaftar pada
Bapepam.
- Buku pedoman operasional kegiatan kustodian yang akan dilakukan serta uraian
tentang fasilitas fisik yang akan digunakan oleh Bank Umum.
113 Ibid. hlm.40
- Rekomendasi dari Bank Indonesia.
- Dokumen dan keterangan pendukung lain yang berhubungan dengan permohonan
persetujuan Bank Umum sebagai Kustodian yang akan diatur lebih lanjut oleh
Bapepam.
Reksa Dana mempunyai dua bentuk hukum, yaitu Reksa Dana Perseroan dan
Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif. Dalam kegiatan Reksa Dana Perseroan tidak
terdapat fungsi kustodian. Sementara dalam Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
akan terdapat fungsi kustodian. Hal ini tercermin dari adanya pembagian tugas yang
tertuang dalam perjanjian Kontrak Investasi Kolektif. Dalam perjanjian tersebut antara
Manajer Investasi dengan Bank Kustodian mempunyai dua tugas berbeda yang saling
terkait.115
Wewenang yang diberikan oleh manajer investasi kepada bank kustodian adalah
untuk melaksanakan penitipan efek. Sedangkan pihak manajer investasi berwenang dalam
pengelolaan portofolio investasi kolektif.116
Bank Kustodian sebagai penyimpan efek dan atau harta kekayaan milik na- sabah,
bank kustodian semata-mata hanya berfungsi sebagai penyimpan harta kekayaan yang
dipercayakan kepadanya. walau demikian, dalam perjanjian-perjanjian tersebut, seorang
nasabah memercayakan kepada bank kustodian untuk melakukan pengelolaan efek-efek
tertentu sehingga dalam hal-hal tertentu bank kustodian inilah yang muncul kepermukaan
sebagai wakil dari pemilik efek sebenarnya yang namanya tidak pernah muncul ke
permukaan.117
115
Ibid. hlm.41 116 Ibid. hlm.77-78
Dalam konstruksi hukum, Bank Kustodian baik dalam perjanjian panitipan kolektif
maupun kontrak investasi kolektif, bukanlah pemilik dari efek yang menjadi dasar
penerbitan investment trust (dalam bentuk saham) oleh reksa dana PT atau penerbitan unit trust (unit penyertaan) oleh reksa dana KIK. Meskipun demikian, bank kustodian, guna
melindungi kepentingan dari investor pemegang investment trusts dan unit trusts, seluruh
efek yang menjadi dasar (underlying asset) bagi penerbitan saham (dalam investment trust) dan unit penyertaan (dalam unit trusts) kemudian dicatatkan atas nama bank kustodian dalam penitipan kolektif tersebut. Ini menjadikan seluruh investor pemegang
saham (dalam investment trust) dan unit penyertaan (dalam unit trusts) adalah pemilik
bersama yang terikat dari seluruh efek yang dijadikan sebagai the underlying asset.118
B. Daftar Agen Penjual Efek Reksa Dana Yang Terdaftardi Bapepam
Badan Pengawas Pasar Modal telah mengatur Bank-bank yang menjadi agen penjual
efek Reksa Dana, atau bisa disebut Bank Kustodian yang terdaftar pada Bapepam.
Adapun Bank-bank tersebut adalah sebagai berikut :119
1. PT. Bank Commonwealth
2. American Express Bank Ltd.
3. PT. Bank Niaga
4. Deutsche Bank AG
5. PT. Bank DBS Indonesia
6. PT. Bank International Indonesia (BII)
7. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
8. PT. Citibank NA Cabang Indonesia
9. Standard Chartered Bank Indonesia
10.PT. ABN-AMRO Bank (sekarang RBS)
118 Ibid. hlm.187
11. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
12. PT. Bank Buana Indonesia Tbk (sekarang UOB Buana)
13. Bank Permata Tbk
14. PT. The Hongkong and Banking Corporation (HSBC) Ltd
15. PT. Bank Lippo Tbk
16. PT. Bank Danamon Tbk
17. PT. Bank Bukopin Tbk
18. Bank BCA Tbk
19. Bank NISP Tbk
20. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk
21. PT. Victoria Internasional Tbk
22. PT. Bank Sinarmas
23. PT.Bank Pan Indonesia Tbk
24. PT.Bank Mega Tbk
25. PT. Bank Syariah Mandiri (BSM)
26. PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk
27. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
28. Bank Daerah Jawa Barat.
Data di atas adalah data yang diperoleh dari situs Bapepam, jadi para investor harus
mengakses terus situs mengenai agen penjual efek reksa dana dan Bank Kustodian ini,
karena dalam waktu yang lama data di atas dapat berubah, oleh karena itu para investor
ada baiknya mengkonfirmasikan hal ini ke Bapepam, baik melalui web site ataupun
telepon.
Kekayaan Reksa dana wajib disimpan pada Bank Kustodian yang tidak terafiliasi
dengan Manajer Investasi, dimana Bank Kustodian bertindak sebagai penitipan kolektif
dan administrator.120
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal menetapkan Reksa Dana
merupakan Kontrak investasi Kolektif (KIK) antara Manajer Investasi dengan Bank
Kustodian.121
Mengacu kepada ketentuan tersebut di atas diketahui bahwa di samping Manajer
Investasi, Bank Kustodian memiliki peranan penting dalam pembentukan sebuah reksa
dana. Reksa dana pada prinsipnya tercipta atas dasar persetujuan antara manajer Investasi
pada suatu pihak dan Bank Kustodian pada pihak lain dengan pengertian bahwa Bank
Kustodian akan berperan sebagai pemberi jasa perlindungan bagi para pemodal dalam
bentuk laporan yang jujur (fair) dan harus mematuhi ketentuan yang berlaku.122
Lebih jauh dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
Bapepam menegaskan bahwa Bank Kustodian haruslah sebuah lembaga independen tanpa
kaitan apapun dengan Manajer Investasi. Hal ini guna mencegah terjadinya kolusi antara
Manajer Investasi dan Bank Kustodian agar seluruh proses investasi serta laporan yang
dibuat sepenuhnya dapat dipercaya.
Fungsi Bank Kustodian di Indonesia ada 3 yaitu:123
a. Lembaga penitipan dan pengamanan
Semua dana dan efek yang terkumpul dari reksa dana disimpan dan berada dibawah
Pengawasan bank kustodian.
b. Administrasi
Menghitung Net Asset Value atau NAB dari setiap jenis reksa dana KIK setiap akhir
Hari bursa yang untuk selanjutnya diumumkan kepada masyarakat via Koran atau
internet.
