• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan memahami pajak Reksa Dana, investor dapat memperhitungkan investasinya agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Perhitungan pajak tersebut perlu juga dikonsultasikan kepada Konsultan Pajak supaya perhitungan tarif umumnya jelas. Pajak Reksa Dana dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu pajak untuk investor Reksa Dana dan pajak untuk Reksa Dananya sendiri. Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak, Nomor SE-18/PJ.42/1996 tertanggal 30 april 1996 perihal pajak

penghasilan atas usaha reksa dana disebutkan, semua redemption dari reksa dana tidak dikenakan pajak. Dalam kasus ini tidak ada perbedaaan antara investor perorangan dari investor lembaga seperti asuransi, perusahaan, dan sebagainya.56

Menurut Surat Edaran tersebut, penghasilan yang diterima reksa dana dari bunga kupon obligasi bukan merupakan objek pajak. Yang menjadi permasalahan cukup pelik adalah penerapan pajak capital gain atas obligasi, yang tidak diatur secara tegas dalam SE tersebut. Sebelum keluar penegasan Dirjen Pajak penerapan capital gain obligasi di antara reksa dana berbeda-beda. Ada yang menganggap capital gain sebagai objek pajak, tetapi ada pula yang menganggap selisih perbedaan nilai jual dan nilai beli sebagai bagian dari diskonto sehingga bukan merupakan objek pajak. Perbedaan ini tidak lepas dari pendapat Akuntan Publik yang melakukan audit atas reksa dana serta tidak seragamnya perlakuan pajak dari kantor pajak yang satu dan kantor pajak lainnya.57

Dengan keluarnya surat penegasan dari Ditjen Pajak, yang menegaskan bahwa

capital gain obligasi bagi reksa dana dikenakan pajak sesuai tarif umum, sebenarnya perbedaan-perbedaan di atas menjadi tidak relevan lagi untuk dibahas. Menurut hemat penulis, sebenarnya pendekatan yang telah dilakukan oleh Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) adalah mengusulkan penerapan pajak final, seperti yang telah diterapkan terhadap capital gain saham di bursa. APRDI juga menyadari bahwa dalam kondisi yang sulit ini, pemerintah mempunyai tugas yang berat untuk memperoleh pemasukan bagi negara melalui sumber-sumber pajak. Penerapan pajak final menjadi alternatif solusi terbaik, bukan hanya karena masih memberikan daya tarik (tentunya

56 Adler Haymans Manurung, Op.Cit, hlm.62

besarnya pajak perlu dipikirkan masak-masak), namun juga secara akuntansi lebih mudah diterapkan bagi reksa dana.58

Industri reksa dana masih harus menunggu bagaimana peraturan perpajakan baru akan diterapkan. Pada dasarnya, menurut hemat penulis, perpajakan reksa dana perlu dibuat sedemikian rupa sehingga masih ada intensif yang menarik bagi investor untuk berinvestasi melalui reksa dana. Pemerintah, dalam hal ini Dirjen pajak, jangan melihat reksa dana sebagai suatu institusi wajib pajak saja, melainkan perlu melihat reksa dana sebagai katalisator yang akan mendorong perbaikan dan pertumbuhan perekonomian secara nasional. Dengan demikian, sumber pendapatan negara tidak secara langsung diperoleh dari reksa dana sebagai institusi itu sendiri, tetapi secara langsung dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.59

