• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepercayaan yang Terkait Dengan Pengelolaan Hutan Kemenyan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

KEARIFAN TRADISIOANAL DALAM PENGELOLAAN HUTAN KEMENYAN

4.4. Kepercayaan yang Terkait Dengan Pengelolaan Hutan Kemenyan

Petani percaya dengan adanya “penjaga” hutan dan mereka sering memberikan sesajen kepada penghuni hutan. Untuk mendapatkan berkat dan penjagaan diri petani ketika melakukan kegiatan di dalam hutan melalui upacara-upacara adat. Tetapi dengan masuknya agama ke kec.siempat rube, secara berlahan kepercayaan tersebut memudar. Namun kenyataanya sampai sekarang masih banyak penduduk yang percaya bahwa hutan adalah “rumah” roh nenek moyang mereka. Hal ini ditandai dengan adanya larangan-langaran yang telah dijelaskan diatas.

Untuk membuka lahan baru, petani terlebih dahulu membuat sebuah ritual untuk mendapat berkah dari penguasa hutan. Karena petani percaya setiap tempat ada penghuninya, sehingga setaip orang yang ingin membuka lahan baru haruslah permisi. Ritual yang dilakukan petani berbeda-beda pada setiap tempat.

Dalam mar kmenjen, sebelum menigi petani biasanya melakukan upacara marditak. Dengan harapan getah kemenyan yang akan keluar banyak dan putih seperti itak (tepung yang terbuat dari beras) tersebut. Harapa dan doa-dao dipanjatkan agar setiap pekerjaan yang mereka lakukan selalu diberkati dan diberi hasil yang banyak oleh yang Maha Kuasa. Mereka percaya setiap pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan benar akan mendapat hasil yang bagus.

Dengan adanya kepercayaan tersebut sehingga mulai muncul upacara-upacara untuk menghormati, meminta izin terhadap nenek moyang mereka. Terutama kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar diberi keselamatan dan kesehatan kepada petani. Dalam penyelesaian sengketa yang tidak dapat diselesaikan oleh ketua adat, sebelum beralangsung ke jalur hukum biasa petani melihat beberapa fenomena alam. Fenomena alam bisa terjadi dari peringatan nenek moyang mereka dengan berbagi macam cara peringatan.

Penduduk percaya bahwa biahat merupakan jelmaan nenek moyang, sehingga permasalahan petani yang biasa timbul karena masalah perbatasan wialayah atau ladang sering di tandai dengan jejak kaki biahat tersebut. Jejak tersebut merupak jejek kaki yang dilalu dengan lurus dan apabila telah dilalui maka perselisiah telah selesai dan batas tersebut teleh ditentukan oleh biahat tesebut.

Kenapa biahat? Karena biahat merupakan hewan terkuat di hutan sehingga tidak bisa ditandingi6. Sehingga masyarakat percaya bahwa tanda yang dibuat adalah tanda yang adil dan tidak bisa dilawan.

4.4.1 Upacara-upacara Adat yang Terkait Dengan Pengelolaan Hutan Kemenyan

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, petani harus bekerja keras dan berhati-hati ketika memanjat, serta tidak lupa untuk berdoa kepada Tuhan, agar mereka mendapat keselematan dan berkah dari yang mereka kerjakan. Petani selalu membuat upacara yang dilakukan secara berkelompok maupun keluarga kecil saja. Salah satu bentuk upacaranya adalah :

Dalam membuka lahan baru yang tujuannya untuk menam tanaman muda sebelum mengembalikan lahan tersebut menjadi hutan lagi, informan yang penulis temui di lapangan melaksanakan kegiatan upacara dan bapak Y Padang menceritakan

Saya dan keluarga makan bersama (markottas) dan berdoa di gubuk. Meminta izin kepada pemilik hutan agar tidak diganggung dalam melakukan kegiatan di ladang. Setelah makan saya mengambil daun sirih dan meletakan di bawa pohon yang dianggap keramat dan tidak ditebang wapun posisi pohon berada di tengah-tengah lahan yang akan dikerjakan, setelah meletekan daun sirih sebagai syarat dan mengucapkan kata-kata yang kira-kira bunyinya : opung penghuni hutan dan pemilik segala ternak yang ada di hutan, saya ingin mengerjakan lahan tempat segala peliharaanmu mencari makan, untuk memenuhi kebutuhan ku sehari-hari karena anak-anak ku telah besar dan membutuhkan makan dan uang untuk sekola, izinkanlah aku mengerjakan lahan ini dan jangan ganggu pekerjaan ku, bawalah segala peliharaanmu dari sini supaya tidak terluka dan mati. Apabila ada peliharaan Mu yang terluka dan mati janganlah Engkau membalasnya kepadaku karena itulah aku meminta izin dan berkatilah semua yang aku kerjakan.

lalu saya menebang pohon anakan dan membalikan batang kayu tersebut (batang menghadap keatas, ujung ditancapkan kebawah) yang diyakini bisa menolak bala apa bila ada hewan yang meninggal. Setelah itu saya mulai menebagi pohon tersebut dan membersihkannya. Setelah itu baru saya menanam tanaman yang hendak ditanam.