121
Ibid. hlm.188 122 Ibid. hlm.188-189
c. Transfer agent
Melakukan pencatatan seluruh pembelian maupun penebusan/pencairan (redemption)
Oleh masyarakat pemodal serta mencatat setiap account nasabah. Di samping itu
memberikan surat konfirmasi sebagai tanda bukti pembelian, pencairan atau
pemindahan (switching) antar jenis reksa dana.
C. Tanggung Jawab Bank Kustodian Terhadap Investor
Bank Kustodian mempunyai tanggung jawab terhadap investor, terutama dalam
penyelenggaraan Reksa Dana. Adapun tanggung jawab itu adalah:124
1. Memberikan keuntungan
Tujuan dari pihak investor melakukan investasi di Pasar Modal adalah untuk
mendapatkan suatu keuntungan. Dalam kaitannya dengan lembaga penyelenggaraan
kegiatan Pasar Modal yang bertindak sebagai Bank Kustodian keuntungan yang
diharapkan oleh investor berupa hak kelanjutan dari pemilikan atas efek dan bukan
keuntungan dari capital gain. Keuntungan dari capital gain hanya bisa diperoleh melalui penyelenggaraan kegiatan Pasar Modal yang bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek.
Capital Gain pun sesungguhnya dapat diperoleh berdasarkan keputusan pihak investor sendiri untuk melakukan aksi jual berdasarkan pengamatannya pada patokan harga pasar.
Pihak perantara Pedagang Efek hanya melaksanakan instruksi jual untuk mempertemukan
harga dengan calon pembeli di Bursa Efek. Dalam hubungan memperoleh keuntungan
melalui capital gain pihak penyelenggara kegiatan Pasar Modal khususnya Bank
Kustodian berfungsi melaksanakan untuk mengeluarkan efek dari penyimpanan (mutasi
efek). Melalui penyelenggaraan kegiatan Pasar Modal khususnya Bank Kustodian
keuntungan yang diperoleh pihak investor berasal dari pihak penerbit efek atau Emiten
yang merupakan hak kelanjutan atas kepemilikan efek. Sehingga jangan diartikan
keuntungan yang diperoleh pihak investor tersebut berasal dari pihak penyelenggara
kegiatan Pasar Modal yaitu dari Bank Kustodian atau Manajer Investasi. Bank Kustodian
dalam hal ini hanya terbatas kepada pengurusan untuk memperoleh berbagai hak atas
kepemilikan efek.
2. Memberikan Konfirmasi
Untuk menghindari adanya suatu pertentangan yang timbul di kemudian hari dari
pihak pemegang efek yang menjadi pemegang rekening pada lembaga penyelenggara
kegiatan Reksa dana, maka diperlukan adanya suatu konfirmasi dari pihak-pihak di mana
pemegang efek tersebut menjadi pemegang rekeningnya. Konfirmasi tersebut mengenai
pencatatan efek dalam rekening efek. Pihak lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,
Bank Kustodian serta Perusahaan efek diwajibkan untuk menerbitkan konfirmasi kepada
pemegang rekening pada lembaga tersebut. Konfirmasi tersebut menjadi sangat penting
bagi pemegang rekening dalam rangka untuk mengetahui jumlah keuntungan yang akan
diperolehnya dari sejumlah efek yang dimilikinya sebagai hasil investasi Reksa dana.
Dengan berdasarkan konfirmasi tersebut yang berisi tentang jumlah efek yang dititipkan
dalam penitipan kolektif sebagai milik pemegang rekening pada lembaga tersebut, maka
baik pihak investor ataupun Bank Kustodian akan menghindari kesalahan dalam
pembagian sejumlah hak kepada pemilik efek dalam penitipan kolektif. Kesalahan bisa
saja terjadi karena dalam penitipan kolektif terdiri dari banyak investor dan jumlah efek
3. Ganti kerugian
Investor reksa dana perlu menyadari bahwa, berbeda dari deposito yang
menjanjikan hasil investasi tertentu, tidak ada janji hasil investasi tertentu yang dapat
diberikan oleh Bank Kustodian kepada investor. Sesuai peraturan Bapepam pun, Bank
Kustodian atau Manajer Investasi dilarang memberikan janji suatu hasil tertentu atas
pengelolaan dana yang dilakukannya. Manajer Investasi dan Bank Kustodian hanya akan
memproses pemesanan Pembelian Unit Penyertaan jika semua persyaratan diatas telah
dipenuhi dan pembayaran telah efektif di rekening Reksa Dana yang ditentukan oleh Bank
Kustodian. Manajer Investasi dan Bank Kustodian tidak bertanggung jawab atas kerugian
yang mungkin timbul akibat informasi yang tidak lengkap atau kesalahan instruksi yang
diberikan Pemegang Unit Penyertaan. Tetapi Bank Kustodian atau Manajer Investasi
wajib memberikan ganti kerugian kepada pemegang rekening atas setiap kerugian yang
timbul akibat kesalahannya sesuai dengan bunyi pasal 46 UUPM.. Dimana dalam
penjelasan pasal 46 UU. Pasar Modal ini, menyatakan: “oleh karena efek dalam rekening
efek dititipkan dan diadministrasikan pada kustodian, sudah sepatutnya pemegang
rekening perlu mendapat perlindungan dari kerugian yang timbul akibat kesalahan
kustodian”, antara lain karena:
a. hilang atau rusaknya harta atau catatan mengenai harta dalam penitipan.
b. keterlambatan dalam penyerahan harta keluar dari penitipan.
c. kegagalan pemegang rekening menerima keuntungan berupa deviden, bunga, atau
hak-hak lain atas harta dalam penitipan.
Investor umumnya perlu mengetahui pengalaman dan kualifikasi dari pengelola
Reksa Dana. Bab III prospektus menjelaskan secara singkat, siapa-siapa bertindak sebagai
reksa dana. Bab IV menjelaskan secara singkat pengalaman dari Bank kustodian yang
akan berperan sebagai penyimpan dana dan administrator investasi.125
D. Peraturan Bank Indonesia (BI) Terhadap Bank Yang Menyelenggarakan Reksa Dana
Bank Indonesia bukan lembaga yang berwenang mengatur dan mengawasi
penyelenggaraan reksa dana, tetapi tetap saja memiliki keterkaitan erat apabila
penyelenggaraan reksa dana melibatkan bank-bank. Bank-bank yang terlibat dalam
penjualan reksa dana sedikit banyak akan memiliki risk exposures yang berasal dari reksa dana tersebut, apakah itu risiko reputasi, risiko hukum, maupun risiko-risiko lainnya. Oleh
karena itu, bank-bank agen penjual reksa dana harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip
kehati-hatian sebagaimana prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usaha bank yang telah
digariskan BI.Hal ini sesuai dengan pasal 25 Angka 1 UU. No. 3 tahun 2004 tentang BI.