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2002 tentang pelaporan pajak dan Undang-undang No.17 tahun 2000 mengenai pajak penghasilan, disebutkan secara jelas bahwa Reksa Dana yang mempunyai umur kurang dari lima tahun tidak dikenakan pajak atas bunga obligasi yang dimiliki dan capital gain yang diperoleh. Reksa Dana hanya membayar fee maksimum sekitar 0,01 persen atas pelaporan transaksi yang dilakukan. Tetapi, transaksi obligasi yang dilakukan tidak dilaporkan ke Bursa maka reksa dana akan dikenakan pajak badan yang diperhitungkan atau dibayar ketika pelaporan pajak pada bulan maret dan dikenakan pajak capital gain 15 persen dan tidak final. Sedangkan, Reksa Dana yang telah berumur lebih lima tahun dikenakan pajak final atas bunga obligasi sebesar 20 persen dari bunga yang diterima dan 20 persen juga atas capital gain yang diperoleh serta transaksinya harus dilaporkan ke bursa. Bila transaksi obligasi tidak dilaporkan ke bursa maka reksa dana dikenakan pajak bunga obligasi 15 persen tidak final

58 Ibid. hlm.272 59 Ibid. hlm.273

dan pajak capital gain sebesar 15 persen juga tidak final sehingga pada bulan maret ada perhitingan pajak sesuai tarif umum.60

Reksa Dana melakukan investasi pada saham dikenakan pajak sesuai dengan aturan yang berlaku, yaitu pajak final sebesar 0,1 persen untuk setiap penjualan saham. Pajak ini juga berlaku untuk perorangan yang menjual saham di bursa. Pajak tersebut langsung dipotongkan perusahaan sekuritas dimana reksa dana tersebut melakukan transaksi, sehingga uang yang diterima reksa dana langsung berkurang sebesar 0,1 persen dari total penjualan saham yang dilakukan, belum termasuk brokerage fee (komisi broker) sekitar 0,25 persen sampai 0,5 persen. Reksa Dana yang melakukan investasi pada surat utang dengan denominasi bukan rupiah akan dikenakan pajak tarif umum atas selisih kurs valuta asing itu. Manajer investasi harus memotong pajak komisi broker sebesar 6 persen atas komisi yang dibayarkan untuk transaksi saham.61

Tabel 1

Peraturan Perpajakan PP. No. 6 Tahun 2002 Tentang Pelaporan Pajak

Umur Reksa Dana Lapor Ke Bursa Tidak Lapor ke Bursa

Dibawah 5 tahun - Pajak Bunga Nol

- Pajak Capital Gain Nol - Tidak ada Pajak Badan

- Pajak Bunga Nol

- Pajak Capital Gain 15 % - Ada Pajak Badan

60 Adler Haymans Manurung, Op.Cit , hlm.64-66 61 Ibid. hlm.66-67

Diatas 5 Tahun

- Pajak Bunga 20% Final - Pajak Capital Gain 20%

Final

- Tidak ada Pajak Badan

- Pajak Bunga 15%

- Pajak Capital Gain 15% - Ada Pajak Badan

Sumber Data: Adler Haymans Manurung, Reksa Dana Investasiku, ( Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007 ), hlm.67

Dalam PP. No. 6 Tahun 2002 di atas memperlihatkan, bahwa para investor harus menjalankan peraturan tersebut sesuai dengan Tabel 1 diatas, agar investor tersebut juga menjadi orang yang taat pajak. Jadi, Investor harus menjalankan investasinya sejalan dengan kewajiban pada Negara atau pemerintahnya. Apabila investor tersebut tidak menjalankan peraturan tersebut sesuai tabel di atas, maka investor tersebut menjadi orang yang tidak taat pajak dan terancam sanksi yang akan dikenakan oleh Pemerintah melalui Bapepam.

Hal penting yang juga harus diketahui oleh para investor adalah dengan berkembangnya produk reksa dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK- EBA), Maka para investor perlu juga mengetahui perpajakannya. Perpajakan KIK-EBA diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP- 147/PJ/2003 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan yang diterima atau diperoleh KIK-EBA dan Para Investornya. Keputusan Dirjen Pajak tersebut antara lain, sebagai berikut:62

Pasal 2 :

(1) Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) termasuk Subjek Pajak Badan.

