• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PENGELOLAAN HUTAN KEMENYAN

3. Kemenyan Durame (Kemenjen Jairin/Jurame)

3.3. Pengelolaan kemenyan 1. Pembibitan dan Penanaman 1.Pembibitan dan Penanaman

3.3.2. Merawat Kemenyan

3.3.3.2 Pengambilan Getah

1. Menigih merupakan perkerjaan yang dapat dilakuakan pada pohon kemanyan yang telah berumur tujuh sampai delapan tahun dan batangnya seukuran paha orang dewasa maka batang telah dapat disigih. Menigih merupakan pekerjaan untuk menusuk kulit kemenyan sedalam kira-kira tiga inci,tergantung ketebalan kulit kemenyan supaya dapat mengeluarkan getah. Ciri-ciri pohon yang dapat disugih menurut petani kemenyan yang berada di Kecamatan Siempat Rube adalah berdaun hijau kekuning-kuningan dan kulitnya tebal agar getah yang keluar banyak dan deras, apabila kulit terlalu tipis dapat melukai batang kayu, sehingga membuat pohon kemenyan cepat mati dan hasil panen berkurang.

Selain ciri-ciri diatas masih ada ciri-ciri lainya yang harus diperhatikan oleh petani sebelum melakukan kegiatan menigih yang dapat dilihat dari daun kemenyan, seperti :

1. Merbulung gadong (belum tua, warna seperti daun ubi jalar)

Pada masa ini daunya belum tua dan masih muda-muda, akan tetapi sudah bisa disugi. Getah yang dihasilkan pada ciri-ciri ini masih lembek, menggumpal dan lama kering, sehingga kualitas getah yang dihasilkan kurang bagus.

2. Merbunga galih

Daun sudah keras dan berwarna hijau tua, juga telah bisa disugih namun hasilnya kurang bagus, karena pada ciri-ciri ini masih ada daun yang tertutup atau muda.

3. Sarsar bunga (daun telah terpisah-pisah)

Pada masa sarsar bunga pohon kemenyan paling bagis untuk di sugi karena kulit telah tebal, daunya berwarna hijau tua dan keras, getah yang dihasilkan banyak dan deras. Pada masa ini banyak menghasilkan getah.

4. Markerimbang

Pohon kemenyan telah berbuah kecil-kecil sebesar buah rimbang, yang oleh petani disebut markerimbang. Pada masa ini pohon masih bisa disugih, tetapi melihat

kekebalan pohon, karena dapat mematikan pohon kemenyan. Tetapi pada sebagian penduduk masih dikerjakan.

5. Madeng merurus ( sebagian daun telah berguguran)

Pada masa ini buah telah besar, sebesar kelereng dan daun sudah mulai berguguran. Dan pada masa ini kemenyan tidak dapat disugih lagi.

6. Marurus bulung ( daun telah berguguran)

Pohon kemenyan tidak dapat disugih lagi karena kulit telah menempel kebatang dan tipis, daun telah gugur semua.

7. Gancih bulung (ganti daun)

Daun-daun telah selesai berguguran dan berganti daun baru atau muda.pada saat ini pohon kemenyan juga belum bisa di sugih.

Apabila tanda-tanda tadi sudah terlihat pada pohon kemenyan maka petani sudah dapat melakukan pekerjaan manigi. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah Mengkabus. Mengkabus adalah kegiatan untuk membersihkan batang kemenyan dengan menggunakan kabus. Batang kemenyan dikikis pelan-pelan agar tumbuh-tumbuhan yang ada di batang terkikis bersih sehingga getah yang diperolehpun bersih.

Pengkikisan kulit dengan kabus dilakukan berlahan-lahan supaya batang kemenyan tidak terluka. Selesai kegiatan mengkabus barulah dilakukan kegiatan menglungkapi. Setelah menglungkapi kegiatan selanjutnya adalah mentukak (manuktuk). Fungsinya adalah untuk menutup kulit yang disugi dengan cara mengetuk kulit sebanyak tiga kali ketukan bisa lebih. Cara mengetuk kulit kemenyan tidak dilakukan kuat-kuat, apabila diketuk kuat, kulit akan rusak dan terpisah dari batang serta getah tidak keluar dari bila sudah disigi.