Keterlibatan BI sejalan dengan amanat Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998
pasal 29 Angka 1 dan pasal 30 Ayat1 yang menegaskan, bahwa fungsi dan peran BI
sebagai lembaga pembina dan pengawas perbankan.126
Reksa dana yang dijual melalui distribusi perbankan biasanya dalam dua bentuk,
yaitu: Bentuk pertama, bank menjual produk reksa dana yang bersifat independen, yang juga dijual sendiri oleh manajer investasi atau melalui agen penjual lain. Dalam bentuk
ini, tidak ada produk eksklusif yang khusus hanya boleh dijual oleh bank tersebut,
sehingga pada umumnya bank penjual tidak ikut serta menjadi sponsor dalam penerbitan
reksa dana. Dengan demikian, bank hanya mendapatkan komisi dari manajer investasi
sebesar jumlah yang dijual oleh bank tersebut. Bentuk kedua, adalah reksa dana yang
125 Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Op.Cit., hlm.90
dijual secara khusus oleh bank tersebut (exclusive product), sehingga investor yang ingin membeli reksa dana tersebut harus melalui bank yang menerbitkannya. Produk reksa dana
yang bersifat khusus tersebut pada umumnya memiliki features tersendiri. Antara lain,
biasanya memakai nama bank dalam reksa dana tersebut, portofolio reksa dana yang
dijual menggunakan obligasi rekap yang dimiliki atau dijual bank, bank ikut serta sebagai
sponsor dan dalam beberapa kasus produk reksa dana tersebut dicampur menjadi produk
investasi yang dikeluarkan oleh bank (product mix). Apabila bank bertindak sebagai sponsor, berarti bank harus memperhatikan faktor kecukupan modalnya, karena bank
harus menyediakan dana tunai guna disetorkan dalam portofolio reksa dana yang dibentuk
oleh manajer investasi. Semakin besar nilai obligasi yang akan diterbitkan, semakin besar
pula dana yang harus disetorkan untuk sponsor. Dengan demikian, bank-bank kecil atau
mereka yang memiliki modal nominal kecil harus benar-benar memperhitungkan faktor
kecukupan modalnya agar tetap memiliki rasio kecukupan modal (CAR) diatas 8 persen.
Selain itu, bank juga tidak diperbolehkan menjadi sponsor reksa dana yang underlying
assetsnya berupa saham. Sebab, Bank Indonesia masih melarang bank melakukan
transaksi jual beli saham.127
Transparansi dan kejelasan kepada calon investor reksa dana yang umumnya
nasabah bank itu sendiri harus diutamakan. Nasabah perlu dijelaskan, bahwa reksa dana
itu bukan produk bank, melainkan produk investasi yang diatur dengan ketentuan pasar
modal. Satu hal penting yang perlu disampaikan kepada calon investor reksa dana lewat
bank adalah reksa dana tidak sama dengan simpanan deposito. Investasi membeli reksa
dana tidak termasuk dalam program penjaminan pemerintah (blanket guarantee)
sebagaimana yang diberikan untuk simpanan pihak ketiga di bank. Selain itu, bank dalam
melakukan penjualan reksa dana kepada nasabahnya harus jelas-jelas menegaskan, bahwa
risiko berinvestasi pada reksa dana tersebut akan ditanggung sepenuhnya oleh investor
sendiri. Karena itu, edukasi kepada calon investor reksa dana mutlak harus diberikan oleh
petugas Bank yang menjualnya, sehingga bank akan terhindar dari risiko reputasi maupun
risiko Hukum apabila terjadi tuntutan dari investor kepada bank di kemudian hari.128
Mekanisme penjualan reksa dana yang melibatkan bank sebagai agen penjual telah
memunculkan hubungan baru antara perbankan dan para manajer investasi. Untuk itu,
bank harus melakukan seleksi (due diligence) untuk memilih manajer investasi yang bagus dari sisi kinerja maupun reputasinya, sehingga kerjasama antara bank dengan
manajer investasi tidak akan merugikan bank penjual reksa dana dan investor yang
menggunakan jasa bank tersebut.129
Dalam hal manajer investasi itu adalah anak perusahaan atau perusahaan sekuritas
adalah pihak terafiliasi dari bank penjual reksa dana, maka kerja sama diantara mereka
harus transparan. Dalam praktik, bank yang menjual reksa dana yang berasal dari anak
perusahaannya atau pihak terafiliasi, harus dilakukan secara berhati-hati sesuai
kemampuan bank tersebut mengendalikan risiko yang mungkin terjadi. Bank tidak
seharusnya menjual reksa dana terlalu ekspansif, apabila nantinya tidak mampu
mengontrol risiko yang akan terjadi pada anak perusahaan yang bertindak sebagai manajer
investasi atau pihak terafiliasi yang bertindak sebagai perusahaan sekuritas. Misalnya saja
karena suatu sebab tertentu terjadi penarikan (redemption) reksa dana secara
besar-besaran dalam waktu bersamaan, maka manajer investasi harus mampu menjual portofolio
asset reksa dana secara cepat untuk mendapatkan uang tunai guna membayar redemption
tersebut. Apabila tidak ada pembeli yang mampu menyerap penjualan seluruh asset reksa
128 Ibid.
dana tersebut, bank sebagai induk perusahaan dari manajer investasi harus ikut campur
tangan untuk membeli asset-asset reksa dana.130
Menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, pada pasal
29, yang berbunyi sebagai berikut:131
1) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap Bank, baik secara berlaku
maupun setiap waktu apabila diperlukan.
2) Apabila diperlukan, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat
dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak
terafiliasi, dan debitur bank.
3) Bank dan pihak-pihak sebagaimana pada ayat 2, wajib memberikan kepada
pemeriksa:
a. keterangan dan data yang diminta;
b. kesempatan melihat semua pembukuan, dokumen, dan sarana fisik;
c. hal-hal lain yang diperlukan.