(2) Untuk kepentingan perpajakan, maka:

a. KIK-EBA diperlakukan sama dengan perkumpulan modal yang tidak terbagi atas saham;

62 Ibid. hlm 68

b. Pemegang unit penyertaan KIK-EBA Arus Kas tidak tetap diperlakukan sama dengan anggota perkumpulan modal;

c. Pemegang unit penyertaan KIK-EBA Arus Kas Tetap diperlakukan sama

dengan kreditor obligasi perkumpulan modal. Pasal 3 :

(1) Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh KIK-EBA dari portofolio asset Keuangan dikenakan pajak penghasilan berdasarkan ketentuan umum Undang- undang Pajak Penghasilan.

(2) Dalam memenuhi kewajiban perpajakan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wajib Pajak diwakili oleh pengurus, yaitu bank kustodian dan seterusnya.

Melihat perkembangan dana yang luar biasa, di instrumen reksadana kontan saja membuat Direktorat Jendral Pajak ”ngiler”. Bagaimana tidak, perputaran dana yang begitu besar masih ‘bebas” dari pajak.63

Menurut aturannya, Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha tidak dikenakan pajak. Namun, pada praktiknya, dan lazim dilakukan oleh manajer investasi, reksadana yang hampir berumur lima tahun sudah mempersiapkan diri, bermetamorfosa alias ganti kulit dengan nama baru. Tujuannya tidak lain menghindari pajak.64

Celah peraturan ini yang dimanfaatkan dengan benar oleh pelaku pasar. Padahal tujuan pemerintah, setelah investasi berkembang, maka kewajiban kepada negara dapat dipenuhi. Karena itu, perlakuan khusus dari pemeritah dengan membebaskan reksadana dari pajak dianggap sebagai unequal treatment, oleh pelaku pasar.65

63 Dikutip dari http://www.sinar harapan.co.id

., Perlukah Reksa Dana Dikenai Pajak, Diakses terakhir tanggal 14 Februari 2009

64 Ibid. 65 Ibid.

Adalah bankir dari Bank Buana, Pardi Kendy, yang menilai sudah saatnya reksadana tidak lagi diperlakukan secara khusus. Karena menurut dia, reksadana sudah mengambil dana masyarakat seperti halnya bank, tetapi tidak diharuskan untuk membayar asuransi, membayar giro wajib minimum di Bank Indonesia sebagai cadangan, dan masih dibebaskan dari pajak. ”Sebaiknya reksadana diperlakukan sama dengan bentuk investasi yanglainkatanya.66

Bagi Direktorat Jendral Pajak, perputaran uang yang cukup besar, namun masih tidak terjaring dari pajak merupakan potensial loss pendapatan pajak. Dengan target tiap tahun yang terus bertambah, pajak untuk reksadana merupakan langkah kreatif, kalau tidak malahan destruktif. Karena Dirjen Pajak harus terlebih dahulu mengkonsultasikan tentang pengenaanpajak final reksa dana ini dengan para pihak yang terlibat dalam reksa dana ini seperti para manajer investasi dan investor serta dilibatkannya juga APRDI (Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia), dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), dan

lain-lain.67 Mantan Direktur Utama Bursa Efek Surabaya (BES), Hendarmodjo Hinuri

khawatir, pajak untuk reksadana dikenakan tanpa mengajak bicara pelaku indusrtri, maka dampaknya akan menghancurkan industri tersebut. ”Kita harus lihat dulu bentuknya seperti apa pajak reksadana yang dimaksud. Tapi jangan gegabah, sebab bisa menghancurkan industri itu sendiri katanya. Sampai saat ini, Dirjen Pajak pun belum mendisclose rincian pengenaan pajak atas reksadana dimaksud. Apakah pajak reksadana tersebut hanya berkenaan dengan pendapatan investasinya atas bunga obligasi rekap saja,

66 Ibid.

ataukah pajak penghasilan atas yield yang diperoleh dari investasi di reksadana, sampai saat ini belum jelas.68