Waktu yang paling cocok untuk manigi harus diselang-selingi musim hujan dan musim kemarau. Apabila misalnya dalam dua minggu hujan terus turun dan dilakukan manigi

maka getah tidak akan keluar karena batang kemenyan basah karena banyak mengandung air. Demikian pula musim kemarau dilakukan manigi maka getahnya akan menjadi encer dan menetes, padahal getah yang bagus dijual adalah getah yang menggumpal dan mengering di pohon yang telah disigi. Tetapi apabila dalam satu minggu dibarengi hujan dan kemarau maka kemenyan yang disigi akan lebih baik karena getah akan keluar dan batang tidak lama basah karena langsung dikeringkan oleh sinar matahari.

Pada saat melakukan pekerjaan manigi petani sering diberangkatkan dengan makanan seperti marditak (tepung beras yang dicampur gula dan kelapa tanpa dimasak). Setelah makanan tersebut disediakan, petani akan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk meminta berkat agar kemenyan yang dikerjakan dapat menghasilkan getah yang banyak. Jadi makanan yang telah dihidangkan merupakan suatu alat untuk mengucap syukur pada Tuhan. Selain itu makanan yang dihidangkan tersebut mengandung makna pula. Umpamanya adalah ditak gurgur agar getah kemenyan mengalir deras (gurgur). Makanan yang telah disajikan ini dinamakan markottas.

Supaya getah kemenyan dapat berkesinambungan maka harus diberi jarak penigihan yang satu dengan yang lainnya. Jarak yang ditentukan petani kira-kira tiga puluh centi meter. Apabila tidak diberi jarak maka pohon kemenyan akan rusak karena terlalu banyak lubang yang terluka pada batang kemenyan. Jumlah baris penigihan dalam satu batang pohon ditentukan oleh besar kecilnya pohon kemenyan. Menurut pengalaman petani, apabila pohon masih kecil maka cukup membuat dua baris penigihan dan apabila pohon sudah besar akan dibuat tiga sampai empat baris penigihan dalam satu batang.

Setelah pekerjaan penigihan selesai dilakukan pohon kemenyan dibiarkan. Jangka waktu tiga sampai empat bulan setelah penigihan getah kemenyan sudah menggumpal dalam kulit dan sudah bisa untuk dipanen. Getah kemenyan lengket pada kulit yang disigi.

Pengambilan getah kemenyan dilakukan dengan menggunakan alat pengambil yaitu cun-cun. Cun-cun akan mencongkel sekeliling getah yang menempel di kulit. Setelah kulit yang bergetah tercongkel dan terlepas dari batang maka akan dimasukkan ke dalam curu-curu.

Apabila pohon yang disugi tinggi maka untuk memanjatnya dengan menggunakan sebuah tali yang disebut jalu-jalu. Jalu-jalu terbuat dari ijuk atau riman yang panjangnya bisa mencapai sembilan sampai dua belas meter. Untuk bisa memanjat dengan jalu-jalu yang terbuat dari kayu kuat dan ringan. Pada kedua ujung kayu diikat dengan tali yang terbuat dari ijuk atau riman. Pada saat memanjat jalu-jalu dijepitkan terhadap pohon kemenyan dan kedua ujung yang lain dirapatkan dan diikat dengan tali. Setelah cukup kuat, jalu-jalu dijadikan sebagai tempat kaki bertumpu dan tangan berfungsi mengikis pohon tersebut

Apabila petani hendak memanjat lagi maka jalu-jalu yang satu lagi yang telah diikat diujung tali ijuk akan dipasang sesuai dengan cara memasang jalu-jalu yang pertama. Demikian pula bila petani masih akan memanjat ke tempat yang lebih tinggi maka jalu yang pertama akan dibuka sementara petani sudah berdiri di jalu kedua atau yang terakhir petani dipasang. Untuk membuka jalu yang pertama petani cukup menarik tali dengan kelang jari kaki. Demikianlah seterusnya apabila petani hendak memanjat ketempat yang lebih tinggi lagi.