Pada penjelasan pasal 29 di atas, menyatakan sebagai berikut:
1) Tujuan pemeriksaan terhadap bank adalah untuk memperoleh kebenaran
informasi kegiatan usaha bank yang disampaikan kepada BI dan untuk
mengetahui kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan
pemeriksaan Bank oleh BI meliputi antara lain buku-buku, berkas-berkas,
warkat, catatan, dokumen dan data elektronis, termasuk salinan-salinannya.
2) Pemeriksaan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak
terafiliasi dan debitur bank dilakukan secara selektif dan dimaksudkan agar BI
dapat melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
130 Ibid.
3) a. Yang dimaksud dengan keterangan dan data termasuk data elektronis dan
penjelasan yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.
c. Hal-hal lain yang diperlukan antara lain adalah penyediaan ruang kerja dan
salinan dokumen yang diperlukan dalam pemeriksaan.
Menurut penulis, berdasarkan ketentuan pasal 29 diatas dan penjelasannya, Bank
Indonesia diberikan kewenangan penuh oleh Undang-undang untuk melakukan
pemeriksaan terhadap semua bank, baik bank pemerintah dan swasta. Dan hal ini,
termasuk melakukan pemeriksaan terhadap bank yang menjadi agen penjual efek reksa
dana atau bank kustodian. Bank Indonesia harus mengambil tindakan dan sanksi yang
tegas, apabila dalam pemeriksaan BI tersebut, bank itu melanggar ketentuan yang berlaku
sebagai agen penjual efek reksa dana.
Selain daripada itu, pada pasal 31 UU. No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia,
yang berbunyi sebagai berikut:132
1) Bank Indonesia dapat memerintahkan Bank untuk menghentikan sementara
sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian BI
terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindak pidana di bidang
perbankan.
2) Berdasarkan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1, BI wajib mengirim tim
pemeriksa untuk meneliti kebenaran atas dugaan tersebut.
3) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak diperoleh
bukti yang cukup, BI pada hari itu juga mencabut perintah penghentian transaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
Pada penjelasan pasal 31 angka 1 di atas, menyatakan sebagai berikut: Yang termasuk
dalam transaksi tertentu antara lain adalah transaksi dalam jumlah besar yang diduga
berasal dari kegiatan yang melanggar hukum.
Menurut penulis, berdasarkan ketentuan pasal 31 diatas dan penjelasannya, Bank
Indonesia harus bersifat cepat, sigap, dan tanggap apabila ada kegiatan transaksi tertentu
yang diduga merupakan tindak pidana perbankan, termasuk apabila ada transaksi
mencurigakan yang dilakukan suatu bank berkaitan dengan kegiatannya sebagai bank
kustodian atau agen penjual efek reksa dana, dimana bisa saja suatu bank melakukan
kejahatan dengan modus produk investasi, seperti reksa dana. Ketentuan ini juga
mengamanatkan pada BI untuk melakukan upaya preventif (pencegahan) dalam mengatasi tindak pidana dalam bidang perbankan.
Karakteristik Bank sebagai depository institution, lebih dimaksudkan untuk menyimpan dana, meskipun tidak juga dapat dihindari bahwa kegiatan tersebut
mempunyai unsur investasi (karena adanya unsur bunga yang diberikan bank).
Berdasarkan karakteristik tersebut, sehingga orang yang memang berhubungan dengan
bank dan bermaksud menyimpan uangnya memang tidak mengharapkan akan
menanggung risiko terlalu besar. Oleh karena itu, bank menjadi lembaga yang diharapkan
menjaga kekayaan nasabah yang disimpannya, dan umumnya tidak diperbolehkan untuk
melakukan investasi atau menyalurkan dananya untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya
mempunyai risiko yang tinggi seperti investasi dalam efek, yang umumnya mempunyai
sifat yang sangat fluktuatif. Karena sifat industri perbankan yang demikian, maka ada
larangan bagi perbankan untuk secara langsung terlibat melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan industri sekuritas.133
Berdasarkan Undang-undang perbankan, Bank misalnya tidak diperbolehkan untuk
melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek. Bank hanya diperkenankan untuk
melakukan penyertaan modal pada perusahaan efek. UU. Perbankan juga hanya
memperbolehkan bank untuk melakukan penyertaan modal pada usaha-usaha tertentu,
sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang perbankan. Sedangkan untuk
penyertaan modal dalam usaha-usaha diluar yang ditentukan tersebut hanya boleh
dilakukan untuk sementara.Bank wajib menarik kembali penyertaan modal tersebut
apabila telah melebihi jangka waktu lima tahun, atau perusahaan di mana penyertaan
tersebut dilakukan telah memperoleh keuntungan. Dengan demikian, ada pembatasan
yang dilakukan atas bank untuk secara langsung aktif terlibat dalam pasar modal, dan ini
semuanya dimaksudkan untuk menjaga bank agar tidak melibatkan dana simpanan
nasabahnya ke dalam usaha-usaha yang dianggap mempunyai risiko berlebihan. Selain itu
kegiatan bank dalam industri sekuritas dianggap dapat menyebabkan terjadinya benturan
kepentingan antara kegiatan bank sebagai peminjam di satu pihak dengan investasi efek di
lain pihak.134
Dalam kegiatan yang terbatas tersebut bank dapat bertindak sebagai wali amanat,
kustodian, serta dalam batas tertentu dapat juga terlibat dalam penjualan Reksa Dana.
Kegiatan-kegiatan ini tidak melepaskan bank untuk memperoleh izin, persetujuan, atau
kewajiban untuk melakukan pendaftaran kepada Bapepam atas kegiatannya tersebut.
Tetapi terlepas dari diperbolehkannya bank untuk terlibat dalam industri sekuritas, bank
tidak diperkenankan untuk secara langsung melibatkan dana yang disimpan masyarakat
untuk kegiatan yang berhubungan dengan efek yang diperdagangkan di pasar modal.135
Mengenai keterlibatan Bank dalam memasarkan reksa dana bisa dilihat dalam
Surat Edaran Bank Indonesia No.7/19/DPNP tanggal 14 juni 2005 tentang Penerapan
Manajemen Risiko pada Bank yang melakukan Aktivitas Berkaitan dengan Reksa Dana
mengenai apa yang dapat dilakukan oleh bank komersil di Indonesia menyangkut
reksadana.136
Surat Edaran Bank Indonesia (BI) tentang reksadana dinilai sebagai keputusan
yang sangat tepat. Langkah itu bisa menjadi sentimen positif bagi investor yang ingin
kembali berinvestasi pada instrumen reksadana, terutama investor ritel setelah terjadi
redemption atau pencairan dana awal tahun ini.137 ''Bank tak perlu rikuh reksadana karena praktik penjualannya akan diawasi secara
ketat oleh BI. Kalau menjalankan prinsip kehati-hatian maka tak perlu khawatir,'' kata
Winang Budoyo dari Mandiri Securities. Muhammad Hanif dari Danareksa Investama
menilai penerbitan Surat Edaran BI itu cukup positif, karena bank sebagai agen penjual
reksadana, investor, dan BI sebagai pengawas akan bisa menjalankan fungsinya secara
jelas dan tegas.