Menurut Hendarmodjo, sebagian negara memang mengenakan pajak pada industri reksadana. Namun pada umumnya di negara maju kebanyakan tidak mengenakan pajak kepada industri reksadana. Alasannya adalah sama, karena investasi melalui reksadana, kebanyakan dilakukan oleh investor kecil, sehingga pendapatannya pun kecil.69

Namun di Indonesia tentu saja hal itu menjadi pertanyaan besar. Sebab, investor yang bermain di reksadana tidak ada pengusaha kecil. Sebab investor kecil umumnya masih membutuhkan dananya dijamin oleh pemerintah, sehingga lebih memilih deposito bank. Mereka tidak ingin mengambil risiko.70

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmansyah menilai bahwa rencana pengenaan pajak reksa dana merupakan langkah mundur dan bakal bakal menghambat minat investasi di instrumen ini. Penerapan pajak itu akan berdampak negatif pada pertumbuhan industri reksa dana yang saat ini sudah kondusif. "Kita berharap pajak itu tidak ada. Pengenaan pajak final tersebut tidak mendorong bahkan merupakan langkah mundur bagi industri reksa dana di Indonesia," kata dia. Menurut Erry, investor akan berpikir ulang untuk menanamkan investasinya di pasar modal. Hal ini akan berdampak pada penurunan minat investor. Erry menilai, reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi jangka panjang di pasar modal yang sangat baik guna menggerakkan roda perekonomian. Untuk itu, dia meminta agar pajak final reksa dana ditiadakan. "Dulu kan tidak ada, kenapa sekarang diadakan?" katanya.71

68 Ibid.

69 Ibid. 70 Ibid.

71 Dikutip dari http://www.Investor Daily Indonesia.co.id., Pajak Reksa Dana Langkah Mundur, Diakses terakhir tanggal 7 Maret 2009

Pemerintah mengusulkan pajak final semua produk reksa dana sebesar 0,05%. Selama ini, reksa dana yang berbasis obligasi di bawah lima tahun bebas pajak.72

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) saat ini sudah mengajukan peraturan pemerintah (PP) mengenai intensif pajak reksadana ke Presiden.73

"Untuk selanjutnya intensif itu sangat bagus bagi industri reksadana. Sangat positif bagi reksadana kita," ujar Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany, seusai acara pembukaan IHSG awal tahun, di Gedung

BEI, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (5/1/2009).74

Sekadar informasi, Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) pun meminta aturan pasar reksadana diperketat. Sebab, dengan aturan yang ada saat ini tidak menjadi payung hukum di saat badai krisis ekonomi menerjang.75

Kondisi investasi reksadana di 2009 belum bisa dipastikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat di tahun depan. Kalau pada reksa dana saham yang diincar pemodal adalah return dari pergerakan Harga Saham, maka daya tarik reksa dana pendapatan tetap terletak pada insentif pajak. Karena itulah, pelaku reksa dana sempat meradang ketika pemerintah hendak mengenakan pajak atas bunga obligasi di reksa dana pendapatan tetap. Logikanya, bila tidak ada insentif, untuk apa pemodal masuk ke reksa dana pendapatan tetap. Asri Saraswati, direktur investasi Optima Kharya Capital Management, kurang sependapat bila pemerintah mengenakan pajak pada obligasi di

72 Ibid.

73 Dikutip dari http://www.okezone.com,

PP Intensif Pajak Reksa Dana Diajukan ke Presiden , Diakses terakhir tanggal 9 Maret 2009

74 Ibid. 75 Ibid.

produk reksa dana pendapatan tetap. “sebenarnya, pengenaan pajak nol persen untuk bunga obligasi di reksa dana sudah tepat,” ujar Asri.76

