• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kepiting rajungan (Portunus pelagicus)

2.1.1. Deskripsi dan Klasifikasi Rajungan (Portunus pelagicus)

Rajungan adalah salah satu anggota filum crustacea yang memiliki tubuh beruas-ruas. Klasifikasi rajungan (Portunus pelagicus) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Sub kelas : Malacostraca Ordo : Eucaridae Sub ordo : Decapoda Famili : Portunidae Genus : Portunus

pesies : Portunus pelagicus dan Portunus trituberculatus

Gambar 1. Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)

Rajungan memiliki karapas yang sangat menonjol dibandingkan dengan abdomennya. Lebar karapas pada rajungan dewasa dapat mencapai ukuran 18,5 cm. Abdomennya berbentuk segitiga (meruncing pada jantan dan melebar pada betina), tereduksi dan melipat ke sisi ventral karapas.

Kedua sisi muka karapas terdapat 9 buah duri yang disebut sebagai duri marginal. Duri marginal pertama berukuran lebih besar daripada ketujuh duri belakangnya, sedangkan duri marginal ke-9 yang terletak di sisi karapas

merupakan duri terbesar. Kaki rajungan berjumlah 5 pasang, pasangan kaki pertama berubah menjadi capit (cheliped) yang digunakan untuk memegang serta memasukkan makanan ke dalam mulutnya, pasangan kaki ke-2 sampai ke-4 menjadi kaki jalan, sedangkan pasangan kaki jalan kelima berfungsi sebagai pendayung atau alat renang, sehingga sering disebut sebagai kepiting renang (swimming crab). Kaki renang pada rajungan betina juga berfungsi sebagai alat pemegang dan inkubasi telur (Susanto.2010).

Salah satu limbah padat yang dihasilkan adalah cangkang, dan jumlahnya cukup banyak, dapat mencapai sekitar 40-60% dari total berat rajungan. Cangkang rajungan ini dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, tetapi pemanfaatannya belum dapat mengatasi limbah cangkang rajungan secara maksimal. Padahal limbah cangkang rajungan masih mengandung senyawa kimia yang cukup banyak, diantaranya ialah protein 3040%; mineral (CaCO3) 30-50%; dan khitin 20-30% (Srijanto 2003). Satu ekor rajungan dengan bobot tubuh berkisar antara 100-350 g, terdapat cangkang sekitar 51-177 g. Hal ini berarti bobot cangkang rajungan kurang lebih setengahnya atau 50% dari bobot tubuhnya.

Cangkang rajungan mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi, diantaranya P, Ca, Cu, Fe, Zn, Mn dan Mg dan mengandung sejenis polisakarida berupa kitin (Lestari 2005). Mineral merupakan bagian dari unsur pembentuk tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Di samping itu, mineral berperan pula dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim (Almatsier 2003).

Cangkang rajungan merupakan limbah padat yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga memerlukan penanganan yang serius dan sekaligus memberikan nilai tambah. Selama ini nilai tambah cangkang rajungan hanya diperoleh dari industri pakan. Mengingat limbah cangkang rajungan kaya akan kandungan mineralnya, maka dalam

penelitian ini cangkang rajungan dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan petis

2.1.2. Morfologi Kepiting Rajungan

Menurut Juwana dan Romimohtarto (2000) bahwa karapas rajungan mempunyai pinggiran samping depan yang bergerigi dan jumlah giginya sembilan buah. Abdomen terlipat kedepan dibawah karapas. Abdomen betina melebar dan membulat penuh dengan embelan yang berguna untuk menyimpan telur. Rajungan berkembang biak dengan cara bertelur setelah disimpan didalam lipatan abdomen. Rajungan berwarna kebiru-biruan dan bercak-bercak putih terang pada jantan, sedangkan betina berwarna dasar kehijau-hijauan dengan bercak putih agak suram, perbedaan warna ini terlihat jelas pada rajungan dewasa. Sumpitnya kokoh, dan berduri biasanya jantan mempunyai ukuran yang lebih besar dan lebih panjang dari betina.

Rajungan dapat tumbuh mencapai 18 cm (Cholik.2005).