''Surat edaran itu membuat semua menjadi transparan dan memberi perlindungan lebih
besar kepada nasabah,'' tuturnya.138
Menurut Mantan Deputi Gubernur BI Maman H Soemantri Dengan Surat Edaran
BI itu bank perlu meningkatkan penerapan risiko secara efektif melalui penerapan prinsip
kehati-hatian dan melindungi kepentingan nasabah.Bagi bank yang terbukti melakukan
pelanggaran atas penerapan manajemen risiko dan kewajiban pelaporan, lanjut dia, bisa
136
Ibid. hlm.331
137 Dikutip dari http://www.suaramerdeka.com., Surat Edaran soal ReksaDana Disambut Positif,
dikenai sanksi berupa teguran tertulis, pembekuan kegiatan usaha, dan penghentian
sebagai pengurus bank.139
Sebagaimana diberitakan, BI telah menerbitkan Surat Edaran No.7/19/DPNP
kepada semua bank umum agar meningkatkan penerapan manajemen risiko terkait dengan
keterlibatannya dalam kegiatan penjualan reksadana. Kegiatan tersebut selain memberi
manfaat, berpotensi menimbulkan berbagai risiko bagi bank, di antaranya risiko pasar,
kredit, likuiditas, hukum, dan reputasi. Dalam Surat Edaran tanggal 14 Juni 2005 itu bank
diminta meningkatkan penerapan manajemen risiko secara efektif dengan melakukan
prinsip kehati-hatian dan melindungi kepentingan nasabah. Untuk mendukung penerapan
manajemen risiko yang efektif tersebut beberapa ketentuan utama yang wajib dilakukan
bank adalah memastikan manajer investasi yang menjadi mitra dalam aktivitas yang
terkait dengan reksadana telah terdaftar dan memperoleh izin dari otoritas pasar modal.
Bank juga diwajibkan memastikan reksadana telah memperoleh pernyataan efektif dari
otoritas pasar modal. Kemudian mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul atas kegiatan yang berhubungan dengan reksa dana.140 Deputi Gubernur Bank Indonesia Siti Ch Fadjrijah mengatakan, sebelum aturan
tentang reksa dana terbit, banyak bank yang berpraktik tidak benar dalam memasarkan
reksa dana, yakni menjamin imbal hasil produk tersebut. Akan tetapi, setelah Bank
Indonesia (BI) mengeluarkan Surat Edaran Nomor 7/19/DPNP tanggal 14 Juni 2005
tentang penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan aktivitas berkaitan
dengan reksa dana, bank-bank tidak lagi melakukan praktik tersebut. Sebelum ada aturan,
BNI juga menjamin imbal hasil reksa dana. Makanya, saya katakan, kesalahannya sudah
lama dan sudah ditegur. Sekarang, setelah ada aturan, bank-bank termasuk BNI tidak lagi
139 Ibid.
melakukan hal itu, kata Fadjrijah. Fadjrijah mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan
wartawan soal kesalahan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk dalam kasus kisruhnya
reksa dana yang diterbitkan anak perusahaannya, BNI Securities. Sebelumnya, terkait
dengan kisruh industri reksa dana nasional beberapa waktu lalu, Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam) akan berkoordinasi dengan BI untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sebab,
berdasarkan pemeriksaan awal, Bapepam menemukan indikasi pelanggaran yang juga
dilakukan BNI, yang sebagai bank berada di bawah pengawasan bank sentral. Bapepam
belum menjelaskan indikasi pelanggaran yang dilakukan BNI. Akan tetapi, dia
mengatakan, pelanggaran tidak terkait dengan aturan penilaian pasar wajar. Selain BNI,
Bapepam juga menemukan indikasi pelanggaran yang dilakukan BNI Securities dan
Bahana TCW Investment. Menurut Fadjrijah, BI telah menjelaskan kepada Bapepam soal
pelanggaran bank-bank sebagai agen penjual reksa dana.141
Bank Indonesia menerbitkan peraturan tentang penerapan manajemen resiko
terhadap bank yang melakukan aktivitas berkaitan dengan reksadana seiring dengan
meningkatnya keterlibatan bank dalam aktivitas terkait dengan reksadana. Peraturan itu
diterbitkan di Jakarta dalam bentuk Surat Edaran (SE) bernomor 7/19/DPNP tanggal 14
Juni 2005 yang ditanda tangani Deputi Gubernur BI Maman H. Somantri, dan berlaku
mulai 14 Juni 2005 itu juga. Menurut BI, meningkatnya keterlibatan bank dalam aktivitas
yang berkaitan dengan reksadana selain memberi manfaat, juga berpotensi menimbulkan
berbagai resiko bagi bank, di antaranya resiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko
hukum, dan risiko reputasi. Sehubungan dengan itu, bank perlu meningkatkan penerapan
manajemen risiko secara efektif dengan melakukan prinsip kehati-hatian dan melindungi
kepentingan nasabah. Aktivitas bank yang berkaitan dengan reksa dana meliputi bank
sebagai investor, bank sebagai agen penjual efek reksadana, dan bank sebagai
kustodian.Aktivitas bank sebagai investor merupakan aktivitas investasi bank dalam
reksadana termasuk dalam hal bank sebagai sponsor. Yang dimaksud dengan sponsor
adalah aktivitas investasi bank dalam reksadana sebagai penempatan dana awal dengan
jumlah dan jangka waktu sesuai ketentuan otoritas pasar modal.142
Aktivitas bank sebagai agen penjual efek reksadana adalah aktivitas bank dalam
rangka mewakili perusahaan efek sebagai manajer investasi untuk menjual efek reksadana
yang dilaksanakan oleh pegawai bank yang memiliki ijin wakil agen penjual reksadana
untuk menjual efek reksadana. Sementara aktivitas bank sebagai bank kustodian
reksadana merupakan aktivitas bank dalam melaksanakan penitipan kolektif, menyimpan
dan mengadministrasikan kekayaan reksadana, mengadministrasikan atau mencatat mutasi
unit penyertaan serta jasa lain termasuk menghitung nilai aktiva bersih, menyelesaikan
transaksi, menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain. SE itu antara lain mewajibkan
semua bank yang melakukan aktivitas terkait dengan reksadana untuk memastikan bahwa
manajer investasi yang menjadi mitra dalam aktivitas berkaitan dengan reksadana telah
terdaftar dan memperoleh ijin dari otoritas pasar modal sesuai ketentuan yang berlaku.143
Aturan itu mewajibkan bank memastikan bahwa reksadana yang bersangkutan telah
memperoleh pernyataan efektif dari otoritas pasar modal sesuai ketentuan yang berlaku.