Pemerintah rupanya tidak bisa terus-terusan memberlakukan Pembebasan pajak untuk reksa dana pendapatan tetap. Undang-undang Nomor 36/2008 Tentang Pajak Penghasilan menyebutkan, bunga obligasi dan surat utang negara, termasuk yang diperoleh reksa dana, terkena pajak final mulai 2009. Para manajer investasi pun sempat resah akan keberadaan UU tersebut. Pasalnya, dalam UU, tidak ada kejelasan formulasi penerapan pajak. Akibatnya, sejak januari 2009, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan bank-bank kustodian telah memotong 20% pendapatan bunga obligasi reksa dana. Langkah itu untuk antisipasi, jika pajak sudah berlaku, mereka tinggal menyetorkan pungutan tadi ke kantor pajak.77

Aturan pajak bunga obligasi pada reksa dana telah diterbitkan 9 Februari 2009. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16/2009 tentang pajak bunga obligasi pada reksa dana, Yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menetapkan, selama 2009- 2010 bunga atau diskonto obligasi yang jadi pemasukan reksa dana bebas pajak.78

Selanjutnya, baru pada 2011 hingga 2013, bunga obligasi di reksa dana kena pajak 5%.Lalu mulai 2014, tarif pajak atas bunga obligasi di reksa dana menjadi 15%. Dengan terbitnya PP. 16/2009 itu, menurut Joko Hendratto, Kepala Biro pengelolaan investasi Badan Pengawas Pasar Modal, maka sudah ada kejelasan tentang aturan pajak untuk Obligasi di Reksa dana. Selanjutnya, akan dikeluarkan aturan pelaksanaannya berupa Peraturan menteri Keuangan (PMK).79

2. LaporanKeuangan Reksa Dana

76 Komang Darmawan, MenataKembali KepercayaanYang Terkoyak, ( Jakarta: Majalah Investor, Edisi Maret 2009 ), hlm.36

77 Ibid. hlm.36 78 Ibid. hlm.37 79 Ibid. hlm.37

Informasi dalam laporan keuangan serta pendapat akuntan merupakan informasi yang penting bagi investor. Walaupun pembaruan prospektus diterbitkan setelah tanggal tutup buku laporan keuangan (umumnya membutuhkan waktu satu hingga dua bulan setelah audit dilakukan) dan tidak mencerminkan kondisi pada saat informasi tersebut dibaca oleh investor. Namun, investor dapat mengamati serta mempelajari secara garis besar mengenai portofolio investasi yang dilakukan oleh manajer investasi.80

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari laporan keuangan ini antara lain:81 a. Pendapat Akuntan, apakah wajar dan memenuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum. b. Komposisi (persentase) asset yang terdapat dalam portofolio, apakah sesuai dengan kebijakan investasi yang telah ditentukan (misalnya saham, obligasi atau efek utang lainnya tidak melebihi batas minimum dan maksimum).

c. Penempatan pada satu pihak tidak melebihi 10% dari total portofolio.

d. Perusahaan atau bank yang dipilih dalam penempatan investasi yang dilakukan oleh manajer investasi. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) kini tengah

menggodok aturan mengenai laporan keuangan Reksadana. Peraturan itu kini sedang menjadi agenda pembahasan di Biro Hukum dan Perundang-undangan Bapepam-LK. Sebenarnya penyampaian laporan keuangan reksadana oleh para Manajer Investasi (MI) bukan merupakan barang baru. Namun selama ini, tidak ada klausul dalam peraturan pasar modal yang mengatur masalah tersebut. Oleh karena itulah, kebiasaan itu akan dibakukan dalam bentuk peraturan pasar modal.82

80 Eko Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha,

Op.Cit, hlm.104 81 Ibid.

82 Dikutip dari http://www.detikfinance.co.id., BapepamBahas Laporan Keuangan Reksa Dana,

Jadi, laporan keuangan Reksa Dana bakal diseragamkan, dan hal tersebutlah yang akan diatur Bapepam dalam peraturan yang sedang dibuat oleh Bapepam.83