MARKOTTAS

Adalah upacara dalam rumah tangga yang dilakukan untuk setiap memulai kegiatan upacara, baik dalam upacara mendirikan rumah, menyadap kemenyan, pertanian, dan kegiatan lainya. Upacara ini biasanya dilakukan oleh keluarga inti atau keluarga luas. Kegiatan berupa makan bersama dengan menyadiakan pelleng (makanan khas Pakpak) dan lauk ayam diserahkan kepada pihak yang ingin bekerja atau berangkat untuk melakukan kegiata, seprti menyadap kemenyan. Pihak sukut (istri) ketika memberikan makanan, juga disamapaikan doa-doa (sodip) agar selamat dan sehat-sehat, terhindar dari mara bahaya dan tercapai semua tujuan dan cita-caita. Tujuan dari markottas adalah memanjatkan doa-doa agar dibarikan kesehatan, keselamatan, dan hasil yang melimpah dari setiap yang mereka

Contoh, sebelum mengambil getah kemenyan (parkmenjen), maka sehari sebelum barangkat kehutan untuk memulai pekerjaan mengambil getah kemenyan dilakukan

markottas denagan melibatkan seluruh anggota keluarga inti, kerabat yang ikut bekerja dalam markmenjen. Dalam markottas biasanya disajikan pelleng ayam jantan merah yang

melambangkan keberanian dan kekuatan. Sebelum mulai makan, maka dipanjatkan doa-doa untuk meminta keselamatan dalam melakukan kegiatan didalam hutan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan keprcayaan yang dianut oleh petani kemenyan. Tetapi pada masa dulu sebelum masuknya agama doa-doa dipanjatkan kepada Dewa-Dewa, roh nenek moyang, penghuni hutan.

4.4.2. Kesenian Pakpak yang Berhungan dengan Hutan Kemenyan

Odhong-odhong adalah seni vokal yang identik dengan budaya Pakpak, dimana Odhong-odhong ini sering atau pada dasarnya dinyanyikan oleh petani yang mengambil kemenyan (parkmenjen) tetapi pada saat ini odhong-odhong telah dipertunjukkan untuk umum dalam pertunjukan seni budaya pakpak. Odhong-odhong merupakan cerminan perasaan para petani kemenyan di hutan, dimana mereka (petani) merasa kesepian dan tidak ada teman yang ingin diajak ngobrol sehingga petani bernyanyi untuk menhibur diri dan menghilangkan rasa takut yang datang. Karena di dalam hutan banyak hewan liar yang ditemui para petani, dengan bernyanyi atau menimbulkan keributan hewan-hewan buas tidak akan berani mendekat lagi.

Odhong-odhong yang penulis dengar di hutan sangat la merdu dan lantunan lagunya susah untuk diungkapkan karena dapat membuat bulu kudu berdiri, memang betul-betul mencerminkan suasana didalam hutan, dimana hanya kedengaran suara-suara hewan hutan

dan juga gamabaran ratapan nasip parkmenjen. Karena petani kemenyan sering menginap di hutan (merdagang) berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu.

Bahkan pada masa sekarang odhong-odhong telah dipertujukan dalam acara pagelaran seni Pakpak di Dairi pada tahun 2009 lalu. Dimana para peserta memperagakan bagai mana kebiasaan para petani kemenyan ketika berada dihutan sedang istirahat di atas pohon kemenyan.

Nyanyian (isi odhong-odhong)

Ndor ko belgah ndor ko geddnag Ulang pelaga ulang ceguran

Nasibta kin ngo ndor tading melumang Kini dersah mak tersungutken

Mende perlanamu mende basamu seggenda Asa kelleng ate ni deba

Daoh ni ladang kusiar-siar Tumindihi kini pogosta Ulang mo ko simega-rmegar Mersigegemen giam tendita

Mende pertuamu mende basamu seggenda Asa kelleng ate ni deba

Ideng ko tendi engket sumagih Ndaoh mo habat ndaoh halungunen Asa bage ate iper-nasipen

Ulang dak kita mer cimeh-mehen

Asa kelleng ate ni deba.

yang inti dari artinya adalah meratapi nasip di tinggal istri yang telah meninggal dan anak masih balita yang ditinggalkan istri. Sementara si ayah berjuang untuk menghidupi anaknya. Dan membuat lagu seperti ini untuk membujuk anak supaya tidak menangis.

Lagu odhong-odhong tidak hanya untuk kesedihan aja tetapi juga bisa untuk yang berpacaran (mangaririt), melamar bahkan untuk pelampiasan emosi.

Dokumen terkait