Bank juga wajib mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan resiko yang
timbul atas aktivitas yang berkaitan dengan reksadana. Dalam rangka melaksanakan
prinsip kehati-hatian, bank dilarang melakukan tindakan baik secara langsung maupun
tidak langsung yang mengakibatkan reksadana memiliki karakteristik seperti produk bank
misalnya tabungan atau deposito. SE itu antara lain juga menyebutkan bahwa bank yang
142 Dikutip dari http://www.bisnis.com., BI BuatAturanBankTerkaitReksaDana, Diakses terakhir tanggal 1 Mei 2009
telah melaksanakan aktivitas berkaitan dengan reksadana namun belum sepenuhnya
menerapkan manajemen resiko, wajib menyampaikan laporan langkah-langkah
penyelesaian permasalahan paling lambat satu bulan setelah berlakunya SE itu. Target
waktu penyelesaian permasalahan paling lambat enam bulan sejak batas akhir
penyampaian laporan.Aturan itu juga memuat ancaman sanksi bagi bank yang melakukan
pelanggaran atas penerapan manajemen resiko dan pelanggaran atas kewajiban pelaporan.
Ancaman sanksi atas pelanggaran penerapan manajemen resiko antara lain berupa teguran
tertulis, pembekuan kegitan usaha tertentu, dan pemberhentian pengurus bank.144
Independensi bank sentral merupakan penerapan dari konsep peran ideal bagi bank
sentral dalam pengelolaan ekonomi nasional secara makro agar efektif, yang ternyata juga
nampak di dalam praktek, sebagaimana dilaporkan dalam studi mengenai
penyelenggaraan fungsi bank sentral di banyak negara, baik maju maupun berkembang.
Ini semua perlu kita cermati dalam upaya kita untuk menyumbang secara positif pada
proses untuk mewujudkan Bank Indonesia menjadi bank sentral yang independen.ketiga
fungsi pokok bank sentral adalah pengelolaan kebijaksanaan moneter untuk memelihara
kestabilan, penyelenggaraan sistem pembayaran nasional serta pengawasan perbankan.
Tetapi fungsi pokok berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan perbankan, perlu
mendapat perhatian yang seksama, karena kecenderungan menyatunya kegiatan lembaga
keuangan atau kaburnya batas pemisah antara instrumen keuangan yang satu dengan yang
lain, menyebabkan bahwa kegiatan perbankan dengan lembaga keuangan lain, seperti
Reksa Dana atau lembaga pembiayaan lain, semakin tercampur. Karena itu, pengawasan
perbankan yang terpisah dari yang lain tidak memberikan hasil yang optimal. lebih baik,
cenderung untuk menyatukan pengawasan terhadap berbagai lembaga keuangan ini
dengan pengawasan bank, dibawah lembaga yang sama. Apakah setelah disatukan
diletakkan di bawah BI atau Depertemen Keuangan atau berdiri sendiri, itu tidak terlalu
prinsip. Yang lebih penting adalah bahwa pengawasannya dilakukan oleh satu lembaga,
untuk memperoleh hasil yang optimal dari pengawasannya.145
Apakah tetap diletakkan pada BI atau berdiri sendiri, pengawasan lembaga
keuangan juga harus mempunyai status independen. Sebab, dalam praktek yang
berkembang di masa lalu, dengan hubungan antara perusahaan swasta dengan pemerintah
yang tidak transparan, karena praktek crony capitalism, maka tabrakan kepentingan yang
menyangkut tugas pengawasan dan pengendalian moneter tadi dapat dikompromikan yang
membawa dampak semakin sulitnya mencari jalan keluar dari masalah yang
menghinggapi perbankan. Dengan demikian, independensi Bank Indonesia dalam
menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya memang sangat penting untuk efektivitas
pengelolaan ekonomi makro. Untuk itu, tugas Bank Indonesia harus dirumuskan secara
jelas dan eksplisit dan spesifik, tidak terlalu luas. Mengenai tugas pokoknya sendiri,
ketegasan mengenai status independen ini paling sedikit harus menyangkut
penyelenggaraan fungsi menjaga kestabilan moneter, meskipun dapat diperluas dengan ke
dua fungsi pokok yang lain, penyelenggaraan sistem pembayaran nasional dan
pengawasan lembaga keuangan dan perbankan.146
Bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia yang mempunyai fungsi sebagai
pemegang otoritas moneter di Indonesia membantu Bapepam dalam mengawasi kegiatan
kustodian dan Wali Amanat serta kegiatan lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang dilakukan oleh Bank umum di Pasar Modal.147
145 Dikutip dari http://www.bisnis.com.,
Independensi Bank Sentral dan Pengelolaan Ekonomi Nasional, Diakses terakhir tanggal 9 Maret 2009
146 Ibid.
Peranan Bank Indonesia dalam pasar modal menjadi dibutuhkan berdasarkan fungsi
dari Bank Umum yang ternyata dapat pula berperan dalam kegiatan pasar modal. Bentuk
kegiatan dari Bank Umum yang berperan dalam pasar modal sebagaimana sudah kita
ketahui bersama adalah dalam bidang kustodian. Bank Umum yang berdasarkan kegiatan
umumnya adalah melakukan penitipan, namun dalam penitipan efek, kegiatannya lebih
luas dibanding kegiatan penitipan yang telah dilakukan oleh Bank Umum sehingga perlu
adanya izin usaha dari Bapepam agar bisa berperan dalam kegiatan pasar modal. Fungsi
bersama yang dilakukan oleh Bapepam dan Bank Indonesia dalam pengawasan terhadap
kegiatan Kustodian dan Wali Amanat dilakukan dengan cara mengadakan konsultasi dan
atau koordinasi sesuai dengan fungsi masing-masing.148
BAB IV
PERLINDUNGANHUKUM TERHADAP INVESTORREKSA DANA PERBANKAN
A. Kepercayaan Investor Reksa Dana Pada Perbankan
Dalam perekonomian suatu negara terdapat sistem keuangan, salah satunya adalah
industri perbankan yang berfungsi sebagai penunjang perekonomian negara tersebut.