Tali dililitkan ke jalu sebanyak empat kali lilitan atau lebih dan pada lilitan yang ketiga disisakan tali kebawah kira-kira 40cm tali membentuk huruf U dan untuk membentuk tali yang tersisa itu supaya kokoh maka dililitkan sekali lagi biar dapat menahan berat badan petani. Hal ini dilakukan supaya petani bisa mencapai atas jalu dan berdiri yang baru dipasang tadi karena jalu dipasang sejajar kepala atau di atas kepala, maka petani harus menggunakan alat pembantu untuk mencapai jalu yang baru dipasang pada batang pohon yaitu berupa tali polang yang terbuat dari ijuk yang di ikat dengan kayu polang. Apabila

petani berdiri di jalu pertama dan hendak naik ke jalu kedua maka terlebih dahulu diinjak tali yang disisakan tadi, baru naik ke jalu yang kedua karena bila dari jalu pertama langsung naik ke jalu kedua tanpa alat bantu maka kaki mereka tidak akan mampu meraih jalu kedua.

Musim menigih yang dilakukan oleh petani adalah pada bulan Juli sampai bulan Oktober, dan musim panen dilakukan setelah tiga sampai empat bulan kemudian, misalnya disugi bulan Juli maka panennya dilakukan pada bulan Oktober sampai November. Kemenyan menurut petani dipanen sekali dalam setahun. Pemanenan kemenyan tidak sama halnya dengan pemanenan padi, misalnya apabila musim panen tiba maka semua padi yang ada dalam satu lahan akan disabit serentak. Tidak demikian halnya pada tanaman kemenyan. Panen yang dilakukan sekali dalam setahun ditentukan perbatang, karena dalam satu batang dilakukan sekali manugi dan hasil yang disugi akan dipanen sekali setahun. Hal ini juga ditentukan karena pohon kemenyan hanya sekali setahun berganti daun. Dan kuli batang yang telah disigih dapat tertutup lagi atau tidak berlobang lagi dan dapat disigih pawaktu penigihan yang akan datang. Agar menjaga usia,kesehatan dan hasil yang banyak pada panen berikutnya, penigihan terhadap bekas penigihan yang telah tertutup jangan langsung disigih, ada baiknya dilakukan dua tahun berikutnya karena kulitnya belum benar-benar menyatu dengan kulit yang tertinggal dan masih muda untuk terkelupas.

Gambar:1. Pada gambar sebelah kiri batang kemenyan yang kulit bekas penigihan telah tertutup dan pada gambar kanan belum tertutup.

2. mengeluak adalah kegitan mengumpulkan hasil kemenyan yang masih lengket di batang. Bisanya dilakukan kira-kira 4-5 bulan setelah menigih. Getah yang diambil adalah getah yang kering dan masih menempel di pohon, tetapi ada juga yang berda di dalam kulit. Alat yang diganakan untuk mengorek getah adala cun-cun dan di tampung dengan sebuha keranjang yang disebut curu-curu. Untuk mengambil getah kemenyan yang berada lebih tinggi maka alat yang digunakan adalah polang-polang. Kegiatan ini biasanya memakan waktu 1-2 bulan di dalam hutan untuk memanen getah. Waktu yang dibuthkan tidak ada ketentuan tergantung luas dan jumlah pohon yang di sigih. Sehingga waktu pada setiap petani berbeda-beda pada setiap daerah.

3. Merdagang adalah kegiatan petani kemenyan yang pengerjaanya membutuhkan waktu yang lama. Dalam pengerjaan membutuhkan waktu berhari-hari, sehingga petani harus memiliki gubuk tempat menginap di hutan (mardagang). Karena jarak dari rumah ke hutan memakan waktu yang lama dan juga untuk mempercepat selesainya pekerjaan maka peteni harus menginap di hutan. Gubuk ini digunakan bukan hanya tempat menginap, tetapi dapat digunakan sebagai penyipanan kemenyan, makanan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, dan perlengkapan dapur.

Dokumen terkait