2.1.3. Limbah Cangkang Kepiting Rajungan

Kegiatan pengolahan rajungan menghasilkan limbah padat berupa limbah cangkang yang cukup banyak (Haryati, 2005). Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin besar pengolahan rajungan maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan, maka diperlukan upaya serius untuk menanganinya agar dapat bermanfaat dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Multazam (2002) menyatakan bahwa dalam satu ekor rajungan dengan bobot tubuh berkisar antara 100-350 g, terdapat cangkang sekitar 51-177 g. Selama ini limbah padat rajungan hanya dimanfaatkan sebagai salah satu campuran makanan ternak atau hanya dibuang. Menurut Haryati (2005), Pengolahan limbah tersebut tentunya belum mempunyai nilai tambah yang besar karena masih terbatas dari segi harga maupun jumlah produksinya.

Hasil limbah perikanan seperti rajungan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Cangkang rajungan mempunyai kandungan mineral yang tinggi, terutama kalsium (19,97%) dan fosfor (1,81%) (Haryati, 2005). Menurut Rochima (2005), Hasil limbah rajungan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan dapat diolah menjadi tepung melalui berbagai proses pengolahan, dan hasil analisis tepung limbah rajungan menunjukkan kadar kalsium (bk) sebesar 14,87% pada tepung limbah bagian dalam dan 39,32% pada tepung cangkang rajungan.

2.1.4. Komposisi Kimia Cangkang Kepiting Rajungan

Cangkang merupakan bagian terkeras dari semua komponen rajungan dan selama ini baru dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk organik mengingat kandungan mineral, terutama kalsiumnya cukup tinggi.

Cangkang rajungan mengandung protein, CaCO3 serta sedikit MgCO3 dan pigmen astaxanthin. Komposisi kimia cangkang rajungan beserta daging yang masih melekat pada cangkang dapat dilihat pada Tabel 1. Golongan krustase seperti rajungan pada umumnya mengandung 25% bahan padat yang sebagian besar terdiri atas kitin, 20–25% daging yang dapat dimakan, dan sekitar 50–60% berupa hasil buangan (Angka dan Suhartono 2000).

Hasil pengolahan limbah rajungan pada PT. Philips Seafood terdiri dari 23% daging yang melekat pada cangkang dan organ pencernaan, 57%

cangkang dan 20% sisanya adalah whey.

Tabel 1. Komposisi kimia cangkang rajungan dan daging yang masih

2.1.5. Manfaat Cangkang Kepiting Rajungan

1. Kandungan protein yang tinggi bermanfaat sebagai pembentuk enzim, pembentukan sel organ dan otot, pembentuk hormon, perbaikan sel yang rusak, pengatur metabolisme, serta pembentuk sistem kekebalan tubuh.

2. Vit B12, berfungsi untuk menghasilkan energi dan membantu pertumbuhan, meningkatkan metabolisme asam amino dan asam lemak, memproduksi sel darah merah, serta meningkatkan kesehatan syaraf dan kulit.

3. Kandungan asam lemak omega-3 pada kepiting berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah, sehingga dapat mencegah penyakit kardiovaskular (jantung). Selain itu juga berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan fungsi sistem syaraf dan kesehatan mata, serta meningkatkan kecerdasa n otak bila diberikan sejak dini.

4. Mineral Selenium, berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk mencegah kerusakan sel dari radikal bebas penyebab kanker dan penyakit jantung. Selain itu, juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi virus dan bakteri serta mencegah peradangan.

5. Mineral Copper, berfungsi sebagai komponen enzim redox, membantu pembentukan selda rah merah, otot, syaraf, tulang dan otak, serta mencegah penyakit tulang dan syaraf.

6. Mineral Zinc, berfungsi sebagai komponen pembentuk enzim-enzim tubuh, sel darah merah, sistem kekebalan tubuh, mencegah pembesaran prostat, serta mencegah kerontokan rambut.

7. Kandungan lemak jenuhnya yang sangat rendah (0,2 gram/

100gram) sangat cocok bagi perempuan yang sedang dalam program diet.

Dokumen terkait