Fungsi industri perbankan sebagai penunjang perekonomian dapat berbentuk
penghimpunan dan penyaluran dana, dan dapat pula dalam bentuk memperlancar
pembayaran transaksi perdagangan domestik maupun internasional. Fungsi yang demikian
itu disebut sebagai perantara keuangan (financial intermediaries). Perantara keuangan maksudnya adalah lembaga yang menghimpun dana dari investor, mengumpulkannya dan
menginvestasikan dana tersebut pada perusahaan lain. Disebut sebagai perantara karena
posisi lembaga ini berada diantara investor dan perusahaan yang menerima investasi.149
Fungsi lain industri perbankan adalah sebagai salah satu sumber pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhan yang diinginkan serta sebagai pelaksana pengalihan sumber
pembiayaan dari investor kepada perusahaan, atau sebagai pelaksana transfer dana dari
sumber dana ke pihak yang memerlukan. Baik buruknya sektor keuangan, salah satu
indikatornya ditentukan oleh indistri perbankan yang dapat terorganisir secara efisien dan
efektif.150
Untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan
tercermin dari keinginan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan perbankan seperti
menyimpan atau menginvestasikan uang, mendepositokan dan meminjam uang untuk
memulai dan memperluas usaha. Peran dan partisipasi dari kalangan masyarakat luas ini
merupakan sesuatu yang vital bagi industri perbankan itu sendiri maupun kesejahteraan
masyarakat umum secara luas, yang akhirnya berkepentingan bagi pembangunan.
Membangun sebuah kepercayaan suatu hal yang tak mudah, ia bisa diperoleh apabila bank
bisa membuktikan dirinya sebagai bank yang sehat lewat kemampuan ganda yang
dimilikinya, yakni sebagai penyedia likuiditas dan penyandang dana bagi penyediaan aset
jangka panjang.151
Peranan yang juga sangat penting dimainkan oleh industri perbankan adalah sebagai
Agen Penjual Efek Reksa Dana, dimana perbankan melalui Bank Kustodian menjalankan
peranannya dalam hal ini. Tingkat Kepercayaan masyarakat, terutama investor Reksa
Dana pada perbankan dapat dilihat dalam Tabel-tabel berikut ini, yaitu:152
Tabel 2
Perkembangan Jumlah Reksa Dana (1996-2007)
Tahun Jumlah Reksa Dana
1996 28
1997 77
1998 81
1999 81
2000 94
2001 108
2002 131
2003 186
2004 246
2005 331
2006 355
2007 408
151 Ibid. hlm.25
Sumber Data: Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di EraModern, Edisi Revisi 2, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009 ) hlm.111.
Dari Tabel 2 tentang Perkembangan Jumlah Reksa Dana di atas memperlihatkan
bahwa jumlah reksa dana dari tahun 1996-2007 mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, hanya tahun 1998-1999 yang jumlah reksa dananya tetap atau stabil. Hal ini
menandakan bahwa reksa dana memang merupakan bentuk produk investasi yang sangat
beragam (diversifikasi), selain itu pula, tabel di atas memperlihatkan bahwa reksa dana memang telah menjadi produk investasi yang sangat diminati masyarakat pemodal atau
para investor.
Tabel 3
Jumlah Investor Reksa Dana (1995-2007)
Tahun Jumlah Investor
1995 2.441
1996 20.234
1997 15.482
1998 14.860
1999 24.127
2000 39.478
2001 51.723
2002 125.820
2003 171.712
2004 299.063
2005 251.132
2006 202.991
Sumber Data: Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di EraModern, Edisi Revisi 2, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009 ) hlm.112.
Dari Tabel 3 tentang Perkembangan Jumlah Investor Reksa Dana di atas
memperlihatkan bahwa jumlah investor reksa dana dari tahun 1995-2007 mengalami
fluktuasi (perubahan) dari tahun ke tahun, artinya jumlah investor reksa dana dari tahun 1995-2007 tersebut naik turun. Walaupun demikian, jumlah investor reksa dana pada
tahun 2007 menunjukkan angka yang sangat signifikan yaitu sebanyak 256.665 investor,
yang berarti menandakan betapa sangat besarnya minat investor terhadap reksa dana ini
dan hal ini tidak bisa dibantah oleh pihak mana pun.
Tabel 4
Perkembangan Dana Reksa Dana (1997-2007) (Dalam Milyar Rp)
Tahun Jumlah Dana
1997 4,916
1998 2,992
1999 5,142
2000 5,507
2001 8,058
2002 46,614
2003 69,455
2004 103,616
2005 28,386
2006 50,869
2007 88,400
Dari Tabel 4 tentang Perkembangan Dana Reksa Dana di atas memperlihatkan
bahwa jumlah dana reksa dana dari tahun 1997-2007 mengalami fluktuasi (perubahan) dari tahun ke tahun, artinya jumlah dana reksa dana dari tahun 1997-2007 tersebut
naik-turun. Jumlah dana reksa dana yang mengalami penurunan yang sangat signifikan terjadi
pada tahun 2004-2005, hal ini terjadi karena pada tahun 2005 hampir 70 % dari total aset
reksa dana adalah kontribusi dari sumbangan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Kekhawatiran banyak pihak atas risiko terkonsentrasinya sebagian besar aset pada jenis
reksa dana pendapatan terbukti telah memberikan pukulan yang menyakitkan pada
industri reksa dana. Misleading informasi dari pemasar reksa dana, terutama yang ada di sektor perbankan, menjadi salah satu imbas terbesar pencairan besar-besaran. Secara total,
aset yang terus menerus naik, terakumulasi sampai sempat melebihi angka 100 triliun
akhirnya terjun bebas lebih 70 % menjadi hanya 28, 386 milyar pada tahun 2005.
Distribusi Reksa Dana melalui perbankan pada tahun 2007 menunjukkan angka
yang sangat signifikan, yaitu sebanyak 85% dari seluruh jumlah investor reksa dana,
angka ini mengalahkan distributor melalui manajer investasi, yang hanya 15% dari
seluruh jumlah investor reksa dana. Dari angka tersebut, sebanyak 68% Bank lokal
mendistribusikan reksa dana tersebut, dan 32% oleh Bank Asing.153
Menurut Penulis, pada tahun 2009 (pembuatan skripsi ini), angka atau tabel-tabel di
atas tersebut tidak akan jauh berbeda, karena berinvestasi melalui reksa dana ini,
merupakan hal yang selalu menarik bagi investor. Hal ini menunjukkan betapa sangat
besarnya kepercayaan investor reksa dana pada perbankan. Dari data-data dan hal diatas,
memperlihatkan bahwa reksa dana memang menjadi salah satu produk investasi yang
sangat diminati para investor, terutama reksa dana yang didistribusikan oleh perbankan
melalui Bank Kustodian. Dari data-data diatas juga mengindikasikan sangat besarnya
kepercayaan investor reksa dana terhadap perbankan, terutama pada bank lokal (nasional).
Untuk dapat menjaga dan mempertahankan kepercayaan nasabah penyimpan dan
terutama investor reksa dana perbankan terhadap industri perbankan, maka penulis merasa
perlu membuat Faktor-faktor yang dapat memperlemah kepercayaan masyarakat
terhadap industri perbankan. Hal ini diharapkan dapat membuat industri perbankan
memperbaiki diri, meningkatkan keadaan dan kondisinya, sehingga kepercayaan
masyarakat terhadap industri perbankan diharapkan bisa stabil.
Secara lebih rinci faktor-faktor yang dapat memperlemah kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan, antara lain adalah sebagai berikut:154
1.) Jaminan Terselubung (Implicit Guarantee)
Tidak terdapatnya jaminan secara eksplisit bagi nasabah penyimpan apabila bank
dilikuidasi atau bagi investor reksa dana apabila bank kustodian melakukan kesalahan
atau kelalaian dalam penitipan dana investor telah mengakibatkan munculnya jaminan
terselubung yang pada gilirannya dapat mencipta kan moral hazard, yaitu kecenderungan melakukan kegiatan usaha berisiko tinggi. Pada dasarnya, pemilik bank memiliki insentif
untuk melakukan kegiatan usaha berisiko tinggi karena semakin tinggi risiko yang
diambil, semakin besar pula potensi keuntungan yang akan diperoleh pemilik bank.
Sebaliknya, apabila bank mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung
bersama oleh nasabah dan pemilik. Kecenderungan melakukan kegiatan penuh risiko
lebih diperbesar dengan adanya anggapan bahwa apabila bank mengalami kesulitan maka
pemerintah akan turun tangan membantu. Anggapan bahwa pemerintah akan membantu
bank-bank yang mengalami kesulitan timbul karena belum adanya suatu sistem yang jelas
mengenai status dana nasabah apabila bank dilikuidasi dan status dana investor yang
terkena dampak dari likuidasi bank tersebut. Ketidakjelasan ini tentunya berdampak
sangat buruk bagi bank yaitu akan menimbulkan bank panic. Dalam literature perbankan, anggapan tersebut dikenal dengan jaminan terselubung (implicit guarantee). Jaminan terselubung tersebut muncul dalam bentuk dukungan pemerintah, baik secara tegas
maupun tidak, terhadap bank domestik yang mengakibatkan ancaman terhadap
ketidakhati-hatian pengurus dalam mengelola bank. Pelanggaran yang dilakukan bank
berupa pembelian obligasi atau surat berharga “sampah” (junk bond) atau mengatur secara sistematis produk investasi yang kelihatannya sah dan legal, namun kenyataannya setelah
lama berlangsung produk tersebut illegal (fiktif), seperti kasus bank century yang menjual
Reksa Dana “bodong”. Pelanggaran yang dilakukan bank ini dilakukan dengan dasar
pemikiran pemerintah akan selalu ada untuk membantu mereka atau bank tersebut.
2.) Pengawasan Bank
Secara Fundamental terdapat beberapa alasan tentang tujuan dilakukannya
pengawasan terhadap perbankan, yaitu:
a. Berkaitan dengan pemeliharaan kepercayaan masyarakat terhadap integritas sistem
perbankan dan individual bank.
b. Pemeriksaan langsung secara berkala merupakan langkah terbaik untuk menentukan
ketaatan bank terhadap ketentuan yang berlaku.
c. Proses pemeriksaan dapat membantu mencegah masalah yang tidak dapat diperbaiki
dan yang semakin memburuk.
d. Pemeriksaan dapat memberikan masukan kepada pengawas tentang bentuk, tingkat
keseriusan dan akibat dari suatu masalah bagi bank dan memberikan fakta dasar bagi
pemeriksaan memainkan peranan kunci dalam proses pengawasan itu sendiri.Dalam
proses pemeriksaan, hubungan antara pemeriksa dan bank harus didasarkan kepada
adanya kerjasama. Yang paling utama dalam kerjasama tersebut adalah bank harus
bersikap jujur dan terbuka.. Kerjasama dan keterbukaan dapat mencegah aktivitas
kejahatan berskala kecil yang kemudian berkembang menjadi kerugian yang parah. Bank
Indonesia adalah lembaga yang berwenang melakukan pengawasan bank.
3.) Lemahnya Kemampuan Manajerial Pengurus Bank
Mudahnya terjadi kejahatan dalam perbankan merupakan salah satu penyebab
rapuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Kejahatan orang dalam atau
insider pada perbankan sangat sulit diawasi dan alat pengawasannya juga lemah. Adapun
bentuk-bentuk kejahatan yang lazim dilakukan oleh pengurus bank antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Kecurangan (Fraud) dan self-dealing
Kejahatan yang dilakukan tersebut dapat digolongkan ke dalam dua cara. Pertama,
dilakukan dengan memanfaatkan kedudukannya untuk kepentingan diri sen diri secara
melawan hukum. Kedua, mismanagement berat berupa tindakan ceroboh yang oleh hakim pasti dikecualikan dari prinsip business judgement. Kejahatan “orang dalam” sangat erat kaitannya dengan dominasi terhadap kebijakan dan administrasi oleh seorang atau
beberapa orang, dan lemahnya pengawasan baik pengawasan yang dilakukan oleh
pengawas internal maupun eksternal (penguasa). Tidak adanya insentif bagi nasabah
untuk turut mengawasi bank, maka hanya penguasa yang melakukan pengawasan. Dan
timbul juga masalah pengawasan yang dilakukan penguasa (pemerintah), yaitu
Pemerintah akan melakukan pengawasan apabila biaya pengawasan lebih kecil